Panduan Shalat Witir 3 Rakaat

Sebuah pembahasan mendalam mengenai shalat penutup malam yang penuh berkah, dari pengertian, keutamaan, hingga tata cara pelaksanaan yang rinci.

Ilustrasi shalat witir Ilustrasi shalat witir dengan simbol bulan sabit dan siluet masjid di malam hari.

Memahami Makna dan Kedudukan Shalat Witir

Dalam khazanah ibadah Islam, shalat menempati posisi sentral sebagai tiang agama dan sarana utama seorang hamba untuk berkomunikasi dengan Rabb-nya. Di antara berbagai jenis shalat sunnah yang dianjurkan, terdapat satu shalat yang memiliki keistimewaan khusus sebagai penutup rangkaian ibadah di malam hari, yaitu Shalat Witir. Namanya, "Witir," berasal dari bahasa Arab yang berarti ganjil. Penamaan ini merujuk pada jumlah rakaatnya yang selalu ganjil, seperti satu, tiga, lima, tujuh, dan seterusnya.

Hukum melaksanakan Shalat Witir adalah sunnah mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat ditekankan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kedudukannya yang begitu kuat menunjukkan betapa besar keutamaan dan manfaat yang terkandung di dalamnya. Shalat ini bukan sekadar pelengkap, melainkan sebuah mahkota yang menyempurnakan ibadah malam seorang muslim. Ia menjadi penanda akhir dari segala aktivitas ibadah sebelum beranjak istirahat, mengantarkan seorang hamba ke peraduannya dengan dzikir dan kepasrahan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah itu Witir (ganjil) dan Dia mencintai yang ganjil. Maka lakukanlah shalat witir, wahai para ahli Al-Qur'an."

Hadis ini secara gamblang menegaskan kecintaan Allah terhadap sesuatu yang ganjil, dan secara khusus memerintahkan umat Islam, terutama mereka yang dekat dengan Al-Qur'an, untuk mendirikan shalat witir. Ini adalah sebuah anjuran yang penuh dengan cinta dan hikmah, mengajak kita untuk menyelaraskan ibadah kita dengan apa yang dicintai oleh Sang Pencipta. Dari sekian banyak pilihan jumlah rakaat, shalat witir 3 rakaat menjadi format yang paling populer dan umum dikerjakan oleh mayoritas kaum muslimin. Format ini dianggap cukup ringkas namun tetap sarat akan makna dan keutamaan.

Keutamaan Agung di Balik Shalat Witir

Mengerjakan shalat witir secara rutin bukanlah tanpa ganjaran. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjanjikan berbagai keutamaan bagi hamba-Nya yang istiqamah dalam menghidupkan malamnya dengan shalat penutup ini. Memahami keutamaan-keutamaan ini dapat menjadi motivasi yang kuat untuk tidak pernah meninggalkannya.

1. Dicintai oleh Allah SWT

Seperti yang telah disebutkan dalam hadis sebelumnya, Allah adalah Witir dan mencintai yang witir (ganjil). Dengan melaksanakan shalat witir, seorang hamba sejatinya sedang melakukan sebuah amalan yang sangat dicintai oleh Rabb-nya. Mendapatkan cinta dari Allah adalah puncak dari segala pencapaian seorang mukmin, karena cinta-Nya membawa rahmat, ampunan, dan keberkahan dalam setiap aspek kehidupan.

2. Lebih Baik dari Unta Merah

Pada zaman Rasulullah, unta merah adalah simbol kekayaan dan kemewahan tertinggi. Memilikinya merupakan sebuah kebanggaan dan penanda status sosial yang tinggi. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa shalat witir memiliki nilai yang jauh melampaui harta dunia yang paling berharga sekalipun. Dalam sebuah hadis, disebutkan bahwa shalat witir lebih baik dari unta merah, menunjukkan betapa agungnya nilai ibadah ini di sisi Allah dibandingkan dengan segala perhiasan dunia.

3. Menjadi Saksi di Hari Kiamat

Amalan yang dilakukan di penghujung malam memiliki keistimewaan tersendiri. Waktu tersebut adalah saat yang sunyi, di mana kebanyakan manusia terlelap dalam tidurnya. Bangun dan mendirikan shalat di waktu ini menunjukkan ketulusan dan kesungguhan iman. Rasulullah menjelaskan bahwa shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh para malaikat). Kesaksian inilah yang kelak akan menjadi hujah dan penolong bagi seorang hamba di hadapan Allah pada hari perhitungan.

4. Penyempurna Shalat Malam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir." Perintah ini menjadikan shalat witir sebagai segel atau penutup yang sempurna bagi seluruh ibadah shalat yang dikerjakan pada malam itu, baik shalat tahajud, shalat hajat, maupun shalat sunnah lainnya. Ia mengunci semua amalan malam dengan sebuah ibadah yang agung, seolah membingkai semua kebaikan yang telah dilakukan.

Waktu Terbaik Pelaksanaan Shalat Witir

Waktu pelaksanaan shalat witir terbentang cukup panjang, yaitu dimulai setelah selesai melaksanakan shalat Isya hingga terbit fajar (masuknya waktu Subuh). Fleksibilitas waktu ini merupakan rahmat dari Allah agar setiap muslim dapat melaksanakannya sesuai dengan kemampuannya. Namun, dalam rentang waktu yang panjang tersebut, terdapat beberapa pembagian waktu yang memiliki tingkat keutamaan berbeda.

Awal Waktu: Setelah Shalat Isya

Bagi seseorang yang khawatir tidak akan bisa bangun di akhir malam, atau merasa sangat lelah dan takut terlewat, maka waktu terbaik baginya adalah di awal malam. Melaksanakan shalat witir segera setelah shalat Isya dan shalat sunnah ba'diyah Isya adalah pilihan yang bijaksana. Ini sejalan dengan wasiat Rasulullah kepada Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu untuk tidak tidur sebelum melaksanakan shalat witir.

Waktu Utama (Afdhal): Sepertiga Malam Terakhir

Adapun waktu yang paling utama dan paling dianjurkan adalah pada sepertiga malam terakhir. Ini adalah waktu sahur, momen di mana Allah Subhanahu wa Ta'ala turun ke langit dunia, mengabulkan doa, menerima taubat, dan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang memohon. Melaksanakan shalat witir pada waktu mustajab ini tentu memiliki nilai spiritual yang jauh lebih tinggi. Udara yang dingin dan suasana yang hening membuat shalat menjadi lebih khusyuk dan koneksi dengan Allah terasa lebih dekat.

Akhir Waktu: Sebelum Fajar Shadiq

Batas akhir waktu shalat witir adalah ketika fajar shadiq terbit, yaitu saat adzan Subuh mulai dikumandangkan. Jika seseorang terbangun beberapa saat sebelum adzan Subuh, ia masih memiliki kesempatan untuk melaksanakan shalat witir, meskipun hanya satu rakaat. Ini menunjukkan betapa Rasulullah menekankan agar jangan sampai satu malam pun terlewat tanpa ditutup dengan shalat witir.

Tata Cara Pelaksanaan Shalat Witir 3 Rakaat

Pelaksanaan shalat witir 3 rakaat dapat dilakukan dengan dua cara utama. Keduanya sahih dan memiliki dasar dari praktik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memahami kedua metode ini memberikan kita fleksibilitas dalam beribadah.

Metode Pertama: 2 Rakaat Salam, Kemudian 1 Rakaat Salam

Ini adalah metode yang paling umum dan banyak dianjurkan oleh para ulama. Tujuannya adalah untuk membedakan shalat witir dari shalat Maghrib yang juga berjumlah tiga rakaat. Cara ini memisahkan shalat menjadi dua bagian: dua rakaat terlebih dahulu, diakhiri dengan salam, kemudian berdiri lagi untuk mengerjakan satu rakaat terakhir yang juga diakhiri dengan salam.

Langkah-langkah Shalat 2 Rakaat Pertama:

  1. Niat: Berdiri menghadap kiblat dan berniat dalam hati untuk melaksanakan shalat sunnah witir dua rakaat. Lafal niat yang bisa diucapkan (namun niat utama ada di hati) adalah:

    أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

    Ushalli sunnatal witri rak'ataini lillaahi ta'aalaa.

    "Aku niat shalat sunnah witir dua rakaat karena Allah Ta'ala."

  2. Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan sejajar telinga (bagi laki-laki) atau dada (bagi perempuan) sambil mengucapkan "Allahu Akbar".
  3. Membaca Doa Iftitah.
  4. Membaca Surat Al-Fatihah.
  5. Membaca Surat Pendek: Disunnahkan pada rakaat pertama ini membaca Surat Al-A'la.

    سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى

  6. Ruku': Tuma'ninah (tenang sejenak) saat ruku' sambil membaca tasbih.
  7. I'tidal: Bangun dari ruku' dengan tuma'ninah sambil membaca "Sami'allahu liman hamidah" dan "Rabbana lakal hamd".
  8. Sujud: Melakukan sujud pertama dengan tuma'ninah sambil membaca tasbih.
  9. Duduk di Antara Dua Sujud: Duduk dengan tuma'ninah sambil membaca doanya.
  10. Sujud Kedua: Melakukan sujud kedua dengan tuma'ninah.
  11. Berdiri untuk Rakaat Kedua: Melakukan gerakan seperti rakaat pertama, dimulai dari membaca Al-Fatihah.
  12. Membaca Surat Pendek: Pada rakaat kedua, disunnahkan membaca Surat Al-Kafirun.

    قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

  13. Tasyahud Akhir: Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, duduk untuk membaca tasyahud akhir hingga selesai.
  14. Salam: Menoleh ke kanan dan ke kiri sambil mengucapkan salam.

Langkah-langkah Shalat 1 Rakaat Terakhir:

  1. Berdiri dan Niat: Setelah salam dari shalat dua rakaat tadi, langsung berdiri kembali dan berniat dalam hati untuk melaksanakan shalat sunnah witir satu rakaat. Lafal niatnya:

    أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً لِلّٰهِ تَعَالَى

    Ushalli sunnatal witri rak'atan lillaahi ta'aalaa.

    "Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat karena Allah Ta'ala."

  2. Takbiratul Ihram.
  3. Membaca Surat Al-Fatihah.
  4. Membaca Surat Pendek: Pada rakaat tunggal ini, disunnahkan membaca Surat Al-Ikhlas (beberapa riwayat juga menyertakan Al-Falaq dan An-Nas).

    قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ

  5. Ruku', I'tidal, Sujud, Duduk di Antara Dua Sujud, Sujud Kedua: Melakukan semua rukun ini dengan tuma'ninah. Pada rakaat inilah Doa Qunut bisa dibaca (penjelasan di bagian selanjutnya).
  6. Tasyahud Akhir: Duduk untuk membaca tasyahud akhir.
  7. Salam: Mengakhiri shalat dengan salam.

Metode Kedua: 3 Rakaat Langsung dengan Satu Salam

Metode ini juga diajarkan dan memiliki dasar yang kuat. Caranya adalah dengan mengerjakan tiga rakaat sekaligus, yang diakhiri dengan satu salam di rakaat terakhir. Kunci utama yang membedakannya dengan shalat Maghrib adalah tidak adanya tasyahud awal pada rakaat kedua. Setelah sujud kedua di rakaat kedua, kita langsung berdiri untuk rakaat ketiga.

Langkah-langkah Shalat 3 Rakaat Langsung:

  1. Niat: Berniat dalam hati untuk shalat witir tiga rakaat sekaligus. Lafal niatnya:

    أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ لِلّٰهِ تَعَالَى

    Ushalli sunnatal witri tsalaatsa raka'aatin lillaahi ta'aalaa.

    "Aku niat shalat sunnah witir tiga rakaat karena Allah Ta'ala."

  2. Rakaat Pertama: Takbiratul Ihram, membaca Iftitah, Al-Fatihah, lalu dianjurkan membaca Surat Al-A'la. Kemudian ruku', i'tidal, dan sujud seperti biasa.
  3. Rakaat Kedua: Berdiri dari sujud, membaca Al-Fatihah, lalu dianjurkan membaca Surat Al-Kafirun. Kemudian ruku' dan i'tidal. Setelah sujud kedua, langsung berdiri untuk rakaat ketiga tanpa duduk tasyahud awal. Ini poin yang sangat penting.
  4. Rakaat Ketiga: Membaca Al-Fatihah, lalu dianjurkan membaca Surat Al-Ikhlas.
  5. Doa Qunut: Setelah ruku' dan bangkit untuk i'tidal pada rakaat ketiga ini, disunnahkan untuk membaca Doa Qunut.
  6. Menyelesaikan Shalat: Melanjutkan dengan sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, lalu duduk untuk Tasyahud Akhir.
  7. Salam: Mengakhiri shalat dengan salam.

Bacaan Penting dalam Shalat Witir: Doa Qunut

Salah satu amalan sunnah yang identik dengan shalat witir adalah pembacaan Doa Qunut. Qunut secara bahasa berarti berdiri lama, diam, atau taat. Dalam istilah syar'i, qunut adalah doa yang dibaca dalam shalat pada posisi tertentu. Untuk shalat witir, Doa Qunut dibaca pada rakaat terakhir, setelah ruku' dan sebelum sujud (saat i'tidal).

Hukum membaca Doa Qunut dalam shalat witir adalah sunnah menurut sebagian besar ulama. Meskipun tidak wajib, membacanya adalah sebuah kebaikan karena mengandung permohonan yang sangat komprehensif kepada Allah. Berikut adalah lafal Doa Qunut yang masyhur, yang diajarkan oleh Rasulullah kepada cucunya, Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma:

اَللّهُمَّ اهْدِنِيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِيْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Allahummahdinii fiiman hadaiit, wa 'aafinii fiiman 'aafaiit, wa tawallanii fiiman tawallaiit, wa baarik lii fiimaa a'thaiit, wa qinii syarra maa qadhaiit, fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaiik, wa innahuu laa yadzillu man waalaiit, wa laa ya'izzu man 'aadaiit, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalaiit, falakal hamdu 'alaa maa qadhaiit, astaghfiruka wa atuubu ilaiik, wa shallallahu 'alaa sayyidinaa muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.

"Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana Engkau telah berikan petunjuk (kepada hamba-hamba-Mu), berikanlah aku kesehatan sebagaimana Engkau telah berikan kesehatan, peliharalah aku sebagaimana Engkau telah pelihara, berikanlah keberkahan pada apa yang telah Engkau berikan kepadaku, dan jauhkanlah aku dari keburukan apa yang telah Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan tidak ada yang bisa menentukan atas-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau berikan perlindungan, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi. Bagi-Mu segala puji atas apa yang Engkau takdirkan. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya."

Merenungi setiap kalimat dalam doa ini akan membuka hati kita akan kebesaran Allah dan betapa kita sangat bergantung pada-Nya dalam segala urusan, mulai dari petunjuk, kesehatan, perlindungan, hingga rezeki.

Dzikir dan Doa Setelah Shalat Witir

Ibadah tidak berhenti begitu saja setelah salam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan beberapa dzikir dan doa yang sangat dianjurkan untuk dibaca setelah menyelesaikan shalat witir. Amalan-amalan ini menjadi penyempurna dan penutup yang indah.

Dzikir Singkat Penuh Makna

Segera setelah salam, disunnahkan untuk membaca dzikir berikut sebanyak tiga kali. Pada ucapan yang ketiga, dianjurkan untuk sedikit memanjangkan dan mengeraskan suara.

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Subhaanal malikil qudduus.

"Maha Suci Raja Yang Maha Suci."

Dzikir ini adalah bentuk pengagungan tertinggi kepada Allah, mengakui kesucian-Nya yang absolut dari segala bentuk kekurangan dan cela. Mengucapkannya setelah witir seolah menjadi penegasan atas keesaan dan keagungan Dzat yang kita sembah di kegelapan malam.

Doa Komprehensif Setelah Witir

Selain dzikir di atas, terdapat pula doa yang lebih panjang yang juga dianjurkan untuk dibaca. Doa ini mengandung pujian, permohonan ampun, dan permintaan perlindungan yang sangat lengkap.

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ، لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Allahumma innii a'uudzu biridhaaka min sakhathik, wa bimu'aafaatika min 'uquubatik, wa a'uudzu bika minka, laa uhshii tsanaa'an 'alaik, anta kamaa atsnaita 'alaa nafsik.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari siksaan-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari (siksa)-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri."

Doa ini menunjukkan puncak ketawadhu'an seorang hamba. Kita memohon perlindungan dari murka Allah dengan cara berlindung pada ridha-Nya. Kita mengakui ketidakmampuan kita untuk memuji-Nya secara sempurna, karena hanya Allah yang mengetahui keagungan diri-Nya sendiri.

Fiqih Seputar Shalat Witir: Pertanyaan Umum

Dalam praktik sehari-hari, seringkali muncul berbagai pertanyaan seputar pelaksanaan shalat witir. Berikut adalah beberapa jawaban atas pertanyaan yang sering diajukan.

Bagaimana jika sudah witir, lalu ingin shalat tahajud lagi?

Rasulullah bersabda, "Tidak ada dua witir dalam satu malam." Berdasarkan hadis ini, jika seseorang telah melaksanakan shalat witir di awal malam (misalnya setelah Isya) lalu ia terbangun di sepertiga malam terakhir dan ingin shalat tahajud, maka ia boleh melaksanakan shalat tahajud sebanyak yang ia mau (dua rakaat, empat rakaat, dan seterusnya) namun tanpa mengulang shalat witir lagi. Shalat witirnya yang pertama sudah cukup sebagai penutup shalat malamnya.

Apakah boleh melakukan Qadha (mengganti) Shalat Witir yang terlewat?

Para ulama memiliki beberapa pendapat. Pendapat yang kuat menyatakan bahwa jika seseorang terlewat shalat witir karena tertidur atau lupa, ia dianjurkan untuk meng-qadha-nya di waktu dhuha (pagi hari). Namun, ia mengerjakannya dengan jumlah rakaat genap. Jadi, jika biasanya ia witir 3 rakaat, maka ia meng-qadha-nya sebanyak 4 rakaat (dengan format 2 rakaat salam, 2 rakaat salam). Ini didasarkan pada kebiasaan Rasulullah yang jika terlewat shalat malam, beliau akan menggantinya di siang hari dengan 12 rakaat (sebagai ganti dari 11 rakaat shalat malamnya).

Apa hukum meninggalkan shalat witir dengan sengaja?

Meskipun hukumnya sunnah mu'akkadah, meninggalkan shalat witir secara sengaja dan terus-menerus adalah perbuatan yang tercela dan merugikan. Imam Ahmad bin Hanbal bahkan berpendapat bahwa orang yang biasa meninggalkan shalat witir adalah orang yang jelek persaksiannya tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya shalat ini di mata para ulama salaf, sehingga meninggalkannya dianggap sebagai sebuah kekurangan besar dalam komitmen beragama seseorang.

Kesimpulan: Jadikan Witir Mahkota Malam Anda

Shalat witir 3 rakaat adalah sebuah ibadah yang ringan untuk dikerjakan namun memiliki bobot keutamaan yang sangat besar di sisi Allah. Ia adalah ekspresi cinta, penutup hari yang sempurna, dan jembatan penghubung antara seorang hamba dengan Rabb-nya di keheningan malam. Dengan memahami tata cara, waktu, bacaan, dan keutamaannya, semoga kita semua dimudahkan oleh Allah untuk dapat istiqamah dalam menjalankannya.

Jangan biarkan satu malam pun berlalu tanpa menghiasinya dengan shalat witir. Jadikan ia sebagai kebiasaan yang tak terpisahkan dari rutinitas harian kita. Sebab, dalam setiap rakaatnya, dalam setiap doa yang terpanjat, terkandung harapan akan ampunan, rahmat, dan cinta dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

🏠 Kembali ke Homepage