` * `` * ``: * `meta charset="UTF-8"` * `meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0">` (Essential for mobile-friendliness) * `title`: "Bacaan Ratib Al Attas Latin, Arab, dan Terjemahannya" (Fits the 60-char limit) * `link rel="icon" ...>` * `

Mengenal Ratib Al-Attas: Bacaan Latin, Arab, dan Terjemahannya

Ratib Al-Attas adalah sebuah kumpulan dzikir, wirid, dan doa yang disusun oleh seorang ulama besar dari Hadhramaut, Yaman, yaitu Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas. Amalan ini menjadi salah satu wirid yang sangat populer di kalangan umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, karena bacaannya yang ringkas namun sarat akan makna dan fadhilah yang luar biasa. Artikel ini akan memandu Anda melalui bacaan lengkap Ratib Al-Attas dalam tulisan Latin untuk memudahkan pelafalan, disertai teks Arab asli dan terjemahan dalam bahasa Indonesia agar dapat dihayati maknanya secara mendalam.

Sejarah dan Penyusun Ratib Al-Attas

Untuk memahami keagungan sebuah amalan, penting bagi kita untuk mengenal siapa sosok di baliknya. Ratib Al-Attas disusun oleh Al-Imam Al-Qutb Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas. Beliau dilahirkan di desa Lisk, dekat kota Inat di Hadhramaut, Yaman. Beliau hidup dalam lingkungan yang penuh dengan ilmu dan ketakwaan, serta memiliki garis keturunan yang mulia, bersambung langsung kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Sejak kecil, Habib Umar telah menunjukkan kecerdasan dan kehausan akan ilmu agama. Beliau belajar kepada para ulama besar di zamannya, mendalami berbagai cabang ilmu Islam seperti fiqih, tasawuf, hadits, dan tafsir. Namun, sebuah ujian besar menimpanya di usia muda, di mana beliau kehilangan penglihatannya. Keterbatasan fisik ini tidak pernah menyurutkan semangatnya. Justru, hal ini membuat mata hatinya (bashirah) semakin tajam dan kedekatannya dengan Allah SWT semakin mendalam. Beliau menjadi seorang 'arif billah, seorang wali Allah yang diakui keilmuan dan ketinggian spiritualnya.

Penyusunan Ratib Al-Attas sendiri memiliki kisah yang menakjubkan. Diceritakan bahwa pada suatu masa, penduduk sebuah desa di Hadhramaut datang kepada Habib Umar untuk meminta pertolongan. Desa mereka sedang dilanda berbagai musibah, gangguan, dan marabahaya. Mereka memohon kepada Habib Umar untuk menyusun sebuah amalan yang bisa menjadi benteng perlindungan bagi mereka, baik secara lahir maupun batin.

Atas dasar kasih sayang dan kepedulian terhadap umat, Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas kemudian menyusun wirid ini. Beliau mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an pilihan, dzikir-dzikir, dan doa-doa yang ma'tsur (bersumber dari Nabi Muhammad SAW). Setiap bacaan yang dipilih memiliki keutamaan dan rahasia spiritual yang sangat besar. Setelah selesai disusun, beliau memerintahkan penduduk desa tersebut untuk mengamalkannya secara rutin, terutama setelah shalat Maghrib atau Isya. Atas izin Allah, setelah penduduk desa tersebut istiqamah mengamalkan Ratib ini, desa mereka menjadi aman, tentram, dan terhindar dari segala marabahaya. Sejak saat itulah, Ratib ini mulai menyebar luas dari satu tempat ke tempat lain, hingga sampai ke Nusantara dan seluruh penjuru dunia.

Keutamaan dan Fadhilah Mengamalkan Ratib Al-Attas

Setiap dzikir dan doa yang terkandung dalam Ratib Al-Attas memiliki fadhilah atau keutamaan yang agung. Para ulama dan shalihin telah banyak menjelaskan manfaat dari mengamalkan wirid ini secara istiqamah. Di antara keutamaannya yang paling masyhur adalah:

Penting untuk diingat bahwa semua keutamaan ini terwujud semata-mata atas izin dan kehendak Allah SWT. Ratib ini adalah sarana, wasilah, dan bentuk ikhtiar spiritual kita untuk memohon perlindungan dan rahmat-Nya. Kunci utamanya adalah keikhlasan niat dan keistiqamahan dalam mengamalkannya.

Bacaan Lengkap Ratib Al-Attas: Latin, Arab, dan Terjemahan

Berikut adalah bacaan lengkap Ratib Al-Attas. Disarankan untuk membacanya dengan tartil (perlahan dan jelas) serta berusaha merenungkan maknanya. Amalan ini biasanya diawali dengan menghadiahkan Al-Fatihah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya, serta kepada penyusun Ratib, Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas, dan seluruh auliyaillah.

Pembukaan dengan Al-Fatihah

الفَاتِحَةُ إِلَى حَضْرَةِ سَيِّدِنَا وَشَفِيْعِنَا وَنَبِيِّنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ...
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ. مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ. آمِيْن

Al-Fātihah ilā hadhrati sayyidinā wa syafī'inā wa nabiyyinā wa maulānā Muhammadin shallallāhu 'alaihi wa sallam...
Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. Al-ḥamdu lillāhi rabbil-'ālamīn. Ar-raḥmānir-raḥīm. Māliki yaumid-dīn. Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn. Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm. Ṣirāṭallażīna an'amta 'alaihim, ghairil-maghḍūbi 'alaihim wa laḍ-ḍāllīn. Āmīn.

Al-Fatihah (ditujukan) kepada junjungan kita, pemberi syafaat kita, nabi kita, dan pemimpin kita, Muhammad SAW...
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Kabulkanlah.

Ta'awudz dan Basmalah

أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ (٣×)

A'ūżu billāhis-samī'il-'alīmi minasy-syaithānir-rajīm. (3x)

Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk. (Dibaca 3 kali)

Dzikir ini adalah permohonan perlindungan pertama dan utama. Sebelum memulai segala sesuatu, seorang hamba diajarkan untuk menyadari keberadaan musuh yang nyata, yaitu setan, dan memohon perlindungan hanya kepada Allah Yang Maha Mendengar setiap doa dan Maha Mengetahui setiap niat. Mengulanginya tiga kali adalah untuk menguatkan permohonan dan kesadaran hati.

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Lau anzalnā hāżal-qur'āna 'alā jabalil lara'aitahū khāsyi'am mutashaddi'am min khasy-yatillāh, wa tilkal-amṡālu naḍribuhā lin-nāsi la'allahum yatafakkarūn.

Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.

Ayat dari Surah Al-Hasyr ini dibaca untuk mengingatkan diri akan keagungan Al-Qur'an. Jika gunung yang begitu kokoh saja akan hancur karena takut kepada Allah saat Al-Qur'an diturunkan kepadanya, maka bagaimana seharusnya hati manusia yang lemah ini? Ayat ini mengajak kita untuk membuka hati, merendahkan diri, dan merenungkan kebesaran firman Allah yang akan kita baca selanjutnya.

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

Huwallaāhullażī lā ilāha illā huwa 'ālimul-gaibi wasy-syahādah, huwar-raḥmānur-raḥīm.

Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ. هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Huwallaāhullażī lā ilāha illā huwal-malikul-quddūsus-salāmul-mu'minul-muhaiminul-'azīzul-jabbārul-mutakabbir, subḥānallāhi 'ammā yusyrikūn. Huwallāhul-khāliqul-bāri'ul-muṣawwiru lahul-asmā'ul-ḥusnā, yusabbiḥu lahū mā fis-samāwāti wal-arḍ, wa huwal-'azīzul-ḥakīm.

Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Tiga ayat terakhir dari Surah Al-Hasyr ini mengandung kumpulan Asma'ul Husna (Nama-Nama Allah yang Indah) yang luar biasa. Membacanya adalah bentuk pengakuan atas keesaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah SWT. Dzikir dengan Asma'ul Husna memiliki kekuatan spiritual yang dahsyat untuk membersihkan hati, menguatkan tauhid, dan mendatangkan rahmat serta pertolongan dari Allah.

Dzikir Perlindungan dan Tauhid

أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ (٣×)

A'ūżu billāhis-samī'il-'alīmi minasy-syaithānir-rajīm. (3x)

Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk. (Dibaca 3 kali)

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (٣×)

A'ūżu bikalimātillāhit-tāmmāti min syarri mā khalaq. (3x)

Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan. (Dibaca 3 kali)

Ini adalah doa perlindungan yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW. "Kalimat-kalimat Allah yang sempurna" bisa merujuk pada Al-Qur'an, Asma'ul Husna, atau sifat-sifat-Nya yang agung. Dengan berlindung kepada kalimat-Nya, kita memohon agar dijaga dari segala keburukan yang ada pada makhluk-Nya, baik itu binatang berbisa, manusia yang zalim, maupun jin yang jahat. Doa ini sangat ampuh untuk perlindungan dari bahaya fisik dan non-fisik.

بِسْمِ اللهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ (٣×)

Bismillāhilladzī lā yaḍurru ma'asmihī syai'un fil-arḍi wa lā fis-samā', wa huwas-samī'ul-'alīm. (3x)

Dengan nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat memberi mudharat, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Dibaca 3 kali)

Dzikir ini adalah pernyataan keyakinan penuh seorang hamba bahwa tidak ada kekuatan yang bisa mendatangkan bahaya jika ia berada dalam lindungan nama Allah. Ini adalah benteng yang sangat kokoh. Dengan menyebut nama-Nya, seorang mukmin menempatkan dirinya di bawah penjagaan-Nya yang mutlak, sehingga tidak ada racun, sihir, atau bahaya apa pun yang dapat mencelakainya tanpa seizin Allah.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ (١٠×)

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. Wa lā ḥaula wa lā quwwata illā billāhil-'aliyyil-'aẓīm. (10x)

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. (Dibaca 10 kali)

Kalimat "La haula wa la quwwata illa billah" dikenal sebagai Kanzun min kunuzil Jannah (salah satu perbendaharaan surga). Ini adalah kalimat kepasrahan total. Kita mengakui kelemahan diri, bahwa kita tidak punya daya untuk menghindari keburukan (la haula) dan tidak punya kekuatan untuk meraih kebaikan (la quwwata) kecuali atas pertolongan Allah. Mengucapkannya berulang kali menanamkan sifat tawakal dan membuang kesombongan dari dalam hati.

Pujian dan Tasbih

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ (٣×)

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. (3x)

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (Dibaca 3 kali)

بِسْمِ اللهِ تَحَصَّنَّا بِاللهِ، بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْنَا عَلَى اللهِ (٣×)

Bismillāhi taḥashshannā billāh, bismillāhi tawakkalnā 'alallāh. (3x)

Dengan nama Allah kami membentengi diri dengan Allah, dengan nama Allah kami bertawakal kepada Allah. (Dibaca 3 kali)

بِسْمِ اللهِ آمَنَّا بِاللهِ، وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِ (٣×)

Bismillāhi āmannā billāh, wa man yu'min billāhi lā khaufun 'alaih. (3x)

Dengan nama Allah kami beriman kepada Allah, dan barangsiapa beriman kepada Allah maka tidak ada rasa takut padanya. (Dibaca 3 kali)

Rangkaian dzikir yang dimulai dengan "Bismillah" ini merupakan penegasan iman dan penyerahan diri. Pertama, kita memohon benteng (tahashshanna). Kedua, kita menyerahkan segala urusan (tawakkalna). Ketiga, kita mengikrarkan keimanan (amanna) yang menjadi sumber hilangnya segala ketakutan. Ini adalah tiga pilar utama seorang mukmin: berlindung, berserah diri, dan beriman secara total kepada Allah SWT.

سُبْحَانَ اللهِ عَزَّ اللهَ، سُبْحَانَ اللهِ جَلَّ اللهَ (٣×)

Subḥānallāhi 'azzallāh, subḥānallāhi jallallāh. (3x)

Maha Suci Allah, Allah Maha Perkasa. Maha Suci Allah, Allah Maha Agung. (Dibaca 3 kali)

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ (٣×)

Subḥānallāhi wa biḥamdihī, subḥānallāhil-'aẓīm. (3x)

Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung. (Dibaca 3 kali)

Dua kalimat ini adalah tasbih yang sangat dicintai oleh Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan (amal), dan dicintai oleh Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) adalah 'Subhanallahi wa bihamdihi, subhanallahil-'azhim'." Membacanya adalah cara mudah untuk meraih pahala besar dan kecintaan dari Allah.

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ (٤×)

Subḥānallāhi wal-ḥamdu lillāhi wa lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. (4x)

Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar. (Dibaca 4 kali)

Ini adalah kalimat-kalimat mulia yang disebut Al-Baqiyatush Shalihat (amalan-amalan kekal yang baik). Kalimat ini mencakup empat pilar dzikir: menyucikan Allah dari kekurangan (tasbih), memuji-Nya atas segala nikmat (tahmid), mengesakan-Nya dalam penyembahan (tahlil), dan mengagungkan-Nya di atas segala sesuatu (takbir). Dzikir ini mengisi langit dan bumi dengan pahala.

Doa dan Permohonan

يَا لَطِيْفًا بِخَلْقِهِ، يَا عَلِيْمًا بِخَلْقِهِ، يَا خَبِيْرًا بِخَلْقِهِ، الْطُفْ بِنَا يَا لَطِيْفُ، يَا عَلِيْمُ، يَا خَبِيْرُ (٣×)

Yā Laṭīfan bikhalqihī, yā 'Alīman bikhalqihī, yā Khabīran bikhalqihī, ulṭuf binā yā Laṭīf, yā 'Alīm, yā Khabīr. (3x)

Wahai Yang Maha Lembut terhadap makhluk-Nya, wahai Yang Maha Mengetahui terhadap makhluk-Nya, wahai Yang Maha Waspada terhadap makhluk-Nya, berlemah-lembutlah kepada kami, wahai Yang Maha Lembut, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Waspada. (Dibaca 3 kali)

Ini adalah tawasul (berdoa dengan perantara) nama-nama dan sifat-sifat Allah. Kita memanggil Allah dengan sifat kelembutan-Nya (Al-Lathif), ilmu-Nya yang meliputi segalanya (Al-'Alim), dan kewaspadaan-Nya yang tidak pernah lalai (Al-Khabir). Kemudian kita memohon agar Allah melimpahkan sifat-sifat tersebut kepada kita dalam bentuk perlakuan-Nya, yaitu agar Allah senantiasa berlemah-lembut dalam setiap takdir-Nya untuk kita.

يَا لَطِيْفًا لَمْ يَزَلْ، الْطُفْ بِنَا فِيْمَا نَزَلَ، إِنَّكَ لَطِيْفٌ لَمْ تَزَلْ، الْطُفْ بِنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ (٣×)

Yā Laṭīfan lam yazal, ulṭuf binā fīmā nazal, innaka Laṭīfun lam tazal, ulṭuf binā wal-muslimīn. (3x)

Wahai Yang Maha Lembut yang tiada pernah sirna, berlemah-lembutlah kepada kami dalam segala hal yang menimpa kami, sesungguhnya Engkau Maha Lembut yang tiada pernah sirna, berlemah-lembutlah kepada kami dan kaum muslimin. (Dibaca 3 kali)

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ (٤٠×)

Lā ilāha illallāh. (40x)

Tiada Tuhan selain Allah. (Dibaca 40 kali)

Kalimat tahlil adalah inti dari ajaran Islam dan dzikir yang paling utama. Mengulanginya sebanyak 40 kali bertujuan untuk menancapkannya kuat-kuat di dalam hati dan jiwa. Setiap pengucapannya meruntuhkan berhala-berhala duniawi di dalam hati dan meneguhkan kembali pengesaan hanya kepada Allah SWT. Ia membersihkan ruh, mengampuni dosa, dan mengangkat derajat seorang hamba.

مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ

Muḥammadur Rasūlullāh, shallallāhu 'alaihi wa ālihī wa sallam.

Muhammad adalah utusan Allah, semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepadanya dan keluarganya.

Setelah mengesakan Allah dengan kalimat tauhid, kita melengkapinya dengan syahadat kedua, yaitu pengakuan atas kerasulan Nabi Muhammad SAW. Ini adalah dua kalimat syahadat yang tak terpisahkan, menunjukkan bahwa jalan menuju Allah adalah melalui ajaran yang dibawa oleh Rasul-Nya. Shalawat yang menyertainya adalah bentuk cinta dan penghormatan kita kepada beliau.

Istighfar, Shalawat, dan Penutup

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ (٧×)

Ḥasbunallāhu wa ni'mal-wakīl. (7x)

Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung. (Dibaca 7 kali)

Kalimat ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim AS ketika akan dilemparkan ke dalam api, dan diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya saat menghadapi ancaman musuh. Ini adalah kalimat tawakal tingkat tertinggi, di mana seorang hamba merasa cukup hanya dengan Allah sebagai pelindung dan penolongnya, tidak peduli seberapa besar masalah atau musuh yang dihadapi.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ (١٠×)

Allāhumma ṣalli 'alā Muḥammad, Allāhumma ṣalli 'alaihi wa sallim. (10x)

Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad. Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepadanya. (Dibaca 10 kali)

Shalawat adalah perintah langsung dari Allah dalam Al-Qur'an. Dengan bershalawat, kita memohon kepada Allah agar menambahkan kemuliaan dan kehormatan bagi Nabi Muhammad SAW. Manfaatnya kembali kepada kita sendiri: satu kali shalawat dibalas sepuluh kali rahmat oleh Allah, dihapuskan sepuluh kesalahan, dan diangkat sepuluh derajat. Shalawat adalah kunci terkabulnya doa.

اَسْتَغْفِرُ اللهَ (١١×)

Astaghfirullāh. (11x)

Aku memohon ampun kepada Allah. (Dibaca 11 kali)

تَائِبُوْنَ إِلَى اللهِ (٣×)

Tā'ibūna ilallāh. (3x)

Kami bertaubat kepada Allah. (Dibaca 3 kali)

Setelah memuji, mengagungkan, dan bershalawat, kita menutup rangkaian dzikir inti dengan istighfar (memohon ampun) dan taubat. Ini adalah adab seorang hamba yang menyadari bahwa sebanyak apapun ibadah yang dilakukan, ia tetaplah seorang pendosa yang butuh ampunan-Nya. Pengakuan dosa dan taubat adalah puncak dari penghambaan diri kepada Allah.

يَا اَللهُ بِهَا، يَا اَللهُ بِهَا، يَا اَللهُ بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ (٣×)

Yā Allāhu bihā, yā Allāhu bihā, yā Allāhu biḥusnil-khātimah. (3x)

Ya Allah, dengan (kalimat-kalimat) itu. Ya Allah, dengan (kalimat-kalimat) itu. Ya Allah, (anugerahkanlah kami) akhir yang baik. (Dibaca 3 kali)

Ini adalah doa penutup yang sangat indah. "Biha" (dengan itu) merujuk pada seluruh rangkaian dzikir, tauhid, dan shalawat yang baru saja kita baca. Kita bertawasul dengan amal baik kita ini untuk memohon satu hal yang paling penting: husnul khatimah, sebuah akhir hidup yang diridhai oleh Allah SWT.

Penutup

Mengamalkan Ratib Al-Attas secara rutin adalah sebuah upaya untuk senantiasa menyambungkan hati kita dengan Allah SWT dan Rasul-Nya. Ia bukan sekadar rangkaian kata, melainkan benteng spiritual, penenang jiwa, dan nutrisi bagi iman. Dengan memahami bacaan Latin, Arab, dan terjemahannya, semoga kita dapat membacanya dengan lebih khusyuk dan menghayati setiap makna yang terkandung di dalamnya. Jadikanlah Ratib Al-Attas sebagai bagian dari wirid harian, sebuah perisai yang menjaga kita di dunia dan bekal yang membahagiakan kita di akhirat. Semoga Allah SWT menerima amalan kita dan melimpahkan keberkahan dari Ratib ini kepada kita semua.

🏠 Kembali ke Homepage