Memahami Sholat Witir 1 Rakaat Secara Komprehensif
Sholat Witir merupakan salah satu ibadah sunnah yang memiliki kedudukan sangat istimewa dalam Islam. Ia disebut sebagai penutup sholat malam, penyempurna ibadah, dan amalan yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di antara berbagai pilihan jumlah rakaatnya, pelaksanaan sholat witir 1 rakaat menjadi topik yang sering dibahas karena kemudahannya, sekaligus menjadi bukti fleksibilitas syariat Islam. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan sholat witir 1 rakaat, mulai dari landasan hukum, tata cara pelaksanaan yang benar, bacaan-bacaan yang dianjurkan, hingga keutamaan yang terkandung di dalamnya.
Makna dan Kedudukan Sholat Witir dalam Islam
Secara etimologi, kata "witir" (الوِتْرُ) dalam bahasa Arab berarti ganjil. Penamaan ini merujuk pada jumlah rakaatnya yang selalu ganjil, seperti satu, tiga, lima, tujuh, dan seterusnya. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa Allah itu ganjil (Esa) dan mencintai yang ganjil.
"Sesungguhnya Allah itu Witir (ganjil) dan Dia mencintai yang ganjil." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hukum Melaksanakan Sholat Witir
Mayoritas ulama (jumhur ulama) dari mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum sholat witir adalah sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kedudukannya sangat kuat, sehingga sebagian ulama menganggap makruh bagi seseorang yang mampu namun meninggalkannya secara sengaja dan terus-menerus.
Dalil yang menguatkan pendapat ini adalah hadits dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
"Sholat Witir bukanlah suatu kewajiban sebagaimana sholat fardhu kalian. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya dan bersabda, 'Wahai Ahlul Qur'an, laksanakanlah sholat witir, karena sesungguhnya Allah itu Witir dan mencintai yang ganjil'." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al-Albani)
Di sisi lain, mazhab Hanafi memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Mereka berpendapat bahwa hukum sholat witir adalah wajib. Perlu dipahami bahwa "wajib" dalam terminologi mazhab Hanafi berbeda dengan "fardhu". Fardhu adalah kewajiban yang didasarkan pada dalil yang qath'i (pasti dan tidak ada keraguan), seperti sholat lima waktu. Sedangkan wajib didasarkan pada dalil yang zhanni (dugaan kuat), namun tetap harus dilaksanakan. Meninggalkannya menurut mereka adalah dosa. Pendapat ini didasarkan pada hadits yang berbunyi, "Witir itu haq (kewajiban), barangsiapa tidak berwitir, maka ia bukan dari golonganku." Namun, kualitas hadits ini diperdebatkan oleh para ahli hadits.
Meskipun terdapat perbedaan pandangan, semua mazhab sepakat akan pentingnya sholat witir dan agungnya kedudukannya sebagai ibadah penutup malam.
Landasan Hukum Pelaksanaan Sholat Witir 1 Rakaat
Pertanyaan yang sering muncul adalah, "Apakah sah melaksanakan sholat witir hanya dengan satu rakaat?" Jawabannya adalah ya, sah dan dibenarkan secara syar'i. Pelaksanaan sholat witir 1 rakaat memiliki landasan yang kuat dari hadits-hadits shahih dan praktik para sahabat. Ini menunjukkan betapa agama Islam memberikan kemudahan bagi umatnya.
Dalil-dalil dari Hadits Nabi
Banyak riwayat yang secara eksplisit menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melaksanakan atau mengajarkan sholat witir dengan satu rakaat.
1. Hadits dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sholat malam itu dua rakaat dua rakaat. Apabila salah seorang dari kalian khawatir akan masuk waktu Subuh, maka hendaklah ia sholat satu rakaat sebagai witir (penutup) bagi sholat yang telah ia kerjakan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini adalah dalil paling jelas dan kuat. Frasa "maka hendaklah ia sholat satu rakaat sebagai witir" secara tegas menunjukkan kebolehan dan bahkan anjuran untuk menutup sholat malam dengan satu rakaat witir. Ini bisa berlaku bagi orang yang telah sholat tahajjud beberapa rakaat sebelumnya, atau bagi orang yang hanya ingin mengerjakan witir saja.
2. Hadits dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Witir adalah haq bagi setiap muslim. Barangsiapa yang ingin berwitir lima rakaat, lakukanlah. Barangsiapa yang ingin berwitir tiga rakaat, lakukanlah. Dan barangsiapa yang ingin berwitir satu rakaat, lakukanlah." (HR. Abu Daud, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Al-Albani)
Hadits ini memberikan pilihan yang sangat jelas kepada umat Islam. Rasulullah memberikan opsi dari lima, tiga, hingga satu rakaat. Ini menunjukkan bahwa sholat witir 1 rakaat adalah salah satu cara yang sah dan diakui untuk melaksanakan ibadah ini.
Praktik Para Sahabat
Tidak hanya diajarkan oleh Nabi, pelaksanaan sholat witir satu rakaat juga dipraktikkan oleh para sahabat terkemuka. Diriwayatkan bahwa sahabat seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan, Sa'ad bin Abi Waqqash, Mu'awiyah bin Abi Sufyan, dan banyak sahabat lainnya pernah melaksanakan sholat witir satu rakaat.
Salah satu riwayat terkenal adalah ketika Mu'awiyah radhiyallahu ‘anhu melakukan sholat witir satu rakaat setelah Isya. Hal ini kemudian dilaporkan kepada Ibnu Abbas. Ibnu Abbas pun berkata, "Biarkan saja dia, sesungguhnya dia telah bersahabat (belajar) dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam... Dia adalah seorang yang faqih (paham agama)." (HR. Bukhari).
Kisah ini menunjukkan bahwa praktik sholat witir satu rakaat adalah sesuatu yang ma'ruf (dikenal) dan diterima di kalangan para sahabat.
Tata Cara Pelaksanaan Sholat Witir 1 Rakaat yang Rinci
Melaksanakan sholat witir 1 rakaat sangatlah sederhana dan tidak memerlukan banyak waktu. Namun, penting untuk melakukannya dengan tuma'ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa) agar ibadah menjadi khusyuk dan diterima. Berikut adalah panduan langkah demi langkah.
1. Niat
Niat adalah rukun pertama dan paling fundamental. Niat tempatnya di dalam hati, dan melafazkannya adalah sunnah menurut sebagian ulama untuk membantu memantapkan hati. Niat dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram. Anda cukup meniatkan di dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah witir satu rakaat karena Allah Ta'ala.
Lafaz niat yang bisa diucapkan (namun tidak wajib):
أُصَلِّيْ سُنَّةً الوِتْرِ رَكْعَةً لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal witri rak'atan lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat karena Allah Ta'ala."
2. Takbiratul Ihram
Berdiri tegak menghadap kiblat, lalu mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau telinga sambil mengucapkan "Allahu Akbar" (الله أكبر). Pandangan mata diarahkan ke tempat sujud. Dengan takbiratul ihram ini, Anda telah resmi memulai sholat dan diharamkan melakukan hal-hal di luar gerakan dan bacaan sholat.
3. Membaca Doa Iftitah
Setelah takbiratul ihram dan bersedekap (meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dada atau perut), disunnahkan untuk membaca doa iftitah. Ada beberapa versi doa iftitah yang diajarkan oleh Nabi. Salah satu yang paling populer adalah:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Allahu akbar kabiiro, walhamdulillaahi katsiiro, wa subhaanallaahi bukrotaw wa'ashiilaa.
4. Membaca Surat Al-Fatihah
Setelah doa iftitah, bacalah Ta'awudz (A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim) dan Basmalah (Bismillaahir rahmaanir rahiim), kemudian dilanjutkan dengan membaca Surat Al-Fatihah. Membaca Al-Fatihah adalah rukun sholat yang wajib dibaca di setiap rakaat. Bacalah dengan tartil, jelas, dan penuh penghayatan.
5. Membaca Surat Pendek (Sunnah)
Setelah selesai membaca Al-Fatihah, disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Dalam sholat witir, terutama yang satu rakaat, sangat dianjurkan untuk membaca tiga surat sekaligus, yaitu Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq, dan Surat An-Nas.
Praktik ini didasarkan pada hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha. Meskipun hadits tersebut secara spesifik menyebutkan bacaan ini dalam konteks witir tiga rakaat (Al-A'la, Al-Kafirun, lalu Al-Ikhlas), para ulama menganalogikan bahwa untuk satu rakaat, mengumpulkan surat-surat mu'awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) bersama Al-Ikhlas adalah pilihan yang sangat baik karena kandungan tauhid dan permohonan perlindungannya yang sempurna, sangat cocok sebagai penutup amalan. Namun, membaca satu surat saja (misalnya Al-Ikhlas) atau surat lain pun tetap sah.
6. Rukuk
Setelah selesai membaca surat, angkat kedua tangan (seperti saat takbiratul ihram), lalu ucapkan "Allahu Akbar" dan turun untuk rukuk. Posisikan punggung lurus sejajar dengan lantai, kepala tidak menunduk atau mendongak, dan kedua telapak tangan memegang lutut. Dalam posisi ini, bacalah tasbih rukuk sebanyak tiga kali atau lebih (dalam hitungan ganjil).
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ
Subhaana robbiyal 'azhiimi wa bihamdih. (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya).
7. I'tidal
Bangkit dari rukuk sambil mengangkat kedua tangan dan mengucapkan:
سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami'allaahu liman hamidah. (Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya).
Setelah berdiri tegak, bacalah doa i'tidal:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Robbanaa wa lakal hamd, mil'assamawaati wa mil'al ardhi wa mil'a maa syi'ta min syai'in ba'du. (Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu).
8. Sujud Pertama
Ucapkan "Allahu Akbar" lalu turun untuk sujud. Pastikan tujuh anggota badan menyentuh lantai: dahi (bersama hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Renggangkan lengan dari lambung dan perut dari paha. Bacalah tasbih sujud sebanyak tiga kali atau lebih.
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
Subhaana robbiyal a'laa wa bihamdih. (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya).
9. Duduk di Antara Dua Sujud
Bangkit dari sujud sambil mengucapkan "Allahu Akbar" dan duduk iftirasy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan). Bacalah doa berikut:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي وَاعْفُ عَنِّي
Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'aafinii, wa'fu 'annii. (Ya Tuhanku, ampunilah aku, sayangilah aku, cukupkanlah kekuranganku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku).
10. Sujud Kedua
Ucapkan "Allahu Akbar" dan kembali melakukan sujud kedua, sama seperti sujud pertama, baik gerakan maupun bacaannya.
11. Duduk Tasyahud Akhir
Bangkit dari sujud kedua sambil mengucapkan "Allahu Akbar", lalu langsung duduk tawarruk (kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, dan duduk di atas lantai). Ini adalah posisi duduk untuk tasyahud akhir. Bacalah bacaan tasyahud (tahiyat) akhir secara lengkap.
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
Setelah shalawat, disunnahkan untuk membaca doa memohon perlindungan dari empat perkara sebelum salam.
12. Salam
Akhiri sholat dengan menoleh ke kanan sambil mengucapkan "Assalaamu'alaikum wa rahmatullah", kemudian menoleh ke kiri dengan ucapan yang sama. Dengan demikian, selesailah pelaksanaan sholat witir 1 rakaat.
Doa Qunut dalam Sholat Witir
Salah satu amalan yang identik dengan sholat witir adalah doa qunut. Mengenai doa qunut dalam sholat witir, terdapat beberapa perbedaan pandangan di kalangan ulama.
Hukum dan Waktu Membaca Qunut
Mazhab Syafi'i dan Hanbali berpendapat bahwa membaca doa qunut pada rakaat terakhir sholat witir adalah sunnah, terutama pada separuh terakhir bulan Ramadhan. Namun, melakukannya di luar Ramadhan juga diperbolehkan. Waktu membacanya adalah setelah bangkit dari rukuk (saat i'tidal) pada rakaat terakhir.
Mazhab Maliki berpendapat qunut witir tidak disyariatkan. Sementara Mazhab Hanafi berpendapat qunut witir sunnah dibaca sepanjang tahun, dan dibaca sebelum rukuk setelah selesai membaca surat.
Dalam konteks sholat witir 1 rakaat, jika Anda ingin membaca qunut, maka waktu membacanya adalah saat i'tidal (setelah rukuk) sebelum turun untuk sujud. Anda mengangkat kedua tangan seperti posisi berdoa dan membaca doa qunut.
Bacaan Doa Qunut
Bacaan doa qunut yang paling masyhur diajarkan oleh Rasulullah kepada cucunya, Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma:
اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafaiit, wa tawallanii fiiman tawallaiit, wa baarik lii fiimaa a'thoiit, wa qinii syarro maa qodhoiit, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhoo 'alaiik, wa innahuu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit, tabaarokta robbanaa wa ta'aalaiit.
Artinya: "Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Berilah aku keselamatan di antara orang-orang yang Engkau beri keselamatan. Uruslah aku di antara orang-orang yang Engkau urus. Berkahilah aku dalam apa yang Engkau berikan. Lindungilah aku dari keburukan apa yang Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan dan tidak ada yang ditetapkan atas-Mu. Sungguh tidak akan hina orang yang Engkau bela, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi."
Waktu Terbaik Pelaksanaan Sholat Witir
Waktu pelaksanaan sholat witir terbentang cukup panjang, yaitu dimulai setelah selesai sholat Isya' hingga sebelum terbit fajar (masuk waktu Subuh). Namun, ada waktu-waktu yang lebih utama (afdhal) untuk melaksanakannya.
1. Sebelum Tidur
Bagi seseorang yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, maka waktu terbaik baginya adalah melaksanakan sholat witir sebelum tidur. Ini adalah bentuk kehati-hatian agar tidak terlewat keutamaan sholat witir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati Abu Hurairah untuk tidak tidur sebelum berwitir.
2. Sepertiga Malam Terakhir
Ini adalah waktu yang paling utama bagi orang yang yakin atau memiliki kebiasaan kuat untuk bangun di akhir malam. Sepertiga malam terakhir adalah waktu yang penuh berkah, saat Allah turun ke langit dunia, dan doa-doa lebih mustajab.
Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia berwitir di awal malam. Dan barangsiapa yang berkeinginan kuat untuk bangun di akhir malam, hendaklah ia berwitir di akhir malam, karena sholat di akhir malam itu disaksikan (oleh para malaikat) dan itu lebih utama." (HR. Muslim)
Keutamaan dan Manfaat Sholat Witir
Melaksanakan sholat witir, termasuk sholat witir 1 rakaat, secara rutin akan mendatangkan banyak keutamaan dan manfaat, baik di dunia maupun di akhirat.
- Dicintai oleh Allah: Sebagaimana hadits yang telah disebutkan, "Sesungguhnya Allah itu Witir dan Dia mencintai yang ganjil." Menjaga amalan yang dicintai Allah adalah jalan untuk meraih cinta-Nya.
- Lebih Baik dari Unta Merah: Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menambahkan bagi kalian satu sholat, yang ia lebih baik bagi kalian daripada unta merah, yaitu sholat witir." (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi). Unta merah pada zaman itu adalah harta yang paling berharga dan mewah. Ini menunjukkan betapa agungnya nilai sholat witir di sisi Allah.
- Menyempurnakan Amalan Malam: Sholat witir berfungsi sebagai penutup dan penyempurna ibadah yang dilakukan pada malam hari. Ia mengunci seluruh rangkaian sholat malam dengan sesuatu yang ganjil, yang dicintai Allah.
- Meneladani Sunnah Nabi: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan sholat witir, baik saat sedang mukim (tidak bepergian) maupun saat safar (bepergian). Menjaganya berarti menghidupkan salah satu sunnah terpenting beliau.
- Sarana Terkabulnya Doa: Terutama jika di dalamnya dibaca doa qunut, sholat witir menjadi momen berharga untuk memanjatkan permohonan, ampunan, dan perlindungan kepada Allah di waktu yang mustajab.
Kesimpulan: Kemudahan dalam Ibadah
Keberadaan pilihan untuk melaksanakan sholat witir 1 rakaat adalah bukti nyata dari sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim Allah SWT. Islam adalah agama yang mudah dan tidak memberatkan. Di tengah kesibukan, kelelahan, atau keterbatasan waktu, seorang muslim tetap bisa meraih keutamaan agung dari sholat witir dengan mengerjakan satu rakaat saja.
Tentu, mengerjakan tiga, lima, atau lebih banyak rakaat adalah lebih utama jika mampu. Namun, konsistensi dalam beribadah meskipun sedikit, jauh lebih baik daripada mengerjakan banyak tetapi hanya sesekali. Sebagaimana sabda Nabi, amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling rutin (kontinu) meskipun sedikit.
Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan amalan sholat witir satu rakaat. Jadikan ia sebagai kebiasaan harian, sebagai penutup malam yang indah, sebagai bukti cinta kita kepada Allah Yang Maha Ganjil, dan sebagai upaya untuk terus meneladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga kita semua dimudahkan untuk senantiasa istiqamah dalam menjalankannya.