Memahami Shalat Witir 1 Rakaat: Panduan Terlengkap
Ilustrasi bulan sabit dan bintang, simbol shalat malam.
Pendahuluan: Makna dan Kedudukan Shalat Witir
Dalam khazanah ibadah umat Islam, shalat menempati posisi sentral sebagai tiang agama dan sarana komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Di antara berbagai jenis shalat, terdapat shalat sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa, salah satunya adalah Shalat Witir. Kata "Witir" sendiri secara harfiah berarti ganjil. Sesuai dengan namanya, shalat ini dilaksanakan dalam jumlah rakaat yang ganjil, seperti satu, tiga, lima, dan seterusnya. Kedudukannya sangat istimewa, ia disebut sebagai penutup shalat malam, penyempurna ibadah di keheningan malam, dan amalan yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Banyak umat Islam yang mungkin terbiasa dengan pelaksanaan witir sebanyak tiga rakaat, terutama setelah shalat Tarawih di bulan Ramadhan. Namun, seringkali muncul pertanyaan mengenai keabsahan dan tata cara pelaksanaan shalat witir 1 rakaat. Apakah shalat witir dengan satu rakaat saja sudah cukup dan sah? Bagaimana dalil yang mendasarinya? Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan komprehensif segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan shalat witir 1 rakaat, mulai dari landasan syar'i, tata cara pelaksanaan yang rinci, bacaan-bacaan di dalamnya, hingga keutamaan agung yang terkandung di baliknya. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang utuh dan menghilangkan keraguan, sehingga setiap Muslim dapat mengamalkannya dengan penuh keyakinan dan kekhusyukan.
Landasan Hukum dan Dalil Shalat Witir 1 Rakaat
Salah satu aspek terpenting dalam menjalankan ibadah adalah adanya dasar hukum yang kuat dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Pelaksanaan shalat witir 1 rakaat bukanlah sebuah inovasi tanpa dasar, melainkan sebuah amalan yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Terdapat banyak hadits shahih yang secara eksplisit maupun implisit menunjukkan kebolehan dan keabsahan witir dengan satu rakaat.
Hadits-hadits Sebagai Dasar Utama
Para ulama dari berbagai mazhab sepakat bahwa jumlah minimal shalat witir adalah satu rakaat. Kesepakatan ini didasarkan pada riwayat-riwayat yang sangat jelas. Berikut adalah beberapa di antaranya:
-
Hadits dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu 'anhu:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,الْوِتْرُ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ، فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِخَمْسٍ فَلْيَفْعَلْ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِثَلاَثٍ فَلْيَفْعَلْ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ
"Witir adalah hak bagi setiap muslim. Barangsiapa yang suka untuk berwitir dengan lima rakaat, maka lakukanlah. Barangsiapa yang suka berwitir dengan tiga rakaat, maka lakukanlah. Dan barangsiapa yang suka berwitir dengan satu rakaat, maka lakukanlah." (HR. Abu Dawud, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).
Hadits ini sangat gamblang menjelaskan bahwa Rasulullah memberikan pilihan jumlah rakaat witir, dan pilihan paling minimal adalah satu rakaat. Ini menunjukkan fleksibilitas ajaran Islam yang tidak memberatkan umatnya.
-
Hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma:
Seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang shalat malam. Maka beliau menjawab,صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً ، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى
"Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang di antara kalian khawatir akan masuk waktu subuh, maka hendaklah ia shalat satu rakaat sebagai witir (penutup) bagi shalat yang telah ia kerjakan." (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini memperkuat posisi shalat witir 1 rakaat sebagai penutup dari rangkaian shalat malam. Ia berfungsi mengganjilkan jumlah rakaat shalat sunnah yang telah dikerjakan sebelumnya, sesuai dengan esensi dari kata "witir".
-
Praktek Sahabat Nabi:
Tidak hanya Rasulullah, para sahabat terkemuka juga tercatat melaksanakan witir satu rakaat. Diriwayatkan bahwa Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu melakukan shalat witir satu rakaat setelah shalat Isya di Masjid Nabawi. Ketika ditanya tentang hal itu, beliau berkata, "Sungguh, aku melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukannya." Ini menunjukkan bahwa amalan ini adalah sesuatu yang ma'ruf dan dipraktekkan oleh generasi terbaik umat ini.
Berdasarkan dalil-dalil yang kuat ini, maka tidak ada keraguan lagi mengenai keabsahan dan keutamaan melaksanakan shalat witir 1 rakaat. Ini adalah sebuah kemudahan (rukhsah) dari Allah dan Rasul-Nya, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu, tenaga, atau kondisi lainnya. Menjaga konsistensi witir meskipun hanya satu rakaat jauh lebih baik daripada meninggalkannya sama sekali.
Waktu Pelaksanaan Shalat Witir
Memahami waktu yang tepat untuk melaksanakan Shalat Witir adalah kunci untuk meraih keutamaannya secara maksimal. Waktu pelaksanaan shalat witir terbentang cukup panjang, memberikan fleksibilitas bagi setiap muslim untuk menunaikannya.
Awal Waktu
Waktu shalat witir dimulai setelah seseorang selesai menunaikan shalat Isya, baik shalat tersebut dikerjakan di awal waktu maupun di akhir waktu, baik dengan cara jamak taqdim bersama Maghrib (bagi musafir) maupun tidak. Selama shalat Isya telah ditunaikan, maka pintu untuk melaksanakan shalat witir telah terbuka.
Akhir Waktu
Batas akhir waktu shalat witir adalah ketika terbit fajar shadiq, yaitu saat masuknya waktu shalat Subuh. Hal ini didasarkan pada hadits Abu Sa'id Al-Khudri, di mana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَوْتِرُوا قَبْلَ أَنْ تُصْبِحُوا
"Kerjakanlah shalat witir sebelum kalian masuk waktu subuh." (HR. Muslim).
Waktu yang Paling Utama (Afdhal)
Meskipun rentang waktunya panjang, terdapat waktu yang dianggap paling utama untuk melaksanakan shalat witir. Waktu yang paling afdhal adalah di sepertiga malam terakhir. Ini adalah waktu di mana Allah Subhanahu wa Ta'ala turun ke langit dunia, mengabulkan doa, dan memberikan ampunan.
Namun, pemilihan waktu ini bergantung pada kondisi masing-masing individu.
- Bagi yang Yakin Bisa Bangun Malam: Sangat dianjurkan untuk mengakhirkan shalat witir hingga akhir malam, setelah menunaikan shalat Tahajjud. Ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Jadikanlah akhir shalat kalian di malam hari adalah shalat witir." (HR. Bukhari dan Muslim).
- Bagi yang Khawatir Tidak Bisa Bangun Malam: Lebih baik dan lebih aman untuk melaksanakan shalat witir di awal malam, yaitu setelah shalat Isya dan shalat sunnah ba'diyah Isya. Ini adalah bentuk kehati-hatian agar tidak terlewat keutamaan shalat witir. Rasulullah memberikan nasihat ini kepada Abu Hurairah, "Kekasihku (Rasulullah) mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat shalat Dhuha, dan shalat witir sebelum tidur." (HR. Bukhari).
Tata Cara Lengkap Pelaksanaan Shalat Witir 1 Rakaat
Pelaksanaan shalat witir 1 rakaat sangatlah sederhana dan ringkas, namun tetap harus memperhatikan rukun dan sunnahnya agar ibadah menjadi sempurna. Berikut adalah panduan langkah demi langkah yang detail.
1. Niat di Dalam Hati
Segala amal ibadah dimulai dengan niat. Niat adalah pekerjaan hati yang tidak perlu dilafalkan. Cukup hadirkan di dalam hati tekad untuk melaksanakan shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah Ta'ala. Jika ingin melafalkan untuk membantu konsentrasi, bacaannya bisa seperti:
"Usholli sunnatal witri rak'atan lillaahi ta'aalaa."
Artinya: "Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah Ta'ala."
Penting untuk diingat bahwa yang menjadi rukun adalah niat di dalam hati, bukan pelafalannya.
2. Takbiratul Ihram
Berdiri tegak menghadap kiblat, kemudian mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau telinga seraya mengucapkan "Allahu Akbar" (الله أكبر). Pandangan mata diarahkan ke tempat sujud. Dengan takbir ini, Anda telah masuk ke dalam shalat dan diharamkan melakukan hal-hal di luar gerakan dan bacaan shalat.
3. Membaca Doa Iftitah (Sunnah)
Setelah takbiratul ihram dan bersedekap (meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dada), disunnahkan untuk membaca doa iftitah. Ada beberapa versi doa iftitah yang diajarkan oleh Rasulullah. Salah satu yang paling umum adalah:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
"Allahu akbar kabiiro, walhamdulillahi katsiiro, wa subhanallahi bukrotaw wa'ashiilaa."
Artinya: "Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang."
4. Membaca Surat Al-Fatihah
Membaca surat Al-Fatihah adalah rukun shalat yang wajib dibaca di setiap rakaat. Bacalah dengan tartil, jelas, dan penuh penghayatan. Diawali dengan ta'awudz (A'udzu billahi minasy syaithanir rajim) dan basmalah (Bismillahirrahmanirrahim).
5. Membaca Surat Pendek
Setelah selesai membaca Al-Fatihah (dan mengucapkan "Aamiin"), disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Untuk shalat witir 1 rakaat, sangat dianjurkan untuk membaca Surat Al-Ikhlas. Hal ini didasarkan pada beberapa riwayat, dan juga karena kandungan surat ini yang agung tentang keesaan Allah, sangat sesuai sebagai penutup ibadah. Namun, membaca surat lain pun diperbolehkan.
6. Ruku'
Angkat kedua tangan untuk takbir, lalu membungkuk untuk ruku'. Posisikan punggung lurus sejajar dengan kepala, letakkan kedua telapak tangan di lutut dengan jari-jari direnggangkan. Bacalah tasbih ruku' sebanyak minimal tiga kali:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ
"Subhaana robbiyal 'azhiimi wa bihamdih."
Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya."
7. I'tidal
Bangkit dari ruku' untuk berdiri tegak (i'tidal) sambil mengangkat kedua tangan dan membaca:
سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
"Sami'allaahu liman hamidah."
Artinya: "Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya."
Setelah berdiri tegak sempurna, lanjutkan dengan membaca:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
"Robbanaa wa lakal hamd."
Artinya: "Wahai Tuhan kami, dan bagi-Mu segala puji."
Pilihan Membaca Doa Qunut
Dalam shalat witir, disunnahkan untuk membaca doa qunut. Sebagian ulama berpendapat qunut dilakukan pada pertengahan kedua bulan Ramadhan, sebagian lagi berpendapat boleh dilakukan kapan saja. Doa qunut dibaca saat posisi i'tidal setelah membaca "Robbanaa wa lakal hamd". Jika Anda ingin membacanya, berikut adalah bacaan doa qunut yang ma'tsur:
اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
"Allahummahdini fiiman hadait, wa'aafinii fiiman 'aafait, watawallanii fiiman tawallait, wabaariklii fiimaa a'thait, waqinii syarra maa qadhait, fainnaka taqdhii walaa yuqdhaa 'alaik, wa innahu laa yadzillu man walait, walaa ya'izzu man 'adait, tabaarakta robbanaa wata'aalait."
Artinya: "Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Berilah aku 'afiyah (keselamatan) di antara orang-orang yang Engkau beri 'afiyah. Uruslah aku di antara orang-orang yang Engkau urus. Berkahilah aku dalam apa yang Engkau berikan. Lindungilah aku dari keburukan apa yang Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah yang mentakdirkan dan bukan yang ditakdirkan. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau bela. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi."
Jika tidak hafal atau tidak ingin membacanya, shalat tetap sah karena qunut hukumnya sunnah.
8. Sujud Pertama
Turun untuk sujud dengan bertakbir. Pastikan tujuh anggota sujud menempel di lantai: dahi (bersama hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki. Bacalah tasbih sujud minimal tiga kali:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
"Subhaana robbiyal a'laa wa bihamdih."
Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya."
9. Duduk di Antara Dua Sujud
Bangkit dari sujud untuk duduk iftirasy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan) sambil bertakbir. Dalam posisi ini, bacalah doa:
رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي، وَارْزُقْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي، وَاعْفُ عَنِّي
"Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'aafinii, wa'fu 'annii."
Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, berilah aku kesehatan, dan maafkanlah aku."
10. Sujud Kedua
Lakukan sujud kedua seperti sujud pertama, dengan gerakan dan bacaan yang sama.
11. Duduk Tasyahud Akhir
Bangkit dari sujud kedua sambil bertakbir untuk duduk tasyahud akhir. Posisinya adalah duduk tawarruk (kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, dan duduk di atas lantai). Bacaan tasyahud akhir adalah sebagai berikut:
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
"Attahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rosuulullaah. Allaahumma sholli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollaita 'alaa ibroohiim, wa 'alaa aali ibroohiim. Wa baarik 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad, kamaa baarokta 'alaa ibroohiim, wa 'alaa aali ibroohiim, fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid."
Setelah itu, disunnahkan membaca doa perlindungan dari empat perkara sebelum salam.
12. Salam
Menoleh ke kanan sambil mengucapkan "Assalaamu 'alaikum wa rahmatullaah", kemudian menoleh ke kiri sambil mengucapkan salam yang sama. Dengan demikian, selesailah pelaksanaan shalat witir 1 rakaat.
Dzikir dan Doa Setelah Shalat Witir
Setelah menyelesaikan shalat witir, sangat dianjurkan untuk tidak langsung beranjak pergi. Ada beberapa dzikir dan doa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk dibaca setelah salam. Amalan ini menyempurnakan ibadah witir kita.
Dzikir utama yang dibaca adalah tasbih berikut sebanyak tiga kali, dengan mengeraskan dan memanjangkan suara pada bacaan yang ketiga:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
"Subhaanal malikil qudduus." (dibaca 3 kali)
Artinya: "Maha Suci Raja Yang Maha Suci."
Dasar amalan ini adalah hadits dari Ubay bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat witirnya “Sabbihisma Rabbikal A’laa”, “Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun”, dan “Qul Huwallaahu Ahad”. Jika beliau telah salam, beliau membaca: ‘Subhaanal Malikil Qudduus’ tiga kali." (HR. An-Nasa'i dan Ahmad, shahih).
Setelah itu, bisa dilanjutkan dengan membaca doa lain yang umum dibaca setelah shalat, seperti istighfar, tasbih, tahmid, takbir, atau doa-doa pribadi lainnya memohon kebaikan dunia dan akhirat. Momen setelah shalat adalah salah satu waktu mustajab untuk berdoa.
Keutamaan Agung Shalat Witir
Shalat Witir, meskipun hukumnya sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan), menyimpan keutamaan yang luar biasa besar. Mengetahui keutamaan ini akan memotivasi kita untuk senantiasa menjaganya, walau hanya dengan shalat witir 1 rakaat.
1. Amalan yang Dicintai Allah
Salah satu keutamaan terbesar shalat witir adalah bahwa ia merupakan ibadah yang sangat dicintai oleh Allah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ ، فَأَوْتِرُوا يَا أَهْلَ الْقُرْآنِ
"Sesungguhnya Allah itu ganjil (witir) dan menyukai yang ganjil, maka laksanakanlah shalat witir, wahai ahli Al-Qur'an." (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah, shahih).
Kecintaan Allah adalah puncak dari segala harapan seorang mukmin. Dengan menjaga shalat witir, kita sedang meniti jalan untuk meraih cinta-Nya.
2. Lebih Baik dari Unta Merah
Pada zaman Nabi, unta merah adalah simbol kekayaan dan harta yang paling berharga. Nilainya jauh melampaui kendaraan atau harta mewah di zaman sekarang. Rasulullah membandingkan keutamaan shalat witir dengan unta merah untuk menunjukkan betapa bernilainya ibadah ini di sisi Allah. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah memberi kalian tambahan shalat, yaitu shalat witir, yang (nilainya) lebih baik bagi kalian daripada unta merah." (HR. Abu Dawud, shahih).
Ini adalah perumpamaan yang sangat kuat untuk menegaskan bahwa nilai spiritual dari shalat witir jauh melebihi nilai materi duniawi yang paling berharga sekalipun.
3. Penyempurna Shalat Malam
Shalat witir berfungsi sebagai penutup dan penyempurna ibadah di malam hari. Ia mengunci seluruh rangkaian shalat tahajjud, tarawih, atau shalat sunnah lainnya dengan sebuah penutup yang indah dan dicintai Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, "Jadikanlah akhir shalat kalian di malam hari adalah shalat witir."
4. Disaksikan oleh Para Malaikat
Shalat yang dilakukan di akhir malam, termasuk shalat witir, memiliki keistimewaan karena disaksikan oleh para malaikat. Momen ini menjadi lebih berkah dan doa-doa yang dipanjatkan lebih berpotensi untuk diijabah. Ini adalah waktu yang penuh ketenangan, kekhusyukan, dan kedekatan dengan Sang Pencipta.
5. Tanda Konsistensi dan Ketaatan
Menjaga shalat witir setiap malam, bahkan jika hanya satu rakaat, adalah tanda keistiqomahan seorang hamba. Amalan yang sedikit namun konsisten lebih dicintai Allah daripada amalan yang banyak namun jarang dilakukan. Dengan menjadikan witir sebagai rutinitas, kita menunjukkan ketaatan dan kesungguhan kita dalam beribadah.
Tanya Jawab Seputar Shalat Witir 1 Rakaat
Untuk melengkapi pemahaman, berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering muncul terkait pelaksanaan shalat witir 1 rakaat beserta jawabannya.
1. Apakah boleh shalat witir 1 rakaat saja tanpa didahului shalat sunnah lain?
Ya, boleh. Seseorang boleh melaksanakan shalat witir satu rakaat setelah shalat Isya, meskipun ia tidak melaksanakan shalat sunnah lainnya pada malam itu. Walaupun yang lebih utama adalah menjadikannya sebagai penutup rangkaian shalat malam, melaksanakannya secara tunggal tetap sah dan mendapatkan pahala witir. Ini adalah kemudahan dalam syariat Islam, terutama bagi orang yang sangat sibuk atau lelah.
2. Saya sudah terlanjur shalat witir di awal malam, tapi kemudian terbangun dan ingin shalat Tahajjud. Apa yang harus saya lakukan?
Ini adalah situasi yang sering terjadi. Para ulama memberikan beberapa solusi berdasarkan pemahaman hadits "Tidak ada dua witir dalam satu malam" (HR. Tirmidzi).
- Pendapat Pertama: Cukup shalat Tahajjud dua rakaat-dua rakaat sebanyak yang diinginkan, dan tidak perlu mengulangi shalat witir. Witir yang pertama sudah cukup sebagai penutup malam itu. Ini adalah pendapat yang paling mudah dan banyak diikuti.
- Pendapat Kedua (Menggenapkan Witir Pertama): Sebelum memulai Tahajjud, shalatlah satu rakaat untuk "menggenapkan" witir yang sudah dikerjakan tadi (sehingga menjadi genap). Kemudian, laksanakan shalat Tahajjud, dan tutup kembali dengan shalat witir satu rakaat di akhirnya. Cara ini didasarkan pada ijtihad sebagian ulama, meskipun pendapat pertama dianggap lebih kuat.
Kesimpulannya, jika Anda sudah witir di awal malam, Anda tetap boleh shalat Tahajjud dan tidak perlu mengulang witir lagi.
3. Apakah shalat witir 1 rakaat hanya berlaku di luar bulan Ramadhan?
Tidak. Pelaksanaan shalat witir 1 rakaat berlaku kapan saja, baik di dalam maupun di luar bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan, setelah shalat Tarawih berjamaah, imam biasanya menutup dengan shalat witir (umumnya tiga rakaat). Jika seseorang ingin melanjutkan shalat Tahajjud di rumah, ia memiliki pilihan untuk tidak ikut witir bersama imam dan mengakhirkannya di rumah, atau tetap ikut witir bersama imam dan jika bangun malam cukup shalat Tahajjud saja tanpa witir lagi. Keduanya diperbolehkan.
4. Manakah yang lebih utama, witir satu rakaat secara rutin atau tiga rakaat tapi jarang-jarang?
Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten (istiqomah) meskipun sedikit. Jadi, melaksanakan shalat witir 1 rakaat setiap malam secara rutin jauh lebih utama dan lebih baik daripada melaksanakan tiga rakaat tapi hanya sesekali. Konsistensi dalam ibadah menunjukkan kesungguhan dan kecintaan seorang hamba kepada Rabb-nya.
Kesimpulan: Kemudahan dan Keindahan Syariat
Shalat Witir, dengan segala keutamaannya, merupakan hadiah indah dari Allah untuk hamba-hamba-Nya. Ia adalah penutup hari yang sempurna, momen intim di keheningan malam untuk bermunajat kepada Sang Pencipta. Adanya pilihan untuk melaksanakannya dengan satu rakaat menunjukkan betapa mudah dan fleksibelnya ajaran Islam. Syariat tidak memberatkan, justru memberikan jalan keluar dan kemudahan agar setiap muslim, dalam kondisi apa pun, dapat terus terhubung dengan Allah.
Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan amalan shalat witir 1 rakaat. Jadikan ia sebagai kebiasaan yang tak terpisahkan dari rutinitas malam kita. Di balik kesederhanaan gerakannya, tersimpan pahala yang lebih berharga dari dunia dan seisinya, kecintaan dari Allah Yang Maha Ganjil, dan kesempurnaan ibadah di malam hari. Semoga kita semua dimudahkan untuk senantiasa istiqomah dalam menjaga shalat witir hingga akhir hayat.