Pengantar: Samudra Sholawat kepada Sang Kekasih
Dalam khazanah spiritualitas Islam, sholawat menempati posisi yang agung dan istimewa. Ia bukan sekadar rangkaian kata pujian, melainkan sebuah jembatan ruhani yang menghubungkan hati seorang hamba dengan junjungan alam, Nabi Muhammad SAW. Melalui sholawat, seorang mukmin mengekspresikan cinta, kerinduan, penghormatan, dan permohonan berkah kepada Allah SWT untuk dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Perintah untuk bersholawat bahkan termaktub secara jelas dalam Al-Qur'an, menunjukkan betapa pentingnya amalan ini dalam struktur keimanan seorang muslim.
Di antara lautan sholawat yang tak terhingga, terdapat mutiara-mutiara indah yang disusun oleh para auliya' (kekasih Allah) dan ulama saleh. Sholawat-sholawat ini lahir dari kedalaman cinta dan pemahaman makrifat mereka terhadap hakikat Rasulullah SAW. Salah satu mutiara yang paling berkilau dan masyhur di kalangan para penempuh jalan spiritual adalah Sholawat Nuridzati. Disusun oleh seorang wali quthub, Imam Abul Hasan Asy-Syadzili, sholawat ini dikenal memiliki kandungan makna yang sangat mendalam dan fadhilah yang luar biasa. Namanya sendiri, "Nuridzati," yang berarti "Cahaya Dzat" atau "Cahaya Esensial," sudah mengisyaratkan kedalaman makna yang terkandung di dalamnya, yakni sebuah pengakuan terhadap hakikat cahaya kenabian Muhammad SAW yang menjadi sumber dari segala ciptaan. Artikel ini akan mengupas tuntas Sholawat Nuridzati, dari lafadznya, terjemahannya, tafsir maknanya, hingga keutamaan dan cara mengamalkannya.
Lafadz, Transliterasi, dan Terjemahan Sholawat Nuridzati
Inti dari setiap amalan adalah lafadznya. Berikut adalah bacaan lengkap Sholawat Nuridzati dalam tulisan Arab, disertai dengan transliterasi Latin untuk mempermudah pelafalan, serta terjemahan harfiah dan maknawiyah dalam Bahasa Indonesia.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نِالنُّوْرِ الذَّاتِيِّ وَالسِّرِّ السَّارِيْ فِيْ سَائِرِ الْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Allahumma sholli wa sallim wa baarik ‘alaa sayyidinaa muhammadinin nuuridz dzaatii was sirris saarii fii saa-iril asmaa-i wash shifaati wa ‘alaa aalihii wa shohbihii wa sallim.
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat, keselamatan, dan keberkahan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, sang cahaya esensial dan rahasia yang mengalir pada seluruh nama dan sifat, serta limpahkan pula kepada keluarga dan para sahabatnya, dan berilah mereka keselamatan.”
Menyelami Samudra Makna Sholawat Nuridzati
Keindahan Sholawat Nuridzati tidak hanya terletak pada irama lafadznya, tetapi lebih dalam lagi, pada makna-makna agung yang terkandung dalam setiap frasanya. Untuk memahaminya, kita perlu menguraikan kalimat demi kalimat sholawat ini.
1. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ (Allahumma Sholli wa Sallim wa Baarik)
Frasa pembuka ini adalah bentuk permohonan yang paling lengkap.
- Sholli (صَلِّ): Permohonan agar Allah SWT melimpahkan shalawat (rahmat dan pujian) kepada Nabi Muhammad SAW. Shalawat dari Allah berarti pujian-Nya di hadapan para malaikat dan curahan rahmat yang tak terhingga.
- Sallim (سَلِّمْ): Permohonan agar Allah SWT melimpahkan salam (keselamatan dan kesejahteraan). Ini adalah doa agar Rasulullah SAW senantiasa berada dalam keadaan selamat, sejahtera, dan terhindar dari segala kekurangan, baik di dunia maupun di akhirat.
- Baarik (بَارِكْ): Permohonan agar Allah SWT melimpahkan barakah (keberkahan). Barakah berarti bertambahnya kebaikan yang bersifat langgeng dan berkesinambungan. Dengan memohon keberkahan untuk Nabi, kita juga berharap percikan keberkahan itu sampai kepada kita sebagai umatnya.
2. عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ (Alaa Sayyidinaa Muhammadin)
Permohonan shalawat ini ditujukan kepada "Sayyidinaa Muhammadin," yang berarti "Junjungan kami, Muhammad." Penggunaan gelar "Sayyid" (junjungan, tuan, pemimpin) adalah bentuk adab dan penghormatan tertinggi. Ia adalah pemimpin bagi seluruh umat manusia, bahkan bagi seluruh nabi dan rasul. Mengakui beliau sebagai Sayyid adalah pengakuan atas kepemimpinan spiritual dan universal beliau yang melintasi ruang dan waktu. Ini adalah penegasan posisi beliau yang sentral dalam kosmos iman kita.
3. النُّوْرِ الذَّاتِيِّ (An-Nuuridz Dzaati) - Sang Cahaya Esensial
Inilah jantung dari Sholawat Nuridzati. Frasa ini mendeskripsikan hakikat Nabi Muhammad SAW sebagai "Cahaya Esensial" atau "Cahaya Dzat." Makna ini sangat mendalam dan berakar pada konsep teologis dan sufistik tentang Nur Muhammad (Cahaya Muhammad). Para ulama menjelaskan bahwa sebelum Allah menciptakan alam semesta, yang pertama kali diciptakan adalah Nur Muhammad. Dari cahaya inilah kemudian seluruh ciptaan, baik yang di alam arwah maupun alam fisik, diciptakan.
Beliau bukanlah cahaya dalam arti fisik seperti cahaya lampu atau matahari, melainkan cahaya ruhani yang menjadi asal muasal segala petunjuk, ilmu, dan kehidupan. Al-Qur'an sendiri menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai "sirajan munira" (lampu yang menerangi). Beliau adalah cahaya yang bersifat Dzaati (esensial), artinya, cahaya itu melekat pada esensi dirinya, bukan cahaya yang diterima dari luar ('aradhi). Cahaya kenabian, cahaya risalah, cahaya hidayah, semuanya terpancar dari esensi diri beliau yang mulia, yang merupakan manifestasi terindah dari sifat-sifat Allah di alam ciptaan.
4. وَالسِّرِّ السَّارِيْ (Was Sirris Saarii) - Rahasia yang Mengalir
Frasa ini melanjutkan deskripsi sebelumnya. Beliau bukan hanya cahaya, tetapi juga "rahasia yang mengalir" atau "rahasia yang merasuk." Apa makna dari "rahasia" ini? "Sirr" atau rahasia di sini merujuk pada hakikat spiritual Nabi Muhammad SAW yang tak terjangkau oleh akal biasa. Ia adalah rahasia ilahi yang tersembunyi di balik wujud kemanusiaan beliau.
Kata "As-Saarii" berarti yang mengalir, merasuk, atau menyebar. Ini menggambarkan bahwa hakikat spiritual (rahasia) Nabi Muhammad SAW ini tidak statis, melainkan dinamis, mengalir dan meresap ke dalam seluruh partikel alam semesta. Seperti ruh yang mengalir di dalam jasad dan memberinya kehidupan, demikian pula hakikat Muhammadiyah ini mengalir di seluruh ciptaan, memberinya makna dan tujuan. Keberkahan, petunjuk, dan kehidupan spiritual yang ada di alam ini adalah manifestasi dari "Sirris Saarii" tersebut. Setiap zikir yang diucapkan, setiap ilmu yang dipelajari, setiap kebaikan yang dilakukan, semuanya terhubung dan mendapat energi dari rahasia yang mengalir ini.
5. فِيْ سَائِرِ الْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ (Fii Saa-iril Asmaa-i wash Shifaati)
Di manakah cahaya esensial dan rahasia yang mengalir itu berada? Frasa ini menjawab: "Pada seluruh nama-nama dan sifat-sifat." Ini adalah puncak dari pemahaman makrifat dalam sholawat ini. Maksudnya adalah bahwa manifestasi dari Asmaul Husna (Nama-Nama Terbaik Allah) dan Sifat-Sifat-Nya di alam semesta ini menjadi sempurna dan paling jelas terlihat melalui hakikat Nabi Muhammad SAW.
Misalnya, sifat Allah Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang) termanifestasi paling agung dalam diri Rasulullah SAW, yang diutus sebagai "rahmatan lil 'alamin" (rahmat bagi seluruh alam). Sifat Allah Al-'Alim (Maha Mengetahui) termanifestasi dalam ilmu dan wahyu yang beliau bawa. Sifat Allah Al-Hadi (Maha Pemberi Petunjuk) termanifestasi dalam risalahnya yang menjadi pedoman bagi umat manusia. Dengan kata lain, untuk memahami bagaimana sifat-sifat Allah bekerja dan tampak di alam ciptaan, cermin yang paling sempurna adalah pribadi dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Cahaya dan rahasia beliau mengalir di setiap teofani (penampakan) nama dan sifat Tuhan di alam raya ini.
6. وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ (Wa ‘alaa Aalihii wa Shohbihii wa Sallim)
Sholawat ini ditutup dengan doa untuk keluarga (Ahlul Bait) dan para sahabat Nabi. Ini mengajarkan kita bahwa cinta kepada Rasulullah SAW tidaklah lengkap tanpa mencintai orang-orang yang dicintai beliau.
- Aalihii (اٰلِهِ): Keluarga beliau, Ahlul Bait yang suci, adalah pewaris spiritual dan darah beliau. Mencintai dan mendoakan mereka adalah bagian tak terpisahkan dari keimanan.
- Shohbihii (صَحْبِهِ): Para sahabat adalah generasi terbaik yang berjuang bersama Nabi, membela ajaran beliau, dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia. Jasa mereka abadi, dan mendoakan mereka adalah bentuk rasa terima kasih dan pengakuan atas perjuangan mereka.
Sejarah dan Ijazah Sholawat Nuridzati
Sholawat agung ini dinisbahkan kepada seorang wali besar, pendiri Tarekat Syadziliyah, yaitu Imam Abul Hasan Ali bin Abdullah Asy-Syadzili. Beliau adalah seorang sufi agung yang hidup pada abad ke-13 M. Kehidupan beliau penuh dengan perjalanan spiritual, menuntut ilmu dari ulama-ulama besar pada masanya, dan puncaknya adalah bimbingan dari guru mursyidnya, Syaikh Abdussalam bin Masyisy.
Kisah di balik lahirnya Sholawat Nuridzati ini sangat masyhur. Diriwayatkan bahwa Imam Asy-Syadzili menerima sholawat ini bukan dari hasil karangannya sendiri, melainkan melalui sebuah ilham atau bahkan ijazah langsung dari Rasulullah SAW dalam sebuah pengalaman ruhani (mimpi atau kasyaf). Dalam pengalaman tersebut, Rasulullah SAW mengajarkan lafadz sholawat ini dan menjelaskan keutamaannya yang luar biasa. Salah satu riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Satu shalawat ini (Nuridzati) nilainya setara dengan seratus ribu shalawat."
Karena sumbernya yang luar biasa inilah, Sholawat Nuridzati memiliki kedudukan yang sangat istimewa di kalangan pengamal tarekat, khususnya Tarekat Syadziliyah. Ia menjadi salah satu wirid andalan yang diamalkan secara rutin. Keberkahannya yang telah terbukti dari generasi ke generasi membuatnya menyebar luas di seluruh dunia Islam, diamalkan oleh para ulama, habaib, dan kaum muslimin secara umum yang merindukan kedekatan dengan Rasulullah SAW.
Keutamaan dan Fadhilah Mengamalkan Sholawat Nuridzati
Berdasarkan penjelasan para ulama dan pengalaman para pengamalnya, Sholawat Nuridzati memiliki banyak sekali fadhilah (keutamaan) dan khasiat, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Keutamaan ini lahir dari kedalaman makna dan kekuatan spiritual yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah beberapa di antara fadhilah tersebut:
1. Membuka Pintu Rahmat dan Keberkahan
Inti dari sholawat adalah doa. Dengan memuji dan mendoakan Sang Pembawa Rahmat, kita sejatinya sedang mengetuk pintu rahmat Allah SWT. Mengamalkan Sholawat Nuridzati secara istiqomah diyakini dapat membuka pintu-pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, melancarkan segala urusan, dan mendatangkan keberkahan dalam hidup, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun ilmu.
2. Perlindungan dari Segala Macam Bahaya
Nama "An-Nuur" (Cahaya) memiliki kekuatan untuk mengusir kegelapan. Para ulama menyebutkan bahwa sholawat ini memiliki khasiat sebagai benteng perlindungan yang kuat. Dengan membacanya secara rutin, seseorang akan dijaga oleh Allah dari berbagai macam bahaya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, seperti sihir, 'ain (pandangan mata jahat), gangguan jin, dan niat buruk manusia. Cahaya sholawat ini akan menjadi perisai gaib yang melindunginya.
3. Tercapainya Hajat dan Keinginan
Sholawat adalah salah satu bentuk wasilah (perantara) terbaik dalam berdoa. Ketika seseorang memiliki hajat atau keinginan yang mendesak, dianjurkan untuk memperbanyak bacaan Sholawat Nuridzati dengan niat yang tulus. Diyakini, dengan wasilah kemuliaan Nabi Muhammad SAW yang disebut dalam sholawat ini, Allah SWT akan lebih mudah mengabulkan permohonan hamba-Nya. Banyak yang mengamalkannya dengan jumlah tertentu (misalnya 41 kali atau 100 kali setiap hari) untuk memohon terkabulnya hajat.
4. Memberikan Ketenangan Jiwa dan Pikiran
Mengingat dan memuji Nabi Muhammad SAW adalah penawar bagi hati yang gundah. Di zaman yang penuh dengan tekanan dan kecemasan, mengamalkan Sholawat Nuridzati dapat memberikan efek menenangkan yang luar biasa bagi jiwa. Getaran spiritual dari lafadz sholawat ini akan merasuk ke dalam hati, membersihkannya dari kegelisahan, dan menggantinya dengan ketenangan, kedamaian, dan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
5. Membuka Pintu Makrifat dan Pemahaman Spiritual
Karena kandungan maknanya yang sangat dalam terkait hakikat Nur Muhammad, sholawat ini menjadi kunci bagi para penempuh jalan spiritual untuk membuka pemahaman-pemahaman batin. Dengan merenungi maknanya dan mengamalkannya dengan penuh penghayatan, seseorang dapat dibukakan oleh Allah pemahaman tentang rahasia-rahasia ciptaan-Nya dan hakikat kenabian, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas iman dan makrifatnya kepada Allah SWT.
6. Memperoleh Syafaat di Hari Kiamat
Fadhilah terbesar dari semua sholawat adalah harapan untuk mendapatkan syafaat (pertolongan) dari Rasulullah SAW di hari kiamat. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa orang yang paling dekat dengannya di hari kiamat adalah yang paling banyak bersholawat kepadanya. Dengan memperbanyak bacaan Sholawat Nuridzati, yang merupakan salah satu pujian termulia kepada beliau, kita berharap kelak akan diakui sebagai umatnya dan berhak mendapatkan naungan syafaatnya di hari di mana tidak ada pertolongan lain selain pertolongan-Nya.
Tata Cara Mengamalkan Sholawat Nuridzati
Sholawat Nuridzati dapat diamalkan kapan saja dan di mana saja, karena pada dasarnya ia adalah zikir dan doa. Namun, untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, ada beberapa adab dan cara yang dianjurkan oleh para ulama:
- Niat yang Tulus: Awali setiap amalan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT, untuk mengekspresikan cinta kepada Rasulullah SAW, dan mengharapkan ridha-Nya.
- Istiqomah (Konsisten): Kunci dari setiap amalan adalah konsistensi. Lebih baik mengamalkan dalam jumlah sedikit tetapi rutin setiap hari, daripada banyak tetapi hanya sesekali. Jadikanlah Sholawat Nuridzati sebagai wirid harian, misalnya dibaca 3, 7, atau 11 kali setelah sholat fardhu.
- Waktu Mustajab: Untuk hajat-hajat khusus, amalkanlah di waktu-waktu mustajab untuk berdoa, seperti di sepertiga malam terakhir, di antara adzan dan iqamah, atau pada hari Jumat.
- Dengan Penghayatan: Jangan hanya membaca di lisan, tetapi usahakan untuk meresapi maknanya di dalam hati. Bayangkan keagungan Nabi Muhammad SAW sebagai cahaya esensial yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Rasa cinta dan penghayatan inilah yang akan membuat amalan lebih berkesan.
- Ijazah dari Guru: Meskipun sholawat ini boleh diamalkan oleh siapa saja, alangkah baiknya jika seseorang mengambil ijazah (izin) dari seorang guru yang sanad (rantai keilmuan)nya bersambung. Ijazah ini berfungsi untuk menyambungkan ruhani kita dengan para guru sebelumnya hingga kepada penyusun sholawat, sehingga keberkahannya menjadi lebih sempurna.
Kesimpulan: Cahaya yang Tak Pernah Padam
Sholawat Nuridzati adalah sebuah mahakarya spiritual yang merangkum esensi ajaran cinta dan pengagungan kepada Nabi Muhammad SAW. Ia bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah deklarasi iman tentang kedudukan agung Rasulullah sebagai An-Nuuridz Dzaati (Cahaya Esensial) dan As-Sirris Saarii (Rahasia yang Mengalir) di seluruh alam semesta.
Mengamalkannya berarti kita turut serta menyambungkan diri dengan sumber cahaya tersebut, berharap agar percikannya menerangi kegelapan hati kita, menuntun langkah kita di jalan yang lurus, dan melapangkan segala urusan kita di dunia dan akhirat. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk dapat mencintai Rasulullah SAW dengan cinta yang sebenar-benarnya dan menjadikan lisan kita basah dengan bersholawat kepadanya, khususnya dengan Sholawat Nuridzati yang penuh berkah ini.