Ratib Al Athos: Teks Latin, Makna, dan Keutamaannya

Ilustrasi Kaligrafi dan Lentera راتب العطاس Cahaya Dzikir Penenang Jiwa

Pengenalan: Apa Itu Ratib al-Athos?

Ratib al-Athos adalah sebuah wirid atau kumpulan dzikir dan doa yang disusun oleh seorang ulama besar dari Hadramaut, Yaman, yaitu Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athos. Kumpulan dzikir ini menjadi salah satu amalan yang sangat populer di kalangan umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Ratib ini terkenal karena bacaannya yang relatif singkat, padat makna, dan diyakini memiliki banyak sekali keutamaan serta manfaat bagi siapa saja yang mengamalkannya secara istiqamah.

Kata "Ratib" sendiri secara bahasa berarti sesuatu yang tersusun, teratur, atau tetap. Dalam konteks amalan spiritual, ratib merujuk pada rangkaian dzikir, ayat Al-Qur'an, dan doa yang dibaca secara rutin pada waktu-waktu tertentu, biasanya setelah shalat Maghrib atau Isya. Keistimewaan Ratib al-Athos terletak pada sumbernya yang otentik, di mana setiap bacaan di dalamnya berasal langsung dari Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Al-Habib Umar al-Athos dengan keilmuan dan kedekatannya kepada Allah SWT, merangkai bacaan-bacaan mulia ini menjadi sebuah wirid yang mudah dihafal dan diamalkan oleh masyarakat awam sekalipun.

Amalan ini bukan sekadar rutinitas lisan, melainkan sebuah sarana untuk membangun benteng spiritual, membersihkan hati, mendekatkan diri kepada Allah, dan memohon perlindungan dari segala bentuk keburukan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Oleh karena itu, memahami setiap lafaz dan maknanya akan menambah kekhusyukan dan dampak positif dalam kehidupan seorang Muslim.

Sejarah dan Latar Belakang Penyusunan Ratib al-Athos

Untuk memahami kedalaman Ratib al-Athos, penting bagi kita untuk mengenal sosok penyusunnya, yaitu Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athos. Beliau dilahirkan di kota Lisk, dekat Inat, Hadramaut, Yaman. Sejak kecil, beliau telah menunjukkan tanda-tanda keistimewaan. Salah satu ujian besar dalam hidupnya adalah ketika beliau kehilangan penglihatannya di usia belia. Namun, keterbatasan fisik ini justru membuka mata hatinya (bashirah) menjadi lebih tajam dan cemerlang.

Beliau tumbuh menjadi seorang yang sangat alim, zuhud, dan wara'. Beliau menimba ilmu dari para ulama besar di zamannya, termasuk dari ayahnya sendiri, Al-Habib Abdurrahman al-Athos, dan guru-guru terkemuka lainnya seperti Al-Habib Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim. Kecintaannya pada ilmu dan ibadah membuatnya dihormati sebagai salah satu waliyullah (kekasih Allah) yang agung pada masanya. Beliau dikenal memiliki akhlak yang mulia, sangat dermawan, dan senantiasa menjadi tempat rujukan bagi masyarakat dalam urusan agama dan dunia.

Kisah di balik penyusunan Ratib al-Athos sangatlah menarik. Diriwayatkan bahwa pada suatu masa, sebuah desa bernama Huraidhoh di Hadramaut, tempat Al-Habib Umar tinggal, sedang dilanda keresahan akibat gangguan dari kaum Bathinah, kelompok sesat yang seringkali menebar fitnah dan keburukan. Penduduk desa datang kepada Al-Habib Umar memohon doa dan solusi agar desa mereka dilindungi dari marabahaya tersebut.

Atas dasar keprihatinan dan kasih sayangnya kepada umat, Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athos menyusun rangkaian dzikir dan doa ini. Beliau kemudian memerintahkan penduduk desa untuk membacanya secara berjamaah setiap malam setelah shalat Isya. Dengan izin Allah, setelah amalan ini dirutinkan, desa tersebut menjadi aman, tentram, dan terlindungi dari segala macam gangguan. Sejak saat itulah, Ratib ini mulai dikenal luas dan menyebar ke berbagai penjuru dunia, dibawa oleh para murid dan keturunannya, sebagai amalan perlindungan dan benteng diri yang sangat mujarab.

Keutamaan dan Manfaat Mengamalkan Ratib al-Athos

Para ulama dan orang-orang saleh yang mengamalkan Ratib al-Athos telah merasakan dan menyaksikan banyak sekali keutamaan (fadhilah) dan manfaat dari wirid ini. Di antara keutamaan yang paling sering disebutkan adalah:

Manfaat-manfaat ini tentu saja akan didapatkan dengan izin Allah SWT, dan harus diiringi dengan niat yang tulus, keyakinan yang penuh, serta dibaca secara rutin dan konsisten (istiqamah).

Bacaan Lengkap Ratib Al Athos Latin dan Terjemahannya

Berikut adalah teks lengkap dari Ratib al-Athos dalam tulisan latin agar mudah dibaca, beserta terjemahan bahasa Indonesianya untuk membantu perenungan makna.

Al-Faatihah ilaa hadhrati Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Syafi'inaa Muhammadin shallallaahu 'alaihi wa aalihii wa sallam. (Al-Faatihah)

"Al-Fatihah (semoga pahalanya) dihadiahkan kepada junjungan kita, Nabi kita, dan pemberi syafaat kita, Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. (Membaca Surat Al-Fatihah)"

A'uudzu billaahis samii'il 'aliimi minasy syaithaanir rajiim.

"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk."

(Dibaca 3 kali)

Lau anzalnaa haadzal qur'aana 'alaa jabalin lara'aitahu khaasyi'an mutashaddi'an min khasyyatillaah, wa tilkal amtsaalu nadhribuhaa linnaasi la'allahum yatafakkaruun.

"Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir." (QS. Al-Hasyr: 21)

Huwallahulladzii laa ilaaha illaa huwa 'aalimul ghaibi wasy syahaadah, huwar rahmaanur rahiim.

"Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr: 22)

Huwallahulladzii laa ilaaha illaa huwal malikul qudduusus salaamul mu'minul muhaiminul 'aziizul jabbaarul mutakabbir, subhaanallaahi 'ammaa yusyrikuun. Huwallaahul khaaliqul baari'ul mushawwiru lahul asmaa'ul husnaa, yusabbihu lahuu maa fis samaawaati wal ardh, wa huwal 'aziizul hakiim.

"Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Hasyr: 23-24)

A'uudzu billaahis samii'il 'aliimi minasy syaithaanir rajiim.

"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk."

(Dibaca 3 kali)

A'uudzu bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa khalaq.

"Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya."

(Dibaca 3 kali)

Bismillaahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syai'un fil ardhi wa laa fis samaa'i wa huwas samii'ul 'aliim.

"Dengan nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat memberi mudharat, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

(Dibaca 3 kali)

Bismillaahir rahmaanir rahiim, wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'azhiim.

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."

(Dibaca 10 kali)

Bismillaahir rahmaanir rahiim.

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."

Bismillaahi tahash-shannaa billaah, bismillaahi tawakkalnaa 'alallaah.

"Dengan nama Allah kami membentengi diri, dengan nama Allah kami bertawakal kepada Allah."

(Dibaca 3 kali)

Bismillaahi aamannaa billaah, wa man yu'min billaahi laa khaufun 'alaih.

"Dengan nama Allah kami beriman kepada Allah, dan barangsiapa beriman kepada Allah maka tidak ada rasa takut padanya."

(Dibaca 3 kali)

Subhaanallaahi 'azzallaah, subhaanallaahi jallallaah.

"Maha Suci Allah, Maha Mulia Allah. Maha Suci Allah, Maha Agung Allah."

(Dibaca 3 kali)

Subhaanallaahi wa bihamdih, subhaanallaahil 'azhiim.

"Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung."

(Dibaca 3 kali)

Subhaanallaahi wal hamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar.

"Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar."

(Dibaca 4 kali)

Yaa lathiifan bikhalqih, yaa 'aliiman bikhalqih, yaa khabiiran bikhalqih, ulthuf binaa yaa lathiif, yaa 'aliim, yaa khabiir.

"Wahai Yang Maha Lembut terhadap makhluk-Nya, wahai Yang Maha Mengetahui terhadap makhluk-Nya, wahai Yang Maha Waspada terhadap makhluk-Nya, berlemah lembutlah kepada kami, wahai Yang Maha Lembut, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Waspada."

(Dibaca 3 kali)

Yaa lathiifan lam yazal, ulthuf binaa fiimaa nazal, innaka lathiifun lam tazal, ulthuf binaa wal muslimiin.

"Wahai Yang Maha Lembut yang tak pernah sirna, berlemah lembutlah pada kami dalam segala yang menimpa. Sesungguhnya Engkau Maha Lembut yang tak pernah sirna, berlemah lembutlah pada kami dan kaum Muslimin."

(Dibaca 3 kali)

Laa ilaaha illallaah.

"Tiada Tuhan selain Allah."

(Dibaca 40 kali)

Muhammadur Rasuulullaah shallallaahu 'alaihi wa aalihii wa sallam.

"Muhammad adalah utusan Allah, semoga shalawat dan salam tercurah atasnya dan keluarganya."

Hasbunallaahu wa ni'mal wakiil.

"Cukuplah Allah bagi kami dan Dia adalah sebaik-baik pelindung."

(Dibaca 7 kali)

Allaahumma shalli 'alaa Muhammad, allaahumma shalli 'alaihi wa sallim.

"Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad. Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepadanya."

(Dibaca 11 kali)

Astaghfirullaah.

"Aku memohon ampun kepada Allah."

(Dibaca 11 kali)

Taa'ibuuna ilallaah.

"Kami bertaubat kepada Allah."

(Dibaca 3 kali)

Yaa allaahu bihaa, yaa allaahu bihaa, yaa allaahu bihusnil khaatimah.

"Ya Allah dengannya (kalimat tauhid), Ya Allah dengannya, Ya Allah dengan penutup yang baik (husnul khatimah)."

(Dibaca 3 kali)

Gufraanaka rabbanaa wa ilaikal mashiir, laa yukallifullaahu nafsan illaa wus'ahaa, lahaa maa kasabat wa 'alaihaa maktasabat, rabbanaa laa tu'aakhidznaa in nasiinaa au akhtha'naa, rabbanaa wa laa tahmil 'alainaa ishran kamaa hamaltahuu 'alalladziina min qablinaa, rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bih, wa'fu 'annaa, waghfir lanaa, warhamnaa, anta maulaanaa fanshurnaa 'alal qaumil kaafiriin. (Aamiin)

"Ampunan-Mu wahai Tuhan kami, dan kepada-Mu lah tempat kembali. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir'. (Aamiin)"

Penjelasan Mendalam Setiap Bagian Dzikir

Memahami makna di balik setiap lafaz akan meningkatkan kualitas amalan kita. Mari kita telaah beberapa bagian penting dari Ratib al-Athos:

1. Pembukaan dengan Al-Fatihah

Setiap amalan mulia dalam tradisi Islam seringkali diawali dengan menghadiahkan pahala bacaan Surat Al-Fatihah kepada ruh junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Ini adalah bentuk adab, cinta (mahabbah), dan penghormatan kita kepada beliau, sang pembawa risalah. Dengan bertawassul (menjadikan perantara) melalui kemuliaan Rasulullah SAW, kita berharap amalan kita lebih mudah diterima oleh Allah SWT.

2. Ayat-ayat Terakhir Surat Al-Hasyr

Bagian ini (ayat 21-24) adalah salah satu bagian paling agung dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat ini menggambarkan kebesaran Al-Qur'an dan keagungan Allah SWT melalui Asma'ul Husna (nama-nama-Nya yang terbaik). Membacanya di pagi hari atau petang memiliki keutamaan luar biasa, termasuk didoakan oleh puluhan ribu malaikat. Kandungannya menegaskan konsep tauhid, kekuasaan mutlak Allah, dan sifat-sifat-Nya yang sempurna, yang berfungsi untuk menggetarkan hati dan menguatkan iman.

3. Doa-doa Perlindungan

Kalimat seperti "A'uudzu bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa khalaq" dan "Bismillaahilladzii laa yadhurru ma'asmihii..." adalah doa perlindungan yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW. Doa pertama memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, yang mencakup Al-Qur'an dan sifat-sifat-Nya, dari segala keburukan makhluk. Doa kedua adalah pernyataan keyakinan bahwa dengan menyebut nama Allah, tidak ada satu pun kekuatan di langit dan bumi yang dapat membahayakan kita tanpa izin-Nya. Ini adalah bentuk tawakal dan penyerahan diri total.

4. Kalimat Hauqalah dan Tasbih

"Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah" (Hauqalah) adalah kalimat pengakuan atas kelemahan diri dan pengakuan atas kekuatan mutlak milik Allah. Ia disebut sebagai salah satu perbendaharaan surga. Sementara itu, kalimat-kalimat tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (La ilaha illallah), dan takbir (Allahu Akbar) adalah dzikir yang paling dicintai Allah. Masing-masing memiliki makna mendalam: menyucikan Allah dari segala kekurangan, memuji-Nya atas segala nikmat, mengesakan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan, dan mengagungkan-Nya di atas segalanya.

5. Seruan Yaa Lathiif

Lathif adalah salah satu Asma'ul Husna yang berarti Maha Lembut. Seruan ini adalah permohonan agar Allah memperlakukan kita dengan kelembutan-Nya dalam segala urusan, terutama dalam menghadapi cobaan dan kesulitan. Ini adalah doa yang menunjukkan kerendahan hati dan kebutuhan seorang hamba akan kasih sayang dan pertolongan Tuhannya.

6. Puncak Dzikir dengan Tahlil

Membaca "Laa ilaaha illallaah" sebanyak 40 kali adalah inti dari banyak wirid. Kalimat ini adalah ruh dari Islam, pondasi tauhid, dan kunci surga. Mengulanginya secara terus-menerus berfungsi untuk membersihkan hati dari kemusyrikan, menanamkan keyakinan yang kokoh, dan mengingatkan diri akan tujuan hidup yang sesungguhnya, yaitu hanya untuk beribadah kepada Allah semata.

Tata Cara dan Waktu Mengamalkan

Meskipun Ratib al-Athos dapat dibaca kapan saja, terdapat waktu-waktu utama yang dianjurkan untuk mengamalkannya agar mendapatkan keutamaan yang lebih besar. Waktu yang paling umum dan dianjurkan adalah:

  1. Setelah Shalat Maghrib: Ini adalah waktu yang sangat baik, di awal malam, untuk memohon perlindungan dari kegelapan dan keburukan malam.
  2. Setelah Shalat Isya: Banyak majelis dan pondok pesantren mengamalkannya secara berjamaah setelah shalat Isya, sebagai penutup aktivitas harian dan benteng selama tidur.
  3. Setelah Shalat Subuh: Mengamalkannya di pagi hari berfungsi sebagai perisai dan permohonan berkah untuk menjalani aktivitas sepanjang hari.

Ratib ini bisa diamalkan secara sendirian (munfarid) di rumah maupun secara berjamaah. Tentu, mengamalkannya secara berjamaah memiliki keutamaan tersendiri karena adanya keberkahan dalam perkumpulan orang-orang yang berdzikir. Hal terpenting dalam mengamalkannya adalah niat yang ikhlas, kehadiran hati (khusyu'), serta konsistensi (istiqamah). Jangan tergesa-gesa dalam membacanya, resapi setiap kalimat, dan hadirkan maknanya di dalam hati.

Kesimpulan: Menjadikan Ratib al-Athos Bagian dari Kehidupan

Ratib al-Athos bukanlah sekadar rangkaian kata-kata tanpa makna. Ia adalah warisan berharga dari seorang kekasih Allah yang di dalamnya terkandung kekuatan spiritual yang luar biasa. Ia adalah senjata bagi seorang mukmin, penenang bagi jiwa yang gundah, perisai dari segala marabahaya, dan jembatan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

"Dengan merutinkan Ratib al-Athos, kita tidak hanya melafazkan dzikir, tetapi kita sedang membangun sebuah benteng spiritual yang kokoh, menyirami taman hati dengan cahaya ilahi, dan menyambungkan sanad amalan kita kepada para ulama dan orang-orang saleh terdahulu."

Menjadikannya sebagai amalan harian, baik dibaca sendiri maupun bersama keluarga, adalah sebuah investasi akhirat yang tak ternilai. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan dan keistiqamahan untuk dapat mengamalkan wirid mulia ini, serta menganugerahkan kita segala keutamaan dan keberkahan yang terkandung di dalamnya. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage