Panduan Komprehensif Peternak Ayam Joper: Teknik Budidaya dan Strategi Bisnis Modern
Ayam Joper (Jawa Super) dalam lingkungan kandang ideal.
I. Mengenal Ayam Joper: Pilihan Tepat Peternak Modern
Ayam Joper, singkatan dari Jawa Super, adalah hasil persilangan antara ayam petelur (layer) betina dengan ayam kampung (atau ayam broiler) jantan. Kehadirannya menjawab kebutuhan pasar akan daging ayam dengan tekstur menyerupai ayam kampung, namun dengan kecepatan pertumbuhan yang jauh lebih unggul, mendekati ayam broiler.
Popularitas Ayam Joper meningkat tajam karena ia menawarkan solusi hibrida yang menguntungkan. Bagi konsumen, Joper menawarkan rasa yang gurih dan serat yang lebih padat dibandingkan ayam broiler konvensional. Bagi peternak, Joper menawarkan siklus panen yang relatif singkat (sekitar 60 hingga 75 hari) dengan bobot rata-rata mencapai 0.8 hingga 1.2 kg per ekor, yang menghasilkan perputaran modal yang cepat.
1. Keunggulan Kompetitif Ayam Joper
Pertumbuhan Cepat: Joper mencapai bobot konsumsi lebih cepat daripada ayam kampung asli, yang biasanya membutuhkan 4 hingga 6 bulan.
Ketahanan Tubuh: Memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit lingkungan dibandingkan ayam broiler murni, mewarisi genetik ayam kampung.
Permintaan Pasar Stabil: Daging Joper sering digunakan untuk ayam bakar, soto, atau hidangan tradisional lain, menjadikannya komoditas dengan permintaan yang konsisten, bahkan di luar rantai restoran cepat saji.
FCR (Feed Conversion Ratio) Efisien: Walaupun tidak seefisien broiler, FCR Joper (biasanya 2.5 hingga 3.0) masih sangat baik untuk kelas ayam kampung super.
II. Infrastruktur dan Persiapan Awal Budidaya
Persiapan yang matang adalah 50% kunci keberhasilan. Hal ini mencakup pemilihan lokasi, desain kandang, dan sanitasi menyeluruh sebelum DOC (Day Old Chick) masuk.
1. Pemilihan Lokasi Strategis
Lokasi harus memenuhi prinsip-prinsip biosecurity dasar. Idealnya, lokasi peternakan Joper harus:
Jauh dari pemukiman padat penduduk untuk menghindari protes bau dan polusi suara.
Mudah diakses oleh kendaraan pengangkut pakan dan logistik, namun tidak berada di jalur lalu lintas umum yang ramai.
Dekat dengan sumber air bersih yang memadai dan memiliki drainase yang baik untuk pengelolaan limbah.
Jauh dari peternakan unggas jenis lain (minimal 500 meter) untuk meminimalkan risiko penularan penyakit.
2. Tipe dan Desain Kandang yang Optimal
Untuk Ayam Joper, sistem kandang postal (litter) adalah yang paling umum dan ekonomis, terutama hingga usia panen. Namun, peternak modern mulai melirik kandang semi-close house untuk efisiensi yang lebih tinggi.
2.1. Kandang Postal (Lantai Sekam)
Kandang ini meniru lingkungan alam, di mana ayam bebas bergerak di atas sekam (litter). Desain harus memastikan ventilasi silang (cross-ventilation) yang maksimal.
Kepadatan Ideal: 6-8 ekor per meter persegi (setelah usia 4 minggu). Kepadatan yang terlalu tinggi akan meningkatkan kelembaban, amonia, dan stres.
Arah Kandang: Sebaiknya memanjang dari timur ke barat untuk meminimalkan paparan sinar matahari langsung di siang hari.
Litter: Gunakan sekam padi setebal 5-10 cm. Pastikan litter selalu kering. Penggantian litter atau penambahan kapur sangat penting untuk mengikat amonia.
2.2. Kandang Semi-Close House
Sistem ini menggabungkan kandang terbuka dengan tirai yang bisa dibuka-tutup dan bantuan kipas (fan) untuk mengatur suhu dan kelembaban. Ini adalah investasi yang lebih besar, namun menghasilkan FCR yang lebih baik karena lingkungan yang terkontrol.
3. Peralatan Wajib Peternakan
Peralatan harus disiapkan dan disanitasi sebelum DOC tiba. Ketidaklengkapan peralatan dapat mengganggu proses brooding vital.
Tempat Pemanas (Brooder): Bisa berupa pemanas gas (Automatic Brooder), lampu minyak, atau lampu listrik 60-100 Watt, tergantung skala peternakan.
Tempat Pakan (Feeder): Menggunakan chick feeder tray (nampan) untuk DOC, dan setelah 1 minggu diganti dengan tempat pakan gantung (tube feeder).
Tempat Minum (Drinker): Menggunakan tempat minum manual (TM) atau sistem nipple drinkier untuk kandang yang lebih besar. Pastikan TM mudah dijangkau dan air selalu bersih.
Timbangan: Penting untuk memonitor berat badan mingguan (BW – Body Weight) dan menghitung FCR.
Termometer dan Hygrometer: Wajib untuk memantau suhu dan kelembaban, terutama di area brooding.
Sprayer dan Disinfektan: Untuk program sanitasi rutin dan pasca-panen.
III. Manajemen Pemeliharaan DOC: Fase Brooding Kritis
Pengaturan suhu yang tepat sangat penting pada fase awal kehidupan DOC Joper.
Masa brooding adalah periode emas yang menentukan performa ayam hingga panen. Biasanya berlangsung 14 hari pertama, di mana DOC sangat rentan terhadap stres suhu (dingin) dan dehidrasi.
1. Kedatangan DOC dan Penanganan Awal
Pembersihan dan Disinfeksi: Kandang brooding harus sudah disanitasi total minimal 3 hari sebelum DOC datang.
Suhu Siap: Pemanas harus dinyalakan minimal 2 jam sebelum DOC tiba untuk memastikan suhu lantai sudah mencapai target.
Air Gula/Vitamin: Segera setelah DOC tiba, berikan air minum yang mengandung gula (2-5%) dan vitamin elektrolit. Ini bertujuan untuk mengembalikan energi pasca-perjalanan dan mencegah dehidrasi.
2. Kebutuhan Suhu dan Kelembaban
Suhu adalah faktor krusial. Ayam yang kedinginan akan bergerombol di bawah pemanas, meningkatkan risiko tumpang tindih (piling) dan kematian. Ayam yang terlalu panas akan menjauhi pemanas dan megap-megap (panting), menyebabkan dehidrasi.
Usia Ayam
Suhu Target (Celsius)
Keterangan
Hari 1 – 3
32°C – 34°C
Pemanas penuh. Kelembaban 60-70%.
Hari 4 – 7
30°C – 32°C
Sirkulasi udara mulai diperkenalkan.
Minggu ke-2
28°C – 30°C
Mulai mengurangi intensitas pemanas secara bertahap.
Minggu ke-3
Suhu kamar (25°C – 27°C)
Pemanas dimatikan total, fokus pada ventilasi.
3. Pemberian Pakan dan Air Minum Dini (Early Feeding)
Pemberian pakan secepat mungkin (maksimal 6 jam setelah menetas) sangat penting untuk pengembangan sistem pencernaan dan penyerapan kuning telur. Gunakan pakan jenis starter (crumble atau mash halus) dengan kadar protein tinggi (20-23%).
Untuk 3 hari pertama, pakan ditaburkan di atas nampan atau kertas koran agar ayam mudah menemukannya. Pastikan air minum selalu tersedia 24 jam sehari, diletakkan di dekat sumber panas.
4. Kualitas Udara dan Ventilasi
Setelah hari ke-7, DOC mulai menghasilkan lebih banyak panas dan kotoran. Ventilasi harus ditingkatkan untuk membuang gas amonia, karbon dioksida, dan kelembaban berlebih. Amonia adalah racun utama bagi saluran pernapasan ayam, membuatnya rentan terhadap penyakit pernapasan seperti CRD (Chronic Respiratory Disease).
IV. Strategi Nutrisi dan Manajemen Pakan Efisien
Biaya pakan mencakup 60-70% dari total biaya operasional peternakan Joper. Oleh karena itu, manajemen pakan yang cermat dan pemahaman nutrisi adalah penentu profitabilitas.
1. Tahapan Pakan dan Kebutuhan Protein
Pakan Ayam Joper dibagi menjadi tiga fase utama, masing-masing dengan kebutuhan nutrisi spesifik:
1.1. Fase Starter (0-4 Minggu)
Jenis Pakan: Pelet halus atau crumble.
Protein Kasar (PK): 20% – 23%.
Fokus: Membangun kerangka tulang, organ vital, dan pertumbuhan bulu awal. Konsumsi pakan per ekor pada periode ini relatif kecil namun sangat krusial.
1.2. Fase Grower (5-8 Minggu)
Jenis Pakan: Mash kasar atau pelet.
PK: 18% – 20%.
Fokus: Peningkatan bobot badan secara masif dan efisiensi konversi pakan.
1.3. Fase Finisher (9 Minggu hingga Panen)
Jenis Pakan: Pelet atau mash.
PK: 16% – 18%.
Fokus: Mencapai bobot panen yang diinginkan dengan menumpuk daging (deposisi lemak intramuskular yang menghasilkan rasa gurih).
2. Menghitung FCR dan Efisiensi Pakan
FCR (Feed Conversion Ratio) adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dihabiskan dengan penambahan bobot daging yang dihasilkan. FCR yang rendah (misalnya 2.5) berarti lebih efisien daripada FCR tinggi (misalnya 3.5).
Target FCR Ayam Joper idealnya berada di rentang 2.5 hingga 2.8 pada usia panen 70 hari.
Jika peternak memelihara 1000 ekor ayam dan menghabiskan 2700 kg pakan untuk menghasilkan total bobot panen 1000 kg, maka FCR-nya adalah 2.7. Setiap poin peningkatan FCR (misalnya dari 2.7 ke 3.0) akan menghasilkan kerugian finansial yang signifikan.
3. Alternatif Pakan untuk Menekan Biaya
Mengingat harga pakan pabrikan yang terus meningkat, peternak Joper sering mencari sumber protein dan energi tambahan yang lebih murah, selama tidak mengganggu kualitas nutrisi total (TDN).
Fermentasi Dedak/Ampas Tahu: Menggunakan mikroorganisme (misalnya EM4) untuk meningkatkan daya cerna dan kandungan protein kasar dalam limbah pertanian.
Maggot BSF (Black Soldier Fly): Larva BSF adalah sumber protein hewani yang luar biasa (40-50% PK). Budidaya maggot dapat dilakukan secara mandiri untuk substitusi pakan yang signifikan.
Hijauan (Azolla atau Indigofera): Dapat ditambahkan dalam persentase kecil pada pakan ayam dewasa untuk meningkatkan serat dan asupan vitamin alami.
Penting: Substitusi pakan harus dilakukan secara bertahap dan melalui perhitungan nutrisi yang cermat. Konsultasi dengan ahli nutrisi unggas sangat disarankan agar performa pertumbuhan ayam tidak terganggu.
V. Kesehatan, Biosecurity, dan Program Vaksinasi
Ketahanan tubuh Joper memang lebih baik dari broiler, namun bukan berarti kebal penyakit. Peternakan yang sukses menerapkan biosecurity ketat dan program kesehatan terencana.
1. Biosecurity: Benteng Pertahanan Peternakan
Biosecurity adalah kunci utama pencegahan penyakit. Prinsipnya mencakup tiga pilar utama:
1.1. Isolasi (Memisahkan Ternak)
Batasan fisik yang jelas antara area bersih (kandang) dan area kotor (luar).
Menerapkan sistem “Satu Arah”: pergerakan barang dan orang dari area bersih ke kotor, bukan sebaliknya.
Pengaturan populasi (All-in, All-out): Memelihara ayam dalam satu kelompok usia. Setelah panen, kandang dikosongkan total untuk disterilisasi sebelum DOC baru masuk.
1.2. Sanitasi (Membunuh Kuman)
Penyediaan dipping/foot bath di pintu masuk kandang, diisi disinfektan.
Pembersihan harian tempat minum dan tempat pakan.
Penyemprotan disinfektan rutin (minimal 2 kali seminggu) di lingkungan luar kandang.
1.3. Kontrol Lalu Lintas (Mengatur Pergerakan)
Membatasi pengunjung, khususnya yang memiliki riwayat kontak dengan unggas lain.
Karyawan peternakan tidak boleh memelihara unggas di rumah.
Kontrol terhadap vektor penyakit (tikus, burung liar, serangga). Pemasangan jaring dan perangkap adalah wajib.
2. Program Vaksinasi Esensial Ayam Joper
Program vaksinasi bertujuan menciptakan kekebalan aktif terhadap penyakit viral yang mematikan. Jadwal dapat bervariasi, namun ini adalah skema umum:
Usia Ayam
Jenis Vaksin
Cara Aplikasi
Hari 4
ND (New Castle Disease) Strain LaSota
Tetes mata/hidung atau air minum.
Hari 7-10
Gumboro (Infectious Bursal Disease)
Air minum.
Hari 21
Pengulangan ND (Booster)
Air minum.
Hari 30-35
Pemberian Coccidiostat
Pakan atau air minum (pencegahan).
Catatan: Pemberian vaksin harus dilakukan pagi hari saat suhu udara masih sejuk, dan ayam harus dipuasakan minum selama 1-2 jam sebelum vaksinasi agar mereka segera meminum air yang mengandung vaksin.
3. Identifikasi dan Penanganan Penyakit Umum
3.1. Koksidiosis (Coccidiosis)
Disebabkan oleh parasit Eimeria, menyerang usus. Sangat umum terjadi pada kandang postal yang lembab.
Pencegahan: Menjaga litter tetap kering, menggunakan anticoccidial dalam pakan, dan sanitasi yang baik.
3.2. Ngorok (CRD - Chronic Respiratory Disease)
Disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum, diperparah oleh amonia tinggi.
Gejala: Batuk, bersin, keluarnya lendir dari hidung, dan suara ‘ngorok’ saat bernapas.
Penanganan: Perbaikan ventilasi mendesak dan pemberian antibiotik spektrum luas (misalnya, Tylosin atau Enrofloxacin) sesuai dosis dokter hewan.
VI. Manajemen Lingkungan dan Stres Ayam Joper
Joper sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan mendadak. Stres dapat menekan sistem imun, menyebabkan konsumsi pakan menurun, dan akhirnya meningkatkan FCR serta mortalitas.
1. Pengelolaan Iklim Mikro dalam Kandang
Kelembaban: Idealnya 60% – 70%. Kelembaban di atas 80% meningkatkan pertumbuhan jamur dan bakteri di litter.
Pengendalian Debu: Debu membawa partikel virus dan bakteri. Pastikan tidak ada penumpukan debu di langit-langit atau dinding.
Amonia: Gas berbau menyengat ini harus dihindari. Jika mata peternak terasa perih saat masuk kandang, berarti kadar amonia sudah terlalu tinggi (di atas 25 ppm), dan ventilasi harus ditingkatkan drastis.
2. Penanganan Stres Termal (Heat Stress)
Meskipun Joper lebih tahan panas daripada broiler, suhu ekstrem di atas 32°C dapat menyebabkan kematian mendadak, terutama menjelang panen (usia 8-10 minggu).
Solusi Siang Hari: Menyediakan kipas angin (jika kandang semi-close), menyiram atap kandang dengan air (jika atap seng), dan memberikan air minum yang dicampur elektrolit atau vitamin C.
Pemberian Pakan: Di musim panas, alihkan pemberian pakan ke waktu yang lebih sejuk (pagi buta dan sore/malam hari) untuk mendorong nafsu makan.
3. Keseimbangan Populasi dan Ruang Gerak
Sistem Joper harus memberikan ruang gerak yang cukup. Overcrowding (kepadatan berlebih) tidak hanya memicu masalah kesehatan, tetapi juga menyebabkan ayam saling mematuk (kanibalisme) karena stres. Pemantauan kepadatan harus dilakukan seiring bertambahnya bobot ayam.
Pentingnya Kanibalisme:
Kanibalisme sering terjadi pada Joper karena kepadatan, kurangnya pakan/minum, atau ketidakseimbangan nutrisi (terutama kurangnya metionin atau garam). Solusi jangka pendek adalah pengguntingan paruh (debeaking) dan penambahan garam dapur dalam air minum.
VII. Analisis Bisnis dan Strategi Pemasaran Ayam Joper
Menganalisis potensi keuntungan dan titik impas (BEP) dalam budidaya Joper.
Bisnis peternakan harus dihitung secara cermat. Tanpa analisis biaya pokok produksi (HPP) yang akurat, keuntungan hanyalah ilusi.
1. Analisis Biaya Pokok Produksi (HPP)
HPP per ekor ayam adalah harga minimum agar peternak tidak merugi. Ini dihitung dari total biaya dibagi dengan total ayam yang hidup saat panen.
Komponen Biaya Utama:
Biaya Tetap (Fixed Cost): Biaya yang tidak berubah terlepas dari jumlah produksi (misalnya, penyusutan kandang, peralatan, gaji bulanan staff).
Biaya Variabel (Variable Cost): Biaya yang berubah sesuai produksi (DOC, Pakan, Obat-obatan/Vitamin, Listrik, Air, Sekam). Biaya variabel, terutama pakan dan DOC, mendominasi 95% dari HPP.
Total Pakan yang Dihabiskan: 950 ekor x 1.1 kg (target bobot) x 2.7 (FCR) = 2.815 kg
Biaya Pakan: 2.815 kg x Rp 8.000 = Rp 22.520.000
Biaya DOC: 1.000 ekor x Rp 7.500 = Rp 7.500.000
Total Biaya Variabel Dasar: Rp 30.020.000 (belum termasuk obat, listrik, dll.)
HPP Per Kg Ayam Hidup: (Total Biaya / Total Bobot Panen) = Rp 30.020.000 / (950 ekor x 1.1 kg) = Rp 28.700/kg
Peternak harus menjual di atas Rp 28.700 per kg ayam hidup hanya untuk menutup biaya pakan dan DOC. Margin keuntungan harus ditambahkan untuk menutupi biaya tetap dan mendapatkan profit. Target harga jual biasanya 20-30% di atas HPP.
2. Menentukan Titik Impas (Break-Even Point)
Titik impas adalah saat total pendapatan sama dengan total biaya. BEP dapat dihitung dalam satuan Rupiah (BEP-Rupiah) atau dalam satuan ekor/kg (BEP-Unit). Mengetahui BEP memungkinkan peternak menetapkan target penjualan minimum yang harus dicapai.
3. Strategi Pemasaran Ayam Joper
Pasar Joper umumnya lebih stabil daripada broiler, namun memerlukan diferensiasi produk.
3.1. Pemasaran Langsung (B2C)
Nilai Tambah: Jual dalam bentuk karkas beku atau olahan siap masak (misalnya, ayam ungkep bumbu kuning). Ini meningkatkan harga jual per kg.
Digital Marketing: Manfaatkan media sosial lokal dan grup WhatsApp untuk penjualan langsung ke rumah tangga dan komunitas. Tawarkan pengiriman gratis untuk kuantitas tertentu.
3.2. Pemasaran Kemitraan (B2B)
Restoran dan Warung Makan: Joper sangat diminati oleh warung soto, ayam goreng, dan pecel lele yang menargetkan kualitas "ayam kampung". Jalin kontrak pasokan rutin.
Pedagang Pasar: Menjual dalam jumlah besar (borongan) kepada pengepul atau pedagang pasar tradisional. Walaupun margin lebih kecil, perputaran modal lebih cepat dan logistik lebih sederhana.
3.3. Diversifikasi Produk
Selain daging, peternak Joper dapat menjual produk sampingan untuk meningkatkan pendapatan:
Telur fertil (untuk penetasan, jika induknya dipertahankan).
Kotoran ayam (feses) yang sudah difermentasi atau dikomposkan sebagai pupuk organik premium.
Ayam hidup ukuran kecil untuk akikah atau upacara adat.
VIII. Tantangan Budidaya dan Solusi Inovatif
Setiap bisnis memiliki tantangan. Peternakan Joper menghadapi masalah harga pakan, fluktuasi harga jual, dan risiko penyakit musiman.
1. Fluktuasi Harga Pakan dan Ketergantungan Bahan Baku
Ketergantungan 100% pada pakan pabrikan membuat peternak rentan terhadap kenaikan harga komoditas global.
Solusi: Investasi dalam mesin pencampur pakan (mixer) dan mengganti 10-20% pakan pabrikan dengan bahan baku lokal yang lebih murah dan stabil, seperti jagung, dedak halus, atau konsentrat protein mandiri (misalnya maggot).
2. Pengelolaan Limbah dan Bau Amonia
Isu lingkungan menjadi sangat sensitif. Bau amonia dari kotoran adalah masalah utama di musim hujan.
Solusi: Terapkan sistem litter fermentasi (probiotik). Menyemprotkan Effective Microorganism (EM4) secara rutin pada litter membantu mengurai kotoran, mengurangi bau, dan mencegah pertumbuhan lalat. Selain itu, pastikan drainase kandang sangat baik agar air hujan tidak masuk ke area litter.
3. Peningkatan Efisiensi Melalui Teknologi Sederhana
Peternakan Joper tidak harus mahal, namun adopsi teknologi dapat meningkatkan efisiensi buruh dan ketepatan data.
IoT Sederhana: Pemasangan sensor suhu dan kelembaban yang terhubung ke ponsel memungkinkan peternak memantau kondisi kandang dari jarak jauh, krusial saat brooding atau cuaca ekstrem.
Digitalisasi Pencatatan: Tinggalkan buku catatan fisik. Gunakan spreadsheet atau aplikasi sederhana untuk mencatat harian konsumsi pakan, mortalitas, dan berat badan. Data ini vital untuk menghitung HPP yang akurat.
4. Pengendalian Risiko Musiman
Musim hujan meningkatkan risiko kelembaban dan penyakit viral, sementara musim kemarau meningkatkan risiko dehidrasi dan heat stress.
Musim Hujan: Tingkatkan ketebalan litter, tingkatkan sanitasi (terutama boot dip), dan berikan vitamin C serta multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Musim Kemarau: Pastikan air minum dingin dan bersih selalu tersedia. Jangan menimbun ayam terlalu padat. Semprotkan kabut air (mist) di area atap kandang saat puncak panas.
IX. Prospek Masa Depan dan Pengembangan Peternakan Joper
Permintaan akan daging ayam kampung super diperkirakan akan terus tumbuh seiring meningkatnya daya beli masyarakat yang mencari alternatif makanan yang lebih sehat dan premium dibandingkan ayam ras standar.
1. Menuju Peternakan Joper Skala Besar
Bagi peternak yang ingin meningkatkan skala, transisi ke sistem semi-close house atau close house penuh adalah langkah logis. Sistem ini menawarkan:
Kontrol lingkungan yang lebih stabil, menghasilkan FCR yang konsisten dan lebih rendah.
Kepadatan ayam yang bisa ditingkatkan hingga 10-12 ekor/m², meningkatkan kapasitas produksi.
Mortalitas yang lebih rendah dan kesehatan ayam yang lebih terjamin karena minimnya kontak dengan lingkungan luar.
2. Integrasi Hulu-Hilir
Peternak yang sukses sering kali tidak hanya fokus pada budidaya (hulu) tetapi juga pengolahan dan distribusi (hilir).
Hulu: Menciptakan pembibitan mandiri (Breeder Stock) untuk menghasilkan DOC Joper sendiri, mengurangi biaya DOC dan menjamin kualitas genetik.
Hilir: Membangun Rumah Potong Ayam (RPA) mini bersertifikasi dan menjual produk akhir yang sudah dipacking dan diberi merek (branded product). Hal ini memungkinkan peternak mengontrol penuh kualitas dari kandang hingga meja makan konsumen.
3. Peternakan Ramah Lingkungan (Sustainable Farming)
Masa depan peternakan adalah keberlanjutan. Peternak Joper harus bergerak ke praktik yang lebih hijau:
Memanfaatkan energi terbarukan (solar panel) untuk daya listrik kandang, terutama untuk penerangan dan kipas.
Pengolahan limbah kotoran menjadi biogas atau pupuk yang bernilai jual tinggi.
Mengurangi penggunaan antibiotik (AGP - Antibiotic Growth Promoter) dan beralih ke suplemen herbal (probiotik, kunyit, jahe) untuk menjaga kesehatan usus ayam.
Dengan manajemen yang disiplin, perencanaan bisnis yang matang, dan adopsi teknologi yang tepat, bisnis peternakan Ayam Joper menawarkan prospek keuntungan yang cerah dan berkelanjutan.