Pedoman Komprehensif Surah Al-Quran untuk Kesembuhan Raga dan Jiwa
Sakit adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia. Dalam pandangan Islam, penyakit tidak hanya dipandang sebagai ujian fisik semata, tetapi juga sebagai sarana penggugur dosa, peninggi derajat, dan pengingat akan kelemahan diri serta kebesaran Allah SWT. Ketika menghadapi sakit, seorang Muslim diwajibkan untuk berikhtiar secara medis (berobat), namun ikhtiar yang paling mendasar dan utama adalah ikhtiar spiritual melalui doa, dzikir, dan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran.
Al-Quran adalah kitab petunjuk yang diturunkan tidak hanya sebagai panduan hukum dan moral, tetapi juga sebagai 'Syafa'' atau penyembuh, baik bagi penyakit hati (keraguan, kesedihan, kemaksiatan) maupun penyakit fisik. Allah SWT berfirman: "Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar (Syafa') dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-Isra: 82).
Oleh karena itu, surah-surah tertentu dalam Al-Quran memiliki keutamaan khusus yang sering diamalkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat sebagai sarana Ruqyah Syar'iyyah—metode pengobatan spiritual yang sesuai syariat. Artikel ini akan membahas secara mendalam surah-surah dan ayat-ayat kunci yang terbukti menjadi penenang jiwa dan penawar raga bagi mereka yang sedang diuji dengan sakit.
Surah Al-Fatihah (Pembukaan) adalah surah yang paling agung dalam Al-Quran, dan keutamaannya dalam pengobatan sangatlah luar biasa. Surah ini sering disebut sebagai Ummul Kitab (Induk Al-Kitab) dan juga dikenal sebagai Asy-Syafi (Penyembuh). Keistimewaan Al-Fatihah terletak pada kandungan maknanya yang mencakup seluruh inti ajaran Islam, mulai dari tauhid, pujian, pengakuan atas kekuasaan Allah, hingga permohonan hidayah dan perlindungan.
Penggunaan Al-Fatihah sebagai obat bukanlah sekadar tradisi, melainkan didasarkan pada Hadits shahih yang menceritakan kisah sekelompok sahabat yang melakukan perjalanan dan singgah di sebuah perkampungan. Ketika kepala suku perkampungan tersebut tersengat kalajengking, salah satu sahabat meruqyahnya hanya dengan membacakan Surah Al-Fatihah. Orang itu sembuh seketika.
Kisah Sahabat dan Al-Fatihah: Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri RA, Rasulullah SAW membenarkan tindakan sahabat tersebut dan bersabda: "Dari mana engkau tahu bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah?" (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini menegaskan status Al-Fatihah sebagai ruqyah syar'iyyah yang mutlak dan disepakati oleh ijma' ulama.
Saat menjenguk orang sakit atau meruqyah diri sendiri, Al-Fatihah dibaca sebanyak 7 kali (sesuai jumlah ayatnya), diikuti dengan meniupkan sedikit udara (tiupan ringan, bukan meludah) ke telapak tangan atau ke bagian tubuh yang sakit, atau ke air minum yang akan diberikan kepada pasien.
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm
(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.)
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Al-ḥamdu lillāhi rabbil-'ālamīn
(Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,)
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Ar-raḥmānir-raḥīm
(Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,)
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
Māliki yaumid-dīn
(Pemilik hari Pembalasan.)
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn
(Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.)
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm
(Tunjukilah kami jalan yang lurus,)
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
Ṣirāṭallażīna an'amta 'alaihim gairil-magḍụbi 'alaihim wa laḍ-ḍāllīn
(Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.)
Dua surah terakhir dalam Al-Quran, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas, dikenal dengan sebutan Al-Mu'awwidhatayn (Dua Surah Permohonan Perlindungan). Kedua surah pendek ini memiliki peran sentral dalam praktik pengobatan dan perlindungan diri (ruqyah) yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW sangat sering membaca ketiga surah ini (ditambah Al-Ikhlas) setiap malam sebelum tidur, mengusapkannya ke seluruh tubuh, terutama saat beliau merasa sakit. Aisyah RA meriwayatkan bahwa apabila beliau merasa sakit, beliau akan membaca ketiga surah ini ke telapak tangannya lalu mengusapkan ke tubuhnya. Saat sakit beliau bertambah parah, Aisyah lah yang membacakan surah-surah ini dan mengusapkan tangan beliau ke tubuh beliau.
Surah Al-Falaq adalah permohonan perlindungan dari segala kejahatan yang bersifat eksternal dan fisik yang berasal dari makhluk lain. Ini termasuk kejahatan malam, sihir, dan kedengkian.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلْفَلَقِ
Qul a'ūżu birabbil-falaq
(Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,)
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
Min syarri mā khalaq
(dari kejahatan (makhluk) yang Dia ciptakan,)
وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
Wa min syarri gāsiqin iżā waqab
(dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,)
وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِى ٱلْعُقَدِ
Wa min syarrin-naffāṡāti fil-'uqad
(dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,)
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad
(dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.)
Surah An-Nas adalah permohonan perlindungan dari kejahatan internal, yaitu kejahatan yang bersembunyi di dalam hati manusia, terutama godaan dan bisikan (waswas) dari jin dan manusia, yang seringkali memperburuk kondisi mental dan spiritual orang sakit.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ
Qul a'ūżu birabbin-nās
(Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.)
مَلِكِ ٱلنَّاسِ
Malikin-nās
(Raja manusia.)
إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ
Ilāhin-nās
(Sembahan manusia.)
مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ
Min syarril-waswāsil-khannās
(Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,)
ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ
Allażī yuwaswisu fī ṣudūrin-nās
(yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.)
مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ
Minal-jinnati wan-nās
(Dari (golongan) jin dan manusia.)
Selain Mu'awwidhatayn, dua teks suci ini melengkapi trio perlindungan utama yang wajib diamalkan oleh orang sakit atau yang merawatnya. Surah Al-Ikhlas adalah pernyataan tauhid murni, sementara Ayat Al-Kursi adalah puncak kekuasaan dan penjagaan Allah.
Membaca Al-Ikhlas sama nilainya dengan membaca sepertiga Al-Quran. Dalam konteks pengobatan, surah ini memberikan ketenangan jiwa dan kekuatan tauhid, yang sangat penting saat seseorang diuji dengan sakit. Penguatan tauhid menghilangkan rasa takut selain kepada Allah, yang merupakan akar dari banyak kecemasan yang memperburuk penyakit.
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Qul huwallāhu aḥad
(Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.)
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ
Allāhuṣ-ṣamad
(Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.)
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Lam yalid wa lam yụlad
(Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,)
وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌ
Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad
(dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.")
Ayat ke-255 dari Surah Al-Baqarah ini dikenal sebagai Ayat yang paling agung dalam Al-Quran karena kandungannya yang menjelaskan keesaan, keagungan, dan kekuasaan Allah yang mutlak. Ayat Al-Kursi adalah benteng pertahanan spiritual terkuat dari gangguan setan, jin, dan segala bentuk kejahatan.
Rasulullah SAW bersabda bahwa siapapun yang membacanya sebelum tidur, ia akan terus berada dalam perlindungan Allah, dan setan tidak akan mendekatinya hingga pagi hari. Bagi orang sakit, ini menjamin ketenangan tidur dan perlindungan dari waswas atau mimpi buruk yang dapat memperburuk kondisi fisik.
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ
Allāhu lā ilāha illā huwal-ḥayyul-qayyụm, lā ta'khużuhụ sinatuw wa lā naum, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi'iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai'im min 'ilmihī illā bimā syā', wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya'ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm.
(Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi (kekuasaan) Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.)
Selain surah-surah yang digunakan untuk ruqyah secara umum, para ulama, berdasarkan tafsir dan pengalaman, telah mengidentifikasi enam ayat spesifik dalam Al-Quran yang secara eksplisit menyebutkan kata 'Syafa' (penyembuhan) atau konteks kesembuhan. Keenam ayat ini dikenal sebagai 'Ayat As-Syifa' dan sangat dianjurkan untuk dibaca berulang kali dengan keyakinan penuh bagi orang sakit.
Pengamalan Ayat As-Syifa' ini biasanya dilakukan dengan membacanya pada air (yang kemudian diminum atau digunakan untuk mandi) atau dibaca pada minyak zaitun untuk dioleskan pada bagian tubuh yang sakit. Keyakinan bahwa Al-Quran adalah obat (At-Tibb An-Nabawi) menjadi landasan utama pengamalan ini.
Ayat ini berkaitan dengan penyembuhan kegelisahan, kesedihan, dan kemarahan yang seringkali menyertai penyakit. Penyembuhan yang dimaksud di sini adalah ketenangan batin dan kemenangan spiritual.
قَٰتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ ٱللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِينَ
Qātilūhum yu'ażżibhumullāhu bi'aidīkum wa yukhzihim wa yanṣurkum 'alaihim wa yasyfi ṣudūra qaumim mu'minīn
(Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolongmu terhadap mereka, serta melegakan (menyembuhkan) hati orang-orang yang beriman.)
Ini adalah salah satu ayat paling fundamental karena secara langsung menegaskan bahwa Al-Quran itu sendiri adalah penyembuh (Syifa) bagi apa yang ada di dalam dada (hati, jiwa, pikiran).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Yā ayyuhan-nāsu qad jā'atkum mau'iẓatum mir rabbikum wa syifā'ul limā fiṣ-ṣudūri wa hudaw wa raḥmatul lil-mu'minīn
(Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.)
Meskipun ayat ini secara harfiah berbicara tentang madu sebagai obat yang keluar dari perut lebah, para ulama menafsirkan bahwa makna yang lebih luas adalah Allah menempatkan obat pada apa yang Dia kehendaki, termasuk Al-Quran.
ثُمَّ كُلِى مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسْلُكِى سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٌ لِّلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
ṡumma kulī min kulliṡ-ṡamarāti faslukī subula rabbiki żululā, yakhruju mim buṭụnihā syarābum mukhtalifun alwānuhū fīhi syifā'ul lin-nās, inna fī żālika la'āyatal liqaumiy yatafakkarụn
(Kemudian makanlah dari segala (jenis) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.)
Ayat ini kembali menegaskan fungsi utama Al-Quran sebagai penawar dan rahmat. Ia menjadi obat bagi mereka yang beriman, namun bagi orang zalim, Al-Quran justru menambah kerugian karena mereka mengingkari petunjuknya.
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Wa nunazzilu minal-qur'āni mā huwa syifā'uw wa raḥmatul lil-mu'minīna wa lā yazīduẓ-ẓālimīna illā khasārā
(Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian.)
Ayat ini merupakan doa Nabi Ibrahim AS yang menunjukkan pengakuan mutlak bahwa satu-satunya Zat yang memiliki kuasa untuk menyembuhkan adalah Allah. Ayat ini menjadi dasar penting bagi seorang Muslim yang sakit, yaitu penyerahan total (Tawakkul).
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
Wa iżā mariḍtu fa huwa yasyfīn
(Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku,)
Ayat ini menekankan bahwa bagi mereka yang beriman, Al-Quran adalah petunjuk dan penyembuh. Walaupun ayat ini memiliki konteks penolakan orang kafir terhadap Al-Quran, ia tetap memuat penegasan terhadap sifat Syifa' bagi Mukmin.
وَلَوْ جَعَلْنَٰهُ قُرْءَانًا أَعْجَمِيًّا لَّقَالُوا۟ لَوْلَا فُصِّلَتْ ءَايَٰتُهُۥٓ ۖ ءَا۬عْجَمِىٌّ وَعَرَبِىٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ هُدًى وَشِفَآءٌ ۖ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُنَادَوْنَ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍ
Walau ja'alnāhu qur'ānan a'jamiyyal laqālū lau lā fuṣṣilat āyātuh, a a'jamiyyuw wa 'arabiyy, qul huwa lillażīna āmanū hudaw wa syifā', wallażīna lā yu'minụna fī āżānihim waqruw wa huwa 'alaihim 'amā, ulā'ika yunādauna mim makānim ba'īd
(Dan sekiranya Kami jadikan Al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah patut (Al-Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul) adalah orang Arab? Katakanlah: "Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.")
Beberapa surah besar lainnya, meskipun tidak secara langsung disebut sebagai ruqyah untuk penyakit fisik dalam Hadits, memiliki keutamaan luar biasa dalam memberikan ketenangan, mengusir rasa putus asa, dan mengingatkan akan akhirat, yang sangat dibutuhkan oleh orang yang sedang berjuang melawan sakit parah atau penyakit kronis.
Surah Yasin sering dibaca bagi orang yang berada di ambang kematian (sakaratul maut) untuk memudahkan proses keluarnya roh dan memberikan ketenangan. Namun, membacanya bagi orang sakit kronis juga sangat dianjurkan karena kandungan surah ini yang menguatkan keimanan akan kebangkitan, hari akhir, dan kekuasaan Allah.
Pembacaan Yasin mengingatkan bahwa dunia ini fana dan kesulitan yang dialami akan segera berakhir, baik dengan kesembuhan maupun dengan kepulangan kepada Sang Pencipta dalam keadaan beriman. Fokus pada janji surga dapat meringankan penderitaan fisik.
Surah Ar-Rahman berisi pengulangan ayat yang menekankan nikmat-nikmat Allah. Bagi orang sakit, membaca atau mendengarkan Ar-Rahman dapat menjadi pengingat yang kuat bahwa meskipun mereka sedang diuji dengan sakit, nikmat Allah yang tak terhitung jumlahnya tetap ada, termasuk nikmat Iman dan Islam. Surah ini menumbuhkan optimisme dan rasa syukur di tengah kesulitan.
Kedua surah pendek ini sangat mujarab untuk menyembuhkan penyakit hati seperti keputusasaan, kegelisahan, dan depresi yang sering menyertai sakit berkepanjangan.
Pengobatan spiritual melalui Al-Quran (Ruqyah) harus dilakukan dengan cara yang benar, khusyuk, dan sesuai dengan tuntunan syariat. Keberhasilan ruqyah sangat bergantung pada kekuatan keyakinan (yaqin) pembaca dan orang yang sakit terhadap kekuasaan Allah dan kemujaraban firman-Nya.
Ini adalah metode yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, terutama sebelum tidur atau ketika merasakan nyeri:
Ini adalah cara yang umum digunakan untuk mengobati penyakit internal atau kronis. Pembacaan dilakukan pada air bersih (air zamzam atau air mineral biasa), yang kemudian diminum atau digunakan untuk mandi:
Saat membaca surah-surah penyembuh, sangat dianjurkan untuk menggabungkannya dengan doa-doa yang diajarkan Rasulullah SAW ketika menjenguk orang sakit:
Doa untuk Diri Sendiri (Letakkan tangan pada bagian yang sakit):
بِسْمِ اللهِ (ثَلاَثًا) أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ (سَبْعَ مَرَّاتٍ)
Bismillāh (3 kali). A‘ūżu bi ‘izzatillāhi wa qudratihī min syarri mā ajidu wa uḥāżiru (7 kali).
(Dengan menyebut nama Allah (3 kali). Aku berlindung dengan keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya dari kejahatan yang aku rasakan dan yang aku khawatirkan (7 kali).)
Doa untuk Orang Lain:
أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَظِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
As'alullāhal 'aẓīma rabbal 'arsyil 'aẓīmi an yasyfiyak.
(Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan Arasy yang Agung, agar menyembuhkanmu.)
Meskipun kita telah mengamalkan seluruh surah dan ayat penyembuh ini dengan keyakinan yang kuat, sangat penting untuk selalu menjaga perspektif Islam yang benar mengenai takdir dan kesembuhan. Al-Quran adalah obat, tetapi ia bekerja atas kehendak Allah semata.
Tawakkul (penyerahan diri penuh) adalah puncak dari semua ikhtiar, baik medis maupun spiritual. Ketika seorang Muslim telah berobat, membaca Al-Quran, dan berdoa, ia harus menyerahkan hasilnya sepenuhnya kepada Allah SWT. Jika kesembuhan terjadi, itu adalah karunia. Jika penyakit itu membawa kepada wafat, itu adalah rahmat dan akhir yang mulia bagi seorang mukmin yang sabar dan ridha.
Penyakit mengajari kita bahwa kita adalah hamba yang lemah dan hanya Allah yang Maha Kuat. Oleh karena itu, jadikan pembacaan surah-surah ini bukan hanya sebagai ikhtiar pengobatan, tetapi sebagai ritual harian yang menguatkan hubungan (taqarrub) kita dengan Rabbul 'Alamin, Pemilik segala kesembuhan.