Di antara hamparan waktu yang Allah SWT sediakan, terselip momen-momen istimewa yang menjadi ladang pahala bagi hamba-Nya yang jeli. Salah satu momen tersebut adalah waktu di antara Sholat Maghrib dan Isya. Pada rentang waktu ini, terdapat sebuah amalan sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa, yaitu Sholat Sunnah Awwabin. Sholat ini seringkali terlewatkan karena kesibukan duniawi setelah seharian beraktivitas, menjadikannya sebuah ibadah yang khas bagi mereka yang benar-benar rindu untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk Sholat Sunnah Awwabin, mulai dari makna filosofis di balik namanya, landasan syariat yang mendasarinya, tata cara pelaksanaannya yang rinci, hingga keutamaan-keutamaan agung yang dijanjikan bagi siapa saja yang istiqomah menjalankannya. Semoga panduan ini dapat menjadi cahaya yang membimbing kita untuk menghidupkan salah satu sunnah Rasulullah SAW yang mulia ini.
Pengertian dan Penamaan Sholat Awwabin
Nama "Awwabin" sendiri memiliki makna yang sangat dalam dan indah. Kata ini berasal dari bahasa Arab, merupakan bentuk jamak dari kata "Awwab" (أَوَّاب), yang berakar dari kata 'aaba-ya'uubu-auban' (آب - يؤوب - أوباً), artinya "kembali" atau "bertaubat". Secara istilah, Awwabin berarti orang-orang yang banyak kembali kepada Allah SWT, yaitu mereka yang senantiasa bertaubat dari dosa dan kesalahan, serta selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan ketaatan dan ibadah.
Penamaan sholat sunnah ini dengan sebutan Awwabin bukanlah tanpa alasan. Ia mengandung isyarat spiritual yang mendalam. Waktu antara Maghrib dan Isya adalah masa transisi dari siang menuju malam. Pada saat ini, kebanyakan orang cenderung lalai (ghaflah). Mereka sibuk beristirahat setelah lelah bekerja, bercengkrama dengan keluarga, atau menyiapkan makan malam. Di tengah kelalaian umum inilah, orang-orang Awwabin "kembali" kepada Allah. Mereka menyisihkan waktu sejenak dari urusan duniawi untuk berdiri di hadapan Rabb-nya, berdzikir, dan bermunajat melalui sholat. Tindakan "kembali" di saat orang lain lalai inilah yang membuat mereka layak menyandang gelar mulia sebagai Awwabin.
Allah SWT memuji hamba-hamba-Nya yang memiliki sifat Awwab di beberapa ayat Al-Qur'an. Salah satunya dalam firman-Nya mengenai Nabi Daud AS:
اصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُودَ ذَا الْأَيْدِ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ
"Ishbir ‘alaa maa yaquuluuna wadzkur ‘abdanaa daawuuda dzaal aidi, innahuu awwaab."
"Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami, Daud, yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan)." (QS. Shad: 17)
Meskipun istilah "Sholat Awwabin" sangat populer untuk sholat sunnah antara Maghrib dan Isya, penting untuk diketahui bahwa sebagian ulama juga menggunakan istilah ini untuk merujuk kepada Sholat Dhuha. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, di mana Rasulullah SAW bersabda, "Sholatnya orang-orang awwabin adalah ketika anak unta mulai kepanasan." Ini merujuk pada waktu Dhuha ketika matahari mulai terik. Namun, penggunaan istilah Awwabin untuk sholat setelah Maghrib memiliki landasan dan dalilnya tersendiri yang kuat, sehingga keduanya tidak bertentangan. Keduanya adalah sholat yang dilakukan oleh "orang-orang yang kembali kepada Allah", hanya saja pada waktu yang berbeda.
Dalil dan Landasan Hukum
Anjuran untuk melaksanakan Sholat Awwabin didasarkan pada beberapa hadits Nabi Muhammad SAW dan atsar (perkataan atau perbuatan) para sahabat. Meskipun sebagian hadits mengenai hal ini diperdebatkan status keshahihannya oleh para ulama hadits, namun banyak ulama dari berbagai mazhab yang tetap menganjurkannya sebagai amalan fadla'ilul a'mal (amalan-amalan yang memiliki keutamaan).
Salah satu dalil utama yang sering dijadikan rujukan adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ سِتَّ رَكَعَاتٍ لَمْ يَتَكَلَّمْ فِيمَا بَيْنَهُنَّ بِسُوءٍ عُدِلْنَ لَهُ بِعِبَادَةِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً
"Man shallaa ba'dal maghribi sitta raka'aatin lam yatakallam fiimaa bainahunna bisuu-in 'udilna lahu bi'ibaadati tsintay 'asyrata sanatan."
"Barangsiapa yang mengerjakan sholat enam rakaat setelah Maghrib, di mana ia tidak berbicara di antara sholat-sholat tersebut dengan pembicaraan yang buruk, maka (pahala) sholat tersebut sebanding dengan ibadah dua belas tahun." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Hadits ini, meskipun oleh sebagian ulama dinilai memiliki sanad yang dha'if (lemah), tetap menjadi motivasi besar bagi banyak kaum muslimin. Para ulama fikih seringkali memperbolehkan penggunaan hadits lemah untuk anjuran amalan-amalan utama (fadla'ilul a'mal), selama kelemahannya tidak parah dan tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat. Keutamaan yang dijanjikan begitu besar, menunjukkan betapa istimewanya ibadah di waktu tersebut.
Dalil lain datang dari Anas bin Malik RA yang menafsirkan ayat Al-Qur'an dalam Surat As-Sajdah ayat 16, "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya...". Beliau berkata bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah amalan sholat sunnah di antara waktu Maghrib dan Isya. Ini menunjukkan bahwa amalan ini telah dikenal dan dipraktikkan oleh generasi sahabat.
Para ulama dari empat mazhab besar juga memiliki pandangan mengenai sholat ini:
- Mazhab Hanafi dan Syafi'i: Sangat menganjurkan pelaksanaan sholat ini dan menganggapnya sebagai amalan sunnah yang mustahab (dianjurkan). Mereka merujuk pada hadits-hadits yang telah disebutkan.
- Mazhab Maliki: Sebagian ulama Maliki juga menganjurkannya, meskipun sebagian lain menganggapnya tidak secara khusus disunnahkan, namun tetap memandangnya sebagai amal kebaikan secara umum.
- Mazhab Hanbali: Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa menghidupkan waktu antara Maghrib dan Isya dengan sholat adalah perbuatan yang baik dan dianjurkan.
Waktu Pelaksanaan yang Spesifik
Keistimewaan Sholat Awwabin tidak terlepas dari waktu pelaksanaannya yang unik. Waktu terbaik untuk melaksanakannya adalah setelah selesai menunaikan sholat fardhu Maghrib beserta sholat sunnah ba'diyah Maghrib, dan berakhir ketika masuk waktu sholat Isya. Rentang waktu ini relatif singkat, menjadikannya sebuah tantangan tersendiri untuk bisa konsisten mengamalkannya.
Hikmah di balik pemilihan waktu ini sangatlah mendalam. Seperti yang telah disinggung, ini adalah sa'atul ghaflah atau waktu kelalaian. Ketika adzan Maghrib berkumandang, orang-orang bergegas sholat. Namun setelah itu, fokus mereka seringkali terpecah pada urusan dunia. Ada yang langsung menyantap makan malam, beristirahat, menonton televisi, atau sibuk dengan gawai. Di sinilah nilai perjuangan seorang hamba diuji. Apakah ia akan ikut larut dalam kelalaian, atau ia akan "kembali" sejenak untuk berdialog dengan Rabb-nya?
Melaksanakan ibadah di saat mayoritas orang sedang lalai memiliki pahala yang istimewa. Ini menunjukkan tingkat kesadaran spiritual yang lebih tinggi dan kecintaan yang tulus kepada Allah. Hal ini serupa dengan keutamaan sholat tahajud di sepertiga malam terakhir, di mana seorang hamba rela meninggalkan tidurnya yang lelap untuk bermunajat ketika kebanyakan manusia terbuai dalam mimpi.
Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk tidak menunda-nunda pelaksanaan Sholat Awwabin. Segera setelah menyelesaikan sholat sunnah ba'diyah Maghrib, manfaatkanlah waktu emas tersebut sebelum kesibukan lain datang menyita perhatian. Ini adalah investasi akhirat yang singkat namun berbuah pahala yang melimpah.
Jumlah Rakaat dan Tata Cara Pelaksanaan
Panduan praktis mengenai jumlah rakaat dan cara pelaksanaan Sholat Awwabin sangat penting agar ibadah kita sesuai dengan tuntunan. Berikut adalah rinciannya:
Jumlah Rakaat
Jumlah rakaat Sholat Awwabin bervariasi menurut beberapa riwayat, namun yang paling masyhur dan umum diamalkan adalah 6 rakaat. Jumlah ini didasarkan pada hadits Abu Hurairah RA yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, ada juga pendapat yang menyebutkan jumlah rakaat yang lain:
- 2 rakaat: Ini adalah jumlah minimal. Jika seseorang merasa berat untuk melakukan 6 rakaat, maka melakukan 2 rakaat saja sudah terhitung sebagai upaya menghidupkan sunnah ini.
- 4 rakaat: Jumlah ini juga dianjurkan sebagai pilihan tengah.
- Hingga 20 rakaat: Beberapa riwayat menyebutkan jumlah yang lebih banyak, menunjukkan fleksibilitas dalam amalan sunnah ini sesuai kemampuan masing-masing.
Tata Cara Pelaksanaan (untuk 6 Rakaat)
Sholat Awwabin dilaksanakan sama seperti sholat sunnah lainnya, yaitu dikerjakan setiap dua rakaat diakhiri dengan satu salam. Berikut adalah langkah-langkah detailnya:
1. Niat
Niat adalah rukun pertama dan terpenting dalam setiap ibadah. Niat dilakukan di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram. Lafaz niatnya adalah sebagai berikut:
أُصَلِّي سُنَّةَ الأَوَّابِينَ رَكْعَتَيْنِ لِلّهِ تَعَالَى
"Ushalli sunnatal awwabina rak'ataini lillahi ta'aalaa."
"Aku niat sholat sunnah Awwabin dua rakaat karena Allah Ta'ala."
2. Pelaksanaan Rakaat Pertama dan Kedua
- Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan sejajar telinga atau bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar".
- Membaca Doa Iftitah: Membaca doa iftitah yang biasa dibaca dalam sholat.
- Membaca Surat Al-Fatihah: Membaca surat Al-Fatihah dengan tartil.
- Membaca Surat Pendek: Setelah Al-Fatihah, dianjurkan membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Tidak ada surat khusus yang diwajibkan, namun bisa memilih surat-surat seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, Al-Kafirun, atau surat lain yang dihafal.
- Ruku': Ruku' dengan tuma'ninah (tenang sejenak) sambil membaca tasbih ruku'.
- I'tidal: Bangkit dari ruku' dengan tuma'ninah sambil membaca "Sami'allahu liman hamidah" dan "Rabbana lakal hamd".
- Sujud: Sujud pertama dengan tuma'ninah sambil membaca tasbih sujud.
- Duduk di Antara Dua Sujud: Duduk dengan tuma'ninah sambil membaca doanya.
- Sujud Kedua: Sujud kedua dengan tuma'ninah sambil membaca tasbih sujud.
- Setelah sujud kedua, bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua dengan tata cara yang sama (dimulai dari membaca Al-Fatihah).
- Tasyahud Akhir: Setelah sujud kedua di rakaat kedua, lakukan duduk tasyahud akhir dan membacanya hingga selesai.
- Salam: Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri untuk mengakhiri sholat dua rakaat.
3. Mengulangi Sholat
Setelah selesai dua rakaat pertama, ulangi kembali sholat dua rakaat dengan cara yang sama (dimulai dari niat dan takbiratul ihram) hingga total mencapai 6 rakaat. Ini berarti Anda akan melakukan 3 kali sholat yang masing-masing terdiri dari 2 rakaat.
Keterkaitan dengan Sholat Ba'diyah Maghrib
Sebagian ulama berpendapat bahwa 2 rakaat sholat sunnah ba'diyah Maghrib bisa dihitung sebagai bagian dari 6 rakaat Sholat Awwabin. Jika mengikuti pandangan ini, maka setelah sholat ba'diyah Maghrib, kita cukup menambahkan 4 rakaat lagi (dengan 2 kali salam) untuk menggenapkannya menjadi 6 rakaat. Namun, pandangan yang lebih hati-hati adalah memisahkan keduanya. Artinya, kita melaksanakan 2 rakaat ba'diyah Maghrib terlebih dahulu, baru kemudian melaksanakan 6 rakaat Sholat Awwabin secara terpisah. Keduanya adalah pilihan yang baik.
Keutamaan dan Manfaat Agung Sholat Awwabin
Janji Allah dan Rasul-Nya bagi mereka yang menghidupkan sunnah ini sangatlah besar. Keutamaan-keutamaan ini menjadi penyemangat dan motivasi untuk istiqomah dalam mengamalkannya.
1. Pahala Setara Ibadah Dua Belas Tahun
Ini adalah keutamaan yang paling sering disebut, sebagaimana tertera dalam hadits riwayat Tirmidzi. Mendapatkan pahala yang setara dengan ibadah selama 12 tahun hanya dengan meluangkan waktu sekitar 15-20 menit adalah sebuah kemurahan yang luar biasa dari Allah SWT. Ini bukanlah berarti menggugurkan kewajiban ibadah selama 12 tahun, melainkan sebuah kiasan betapa besarnya nilai pahala yang dicatat di sisi Allah bagi amalan ini. Ini adalah bukti kasih sayang Allah yang memberikan "jalan pintas" pahala bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh.
2. Diampuni Dosa-dosanya
Sholat adalah sarana paling efektif untuk memohon ampunan. Sifat "Awwab" itu sendiri lekat dengan makna taubat dan kembali kepada Allah. Dengan melaksanakan sholat ini, seorang hamba seolah-olah berkata, "Ya Allah, setelah seharian aku lalai dengan urusan dunia, kini aku kembali kepada-Mu, memohon ampun atas segala dosaku." Rasulullah SAW bersabda bahwa sholat lima waktu menghapuskan dosa-dosa di antaranya. Maka, sholat sunnah yang dilakukan dengan ikhlas di waktu istimewa tentu memiliki potensi yang lebih besar lagi untuk menjadi pelebur dosa, bahkan dosa yang sebanyak buih di lautan sekalipun, dengan izin Allah.
3. Menjaga Iman di Waktu Lalai
Seperti yang telah dijelaskan, beribadah di saat orang lain lalai memiliki nilai jihad tersendiri, yaitu jihad melawan hawa nafsu dan godaan dunia. Ketika kita memilih sajadah daripada sofa yang nyaman, memilih Al-Qur'an daripada layar gawai, kita sedang membuktikan kualitas iman kita kepada Allah. Amalan ini menjadi benteng yang kokoh bagi keimanan, melatih diri untuk senantiasa sadar dan terhubung dengan Allah di tengah hiruk pikuk kehidupan. Ini adalah latihan spiritual untuk tidak mudah terbawa arus kelalaian massal.
4. Menjadi Hamba yang Bersyukur
Waktu Maghrib adalah penanda berakhirnya siang dan datangnya malam. Ini adalah momen yang tepat untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan sepanjang hari: nikmat kesehatan, rezeki, keselamatan, dan kesempatan untuk hidup. Sholat Awwabin adalah wujud syukur yang nyata. Kita menggunakan sebagian kecil dari waktu istirahat kita untuk berterima kasih kepada Sang Pemberi Nikmat. Allah berfirman, "Jika kamu bersyukur, pasti akan Aku tambah (nikmat-Ku) untukmu." (QS. Ibrahim: 7). Dengan bersyukur melalui sholat, kita membuka pintu bagi datangnya nikmat-nikmat lain yang lebih besar.
5. Mendekatkan Diri kepada Allah (Taqarrub)
Amalan wajib (fardhu) mendekatkan kita kepada Allah dan menggugurkan kewajiban. Namun, amalan sunnah (nawafil) adalah sarana untuk meraih cinta-Nya. Dalam sebuah Hadits Qudsi yang masyhur, Allah SWT berfirman: "...dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah (nawafil) hingga Aku mencintainya..." (HR. Bukhari). Sholat Awwabin adalah salah satu amalan nawafil yang paling utama. Dengan konsisten melakukannya, kita sedang mengetuk pintu cinta Allah, sebuah tingkatan tertinggi yang bisa dicapai oleh seorang hamba.
6. Memberikan Ketenangan Jiwa
Di akhir hari yang melelahkan, pikiran dan jiwa seringkali terasa penat. Sholat adalah istirahat yang sesungguhnya. Gerakan sholat yang harmonis, bacaan Al-Qur'an yang menenangkan, dan momen sujud yang penuh kepasrahan adalah terapi jiwa yang paling mujarab. Sholat Awwabin memberikan jeda spiritual sebelum kita melanjutkan aktivitas malam atau beristirahat, membersihkan hati dari kegelisahan dunia, dan menggantinya dengan ketenangan (sakinah) yang datang langsung dari Allah.
Tips agar Istiqomah Melaksanakan Sholat Awwabin
Mengetahui keutamaannya adalah satu hal, namun istiqomah dalam mengamalkannya adalah tantangan yang sesungguhnya. Berikut beberapa tips praktis yang bisa membantu:
- Mulai Secara Bertahap: Jika 6 rakaat terasa berat di awal, jangan paksakan. Mulailah dengan 2 rakaat terlebih dahulu. Lakukan secara konsisten selama seminggu atau dua minggu. Setelah terasa ringan dan menjadi kebiasaan, tingkatkan menjadi 4 rakaat, dan akhirnya 6 rakaat.
- Pahami dan Resapi Keutamaannya: Selalu ingatkan diri sendiri tentang pahala yang dijanjikan. Bayangkan pahala ibadah 12 tahun, ampunan dosa, dan cinta Allah menanti Anda. Motivasi internal yang kuat adalah kunci utama istiqomah.
- Atur Lingkungan yang Mendukung: Segera setelah sholat Maghrib dan ba'diyahnya, jangan langsung beranjak dari tempat sholat. Hindari membuka ponsel atau menyalakan televisi. Tetaplah duduk di atas sajadah, berdzikir sejenak, lalu langsung laksanakan Sholat Awwabin.
- Jadikan Rutinitas Keluarga: Ajak pasangan, anak-anak, atau anggota keluarga lain untuk melaksanakannya bersama. Lingkungan yang saling mendukung akan membuat amalan ini terasa lebih ringan dan menyenangkan.
- Jangan Menunda Makan Malam: Jika lapar, siapkan makanan ringan atau minuman hangat yang bisa dinikmati sebelum sholat Maghrib. Hindari menunda sholat karena ingin makan besar terlebih dahulu, karena rasa kenyang dan kantuk setelah makan akan menjadi penghalang terbesar.
- Berdoa Memohon Pertolongan Allah: Pada akhirnya, istiqomah datangnya dari Allah. Jangan pernah lelah berdoa, "Ya Allah, ringankanlah lisanku untuk berdzikir kepada-Mu, mudahkanlah aku untuk bersyukur kepada-Mu, dan bantulah aku untuk dapat beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya."
Kesimpulan
Sholat Sunnah Awwabin adalah permata tersembunyi di antara waktu Maghrib dan Isya. Ia adalah ibadah kaum pilihan, "orang-orang yang senantiasa kembali kepada Allah" di saat kebanyakan manusia terlena oleh dunia. Dengan pahala yang setara ibadah belasan tahun, potensi ampunan dosa, dan menjadi sarana untuk meraih cinta ilahi, sungguh merugi jika kita melewatkan kesempatan emas ini.
Mari kita hidupkan kembali sunnah yang mulia ini dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah dari yang terkecil, niatkan dengan tulus, dan mohonlah kekuatan dari Allah untuk dapat istiqomah. Semoga kita semua tergolong sebagai hamba-hamba-Nya yang Awwabin, yang senantiasa rindu untuk kembali dan mendekat kepada-Nya. Aamiin ya Rabbal 'alamin.