Menguak Makna Sholawat Pohon Uang

Ilustrasi Pohon Uang Ilustrasi SVG pohon rindang dengan daun berbentuk koin, melambangkan pertumbuhan rezeki melalui Sholawat Pohon Uang.

Dalam khazanah spiritualitas Islam, sholawat menempati posisi yang sangat mulia. Ia adalah jembatan kasih antara seorang hamba dengan junjungannya, Nabi Muhammad SAW. Lebih dari sekadar untaian kata pujian, sholawat adalah doa, pengakuan, dan wujud cinta yang paling tulus. Dari sekian banyak ragam sholawat yang dikenal, ada satu yang memiliki nama unik dan menarik perhatian: Sholawat Pohon Uang atau dikenal juga dengan nama Sholawat Syajarotun Nuqud.

Nama ini mungkin terdengar materialistis bagi sebagian orang. Namun, di balik istilah "Pohon Uang", tersimpan filosofi mendalam tentang rezeki, keberkahan, dan bagaimana seorang Muslim seharusnya memandang dunia melalui kacamata spiritual. Ini bukanlah mantra pesugihan, melainkan sebuah wasilah (perantara) doa yang agung, yang diyakini dapat membuka pintu-pintu rezeki dengan cara yang tidak terduga, selayaknya pohon subur yang tak henti menghasilkan buah.

Lafadz, Terjemahan, dan Makna Sholawat Pohon Uang

Inti dari setiap amalan adalah bacaannya. Sholawat Pohon Uang memiliki lafadz yang singkat, padat, namun sarat makna. Berikut adalah bacaan lengkapnya:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

"Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad."

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad."

Melihat lafadz di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa bacaan ini pada dasarnya adalah bentuk sholawat yang paling umum dan dikenal luas oleh umat Islam. Ini adalah bagian dari bacaan sholawat Ibrahimiyah yang dibaca dalam tasyahud akhir saat sholat. Kesederhanaan inilah yang menjadi kekuatannya. Tidak ada kalimat asing atau permintaan langsung yang bersifat duniawi di dalamnya. Isinya murni sanjungan dan doa bagi Rasulullah SAW beserta keluarganya. Lantas, dari mana datangnya keutamaan yang dihubungkan dengan kelancaran rezeki?

Membedah Setiap Kata

Untuk memahami kedalamannya, mari kita urai makna dari setiap frasa dalam sholawat ini:

Dari pembedahan ini, jelas bahwa konten sholawat ini adalah murni ibadah. Keutamaannya terkait rezeki datang dari keyakinan bahwa dengan memuliakan kekasih Allah (Nabi Muhammad SAW), seorang hamba sedang "mengetuk pintu langit" dengan cara yang paling dicintai oleh Allah. Balasan dari amalan ini tidak hanya pahala akhirat, tetapi juga kemudahan dan keberkahan dalam urusan dunia, termasuk rezeki.

Filosofi di Balik Nama "Pohon Uang"

Nama "Syajarotun Nuqud" atau "Pohon Uang" adalah sebuah kiasan atau metafora yang sangat indah. Ia bukan berarti uang akan tumbuh secara harfiah di halaman rumah. Filosofi ini dapat diuraikan dalam beberapa lapisan makna:

1. Pertumbuhan yang Berkelanjutan (Sustainable Growth)

Sebuah pohon tidak memberikan buahnya secara instan. Ia membutuhkan proses: benih ditanam, disiram, dipupuk, dan dirawat dengan sabar. Akarnya harus menancap kuat ke dalam tanah untuk menopang batang yang kokoh. Demikian pula dengan amalan sholawat ini. Ia perlu diamalkan dengan istiqomah (konsisten) dan kesabaran.

2. Sumber yang Tak Terputus

Pohon yang sehat dan subur akan terus menerus menghasilkan buah pada musimnya. Ia menjadi sumber kehidupan bagi banyak makhluk di sekitarnya. Metafora ini mengajarkan bahwa rezeki yang didapat melalui wasilah sholawat ini diharapkan menjadi rezeki yang berkah dan mengalir, tidak mudah habis, dan bahkan bisa menjadi manfaat bagi orang lain. Keberkahan (barakah) adalah nilai tambah spiritual pada harta, di mana yang sedikit terasa cukup, dan yang banyak membawa kebaikan, bukan malapetaka.

3. Rezeki dari Arah Tak Terduga

Sama seperti kita tidak bisa mengontrol dari dahan mana sebuah buah akan muncul, sering kali rezeki dari Allah datang melalui jalan yang tidak pernah kita perhitungkan. Mengamalkan sholawat ini adalah bentuk tawakal, yaitu menyerahkan sepenuhnya hasil kepada Allah setelah melakukan usaha maksimal (ikhtiar lahir dan batin). Keyakinan inilah yang membuka "pintu-pintu ajaib" rezeki.

Asal Usul dan Ijazah Amalan

Sholawat Pohon Uang ini dikenal luas dan dipopulerkan oleh para ulama dan habaib, salah satunya adalah Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim. Beliau memberikan ijazah (izin untuk mengamalkan) sholawat ini kepada para muridnya dengan kaifiyah (tata cara) tertentu. Dalam tradisi ilmu tasawuf dan amalan spiritual, ijazah dianggap penting karena menyambungkan sanad (rantai transmisi) keilmuan dan keberkahan dari seorang guru kepada muridnya.

Adanya ijazah menunjukkan bahwa amalan ini bukanlah karangan sembarangan, melainkan sesuatu yang telah diamalkan dan dirasakan manfaatnya oleh para guru spiritual terdahulu. Meskipun demikian, perlu dipahami bahwa bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah amalan yang dianjurkan secara umum dalam Al-Qur'an (Surah Al-Ahzab: 56), sehingga siapapun boleh mengamalkannya. Ijazah lebih bersifat sebagai pengkhususan tata cara dan untuk mendapatkan keberkahan dari mata rantai para guru.

Tata Cara Mengamalkan Sholawat Pohon Uang

Berdasarkan ijazah yang umum beredar, terdapat tata cara khusus untuk mengamalkan Sholawat Pohon Uang agar mendapatkan fadhilah atau keutamaan yang maksimal. Tentu saja, semua ini kembali pada niat dan kesungguhan hati.

Waktu Terbaik

Waktu yang paling dianjurkan untuk mengamalkan wirid sholawat ini adalah setelah sholat Isya. Malam hari adalah waktu yang mustajab untuk berdoa, di mana suasana lebih hening dan hati lebih mudah untuk khusyuk dan fokus dalam berzikir kepada Allah SWT.

Jumlah Bacaan

Jumlah yang sering diijazahkan adalah sebanyak 400 kali. Angka ini bukanlah angka keramat, melainkan jumlah yang dianggap pas oleh para ulama pengijazah sebagai sebuah riyadhah (latihan spiritual) yang membutuhkan keseriusan dan konsistensi. Mengapa 400? Angka ini sering muncul dalam amalan-amalan tertentu, yang diyakini memiliki rahasia tersendiri dalam membentuk energi spiritual dan fokus batin. Namun, jika tidak mampu, membacanya sesuai kemampuan dengan istiqomah jauh lebih baik daripada membaca 400 kali tetapi hanya sesekali.

Langkah-langkah Pengamalan

  1. Niat yang Tulus: Awali dengan niat yang lurus karena Allah SWT, untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan sebagai wujud cinta kepada Rasulullah SAW. Jadikan harapan akan kelancaran rezeki sebagai motivasi sekunder, bukan tujuan utama.
  2. Bersuci: Pastikan dalam keadaan suci dari hadas kecil dan besar (memiliki wudhu).
  3. Tawassul: Hadiahkan bacaan Al-Fatihah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, para wali Allah, dan khususnya kepada guru yang mengijazahkan amalan ini (jika mengetahuinya).
  4. Membaca Sholawat: Bacalah lafadz sholawat "Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad" sebanyak 400 kali dengan penuh penghayatan.
  5. Tutup dengan Doa: Setelah selesai, panjatkan doa dan hajat Anda kepada Allah SWT. Mohonlah ampunan, rahmat, serta kelancaran dan keberkahan dalam rezeki.
  6. Istiqomah: Kunci utama dari amalan ini adalah konsistensi. Lakukan setiap malam tanpa putus. Jika terlewat, usahakan untuk menggantinya (qadha) di waktu lain.

Memadukan Ikhtiar Langit dan Ikhtiar Bumi

Penting untuk menggarisbawahi bahwa mengamalkan Sholawat Pohon Uang bukanlah jalan pintas untuk menjadi kaya tanpa usaha. Islam adalah agama yang sangat seimbang, yang mengajarkan umatnya untuk menyelaraskan antara usaha spiritual (ikhtiar langit) dan usaha fisik (ikhtiar bumi).

Sholawat ini berfungsi sebagai "pelumas spiritual" bagi mesin usaha kita. Ia membuka pintu-pintu yang mungkin tertutup, mendatangkan pertolongan yang tidak terduga, dan yang terpenting, menanamkan keberkahan dalam setiap hasil yang kita peroleh. Seseorang yang rajin bersholawat namun malas bekerja adalah orang yang keliru dalam memahami konsep tawakal. Sebaliknya, orang yang bekerja keras siang dan malam namun melupakan hak-hak Allah dan melupakan zikir adalah seperti mesin yang bekerja tanpa henti namun rentan rusak dan tidak memiliki "jiwa".

Kombinasi yang ideal adalah:

Kesalahpahaman yang Perlu Diluruskan

Seperti banyak amalan spiritual lainnya, Sholawat Pohon Uang juga tidak luput dari kesalahpahaman. Berikut beberapa hal yang perlu diluruskan:

1. "Apakah Ini Bukan Bid'ah?"

Lafadz sholawat ini ("Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad") adalah bacaan yang ma'tsur (memiliki dasar) dan disepakati kebaikannya oleh seluruh ulama. Yang menjadi pembahasan adalah penamaan ("Pohon Uang") dan pengkhususan jumlah (400 kali). Ini masuk dalam kategori amalan para ulama salafus shalih yang berdasarkan tajribah (pengalaman spiritual). Selama isinya tidak bertentangan dengan syariat, niatnya benar, dan tidak diyakini sebagai satu-satunya cara, maka ia termasuk dalam keumuman anjuran untuk memperbanyak sholawat.

2. "Saya Sudah Mengamalkan Tapi Belum Kaya."

Tujuan utama bersholawat adalah meraih cinta Nabi dan ridha Allah. Kekayaan hanyalah efek samping yang Allah berikan sesuai kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Bisa jadi, Allah menunda pemberian rezeki materi, namun menggantinya dengan yang lebih baik: kesehatan, keluarga yang harmonis, ketenangan batin, anak-anak yang sholeh, atau dihindarkan dari musibah. Ini semua adalah bentuk rezeki yang tak ternilai harganya. Teruslah berprasangka baik kepada Allah (husnudzon).

3. "Bolehkah Diamalkan Tanpa Ijazah?"

Boleh. Bersholawat adalah ibadah yang terbuka untuk siapa saja. Namun, mengamalkannya dengan ijazah diyakini memiliki nilai tambah berupa keberkahan sanad dan bimbingan spiritual. Jika Anda belum mendapat ijazah secara langsung, niatkan dalam hati untuk mengikuti jejak para ulama shalih yang telah mengamalkannya.

Penutup: Menanam Pohon Keberkahan

Sholawat Pohon Uang (Syajarotun Nuqud) adalah sebuah amalan agung yang mengajarkan kita filosofi rezeki yang mendalam. Ia mengajak kita untuk tidak hanya fokus pada "buah" (hasil), tetapi juga menikmati proses merawat "pohon" itu sendiri. Proses menanam akar keimanan, mengokohkan batang istiqomah, menumbuhkan dahan ikhtiar, dan menyiraminya dengan zikir dan doa.

Pada akhirnya, amalan ini adalah tentang membangun hubungan. Hubungan vertikal dengan Allah SWT, Sang Pemberi Rezeki, dan hubungan spiritual dengan Rasulullah SAW, sang pembawa rahmat bagi seluruh alam. Ketika hubungan ini terjalin dengan baik, maka pintu-pintu kebaikan, termasuk pintu rezeki, akan terbuka lebar dari arah yang tidak pernah kita duga. Mari kita mulai menanam "pohon" kita masing-masing, merawatnya dengan cinta dan kesabaran, lalu biarkan Allah yang menumbuhkannya menjadi pohon yang rindang dan berbuah lebat, tidak hanya di dunia, tetapi juga hingga ke akhirat kelak.

🏠 Kembali ke Homepage