Menguak Keajaiban Amalan Sholawat Nariyah 11 Kali
Di tengah lautan doa dan dzikir yang tak terhingga dalam khazanah Islam, terdapat satu mutiara yang cahayanya senantiasa benderang, menjadi wasilah bagi jutaan umat untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui kecintaan kepada Rasul-Nya. Mutiara itu dikenal dengan nama Sholawat Nariyah. Sebuah rangkaian kalimat agung yang tidak hanya berisi pujian, tetapi juga permohonan yang mendalam, yang diyakini memiliki kekuatan luar biasa untuk membuka pintu-pintu kesulitan dan mendatangkan berbagai macam kebaikan.
Amalan membaca Sholawat Nariyah telah mengakar kuat dalam tradisi spiritual masyarakat Muslim di berbagai belahan dunia, termasuk di Nusantara. Ia diamalkan dalam berbagai bilangan, mulai dari sekali setelah sholat, hingga ribuan kali dalam sebuah majelis. Namun, ada satu praktik yang sangat populer dan mudah dijangkau oleh siapa saja: mengamalkannya sebanyak 11 kali secara rutin. Amalan ini, meskipun terlihat sederhana, menyimpan rahasia kekuatan spiritual yang dahsyat bagi mereka yang melaksanakannya dengan penuh keyakinan dan keistiqomahan.
Artikel ini akan mengajak Anda untuk menyelami lebih dalam samudra makna, sejarah, fadhilah, serta tata cara mengamalkan Sholawat Nariyah 11 kali. Ini bukan sekadar panduan, melainkan sebuah perjalanan untuk memahami mengapa amalan ringan ini bisa menjadi kunci pembuka berbagai hajat, penenang jiwa yang gundah, dan pelita di kala hidup terasa gelap.
Teks Agung dan Makna Mendalam Sholawat Nariyah
Sebelum kita melangkah lebih jauh, marilah kita resapi bersama keindahan lafal dan kedalaman makna dari Sholawat Nariyah. Memahami setiap frasa di dalamnya adalah langkah pertama untuk merasakan getaran spiritualnya saat kita membacanya.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
Allahumma sholli sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taamman 'ala sayyidinaa muhammadinil ladzii tanhallu bihil 'uqodu wa tanfariju bihil kurobu wa tuqdhoo bihil hawaa-iju wa tunaalu bihir roghoo-ibu wa husnul khowaatimi wa yustasqol ghomaamu biwajhihil kariimi wa 'alaa aalihii wa shohbihii fii kulli lamhatin wa nafasin bi 'adadi kulli ma'luumin laka.
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan berkahnya semua kesulitan dapat terurai, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat wajahnya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap kedipan mata dan hembusan nafas, sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh-Mu."
Membedah Setiap Frasa Penuh Makna
Sholawat Nariyah bukan sekadar rangkaian kata. Setiap kalimatnya adalah doa yang terstruktur dengan indah, mengandung permohonan yang komprehensif. Mari kita bedah satu per satu:
1. "Allahumma sholli sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taamman..." (Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh...)
Ini adalah pembuka yang menunjukkan adab tertinggi seorang hamba. Kita memohon kepada Allah, Sang Pemilik segala kekuasaan, untuk menganugerahkan shalawat dan salam yang "sempurna" dan "penuh" (kaamilah wa taamman). Ini bukan permohonan biasa, melainkan permohonan untuk kualitas pujian dan salam yang terbaik, yang paling layak untuk Rasulullah SAW. Kesempurnaan di sini mencakup segala aspek, baik lahir maupun batin, di dunia dan di akhirat.
2. "...'ala sayyidinaa muhammadinil ladzii..." (kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan berkahnya...)
Frasa ini adalah inti dari tawassul (menjadikan sesuatu sebagai perantara). Kita mengakui kedudukan agung Nabi Muhammad SAW sebagai "Sayyidina" (junjungan kita) dan meyakini bahwa melalui kemuliaan dan keberkahan beliaulah, pertolongan Allah akan datang. Ini adalah bentuk penghormatan dan pengakuan atas wasilah yang telah Allah tetapkan.
3. "...tanhallu bihil 'uqod..." (semua kesulitan dapat terurai...)
"'Uqod" secara harfiah berarti "ikatan-ikatan" atau "simpul-simpul". Dalam konteks kehidupan, ini adalah metafora untuk segala macam masalah yang terasa mengikat dan sulit dipecahkan. Bisa berupa lilitan hutang, konflik keluarga yang rumit, masalah pekerjaan yang buntu, atau bahkan "simpul" penyakit dalam tubuh. Dengan berkah sholawat ini, kita memohon agar Allah mengurai semua simpul kusut tersebut.
4. "...wa tanfariju bihil kurob..." (semua kesusahan dapat dilenyapkan...)
"Kurob" adalah bentuk jamak dari "kurbah", yang berarti kesedihan yang mendalam, kegelisahan, dan kecemasan yang menyesakkan dada. Ini adalah permohonan untuk kelegaan batin. Saat hati terasa sempit, masa depan tampak suram, dan jiwa dilanda kegundahan, frasa ini adalah permohonan agar Allah melapangkan dada dan melenyapkan awan kesedihan tersebut.
5. "...wa tuqdhoo bihil hawaa-ij..." (semua keperluan dapat terpenuhi...)
"Hawaa-ij" adalah segala bentuk hajat, kebutuhan, dan keperluan hidup kita. Ini mencakup kebutuhan materiil seperti rezeki yang halal, rumah yang layak, pekerjaan yang baik, dan juga kebutuhan non-materiil seperti ilmu yang bermanfaat, jodoh yang shalih/shalihah, dan keturunan yang baik. Ini adalah doa yang sangat komprehensif untuk pemenuhan segala hajat kita.
6. "...wa tunaalu bihir roghoo-ib..." (semua yang didambakan dapat diraih...)
Jika "hawaa-ij" adalah kebutuhan, maka "roghoo-ib" adalah keinginan atau cita-cita. Ini adalah level yang lebih tinggi dari sekadar kebutuhan. Mungkin kita bercita-cita untuk bisa menunaikan ibadah haji, membangun lembaga pendidikan, atau mencapai prestasi tertentu. Doa ini memohon agar Allah memudahkan jalan kita untuk meraih segala cita-cita mulia tersebut.
7. "...wa husnul khowaatim..." (dan husnul khatimah dapat diraih...)
Inilah puncak dari segala permohonan seorang mukmin. Setelah semua kebutuhan dan keinginan duniawi, kita memohon akhir yang baik (husnul khatimah). Sebuah kematian dalam keadaan beriman, diridhai Allah, dan terhindar dari fitnah di akhir hayat. Ini adalah permohonan untuk kesuksesan terbesar, yaitu keselamatan di akhirat.
8. "...wa yustasqol ghomaamu biwajhihil kariim..." (dan berkat wajahnya yang mulia hujanpun turun...)
Frasa ini adalah kiasan yang sangat indah. "Hujan" adalah simbol rahmat, berkah, dan rezeki yang melimpah. "Wajahnya yang mulia" merujuk pada kemuliaan dan kedudukan Nabi Muhammad SAW di sisi Allah. Sebagaimana orang-orang di zaman dahulu bertawassul dengan Nabi untuk memohon hujan, kita pun memohon agar rahmat Allah yang seluas-luasnya turun kepada kita berkat kemuliaan Rasulullah SAW.
9. "...wa 'alaa aalihii wa shohbihii..." (dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya...)
Sebuah sholawat tidak akan lengkap tanpa menyertakan keluarga (Ahlul Bait) dan para sahabat Nabi. Ini adalah bentuk adab kita, mengakui jasa dan kemuliaan orang-orang terdekat Rasulullah yang telah berjuang bersama beliau dalam menyebarkan risalah Islam.
10. "...fii kulli lamhatin wa nafasin..." (di setiap kedipan mata dan hembusan nafas...)
Ini menunjukkan permohonan agar shalawat dan salam tersebut tercurah secara terus-menerus, tanpa henti, setiap saat. Setiap kedipan mata, setiap tarikan nafas, adalah momentum di mana kita berharap rahmat dan shalawat senantiasa terlimpah untuk Nabi Muhammad SAW.
11. "...bi 'adadi kulli ma'luumin laka." (sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh-Mu.)
Ini adalah penutup yang menunjukkan ketidakterbatasan. Kita tidak mampu menghitung pujian yang layak untuk Nabi, maka kita menyerahkannya kepada ilmu Allah yang Maha Meliputi. Kita memohon agar shalawat ini dilimpahkan sebanyak segala sesuatu yang ada dalam pengetahuan Allah. Sebuah permintaan yang agung dan tak terbatas.
Asal-Usul dan Sejarah Sholawat Nariyah
Sholawat Nariyah, yang juga dikenal dengan nama Sholawat Tafrijiyah (pelepas kesusahan) atau Sholawat Qurthubiyah, memiliki sejarah yang kaya dan dihormati oleh para ulama. Nama "Nariyah" sendiri seringkali disalahpahami. Ia tidak berasal dari kata "Nar" yang berarti api neraka, melainkan merujuk pada sifatnya yang bekerja cepat dan efektif dalam mengabulkan hajat, laksana "api" yang menyambar dengan cepat.
Sholawat ini diyakini disusun oleh seorang ulama besar dari abad ke-11, yaitu Syaikh Ahmad al-Qurthubi dari Cordoba, Spanyol. Beliau adalah seorang waliyullah yang dikenal karena kedalaman ilmunya dan kecintaannya yang luar biasa kepada Rasulullah SAW. Ada juga riwayat yang menisbatkannya kepada Syaikh Abdul Wahhab At-Tazi. Terlepas dari siapa penyusun pastinya, sholawat ini telah diterima secara luas (qabul) oleh para ulama dan auliya dari generasi ke generasi.
Salah satu tokoh yang sangat mempopulerkan sholawat ini adalah Syaikh Yusuf An-Nabhani dalam kitabnya "Afdhalus Shalawat". Beliau menceritakan pengalaman para ulama salaf yang telah membuktikan keampuhan sholawat ini. Mereka sering mengamalkannya dalam bilangan tertentu untuk hajat-hajat besar, seperti 4444 kali, yang diyakini sebagai "kunci gudang" terkabulnya doa.
Di Nusantara, Sholawat Nariyah menjadi salah satu wirid yang paling dicintai, terutama di kalangan Nahdliyin dan para santri di pondok pesantren. Para kiai dan habaib sering mengajarkan sholawat ini kepada murid-murid mereka sebagai benteng spiritual dan sarana untuk memohon pertolongan Allah dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Mengapa Angka 11? Rahasia di Balik Istiqomah
Pertanyaan yang sering muncul adalah, mengapa harus 11 kali? Apakah angka ini memiliki makna mistis tertentu? Jawaban utamanya terletak pada konsep istiqomah atau konsistensi.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling terus-menerus (istiqomah) meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim). Amalan membaca Sholawat Nariyah sebanyak 11 kali adalah bentuk nyata dari hadits ini.
1. Praktis dan Mudah Dikerjakan
Angka 11 adalah bilangan yang sangat praktis. Membacanya tidak membutuhkan waktu yang lama, mungkin hanya sekitar 5-7 menit. Ini membuatnya sangat mudah untuk diintegrasikan ke dalam rutinitas harian. Bisa dibaca setelah sholat Subuh, setelah sholat Maghrib, atau sebelum tidur. Kemudahan inilah yang menjadi kunci agar seseorang bisa menjaganya setiap hari tanpa merasa terbebani.
2. Membangun Kebiasaan Spiritual
Bagi banyak orang, memulai amalan dalam jumlah besar bisa terasa menakutkan dan sulit dipertahankan. Memulai dengan 11 kali adalah langkah awal yang sempurna. Ia seperti "vitamin spiritual" harian. Dengan menjaganya setiap hari, seseorang sedang membangun sebuah kebiasaan positif yang akan menguatkan hubungannya dengan Allah dan Rasul-Nya. Dari kebiasaan kecil inilah, cinta dan kerinduan untuk berdzikir akan tumbuh.
3. Energi yang Terfokus
Meskipun jumlahnya sedikit, melakukannya dengan fokus dan khusyuk jauh lebih baik daripada membaca ribuan kali dengan pikiran yang melayang. Angka 11 memungkinkan kita untuk menjaga konsentrasi, merenungkan setiap makna kalimatnya, dan menghadirkan hati kita sepenuhnya. Kualitas amalan seringkali lebih penting daripada kuantitasnya.
4. Pintu Menuju Amalan yang Lebih Besar
Amalan 11 kali bisa menjadi pintu gerbang. Ketika seseorang sudah merasakan ketenangan dan keberkahan dari amalan ini, seringkali akan muncul dorongan dari dalam hati untuk menambahnya. Mungkin pada hari-hari tertentu ia ingin membacanya 41 kali, atau bahkan 100 kali. Namun, amalan 11 kali tetap menjadi pondasi hariannya yang tidak pernah ditinggalkan.
Jadi, kekuatan dari amalan 11 kali ini bukanlah terletak pada angka saktinya, melainkan pada kekuatan istiqomah yang terkandung di dalamnya. Ia adalah bukti komitmen harian seorang hamba untuk senantiasa terhubung dengan cahaya kenabian.
Fadhilah dan Keutamaan Agung Mengamalkan Sholawat Nariyah
Para ulama dan orang-orang shalih yang telah mengamalkan Sholawat Nariyah telah menyaksikan dan merasakan berbagai macam fadhilah (keutamaan) yang luar biasa. Keutamaan ini mencakup aspek duniawi dan ukhrawi, lahir dan batin.
Keutamaan Duniawi: Pembuka Pintu Kebaikan
- Pelancar Rezeki: Banyak kesaksian dari para pengamal sholawat ini yang merasakan pintu rezekinya terbuka dari arah yang tidak disangka-sangka. Kesulitan ekonomi perlahan terurai dan kebutuhan hidup tercukupi atas izin Allah.
- Solusi Atas Masalah Rumit: Ketika dihadapkan pada masalah yang terasa buntu, mengamalkan sholawat ini dengan penuh keyakinan dapat mendatangkan ilham dan jalan keluar yang tidak terpikirkan sebelumnya. "Simpul-simpul" masalah seolah-olah dilonggarkan oleh Allah.
- Terpenuhinya Hajat: Baik itu hajat untuk mendapatkan pekerjaan, jodoh, keturunan, atau kesembuhan dari penyakit, sholawat ini adalah sarana doa yang sangat mustajab untuk memohon kepada Allah.
- Perlindungan dan Keselamatan: Dengan menjadikannya wirid harian, seseorang akan merasakan adanya perlindungan dari Allah terhadap berbagai macam marabahaya, kejahatan, sihir, dan musibah.
Keutamaan Ukhrawi dan Spiritual: Nutrisi bagi Jiwa
- Meningkatkan Kecintaan kepada Rasulullah SAW: Semakin sering kita menyebut nama beliau dan memujinya, maka secara otomatis rasa cinta, rindu, dan keinginan untuk meneladani akhlaknya akan semakin tumbuh di dalam hati.
- Mendapatkan Syafa'at: Tujuan utama dari bersholawat adalah harapan untuk mendapatkan syafa'at (pertolongan) dari Rasulullah SAW di hari kiamat, sebuah hari di mana tidak ada pertolongan selain dari yang diizinkan Allah.
- Membersihkan Hati: Getaran spiritual dari kalimat-kalimat sholawat dapat membersihkan hati dari penyakit-penyakit seperti kesombongan, iri, dengki, dan cinta dunia yang berlebihan. Ia menumbuhkan ketenangan dan kejernihan jiwa.
- Mendekatkan Diri kepada Allah: Bersholawat kepada Nabi adalah perintah langsung dari Allah (QS. Al-Ahzab: 56). Dengan melaksanakannya, kita sedang menjalankan perintah-Nya, yang pada hakikatnya adalah sebuah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Adab dan Tata Cara Mengamalkan Sholawat Nariyah 11 Kali
Agar amalan kita lebih bermakna dan berpotensi besar untuk diijabah, penting untuk memperhatikan adab dan tata caranya. Berikut adalah langkah-langkah yang dianjurkan:
- Bersuci: Awali dengan berwudhu untuk menyucikan diri dari hadas kecil. Kesucian lahiriah akan membantu mencapai kesucian batiniah.
- Pilih Waktu yang Tepat: Waktu terbaik adalah di saat-saat mustajab seperti setelah sholat fardhu (terutama Subuh dan Maghrib), di sepertiga malam terakhir, atau sebelum tidur. Namun, ia bisa dibaca kapan saja. Kuncinya adalah konsistensi.
- Menghadap Kiblat: Duduklah dengan tenang menghadap kiblat. Ini membantu meningkatkan fokus dan kekhusyukan.
- Niat yang Ikhlas: Luruskan niat di dalam hati. Niatkan membaca sholawat ini semata-mata karena Allah, untuk memuji Rasulullah SAW, dan bertawassul memohon pertolongan Allah atas hajat yang sedang dihadapi. Contoh niat dalam hati: "Ya Allah, hamba berniat membaca Sholawat Nariyah ini sebagai bentuk ketaatan dan cinta kepada Rasul-Mu, dan hamba memohon kepada-Mu agar Engkau mengurai kesulitanku / melapangkan rezekiku / mengabulkan hajatku..."
- Diawali dengan Istighfar dan Al-Fatihah: Mulailah dengan membaca istighfar (misalnya "Astaghfirullahal 'adziim" 3x) untuk memohon ampunan, kemudian hadiahkan bacaan surat Al-Fatihah kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabat, para nabi, para wali, guru-guru kita, dan kaum muslimin secara umum.
- Baca dengan Tartil dan Khusyuk: Bacalah Sholawat Nariyah sebanyak 11 kali dengan perlahan (tartil), jelas makhraj hurufnya, dan yang terpenting, hadirkan hati. Cobalah untuk meresapi setiap makna dari kalimat yang diucapkan. Jangan terburu-buru.
- Tutup dengan Doa: Setelah selesai 11 kali, angkatlah kedua tangan dan panjatkan doa pribadi Anda kepada Allah. Sampaikan hajat Anda dengan bahasa yang paling tulus dari hati. Yakinlah bahwa Allah Maha Mendengar.
- Husnudzon (Berbaik Sangka): Miliki keyakinan penuh dan berbaik sangka kepada Allah bahwa doa Anda akan diijabah pada waktu dan dengan cara yang terbaik menurut-Nya.
Kesimpulan: Sebuah Amalan Ringan dengan Dampak Mendalam
Mengamalkan Sholawat Nariyah sebanyak 11 kali setiap hari adalah sebuah investasi spiritual yang sangat berharga. Ia adalah amalan yang ringan di lisan, namun berat dalam timbangan kebaikan. Ia adalah jembatan yang menghubungkan hati kita dengan Sang Kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW, dan melalui jembatan itu, rahmat dan pertolongan Allah SWT mengalir deras.
Jangan pernah meremehkan kekuatan dari sebuah amalan yang istiqomah, meskipun terlihat kecil. Tetesan air yang terus-menerus jatuh mampu melubangi batu yang keras. Begitu pula dengan wirid Sholawat Nariyah 11 kali yang dibaca dengan tulus setiap hari, ia mampu mengurai simpul-simpul masalah yang paling kusut, melapangkan dada yang paling sempit, dan membuka pintu-pintu hajat yang paling tertutup.
Marilah kita jadikan amalan mulia ini sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Sebagai penenang di kala resah, sebagai harapan di kala putus asa, dan sebagai ungkapan cinta abadi kita kepada sang pembawa rahmat bagi seluruh alam, Sayyidina Muhammad SAW. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dan menerima setiap amal ibadah kita. Aamiin.