Ilustrasi kaligrafi Islam geometris berbentuk bintang delapan

Surah Yasin dalam Rumi

Bacaan Lengkap Beserta Teks Arab, Terjemahan, dan Kandungan Maknanya

Pengantar: Memahami Surah Yasin, Jantung Al-Qur'an

Surah Yasin adalah surah ke-36 dalam Al-Qur'an, terdiri dari 83 ayat, dan tergolong sebagai surah Makkiyah. Ia diturunkan di Mekah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Nama 'Yasin' diambil dari dua huruf Arab di awal surah, yaitu 'Ya' dan 'Sin', yang termasuk dalam kategori huruf 'muqatta'at' (huruf-huruf terpotong) yang makna sejatinya hanya diketahui oleh Allah SWT. Surah ini memegang kedudukan yang sangat istimewa di hati umat Islam, bahkan sering disebut sebagai 'Qalbul Qur'an' atau jantungnya Al-Qur'an. Sebutan ini mencerminkan betapa penting dan sentralnya tema-tema yang dibahas di dalamnya.

Artikel ini disajikan untuk mempermudah umat Islam dalam membaca, memahami, dan menghayati Surah Yasin. Dengan menyajikan teks dalam tulisan Rumi (latin), diharapkan dapat membantu mereka yang belum lancar membaca tulisan Arab. Namun, perlu ditekankan bahwa bacaan Rumi hanyalah alat bantu. Upaya untuk mempelajari cara membaca Al-Qur'an dalam bahasa aslinya tetap menjadi prioritas utama, karena setiap huruf Arab memiliki makhraj (tempat keluar huruf) dan sifat yang unik, yang tidak bisa sepenuhnya terwakili oleh tulisan latin. Di samping teks Rumi, disertakan pula teks Arab asli untuk rujukan dan keutamaan, serta terjemahan dalam bahasa Indonesia agar pesan ilahi yang terkandung di dalamnya dapat meresap ke dalam jiwa.

Kandungan utama Surah Yasin berpusat pada pilar-pilar fundamental akidah Islam. Mulai dari penegasan kerasulan Nabi Muhammad SAW, bukti-bukti kekuasaan Allah SWT yang terhampar di alam semesta, hingga pembahasan detail mengenai hari kebangkitan dan pembalasan. Surah ini membawa kita dalam sebuah perjalanan spiritual yang menggugah, mengingatkan kita tentang asal-usul, tujuan hidup, dan akhir dari perjalanan manusia. Dengan gaya bahasa yang indah dan kuat, Surah Yasin mengajak pembacanya untuk merenung, beriman, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Ayat 1

يٰسۤ ۚ

Yā Sīn.

Yasin.

Ayat 2

وَالْقُرْاٰنِ الْحَكِيْمِۙ

Wal-Qur'ānil-ḥakīm.

Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah.

Ayat 3

اِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِيْنَۙ

Innaka laminal-mursalīn.

Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul.

Ayat 4

عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۗ

'Alā ṣirāṭim mustaqīm.

(yang berada) di atas jalan yang lurus.

Ayat 5

تَنْزِيْلَ الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِۙ

Tanzīlal-'azīzir-raḥīm.

(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang.

Ayat 6

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اُنْذِرَ اٰبَاۤؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُوْنَ

Litunżira qaumam mā unżira ābā'uhum fahum gāfilūn.

Agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.

Ayat 7

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Laqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fahum lā yu'minūn.

Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.

Ayat 8

اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ

Innā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fahum muqmaḥūn.

Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.

Ayat 9

وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

Wa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fahum lā yubṣirūn.

Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

Ayat 10

وَسَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Wa sawā'un 'alaihim a anżartahum am lam tunżirhum lā yu'minūn.

Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.

Ayat 11

اِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِۚ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَّاَجْرٍ كَرِيْمٍ

Innamā tunżiru manittaba'aż-żikra wa khasyiyar-raḥmāna bil-gaīb, fa basysyirhu bimagfiratiw wa ajrin karīm.

Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.

Ayat 12

اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ

Innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai'in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn.

Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang jelas (Lauh Mahfuzh).

Ayat 13

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا اَصْحٰبَ الْقَرْيَةِۘ اِذْ جَاۤءَهَا الْمُرْسَلُوْنَۚ

Waḍrib lahum maṡalan aṣḥābal-qaryah, iż jā'ahal-mursalūn.

Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka.

Ayat 14

اِذْ اَرْسَلْنَآ اِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْٓا اِنَّآ اِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ

Iż arsalnā ilaihimuṡnaini fa każżabụhumā fa 'azzaznā biṡāliṡin fa qālū innā ilaikum mursalūn.

(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, “Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”

Ayat 15

قَالُوْا مَآ اَنْتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَاۙ وَمَآ اَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍۙ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا تَكْذِبُوْنَ

Qālū mā antum illā basyarum miṡlunā wa mā anzalar-raḥmānu min syai'in in antum illā takżibūn.

Mereka (penduduk negeri) menjawab, “Kamu ini tidak lain hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka.”

Ayat 16

قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ اِنَّآ اِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ

Qālū rabbunā ya'lamu innā ilaikum lamursalūn.

Mereka (para utusan) berkata, “Tuhan kami mengetahui bahwa kami benar-benar diutus kepadamu.

Ayat 17

وَمَا عَلَيْنَآ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ

Wa mā 'alainā illal-balāgul-mubīn.

Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.”

Ayat 18

قَالُوْٓا اِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْۚ لَىِٕنْ لَّمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ

Qālū innā taṭayyarnā bikum, la'il lam tantahụ lanarjumannakum wa layamassannakum minnā 'ażābun alīm.

Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami.”

Ayat 19

قَالُوْا طَاۤىِٕرُكُمْ مَّعَكُمْۗ اَىِٕنْ ذُكِّرْتُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُوْنَ

Qālū ṭā'irukum ma'akum, a in żukkirtum, bal antum qaumum musrifūn.

Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”

Ayat 20

وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙ

Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas'ā qāla yā qaumittabi'ul-mursalīn.

Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.

Ayat 21

اتَّبِعُوْا مَنْ لَّا يَسْـَٔلُكُمْ اَجْرًا وَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ

Ittabi'ū mal lā yas'alukum ajraw wa hum muhtadūn.

Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ayat 22

وَمَا لِيَ لَآ اَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Wa mā liya lā a'budul-lażī faṭaranī wa ilaihi turja'ūn.

Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan.

Ayat 23

ءَاَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً اِنْ يُّرِدْنِ الرَّحْمٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَّلَا يُنْقِذُوْنِۚ

A attakhiżu min dụnihī ālihatan iy yuridnir-raḥmānu biḍurril lā tugni 'annī syafā'atuhum syai'aw wa lā yunqiżụn.

Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.

Ayat 24

اِنِّيْٓ اِذًا لَّفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Innī iżal lafī ḍalālim mubīn.

Sesungguhnya jika aku (berbuat) begitu, pasti aku berada dalam kesesatan yang nyata.

Ayat 25

اِنِّيْٓ اٰمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِۗ

Innī āamantu birabbikum fasma'ụn.

Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)-ku.”

Ayat 26

قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ ۗقَالَ يٰلَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَۙ

Qīladkhulil-jannah, qāla yā laita qaumī ya'lamūn.

Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,

Ayat 27

بِمَا غَفَرَ لِيْ رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ

Bimā gafara lī rabbī wa ja'alanī minal-mukramīn.

apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.”

Ayat 28

وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ

Wa mā anzalnā 'alā qaumihī mim ba'dihī min jundim minas-samā'i wa mā kunnā munzilīn.

Dan setelah dia (meninggal), Kami tidak menurunkan suatu pasukan pun dari langit kepada kaumnya, dan Kami tidak perlu menurunkannya.

Ayat 29

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ خٰمِدُوْنَ

In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum khāmidūn.

(Azab mereka) itu hanyalah satu teriakan saja; maka seketika itu mereka mati.

Ayat 30

يٰحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِۚ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ

Yā ḥasratan 'alal-'ibād, mā ya'tīhim mir rasūlin illā kānụ bihī yastahzi'ūn.

Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, setiap datang seorang rasul kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya.

Ayat 31

اَلَمْ يَرَوْا كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ الْقُرُوْنِ اَنَّهُمْ اِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ

Alam yarau kam ahlaknā qablahum minal-qurụni annahum ilaihim lā yarji'ūn.

Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, (setelah binasa) mereka tidak kembali kepada mereka (di dunia).

Ayat 32

وَاِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ

Wa in kullul lammā jamī'ul ladainā muḥḍarūn.

Dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada Kami.

Ayat 33

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الْاَرْضُ الْمَيْتَةُ ۖاَحْيَيْنٰهَا وَاَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ

Wa āyatul lahumul-arḍul-maitah, aḥyaināhā wa akhrajnā min-hā ḥabban fa min-hu ya'kulūn.

Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati (tandus). Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.

Ayat 34

وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ الْعُيُوْنِۙ

Wa ja'alnā fīhā jannātim min nakhīliw wa a'nābiw wa fajjarnā fīhā minal-'uyūn.

Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air.

Ayat 35

لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖۙ وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْ ۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ

Liya'kulụ min ṡamarihī wa mā 'amilat-hu aidīhim, afalā yasykurūn.

Agar mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?

Ayat 36

سُبْحٰنَ الَّذِيْ خَلَقَ الْاَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ وَمِنْ اَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُوْنَ

Subḥānal-lażī khalaqal-azwāja kullahā mimmā tumbitul-arḍu wa min anfusihim wa mimmā lā ya'lamūn.

Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

Ayat 37

وَاٰيَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ ۖنَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَاِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَۙ

Wa āyatul lahumul-laīl, naslakhu min-hun-nahāra fa iżā hum muẓlimūn.

Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan.

Ayat 38

وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ

Wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-'azīzil-'alīm.

dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.

Ayat 39

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنٰهُ مَنَازِلَ حَتّٰى عَادَ كَالْعُرْجُوْنِ الْقَدِيْمِ

Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm.

Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.

Ayat 40

لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِيْ لَهَآ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۗوَكُلٌّ فِيْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥūn.

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.

Ayat 41

وَاٰيَةٌ لَّهُمْ اَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِۙ

Wa āyatul lahum annā ḥamalnā żurriyyatahum fil-fulkil-masy-ḥūn.

Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penuh muatan.

Ayat 42

وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ

Wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabūn.

dan Kami ciptakan untuk mereka dari jenis itu apa yang mereka kendarai.

Ayat 43

وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُوْنَۙ

Wa in nasya' nugriq-hum fa lā ṣarīkha lahum wa lā hum yunqażūn.

Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka, maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan.

Ayat 44

اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ

Illā raḥmatam minnā wa matā'an ilā ḥīn.

tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu.

Ayat 45

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Wa iżā qīla lahumuttaqụ mā baina aidīkum wa mā khalfakum la'allakum turḥamūn.

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (di akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”

Ayat 46

وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ

Wa mā ta'tīhim min āyatim min āyāti rabbihim illā kānụ 'an-hā mu'riḍīn.

Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.

Ayat 47

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ ۙقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنُطْعِمُ مَنْ لَّوْ يَشَاۤءُ اللّٰهُ اَطْعَمَهٗٓ ۖاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

Wa iżā qīla lahum anfiqụ mimmā razaqakumullāh, qālal-lażīna kafarụ lil-lażīna āmanū anuṭ'imu mal lau yasyā'ullāhu aṭ'amahū in antum illā fī ḍalālim mubīn.

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah kami akan memberi makan kepada orang yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Ayat 48

وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Wa yaqụlụna matā hāżal-wa'du in kuntum ṣādiqīn.

Dan mereka berkata, “Kapankah (datangnya) janji ini (hari kiamat) jika kamu orang-orang yang benar?”

Ayat 49

مَا يَنْظُرُوْنَ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُوْنَ

Mā yanẓurụna illā ṣaiḥataw wāḥidatan ta'khużuhum wa hum yakhiṣṣimūn.

Mereka hanya menunggu satu teriakan, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.

Ayat 50

فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ تَوْصِيَةً وَّلَآ اِلٰٓى اَهْلِهِمْ يَرْجِعُوْنَ

Fa lā yastaṭī'ụna tauṣiyataw wa lā ilā ahlihim yarji'ụn.

Sehingga mereka tidak mampu membuat suatu wasiat dan mereka (juga) tidak dapat kembali kepada keluarganya.

Ayat 51

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مِّنَ الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ

Wa nufikha fiṣ-ṣụri fa iżā hum minal-ajdāṡi ilā rabbihim yansilūn.

Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup) menuju kepada Tuhannya.

Ayat 52

قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ

Qālụ yā wailanā mam ba'aṡanā mim marqadinā, hāżā mā wa'adar-raḥmānu wa ṣadaqal-mursalūn.

Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah rasul-rasul(-Nya).

Ayat 53

اِنْ كَانَتْ اِلَّا صَيْحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ

In kānat illā ṣaiḥataw wāḥidatan fa iżā hum jamī'ul ladainā muḥḍarūn.

(Teriakan itu) hanya sekali saja, maka seketika itu mereka semua dihadapkan kepada Kami.

Ayat 54

فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Fal-yauma lā tuẓlamu nafsun syai'aw wa lā tujzauna illā mā kuntum ta'malūn.

Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.

Ayat 55

اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ ۚ

Inna aṣḥābal-jannatil-yauma fī syugulin fākihūn.

Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).

Ayat 56

هُمْ وَاَزْوَاجُهُمْ فِيْ ظِلٰلٍ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ مُتَّكِـُٔوْنَ ۚ

Hum wa azwājuhum fī ẓilālin 'alal-arā'iki muttaki'ūn.

Mereka dan pasangan-pasangannya berada dalam tempat yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan.

Ayat 57

لَهُمْ فِيْهَا فَاكِهَةٌ وَّلَهُمْ مَّا يَدَّعُوْنَ ۚ

Lahum fīhā fākihatuw wa lahum mā yadda'ūn.

Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka inginkan.

Ayat 58

سَلٰمٌۗ قَوْلًا مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ

Salāmun qaulam mir rabbir raḥīm.

(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.

Ayat 59

وَامْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ

Wamtāzul-yauma ayyuhal-mujrimūn.

Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), “Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berdosa!

Ayat 60

اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Alam a'had ilaikum yā banī ādama al lā ta'budusy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn.

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu.

Ayat 61

وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ

Wa ani'budụnī, hāżā ṣirāṭum mustaqīm.

dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”

Ayat 62

وَلَقَدْ اَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيْرًا ۗاَفَلَمْ تَكُوْنُوْا تَعْقِلُوْنَ

Wa laqad aḍalla minkum jibillan kaṡīrā, afalam takụnụ ta'qilūn.

Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak mengerti?

Ayat 63

هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

Hāżihī jahannamul-latī kuntum tụ'adūn.

Inilah (neraka) Jahanam yang dahulu telah diperingatkan kepadamu.

Ayat 64

اِصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُوْنَ

Iṣlauhal-yauma bimā kuntum takfurūn.

Masuklah ke dalamnya pada hari ini karena dahulu kamu mengingkarinya.

Ayat 65

اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Al-yauma nakhtimu 'alā afwāhihim wa tukallimunā aidīhim wa tasyhadu arjuluhum bimā kānụ yaksibūn.

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

Ayat 66

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَطَمَسْنَا عَلٰٓى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰى يُبْصِرُوْنَ

Wa lau nasyā'u laṭamasnā 'alā a'yunihim fastabaquṣ-ṣirāṭa fa annā yubṣirūn.

Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka bagaimana mungkin mereka dapat melihat?

Ayat 67

وَلَوْ نَشَاۤءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ

Wa lau nasyā'u lamasakhnāhum 'alā makānatihim famastaṭā'ụ muḍiyyaw wa lā yarji'ụn.

Dan jika Kami menghendaki, pastilah Kami ubah bentuk mereka di tempat mereka berada; sehingga mereka tidak sanggup berjalan lagi dan juga tidak sanggup kembali.

Ayat 68

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

Wa man nu'ammir-hu nunakkis-hu fil-khalq, afalā ya'qilūn.

Dan barangsiapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?

Ayat 69

وَمَا عَلَّمْنٰهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْۢبَغِيْ لَهٗ ۗاِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ وَّقُرْاٰنٌ مُّبِيْنٌ ۙ

Wa mā 'allamnāhusy-syi'ra wa mā yambagī lah, in huwa illā żikruw wa qur'ānum mubīn.

Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang jelas,

Ayat 70

لِّيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ

Liyunżira man kāna ḥayyaw wa yaḥiqqal-qaulu 'alal-kāfirīn.

agar dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan agar pasti ketetapan (azab) terhadap orang-orang kafir.

Ayat 71

اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مٰلِكُوْنَ

Awalam yarau annā khalaqnā lahum mimmā 'amilat aidīnā an'āman fahum lahā mālikūn.

Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya?

Ayat 72

وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ

Wa żallalnāhā lahum fa min-hā rakụbuhum wa min-hā ya'kulūn.

Dan Kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagian (lagi) mereka makan.

Ayat 73

وَلَهُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ وَمَشَارِبُۗ اَفَلَا يَشْكُرُوْنَ

Wa lahum fīhā manāfi'u wa masyārib, afalā yasykurūn.

Dan mereka memperoleh berbagai manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?

Ayat 74

وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اٰلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنْصَرُوْنَ ۗ

Wattakhażụ min dụnillāhi ālihatal la'allahum yunṣarūn.

Dan mereka mengambil sesembahan selain Allah, agar mereka mendapat pertolongan.

Ayat 75

لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ نَصْرَهُمْۙ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُّحْضَرُوْنَ

Lā yastaṭī'ụna naṣrahum wa hum lahum jundum muḥḍarūn.

(Sesembahan) itu tidak dapat menolong mereka; padahal (sesembahan) itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka.

Ayat 76

فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ ۘاِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَ

Fa lā yaḥzunka qauluhum, innā na'lamu mā yusirrụna wa mā yu'linūn.

Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati. Sungguh, Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.

Ayat 77

اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ

Awalam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa iżā huwa khaṣīmum mubīn.

Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata.

Ayat 78

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗۗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ

Wa ḍaraba lanā maṡalaw wa nasiya khalqah, qāla may yuḥyil-'iẓāma wa hiya ramīm.

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”

Ayat 79

قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْٓ اَنْشَاَهَآ اَوَّلَ مَرَّةٍ ۗوَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ ۙ

Qul yuḥyīhal-lażī ansya'ahā awwala marrah, wa huwa bikulli khalqin 'alīm.

Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.

Ayat 80

ۨالَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ الْاَخْضَرِ نَارًا فَاِذَآ اَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ

Allażī ja'ala lakum minasy-syajaril-akhḍari nāran fa iżā antum min-hu tụqidūn.

yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”

Ayat 81

اَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ ۗبَلٰى وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيْمُ

Awalaisal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa biqādirin 'alā ay yakhluqa miṡlahum, balā wa huwal-khallāqul-'alīm.

Dan bukankah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa itu (jasad mereka yang sudah hancur)? Benar. Dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui.

Ayat 82

اِنَّمَآ اَمْرُهٗٓ اِذَآ اَرَادَ شَيْـًٔا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

Innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqụla lahụ kun fa yakụn.

Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

Ayat 83

فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Fa subḥānal-lażī biyadihī malakụtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ụn.

Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.

Kandungan dan Tema Utama Surah Yasin

Surah Yasin, sebagai jantung Al-Qur'an, merangkum tema-tema esensial dalam akidah Islam. Memahaminya secara tematik akan membuka wawasan kita terhadap pesan agung yang dibawanya. Secara garis besar, surah ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian utama yang saling terkait dan menguatkan.

1. Penegasan Risalah dan Kenabian Muhammad SAW (Ayat 1-12)

Bagian awal surah ini dibuka dengan sumpah Allah SWT demi Al-Qur'an yang penuh hikmah. Sumpah ini berfungsi untuk menegaskan kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Allah bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah seorang utusan yang berada di jalan yang lurus. Penegasan ini sangat penting, mengingat surah ini turun di periode Mekah, di mana penolakan kaum Quraisy terhadap kenabian sangat kuat. Ayat-ayat ini memberikan penguatan kepada Nabi dan para pengikutnya, sekaligus menjadi argumentasi kuat bagi mereka yang meragukan. Allah juga menggambarkan kondisi orang-orang kafir yang hatinya telah tertutup dari kebenaran, laksana dibelenggu dan dikelilingi dinding, sehingga peringatan apapun tidak akan berguna bagi mereka. Sebaliknya, peringatan hanya bermanfaat bagi mereka yang mau mengikuti Al-Qur'an dan takut kepada Allah meskipun tidak melihat-Nya. Bagian ini diakhiri dengan penegasan kekuasaan Allah untuk menghidupkan yang mati dan mencatat segala amal perbuatan manusia, besar maupun kecil, dalam sebuah 'Kitab Induk' (Lauh Mahfuzh).

2. Kisah Penduduk Negeri dan Para Utusan (Ayat 13-32)

Bagian kedua menyajikan sebuah perumpamaan yang kuat tentang sebuah negeri (yang menurut para ahli tafsir merujuk pada Antiokia) yang didatangi oleh para utusan Allah. Awalnya diutus dua orang, namun mereka didustakan. Lalu, Allah menguatkan mereka dengan utusan ketiga. Penduduk negeri itu dengan sombong menolak seruan mereka, menganggap para utusan itu hanyalah manusia biasa yang membawa sial. Di tengah penolakan massal tersebut, muncullah seorang pahlawan iman. Seorang laki-laki yang datang bergegas dari ujung kota, menasihati kaumnya untuk mengikuti para utusan yang tidak meminta imbalan dan membawa petunjuk. Ia menyampaikan argumen logis tentang mengapa hanya Allah yang patut disembah. Akhir dari kisah ini sangat tragis bagi kaumnya dan mulia bagi sang pahlawan. Laki-laki beriman itu dibunuh oleh kaumnya, dan seketika ia dimasukkan ke dalam surga. Dari dalam surga, ia berandai-andai kaumnya mengetahui kemuliaan yang ia terima. Sementara itu, kaumnya yang durhaka dibinasakan oleh Allah hanya dengan satu teriakan dahsyat. Kisah ini menjadi pelajaran abadi tentang konsekuensi dari penolakan terhadap kebenaran dan kemuliaan yang diraih oleh pembela kebenaran.

3. Tanda-Tanda Kebesaran Allah di Alam Semesta (Ayat 33-44)

Setelah menyajikan kisah sejarah, surah ini beralih mengajak pembaca untuk merenungkan tanda-tanda (ayat) kekuasaan Allah yang terhampar di alam semesta. Ini adalah argumen rasional untuk membuktikan keberadaan dan keesaan Sang Pencipta, serta kekuasaan-Nya untuk membangkitkan manusia kembali. Ayat-ayat ini menyoroti:

  • Bumi yang mati dihidupkan kembali: Fenomena tanah tandus yang menjadi subur setelah turun hujan, menumbuhkan biji-bijian dan kebun-kebun, adalah cerminan dari proses hari kebangkitan.
  • Penciptaan berpasang-pasangan: Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan, baik dari tumbuhan, diri manusia, maupun dari hal-hal yang tidak diketahui manusia, menunjukkan keteraturan dan kebijaksanaan-Nya.
  • Pergantian malam dan siang: Sebuah siklus kosmik yang presisi, di mana malam datang menyelimuti dan siang datang menerangi.
  • Peredaran matahari dan bulan: Keduanya bergerak pada orbitnya masing-masing dengan ketetapan yang sempurna, tanpa pernah bertabrakan atau saling mendahului. Ini adalah bukti keagungan "Al-Aziz" (Yang Mahaperkasa) dan "Al-'Alim" (Yang Maha Mengetahui).
  • Kapal yang berlayar: Allah mengingatkan nikmat-Nya melalui kemampuan manusia membuat kapal (terinspirasi dari bahtera Nabi Nuh) dan berbagai moda transportasi lainnya, yang tanpanya manusia tidak akan bisa menjelajahi lautan luas.
Semua tanda ini mengajak manusia untuk bersyukur dan mengakui kebesaran Penciptanya.

4. Dialog Hari Kiamat dan Nasib Manusia (Ayat 45-83)

Bagian akhir surah ini melukiskan dengan sangat jelas dan dramatis peristiwa-peristiwa di hari kiamat dan pembalasan. Dimulai dengan sindiran terhadap kaum kafir yang selalu menantang kapan datangnya hari kiamat. Allah menjawab bahwa kiamat akan datang secara tiba-tiba melalui satu tiupan sangkakala yang mematikan. Kemudian, tiupan kedua akan membangkitkan semua manusia dari kubur mereka. Dalam kebingungan, mereka akan menyadari bahwa janji Allah adalah benar. Selanjutnya, surah ini menggambarkan dua nasib yang kontras:

  • Penghuni Surga: Mereka digambarkan berada dalam kesibukan yang menyenangkan, bersantai bersama pasangan mereka di atas dipan di tempat yang teduh. Mereka mendapatkan segala jenis buah-buahan dan apapun yang mereka inginkan. Puncak kenikmatan mereka adalah ucapan "Salam" dari Allah SWT, sebuah salam penuh kedamaian dan keridhaan.
  • Penghuni Neraka: Mereka, kaum yang berdosa, diperintahkan untuk berpisah dari kaum mukminin. Allah mengingatkan mereka akan perjanjian di dunia untuk tidak menyembah setan. Mulut mereka dikunci, dan anggota tubuh mereka (tangan dan kaki) yang akan bersaksi atas perbuatan dosa mereka. Mereka dimasukkan ke dalam neraka Jahanam yang telah dijanjikan.
Surah ini ditutup dengan penegasan kembali kekuasaan mutlak Allah. Allah yang mampu menciptakan manusia dari setetes mani, tentu lebih mampu lagi menghidupkannya kembali setelah menjadi tulang-belulang. Allah yang menciptakan api dari kayu yang hijau, dan yang menciptakan langit dan bumi, adalah Al-Khallaq (Maha Pencipta) dan Al-'Alim (Maha Mengetahui). Kekuasaan-Nya tak terbatas; jika Dia menghendaki sesuatu, cukup dengan berfirman "Kun" (Jadilah!), maka terjadilah ia. Ayat penutup adalah tasbih, menyucikan Allah yang di tangan-Nya lah kekuasaan atas segala sesuatu, dan kepada-Nya lah semua akan kembali.

Keutamaan dan Manfaat Membaca Surah Yasin

Surah Yasin memiliki banyak keutamaan (fadilat) yang disebutkan dalam beberapa hadis Nabi Muhammad SAW. Meskipun sebagian hadis memiliki tingkat kekuatan yang bervariasi, secara kolektif mereka menunjukkan betapa istimewanya surah ini dalam tradisi Islam. Membaca dan mengamalkannya diyakini membawa banyak manfaat spiritual dan kebaikan bagi seorang Muslim, baik di dunia maupun di akhirat.

Sebagai Jantung Al-Qur'an (Qalbul Qur'an)

Salah satu keutamaan paling terkenal adalah sebutannya sebagai 'jantung Al-Qur'an'. Sebagaimana jantung adalah organ vital yang memompa kehidupan ke seluruh tubuh, Surah Yasin mengandung intisari ajaran Al-Qur'an yang mencakup tauhid, risalah, dan akhirat. Membacanya seolah-olah menghidupkan kembali pilar-pilar keimanan dalam diri seorang mukmin.

Diampuni Dosa-dosa

Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa membaca Surah Yasin dengan niat tulus karena Allah dapat menjadi sebab diampuninya dosa. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Barangsiapa membaca Yasin pada suatu malam dengan mengharap wajah Allah, maka ia akan diampuni pada malam itu." Ini mendorong umat Islam untuk rutin membacanya, terutama di malam hari, sebagai sarana introspeksi diri dan memohon ampunan dari Sang Pencipta.

Memudahkan Urusan dan Sakaratul Maut

Surah Yasin sering dibaca untuk memohon kemudahan dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. Banyak orang meyakini bahwa dengan membacanya, Allah akan memberikan jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Selain itu, surah ini juga dianjurkan untuk dibacakan kepada orang yang sedang menghadapi sakaratul maut. Diyakini bahwa membacakan Surah Yasin di sisinya dapat membantu meringankan proses keluarnya ruh dari jasad dan memberikan ketenangan kepada orang yang akan meninggal dunia.

Pahala yang Berlipat Ganda

Sebuah hadis menyebutkan bahwa membaca Surah Yasin sekali sama dengan membaca Al-Qur'an sepuluh kali. Meskipun kualitas hadis ini diperdebatkan oleh para ulama, ia tetap menjadi motivasi besar bagi umat Islam untuk tidak meninggalkan bacaan surah mulia ini. Pahala yang besar ini menunjukkan betapa Allah menghargai hamba-Nya yang meluangkan waktu untuk merenungi firman-Nya yang agung ini.

Penutup yang Menggugah Jiwa

Membaca Surah Yasin bukan sekadar ritual tanpa makna. Ia adalah sebuah dialog antara hamba dengan Tuhannya. Setiap ayatnya membawa pesan yang mendalam, mulai dari penguatan iman, perenungan akan kebesaran alam, pelajaran dari sejarah umat terdahulu, hingga gambaran nyata tentang kehidupan setelah mati. Dengan memahami bacaan Rumi dan terjemahannya, semoga kita tidak hanya mampu melafalkannya, tetapi juga mampu meresapi setiap makna yang terkandung di dalamnya, sehingga Surah Yasin benar-benar menjadi cahaya dan petunjuk dalam kehidupan kita sehari-hari.

🏠 Kembali ke Homepage