Mengupas Makna Mendalam Sholawat Badar
Di antara lautan pujian dan sanjungan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, terdapat sebuah gubahan sholawat yang gaungnya begitu akrab di telinga umat Islam, khususnya di Nusantara. Sholawat Badar, demikian ia dikenal, bukan sekadar rangkaian kata indah, melainkan sebuah doa, munajat, dan cerminan sejarah yang sarat akan makna spiritual. Lantunannya yang syahdu dan penuh semangat seringkali menggema di berbagai majelis taklim, perayaan hari besar Islam, hingga menjadi penyejuk kalbu dalam kesendirian.
Sholawat ini memiliki daya tarik yang unik. Ia mampu menyatukan untaian pujian kepada Rasulullah SAW, permohonan kepada Allah SWT, dan tawassul (menjadikan perantara) melalui para pejuang mulia, Ahli Badar. Untuk memahami kedalaman Sholawat Badar, kita perlu menyelami tidak hanya lafadz dan artinya, tetapi juga sejarah di balik penciptaannya serta hikmah yang terkandung dalam setiap baitnya. Artikel ini akan membawa kita dalam perjalanan spiritual untuk mengupas tuntas Sholawat Badar, dari teks hingga konteks, dari makna harfiah hingga tafsir mendalam.
Teks Lengkap Sholawat Badar: Arab, Latin, dan Terjemahan
Berikut adalah teks lengkap dari Sholawat Badar, disajikan dalam tulisan Arab, transliterasi Latin untuk mempermudah pelafalan, serta terjemahan dalam Bahasa Indonesia agar maknanya dapat dipahami secara utuh.
صَـلَاةُ اللهِ سَـلَامُ اللهِ عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
Shalaatullaah Salaamullaah ‘Alaa Thaaha Rasuulillaah
صَـلَاةُ اللهِ سَـلَامُ اللهِ عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
Shalaatullaah Salaamullaah ‘Alaa Yaa Siin Habiibillaah
"Rahmat Allah dan keselamatan Allah semoga tercurah atas Thaha (gelar Nabi Muhammad), utusan Allah. Rahmat Allah dan keselamatan Allah semoga tercurah atas Yasin (gelar Nabi Muhammad), kekasih Allah."
تَوَسَّلْنَا بِـبِـسْـمِ اللهِ وَبِالْـهَادِي رَسُـوْلِ اللهِ
Tawassalnaa Bibismillaah Wa Bil Haadi Rasuulillaah
وَ كُــلِّ مُجَـاهِـدٍ لِلّهِ بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Wa Kulli Mujaahidin Lillaah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Kami bertawassul dengan Bismillah, dan dengan sang pembawa petunjuk, Rasulullah. Dan dengan setiap mujahid di jalan Allah, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
إِلهِـي سَـلِّـمِ الْاُمَّـة مِنَ الْآفَـاتِ وَالنِّـقْـمَةَ
llaahi Sallimil Ummah Minal Aafaati Wan Niqmah
وَمِنْ هَـمٍّ وَمِنْ غُـمَّـةٍ بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Wa Min Hammin Wa Min Ghummah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Ya Tuhanku, selamatkanlah umat dari malapetaka dan siksa. Dan dari kesusahan dan dari kemuraman, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
إِلَهِي نَجِّنَا وَاكْشِفْ جَمِيْعَ أَذِيَّةٍ وَاصْرِفْ
Ilaahi Najjinaa Waksyif Jamii’a Adziyyatin Wahrif
مَكَائِدَ الْعِدَا وَالْطُفْ بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Makaa-idal ‘idaa wal-thuf Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Ya Tuhanku, selamatkanlah kami dan lenyapkanlah segala yang menyakitkan, dan palingkanlah tipu daya musuh, dan berlemah lembutlah, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
إِلهِـي نَـفِّـسِ الْـكُـرَبَا مِنَ الْعَاصِيْـنَ وَالْعَطْـبَا
Ilaahi Naffisil Kurabaa Minal’Ashiina Wal’athbaa
وَ كُـلِّ بَـلِـيَّـةٍ وَوَبـَا بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Wa Kulli Baliyyatin Wa Wabaa Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Ya Tuhanku, hilangkanlah kesusahan-kesusahan dari para pendurhaka dan mereka yang binasa. Serta dari setiap bencana dan wabah penyakit, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
فَكَــمْ مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ وَكَــمْ مِنْ ذِلَّةٍ فَصَلَتْ
Fakam Min Rahmatin Washalat Wa Kam Min Dzillatin Fashalat
وَكَــمْ مِنْ نِعْمَةٍ وَصَلَتْ بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Wa Kam Min Ni’matin Washalat Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Maka betapa banyak rahmat yang telah tiba, dan betapa banyak kehinaan yang telah sirna. Dan betapa banyak kenikmatan yang telah sampai, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
وَكَــمْ أَغْنَيْتَ ذَا الْعُمْرِ وَكَــمْ أَوْلَيْتَ ذَا الْفَقْرِ
Wa Kam Aghnaita Dzal ‘Umri Wa Kam Autaita Dzal Faqri
وَكَــمْ عَافَيْتَ ذَا الْوِزْرِ بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Wa Kam ‘Aafaita Dzal Wizri Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Betapa sering Engkau memberi kecukupan bagi yang panjang usianya, dan betapa sering Engkau memberi karunia bagi yang fakir. Dan betapa sering Engkau mengampuni yang berdosa, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَـلْـبِ جَمِيْعُ الْأَرْضِ مَعْ رَحْبِ
Laqad Dlaaqat ‘Alal Qalbi Jamii’ul Ardli Ma’ Rahbi
فَانْـجِ مِنَ الْبَلاَ الصَّعْبِ بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Faanji Minal Balaas Sha’bi Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Sungguh telah terasa sempit di dalam hati, seluruh bumi yang luas ini. Maka selamatkanlah kami dari bencana yang berat, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
أَتَيْنَا طَالِبِي الرِّفْقِ وَجُلَّ الْخَيْرِ وَالسَّعْدِ
Atainaa Thaalibir Rifqi Wa Jullil Khairi Was Sa’di
فَوَسِّعْ مِنْحَةَ الْأَيْدِيْ بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Fawassi’ Minhatal Aidii Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Kami datang memohon kasih sayang, dan seluruh kebaikan serta kebahagiaan. Maka luaskanlah anugerah dari tangan-Mu, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
فَـلَا تَرْدُدْ مَعَ الْخَيْبَةْ بَلِ اجْعَلْنَا عَلَى الطَّيِّبَةْ
Falaa Tardud Ma’al Khaibah Balij’alnaa ‘Alath Thaibah
أَيَا ذَا الْعِزِّ وَالْهَيْبَةْ بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Ayaa Dzal ‘Izzi Wal Haibah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Maka janganlah Engkau tolak kami dengan kekecewaan, bahkan jadikanlah kami senantiasa dalam kebaikan. Wahai Dzat yang memiliki kemuliaan dan kewibawaan, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
وَإِنْ تَرْدُدْ فَمَنْ نَأْتِيْ بِنَيْلِ جَمِيْعِ حَاجَاتِي
Wa In Tardud Faman Na’tii Binaili Jamii’i Haajaati
أَيَا جَالِي الْمُلِمَّاتِ بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Ayaa Jaalil Mulimmaati Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Dan jika Engkau menolak, maka kepada siapa kami akan datang untuk memperoleh semua hajat kami? Wahai Dzat yang melenyapkan segala bencana, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
إِلَهِي اغْفِرْ وَأَكْرِمْنَا بِنَيْلِ مَطَالِبٍ مِنَّا
llaahighfir Wa Akrimnaa Binaili Mathaalibin Minnaa
وَدَفْعِ مَسَاءَةٍ عَنَّا بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Wa Daf’i Masaa-atin ‘Annaa Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Ya Tuhanku, ampunilah dan muliakanlah kami dengan tercapainya segala yang kami dambakan. Dan tertolaknya segala keburukan dari kami, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
إِلهِـي أَنْتَ ذُوْ لُطْفٍ وَذُوْ فَضْلٍ وَذُوْ عَطْفٍ
Ilaahii Anta Dzuu Luthfin Wa Dzuu Fadhlin Wa Dzuu ‘Athfin
وَكَــمْ مِنْ كُرْبَةٍ تَنْفِيْ بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Wa Kam Min Kurbatin Tanfii Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Ya Tuhanku, Engkaulah yang memiliki kelembutan, keutamaan, dan kasih sayang. Dan betapa banyak kesulitan yang Engkau singkirkan, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
وَصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ الْبَرِّ بِلَا عَدٍّ وَلَا حَصْرِ
Wa Shalli ‘Alan Nabil Barri Bilaa ‘Addin Wa Laa Hashri
وَآلِ سَادَةٍ غُرِّ بِأَهْـلِ الْبَـدْرِ يَا اَللهُ
Wa Aali Saadatin Ghurri Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
"Dan limpahkanlah shalawat atas Nabi yang penuh kebaikan, tanpa bilangan dan tanpa batas. Beserta keluarga beliau yang mulia dan bercahaya, karena berkah Ahli Badar, ya Allah."
Sejarah dan Latar Belakang Penciptaan Sholawat Badar
Di balik liriknya yang menyentuh, Sholawat Badar menyimpan kisah inspiratif tentang seorang ulama Nusantara. Sholawat ini digubah oleh Kiai Haji Ali Manshur Shiddiq, seorang ulama kharismatik dari Tuban, Jawa Timur, yang juga merupakan cucu dari salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Wahab Chasbullah.
Penciptaan sholawat ini tidak lahir dari ruang hampa. Ia muncul dari sebuah konteks sosial-politik yang penuh gejolak. Pada masa itu, suasana kebatinan masyarakat sedang resah akibat berbagai ketidakpastian dan ancaman, terutama dari gerakan-gerakan yang berseberangan dengan nilai-nilai keagamaan. Kiai Ali Manshur, sebagai seorang ulama, merasakan betul kegelisahan umat tersebut.
Dalam keadaan prihatin inilah, Kiai Ali Manshur melakukan riyadhah (latihan spiritual) dan munajat kepada Allah SWT. Diceritakan bahwa pada suatu malam, beliau bermimpi didatangi oleh sekelompok orang berjubah hijau. Dalam mimpi yang lain, beliau seakan-akan bertemu langsung dengan Baginda Nabi Muhammad SAW. Peristiwa spiritual ini memberikan inspirasi mendalam bagi beliau. Dari sana, mengalirlah untaian kata-kata indah yang kemudian kita kenal sebagai Sholawat Badar.
Nama "Badar" dipilih bukan tanpa alasan. Perang Badar adalah momen fundamental dalam sejarah Islam, di mana pasukan Muslim yang berjumlah sedikit, dengan pertolongan Allah, mampu mengalahkan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar dan kuat. Kemenangan ini adalah simbol pertolongan ilahi di saat-saat paling genting. Dengan menyebut "Ahli Badar" (para pejuang Badar), Kiai Ali Manshur berharap agar spirit, keberanian, dan yang terpenting, pertolongan Allah yang turun pada Perang Badar, juga tercurah kepada umat Islam yang sedang menghadapi berbagai cobaan di zamannya.
Sholawat ini kemudian diperkenalkan kepada publik dan dengan cepat menyebar luas, terutama di kalangan warga nahdliyin. Kekuatan liriknya yang memadukan pujian, doa, dan tawassul, serta melodinya yang mudah dilantunkan, menjadikannya cepat diterima dan dicintai oleh masyarakat luas. Hingga hari ini, Sholawat Badar telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi keagamaan di Indonesia dan bahkan di berbagai belahan dunia Muslim lainnya.
Analisis Mendalam Setiap Bait Sholawat Badar
Setiap bait dalam Sholawat Badar mengandung lapisan makna yang mendalam. Mari kita bedah satu per satu untuk memahami pesan yang terkandung di dalamnya.
Bait Pembuka: Sanjungan Agung
Bait pertama dan kedua adalah murni sanjungan dan pujian. "Shalaatullaah Salaamullaah" (Rahmat Allah, Keselamatan Allah) adalah bentuk doa terbaik yang kita panjatkan. Rahmat (Shalah) dari Allah berarti pujian-Nya di hadapan para malaikat, sementara Keselamatan (Salam) adalah permohonan agar Nabi SAW senantiasa dilindungi dari segala kekurangan dan marabahaya.
Penyebutan gelar "Thaha" dan "Yasin" adalah bentuk penghormatan tertinggi. Meskipun para ulama tafsir memiliki beragam pendapat mengenai arti kedua kata ini (yang merupakan huruf pembuka surat dalam Al-Qur'an), keduanya secara populer dimaknai sebagai nama atau gelar mulia bagi Rasulullah SAW. "Rasulillah" (Utusan Allah) menegaskan status kerasulannya, sementara "Habibillah" (Kekasih Allah) menyoroti kedudukan istimewa beliau di sisi Allah SWT. Bait ini menjadi fondasi dari seluruh sholawat: memulainya dengan memuliakan sosok yang paling dimuliakan.
Bait Tawassul: Mengetuk Pintu Rahmat
Bait ketiga dan keempat memperkenalkan konsep sentral dalam sholawat ini: tawassul. "Tawassalnaa Bibismillaah" (Kami bertawassul dengan Bismillah) menunjukkan bahwa segala permohonan dimulai dengan menyebut Asma Allah yang Agung. Kemudian, dilanjutkan dengan "Wa Bil Haadi Rasuulillaah" (dan dengan sang pembawa petunjuk, Rasulullah), menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai perantara utama dalam doa.
Puncak dari tawassul dalam sholawat ini adalah penyebutan "Bi Ahlil Badri Yaa Allaah" (karena berkah Ahli Badar, ya Allah). Ahli Badar adalah 313 sahabat Nabi yang berjuang dengan keimanan luar biasa dalam Perang Badar. Mereka adalah generasi terbaik yang dijanjikan surga dan diampuni dosa-dosanya. Bertawassul dengan mereka berarti memohon kepada Allah agar, demi kemuliaan dan kedudukan para pejuang suci tersebut, doa-doa kita dikabulkan. Ini adalah bentuk penghormatan kepada para pahlawan Islam dan pengakuan bahwa perjuangan mereka memiliki nilai abadi di sisi Allah.
Bait Permohonan Keselamatan Umat
Mulai dari bait kelima, sholawat ini beralih menjadi untaian doa yang spesifik. "llaahi Sallimil Ummah" (Ya Tuhanku, selamatkanlah umat) adalah doa yang bersifat universal. Permohonannya adalah agar umat diselamatkan dari "al-aafaat wan niqmah" (malapetaka dan siksa) serta "hammin wa ghummah" (kesusahan dan kemuraman). Ini mencakup segala bentuk penderitaan, baik yang bersifat fisik (bencana alam, wabah, perang) maupun batin (stres, depresi, kecemasan). Doa ini menunjukkan kepedulian mendalam terhadap kondisi kolektif umat Islam.
Bait Perlindungan dari Musuh dan Tipu Daya
Bait ketujuh dan kedelapan adalah doa untuk perlindungan. "Najjinaa" (selamatkan kami), "waksyif" (lenyapkanlah), dan "washrif" (palingkanlah) adalah tiga kata kerja permohonan yang kuat. Objek yang dimohonkan untuk dijauhkan adalah "jamii’a adziyyah" (segala yang menyakitkan) dan "makaa-idal ‘idaa" (tipu daya musuh). Musuh di sini bisa dimaknai secara luas: musuh yang terlihat (orang-orang yang berniat jahat) maupun yang tidak terlihat (setan dan hawa nafsu). Permohonan "wal-thuf" (dan berlemah lembutlah) adalah pengakuan bahwa hanya dengan kelembutan dan kasih sayang Allah, perlindungan itu menjadi sempurna.
Bait Harapan di Tengah Ujian
Bait-bait selanjutnya adalah refleksi atas realitas kehidupan yang penuh dengan cobaan. "Naffisil kurabaa minal ‘ashiina wal ‘athbaa" (hilangkanlah kesusahan dari para pendurhaka dan mereka yang binasa) adalah doa yang menunjukkan keluasan rahmat. Doa ini tidak hanya untuk orang-orang saleh, tetapi juga untuk mereka yang masih bergelimang dosa, dengan harapan mereka diberi kesempatan untuk bertaubat. Permohonan dijauhkan dari "kulli baliyyatin wa wabaa" (setiap bencana dan wabah) menjadi sangat relevan di setiap zaman, mengingatkan kita bahwa manusia sangatlah lemah dan selalu membutuhkan pertolongan-Nya.
Bait Refleksi Nikmat (Seri "Fakam")
Serangkaian bait yang dimulai dengan kata "Fakam" (Betapa banyak/sering) adalah sebuah ajakan untuk merenung dan bersyukur. Bait-bait ini berfungsi sebagai pengingat bahwa di tengah kesulitan, pertolongan dan nikmat Allah tidak pernah berhenti mengalir.
- "Fakam min rahmatin hashalat" (Betapa banyak rahmat yang telah tiba): Mengingatkan kita akan kasih sayang Allah yang tak terhingga.
- "Wa kam min dzillatin fashalat" (dan betapa banyak kehinaan yang telah sirna): Mengingat saat-saat Allah mengangkat derajat kita dari keterpurukan.
- "Wa kam min ni’matin washalat" (dan betapa banyak kenikmatan yang telah sampai): Mengajak kita menghitung nikmat materi dan non-materi yang telah kita terima.
- "Wa kam aghnaita dzal ‘umri" (Betapa sering Engkau memberi kecukupan): Mengakui bahwa Allah adalah Maha Pemberi Rezeki.
- "Wa kam ‘aafaita dzal wizri" (Dan betapa sering Engkau mengampuni yang berdosa): Mengingatkan akan sifat Allah yang Maha Pengampun, membuka pintu harapan bagi para pendosa.
Bait Pengaduan dan Kerendahan Diri
Puncak dari perasaan butuh kepada Allah tergambar dalam bait "Laqad dlaaqat ‘alal qalbi" (Sungguh telah terasa sempit di dalam hati). Ini adalah ungkapan jujur tentang kondisi manusia saat dihadapkan pada masalah yang terasa begitu berat hingga membuat dunia yang luas terasa sempit. Ini adalah pengaduan seorang hamba yang lemah kepada Tuhannya yang Maha Kuat, memohon "fanji minal balaas sha’bi" (selamatkanlah dari bencana yang berat).
Bait selanjutnya, "Atainaa thaalibir rifqi" (Kami datang memohon kasih sayang), menunjukkan adab dalam berdoa. Kita datang sebagai pemohon yang mengharapkan kelembutan, kebaikan, dan kebahagiaan dari Sang Pemberi. Ini adalah sikap rendah hati, mengakui bahwa kita tidak memiliki daya dan upaya apa pun tanpa pertolongan-Nya.
Bait Penutup: Puncak Harapan dan Doa
Bait-bait terakhir adalah kulminasi dari seluruh permohonan. "Falaa tardud ma’al khaibah" (Maka janganlah Engkau tolak kami dengan kekecewaan) adalah rayuan penuh harap agar doa tidak ditolak. Pertanyaan retoris "Wa in tardud faman na’tii?" (Dan jika Engkau menolak, maka kepada siapa kami akan datang?) adalah penegasan tauhid yang paling dalam: tidak ada tempat lain untuk meminta dan berharap selain kepada Allah SWT.
Sholawat ini ditutup dengan doa yang komprehensif: memohon ampunan ("ighfir"), kemuliaan ("akrimnaa"), terkabulnya segala hajat ("binaili mathaalibin minnaa"), dan ditolaknya segala keburukan ("wa daf’i masaa-atin ‘annaa"). Semuanya kembali diikat dengan wasilah "Bi Ahlil Badri Yaa Allaah".
Dan sebagai penutup yang sempurna, dilantunkan kembali shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya ("Wa shalli ‘alan Nabil Barri ... wa aali saadatin ghurri"), tanpa batas dan hitungan. Ini adalah adab dalam berdoa, yaitu memulai dan mengakhirinya dengan shalawat kepada Nabi, karena doa yang diapit oleh dua shalawat lebih mustajab untuk dikabulkan.
Keutamaan dan Manfaat Mengamalkan Sholawat Badar
Mengamalkan Sholawat Badar, sebagaimana sholawat lainnya, adalah bentuk ibadah yang mendatangkan banyak keutamaan. Namun, karena kandungan doanya yang spesifik, para ulama dan orang-orang saleh meyakini adanya manfaat-manfaat khusus bagi yang melantunkannya dengan penuh keyakinan dan keikhlasan.
- Sarana Mendapatkan Ketenangan Batin: Liriknya yang penuh dengan permohonan perlindungan dan penyerahan diri kepada Allah dapat memberikan efek menenangkan bagi jiwa yang sedang gundah, cemas, atau merasa tertekan oleh beban kehidupan.
- Benteng Perlindungan dari Musibah: Kandungan doanya secara eksplisit memohon keselamatan dari berbagai bencana (aafaat), wabah (wabaa), tipu daya musuh (makaa-idal ‘idaa), dan segala hal yang menyakitkan. Diyakini, dengan izin Allah, sholawat ini dapat menjadi wasilah untuk terhindar dari marabahaya.
- Wasilah Terkabulnya Hajat: Sebagai doa yang dipanjatkan dengan bertawassul kepada Rasulullah dan Ahli Badar, Sholawat Badar sering diamalkan sebagai sarana untuk memohon agar hajat-hajat, baik duniawi maupun ukhrawi, dikabulkan oleh Allah SWT.
- Meningkatkan Kecintaan kepada Rasulullah dan Para Sahabat: Dengan rutin melantunkannya, lisan dan hati kita akan terbiasa menyebut dan memuji Nabi Muhammad SAW serta mengenang perjuangan heroik para sahabat Ahli Badar. Hal ini secara alami akan menumbuhkan dan memperkuat rasa cinta (mahabbah) kepada mereka.
- Memperoleh Syafaat dan Rahmat Allah: Inti dari bersholawat adalah melaksanakan perintah Allah dan memohon rahmat bagi Nabi. Sebagai imbalannya, Allah akan melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersholawat, dan Rasulullah SAW telah berjanji akan memberikan syafaatnya bagi umat yang banyak bersholawat kepadanya.
Kesimpulan
Sholawat Badar lebih dari sekadar alunan nada dan untaian kata. Ia adalah sebuah monumen spiritual yang lahir dari rahim keprihatinan seorang ulama, terinspirasi oleh sejarah agung Perang Badar, dan dirangkai menjadi sebuah doa yang komprehensif. Di dalamnya terkandung pujian, sanjungan, permohonan perlindungan, pengaduan seorang hamba, dan harapan yang tak pernah putus kepada rahmat Allah SWT.
Dari pembukaan yang agung hingga penutup yang penuh harap, setiap baitnya mengajak kita untuk merefleksikan hubungan kita dengan Allah, kecintaan kita kepada Rasulullah, dan penghargaan kita kepada para pahlawan Islam. Mengamalkan Sholawat Badar adalah cara kita menyambungkan diri dengan warisan spiritual para pendahulu, sembari menumpahkan segala hajat dan kegelisahan kita di hadapan Dzat Yang Maha Mendengar. Ia adalah bukti bahwa dalam setiap keadaan, baik lapang maupun sempit, lisan seorang mukmin akan selalu basah oleh zikir, doa, dan sholawat.