Sepak bola, yang dikenal sebagai olahraga terpopuler di dunia, diatur oleh seperangkat aturan yang konsisten, yang dikenal sebagai Laws of the Game. Aturan ini, yang dikelola oleh International Football Association Board (IFAB), memastikan bahwa permainan dimainkan secara adil dan seragam di seluruh dunia. Memahami peraturan ini bukan hanya penting bagi wasit, tetapi juga bagi pemain, pelatih, dan penggemar agar dapat mengapresiasi kompleksitas dan keindahan olahraga ini secara penuh. Berikut adalah kajian mendalam mengenai 17 Peraturan Sepak Bola, dari dimensi lapangan hingga sanksi disipliner yang paling rumit.
Hukum pertama menetapkan standar minimum dan maksimum untuk dimensi dan tata letak lapangan. Lapangan harus berbentuk persegi panjang dan ditandai dengan garis yang jelas, yang semuanya merupakan bagian dari area yang mereka batasi.
Panjang lapangan harus antara 90 hingga 120 meter, sementara lebarnya antara 45 hingga 90 meter. Untuk pertandingan internasional, standar lebih ketat ditetapkan: panjang harus antara 100 hingga 110 meter, dan lebar antara 64 hingga 75 meter. Semua garis penanda tidak boleh lebih lebar dari 12 cm.
Garis yang paling krusial meliputi garis gawang (goal lines), garis samping (touch lines), garis tengah (halfway line), dan lingkaran tengah. Lapangan juga harus memiliki dua area penting: area gawang (goal area) dan area penalti (penalty area). Area penalti adalah area di mana pelanggaran tertentu yang dilakukan oleh tim bertahan dapat dihukum dengan tendangan penalti. Di dalam area penalti, terdapat titik penalti yang berjarak 11 meter dari garis gawang.
Gawang harus diletakkan di tengah setiap garis gawang. Tiang gawang harus berjarak 7,32 meter (8 yard) terpisah, dengan palang atas berjarak 2,44 meter (8 kaki) dari tanah. Tiang gawang dan mistar gawang harus berwarna putih. Permukaan lapangan modern dapat berupa rumput alami atau rumput buatan (sintetis), asalkan memenuhi persyaratan IFAB untuk keamanan dan kinerja. Keberadaan ruang teknis, area yang dikhususkan untuk pelatih dan ofisial tim cadangan, juga diatur untuk menjaga ketertiban.
*Ilustrasi sederhana garis-garis utama lapangan permainan.*
Meskipun lapangan itu sendiri jarang menjadi sumber pelanggaran, Hukum 1 memastikan bahwa jika ada benda asing dilemparkan ke lapangan, atau jika tiang gawang bergerak dari posisinya, wasit harus menghentikan permainan dan memastikan lapangan diperbaiki atau benda tersebut dihilangkan. Jika tiang gawang tidak dapat diperbaiki, wasit memiliki wewenang penuh untuk mengakhiri pertandingan karena faktor keamanan.
Hukum 2 mendefinisikan standar fisik yang harus dipenuhi oleh bola yang digunakan dalam permainan. Bola harus berbentuk bulat, terbuat dari bahan yang sesuai (umumnya kulit atau bahan sintetis yang disetujui), dan memenuhi spesifikasi ketat mengenai lingkar, berat, dan tekanan. Ukuran bola standar adalah Ukuran 5.
Spesifikasi teknis meliputi lingkar antara 68 cm hingga 70 cm dan berat antara 410 gram hingga 450 gram pada awal pertandingan. Tekanan bola juga harus berada pada kisaran 0.6 hingga 1.1 atmosfer pada permukaan laut. Kegagalan untuk memenuhi standar ini dapat membuat bola dianggap tidak layak untuk dimainkan. Dalam kompetisi resmi, bola harus memiliki salah satu logo persetujuan dari badan sepak bola global (misalnya, FIFA Quality Pro).
Jika bola pecah atau kempes saat bola dalam permainan, permainan harus dihentikan dan dilanjutkan dengan menjatuhkan bola (drop ball) di tempat bola menjadi rusak. Namun, jika bola rusak saat tidak dalam permainan (misalnya, saat tendangan gawang atau tendangan sudut), permainan dilanjutkan dengan restart yang semestinya menggunakan bola baru. Tidak seorang pun diperbolehkan mengganti bola saat permainan berlangsung tanpa izin wasit.
Hukum 3 membahas jumlah pemain yang diperbolehkan, prosedur penggantian pemain, dan konsekuensi jika pemain tambahan (orang luar) masuk ke lapangan.
Setiap tim harus terdiri dari tidak lebih dari 11 pemain, salah satunya adalah penjaga gawang. Suatu pertandingan tidak dapat dimulai atau dilanjutkan jika salah satu tim memiliki kurang dari 7 pemain. Jika suatu tim memiliki lebih dari jumlah minimum ini tetapi kehilangan pemain akibat pengusiran (kartu merah), wasit tidak wajib menghentikan permainan, dan permainan dilanjutkan sampai jumlah pemain tim tersebut turun di bawah 7, saat itu pertandingan harus dihentikan.
Jumlah pergantian yang diizinkan bervariasi tergantung level kompetisi. Dalam sepak bola tingkat atas, umumnya diizinkan 5 penggantian (dengan 3 jendela pergantian ditambah waktu istirahat). Prosedur pergantian harus dilakukan di garis tengah, setelah pemain yang keluar telah meninggalkan lapangan. Pemain pengganti menjadi pemain aktif setelah mereka memasuki lapangan. Pemain yang diganti tidak boleh lagi berpartisipasi dalam pertandingan.
Jika seorang ofisial tim, pemain cadangan, atau pemain yang diganti memasuki lapangan dan mengganggu permainan, wasit harus menghentikan permainan dan memulai kembali dengan tendangan bebas langsung atau penalti. Jika gol dicetak saat ada orang tambahan di lapangan, wasit harus menganulir gol tersebut jika orang tambahan itu adalah bagian dari tim yang mencetak gol dan berada di lapangan saat gol terjadi.
Hukum ini mengatur peralatan wajib dan terlarang untuk memastikan keselamatan pemain. Peralatan dasar wajib meliputi kaus, celana pendek, kaos kaki, pelindung tulang kering (shinguards), dan sepatu. Pelindung tulang kering harus tertutup sepenuhnya oleh kaos kaki dan memberikan perlindungan yang memadai.
Seorang pemain tidak boleh menggunakan peralatan apa pun yang dapat membahayakan dirinya sendiri atau pemain lain, termasuk perhiasan. Semua perhiasan harus dilepas. Penggunaan pita perekat atau materi lain di pergelangan tangan atau kepala harus berwarna sama dengan pakaian utama. Pelanggaran terhadap Hukum 4 biasanya mengakibatkan wasit meminta pemain meninggalkan lapangan untuk memperbaiki peralatan, dan hanya dapat kembali setelah diperiksa oleh wasit atau ofisial keempat.
Pemain harus memiliki pakaian yang membedakan mereka dari tim lawan, wasit, dan asisten wasit. Penjaga gawang harus mengenakan warna yang membedakan mereka dari pemain lain di kedua tim dan ofisial pertandingan.
Wasit adalah pemegang otoritas penuh dan pengambil keputusan utama dalam pertandingan. Keputusan wasit mengenai fakta-fakta yang berkaitan dengan permainan (apakah bola masuk gawang, kapan terjadi pelanggaran) adalah final.
Tugas wasit sangat luas. Mereka harus menegakkan Hukum Permainan, bertindak sebagai pencatat waktu, mencatat insiden, menghentikan, menangguhkan, atau mengakhiri pertandingan jika dianggap perlu (misalnya, karena cuaca buruk, campur tangan luar, atau pelanggaran berat). Wasit harus memastikan pemain yang berdarah meninggalkan lapangan untuk perawatan dan memeriksa peralatan pemain.
Wasit memiliki kekuatan untuk memberikan sanksi disipliner, mulai dari peringatan lisan hingga penggunaan kartu kuning (peringatan) dan kartu merah (pengusiran). Kekuatan ini berlaku sejak wasit memasuki lapangan untuk pemeriksaan pra-pertandingan hingga mereka meninggalkan lapangan setelah peluit akhir.
Salah satu aspek paling rumit dari Hukum 5 adalah konsep keunggulan (advantage). Jika terjadi pelanggaran, tetapi tim yang dilanggar akan mendapatkan keuntungan jika permainan dilanjutkan (misalnya, mereka berada dalam posisi menyerang yang baik), wasit dapat memutuskan untuk tidak memberikan tendangan bebas dan membiarkan permainan berlanjut. Jika keuntungan yang diantisipasi tidak terwujud dalam beberapa detik, wasit harus kembali dan memberikan sanksi awal.
Hukum 6 mendefinisikan peran Asisten Wasit (hakim garis), Wasit Keempat, dan ofisial tambahan lainnya (seperti Wasit Asisten Tambahan atau Video Asisten Wasit - VAR).
Dua asisten wasit ditempatkan di garis samping, tugas utama mereka adalah memberikan sinyal ketika seluruh bola telah melewati garis gawang atau garis samping, mengindikasikan tim yang berhak atas tendangan sudut, tendangan gawang, atau lemparan ke dalam, dan memberikan sinyal ketika terjadi pelanggaran offside. Mereka juga membantu wasit dalam mengawasi prosedur pergantian pemain dan memberikan indikasi pelanggaran jika wasit utama tidak melihatnya.
Wasit keempat bertugas mengawasi area teknis, mengelola proses pergantian pemain, memberikan sinyal waktu tambahan, dan membantu wasit utama dalam tugas administratif. Mereka memainkan peran penting dalam memastikan disiplin di bangku cadangan.
Pengenalan VAR merupakan evolusi besar. VAR hanya dapat digunakan untuk meninjau empat jenis insiden yang mengubah permainan: gol/tidak gol, keputusan penalti/tidak penalti, kartu merah langsung, dan kesalahan identitas (jika wasit memberikan sanksi kepada pemain yang salah). VAR berfungsi untuk koreksi kesalahan yang jelas dan nyata atau insiden serius yang terlewatkan. Keputusan akhir selalu berada di tangan wasit lapangan, yang dapat dipanggil untuk meninjau tayangan ulang di monitor sisi lapangan (On-Field Review atau OFR).
Durasi standar pertandingan sepak bola adalah dua periode (babak) masing-masing 45 menit. Ada interval istirahat yang tidak boleh melebihi 15 menit antara kedua babak.
Hukum 7 secara eksplisit mengizinkan wasit untuk menambahkan waktu ke akhir setiap babak untuk mengganti waktu yang hilang karena: pergantian pemain, cedera, pengobatan pemain, membuang-buang waktu yang disengaja, tinjauan VAR, atau alasan lain. Wasit keempat biasanya akan menunjukkan jumlah minimum waktu tambahan yang akan dimainkan. Namun, wasit lapangan memiliki hak untuk memperpanjang waktu tambahan tersebut jika terjadi jeda tambahan setelah papan sinyal dinaikkan.
Peraturan kompetisi tertentu mungkin memerlukan perpanjangan waktu (dua babak 15 menit) atau tendangan dari titik penalti (adu penalti) jika hasil imbang. Perlu dicatat bahwa perpanjangan waktu adalah bagian dari permainan, sedangkan adu penalti untuk menentukan pemenang bukan bagian dari permainan itu sendiri, tetapi merupakan prosedur terpisah untuk menyelesaikan pertandingan.
Hukum ini mengatur bagaimana permainan dimulai (kick-off) dan bagaimana permainan dilanjutkan setelah penghentian sementara yang tidak diakibatkan oleh pelanggaran (drop ball).
Pertandingan dimulai dengan undian koin. Tim yang menang memilih gawang mana yang akan diserang di babak pertama, atau memilih untuk melakukan kick-off. Semua pemain harus berada di wilayah mereka sendiri, dan lawan dari tim yang melakukan kick-off harus berada di luar lingkaran tengah. Bola dianggap dalam permainan saat ditendang dan bergerak jelas. Gol dapat dicetak langsung dari kick-off ke gawang lawan.
Jatuh bola digunakan untuk me-restart permainan jika dihentikan karena suatu alasan yang tidak dicakup oleh Hukum Permainan (misalnya, cedera serius, intervensi luar, atau bola rusak). Drop ball dilakukan dengan menjatuhkan bola untuk satu pemain di lokasi tempat bola dihentikan. Semua pemain lain, kecuali pemain yang menerima bola, harus setidaknya 4 meter jauhnya. Di area penalti, drop ball selalu diberikan kepada penjaga gawang tim bertahan.
Ini adalah salah satu hukum paling sederhana, namun mendasar. Bola dianggap di luar permainan hanya dalam dua kondisi pasti:
Jika bola memantul kembali ke lapangan dari tiang gawang, mistar gawang, bendera sudut, atau wasit/asisten wasit yang berada di dalam lapangan, bola tetap dalam permainan. Penting untuk diingat bahwa garis demarkasi adalah bagian dari area yang mereka batasi. Selama ada sebagian kecil bola yang menyentuh garis, bola masih dianggap 'dalam permainan'.
Gol dianggap sah jika seluruh bola telah melewati garis gawang, di antara tiang gawang dan di bawah mistar gawang, asalkan tim yang mencetak gol tidak melakukan pelanggaran terhadap Hukum Permainan. Tim dengan jumlah gol terbanyak adalah pemenangnya. Jika skor imbang, pertandingan berakhir imbang, kecuali peraturan kompetisi memerlukan perpanjangan waktu atau adu penalti.
Jika seorang pemain menyerang mencetak gol setelah melanggar peraturan (misalnya, handball, offside, atau ofisial tim memasuki lapangan), gol tersebut harus dianulir. Keputusan apakah gol sah atau tidak sangat bergantung pada Hukum 9 (bola melewati garis) dan Hukum 3 (pemain tambahan di lapangan). Teknologi garis gawang (Goal Line Technology - GLT) digunakan di kompetisi tingkat atas untuk secara instan mengkonfirmasi apakah seluruh bola telah melewati garis gawang.
Hukum Offside mungkin adalah hukum yang paling kompleks dan paling sering disalahpahami dalam sepak bola. Tujuannya adalah untuk mencegah pemain menyerang mendapatkan keuntungan yang tidak adil dengan 'bersembunyi' dekat gawang lawan.
Seorang pemain berada dalam posisi offside jika:
a) Mereka berada di area lawan (tidak termasuk garis tengah); dan
b) Mereka lebih dekat ke garis gawang lawan daripada bola; dan
c) Mereka lebih dekat ke garis gawang lawan daripada pemain kedua terakhir lawan (pemain terakhir biasanya adalah kiper, tetapi tidak selalu).
Berada dalam posisi offside saja bukanlah pelanggaran. Pelanggaran terjadi hanya jika, pada saat bola dimainkan oleh rekan setim, pemain yang berada di posisi offside tersebut:
*Pemain disanksi Offside karena lebih dekat ke garis gawang daripada bola dan PBT, dan aktif mengganggu permainan.*
Tidak ada pelanggaran offside jika pemain menerima bola langsung dari lemparan ke dalam (throw-in), tendangan gawang (goal kick), atau tendangan sudut (corner kick). Selain itu, seorang pemain tidak dianggap offside jika mereka berada di paruh lapangan mereka sendiri, terlepas dari posisi mereka relatif terhadap bola atau pemain lawan.
Interpretasi mengenai 'memperoleh keuntungan' sering kali menjadi sumber perdebatan. Jika pemain bertahan sengaja memainkan bola, pemain menyerang yang awalnya berada di posisi offside mungkin menjadi 'onside' setelah sentuhan tersebut. Namun, jika sentuhan pemain bertahan hanyalah pantulan atau upaya penyelamatan (deflection) yang tidak disengaja, pemain menyerang yang offside masih dianggap memperoleh keuntungan dan tetap dihukum.
Hukuman untuk pelanggaran offside adalah tendangan bebas tidak langsung (Indirect Free Kick - IFK) di tempat pelanggaran terjadi, termasuk di paruh lapangan pemain bertahan.
Ini adalah hukum yang paling sering diterapkan dan paling rinci, mencakup berbagai tindakan fisik, non-fisik, dan tindakan disipliner (Kartu Kuning dan Kartu Merah).
DFK diberikan jika seorang pemain melakukan salah satu dari 10 pelanggaran berikut dengan cara yang dianggap wasit ceroboh, sembrono, atau menggunakan kekuatan berlebihan:
Peraturan handball telah mengalami revisi signifikan. Secara umum, handball adalah pelanggaran jika pemain:
Jika salah satu dari 10 pelanggaran DFK dilakukan oleh pemain bertahan di dalam area penaltinya sendiri, tim penyerang diberikan tendangan penalti, terlepas dari posisi bola (selama bola masih dalam permainan).
IFK diberikan untuk pelanggaran yang lebih ringan atau yang melibatkan perilaku non-fisik:
Sanksi disipliner diberikan berdasarkan tingkat keseriusan pelanggaran:
Kartu Kuning (Peringatan): Diberikan untuk pelanggaran yang membutuhkan peringatan, seperti:
Kartu Merah (Pengusiran): Diberikan untuk pelanggaran serius, yang memaksa pemain keluar dari lapangan dan tidak boleh digantikan (tim bermain dengan 10 pemain):
Konsep DOGSO (Denying an Obvious Goal Scoring Opportunity) dan SPA (Stopping a Promising Attack) adalah kunci dalam penentuan kartu merah/kuning. DOGSO (Kartu Merah) terjadi ketika semua kriteria berikut terpenuhi pada saat pelanggaran: Jarak ke gawang, arah umum permainan, peluang untuk mempertahankan kontrol bola, dan jumlah pemain bertahan. SPA (Kartu Kuning) terjadi jika serangan dihentikan, tetapi tidak memenuhi kriteria DOGSO, seringkali karena masih ada banyak pemain bertahan antara penyerang dan gawang.
Pengecualian khusus berlaku di area penalti: jika pemain bertahan mencoba merebut bola dalam DOGSO, sanksinya adalah penalti dan KARTU KUNING (bukan merah), asalkan itu adalah upaya tulus untuk merebut bola. Ini dikenal sebagai hukuman rangkap tiga (triple punishment) yang sedikit dilonggarkan.
Hukum ini menjelaskan prosedur pelaksanaan tendangan bebas langsung (DFK) dan tidak langsung (IFK).
Bola harus diam saat ditendang. Penendang tidak boleh menyentuh bola kedua kalinya sampai pemain lain menyentuhnya. Semua lawan harus berada setidaknya 9,15 meter (10 yard) dari bola sampai bola dalam permainan. Jika tendangan bebas dilakukan di area penalti tim yang bertahan, semua lawan harus berada di luar area penalti.
Untuk IFK, gol hanya sah jika bola menyentuh pemain kedua sebelum masuk ke gawang. Wasit harus menunjukkan IFK dengan mengangkat tangan lurus ke atas hingga bola disentuh oleh pemain kedua atau keluar dari permainan.
Jika ada 'dinding' yang terdiri dari tiga pemain bertahan atau lebih, pemain penyerang tidak diizinkan berdiri kurang dari 1 meter dari dinding tersebut. Jika mereka melanggar aturan ini, IFK diberikan kepada tim bertahan.
Tendangan penalti diberikan untuk setiap pelanggaran DFK yang dilakukan oleh tim bertahan di dalam area penalti mereka sendiri.
Penendang harus diidentifikasi. Penjaga gawang tim bertahan harus tetap di garis gawang, menghadap penendang, tanpa menyentuh tiang gawang, mistar, atau jaring, dan setidaknya satu kakinya harus berada di garis sampai tendangan dilakukan. Semua pemain lain harus berada di luar area penalti, di belakang titik penalti, dan setidaknya 9,15 meter dari titik penalti.
Pelanggaran oleh penendang, seperti mengelabui setelah menyelesaikan langkah lari (feinting the kick), akan menghasilkan IFK untuk lawan. Jika kiper melanggar (misalnya, bergerak dari garis gawang terlalu dini) dan bola masuk, gol tetap sah. Jika kiper melanggar dan bola diselamatkan, tendangan harus diulang. Jika pemain dari kedua tim melanggar dan gol dicetak, gol diulang. Jika gol tidak dicetak, IFK diberikan kepada tim bertahan.
Lemparan ke dalam adalah metode me-restart permainan ketika seluruh bola telah melewati garis samping. Lemparan diberikan kepada tim lawan dari pemain yang terakhir menyentuh bola.
Pemain harus menghadap lapangan, memiliki bagian dari kedua kaki di atas atau di luar garis samping, dan menggunakan kedua tangan untuk melempar bola dari belakang dan di atas kepala. Pemain lawan harus berada setidaknya 2 meter dari titik lemparan. Lemparan ke dalam yang tidak dilakukan dengan benar akan menghasilkan lemparan ke dalam bagi tim lawan.
Penting: Pemain tidak boleh mencetak gol secara langsung dari lemparan ke dalam. Jika bola masuk gawang lawan, itu dianggap tendangan gawang. Jika bola masuk gawang sendiri, itu dianggap tendangan sudut.
Tendangan gawang adalah metode restart ketika seluruh bola melewati garis gawang, setelah terakhir disentuh oleh pemain menyerang, dan gol belum tercipta.
Bola harus ditendang dari setiap titik di dalam area gawang. Lawan harus tetap berada di luar area penalti sampai bola dalam permainan. Bola dalam permainan ketika ditendang dan bergerak jelas. Perubahan signifikan IFAB menyatakan bahwa bola tidak lagi harus meninggalkan area penalti agar dianggap dalam permainan; ini memungkinkan permainan lebih cepat dari gawang.
Gol dapat dicetak secara langsung dari tendangan gawang ke gawang lawan.
Tendangan sudut diberikan ketika seluruh bola melewati garis gawang, setelah terakhir disentuh oleh pemain bertahan, dan gol belum tercipta.
Bola harus ditempatkan di dalam area sudut terdekat. Tiang bendera sudut tidak boleh dipindahkan. Lawan harus tetap berada setidaknya 9,15 meter dari busur sudut sampai bola dalam permainan. Sama seperti kick-off, gol dapat dicetak secara langsung dari tendangan sudut ke gawang lawan.
Jika penendang sudut menyentuh bola kedua kalinya sebelum pemain lain, tendangan bebas tidak langsung diberikan kepada tim lawan.
Peraturan Sepak Bola bukanlah dokumen statis. IFAB secara berkala meninjau dan merevisi Hukum Permainan untuk memastikan mereka relevan dengan permainan modern, mempromosikan permainan yang adil, dan meningkatkan laju pertandingan. Dalam beberapa periode, fokus utama IFAB adalah pada:
Inisiatif telah dilakukan untuk mengurangi penguluran waktu. Contohnya adalah perubahan prosedur tendangan gawang dan penerapan aturan bahwa pemain yang diganti harus meninggalkan lapangan di garis terdekat (bukan harus berjalan ke garis tengah), meskipun ini telah dimodifikasi tergantung pada situasi.
Perubahan pada Hukum 12, terutama yang berkaitan dengan handball dan DOGSO, bertujuan untuk memberikan keseimbangan antara hukuman dan intensi. Aturan keselamatan, seperti yang berkaitan dengan gegar otak, terus menjadi area perhatian, mengharuskan wasit untuk menghentikan permainan segera jika ada dugaan cedera kepala serius.
Perubahan terbaru dalam beberapa periode adalah ketika bola menyentuh wasit (atau ofisial lain) dan menghasilkan gol, atau tim yang menguasai bola berubah, atau serangan yang menjanjikan dimulai, wasit harus menghentikan permainan dan memulai kembali dengan jatuhan bola (drop ball). Ini menghilangkan kemungkinan wasit secara tidak sengaja "berpartisipasi" dalam permainan.
Meskipun VAR telah membawa kontroversi, penerapannya ditujukan untuk mengurangi 'kesalahan yang jelas dan nyata'. Prosedur VAR yang ketat, termasuk penggunaan monitor sisi lapangan untuk tinjauan subjektif (seperti DOGSO dan intensi handball), memastikan bahwa wasit utama mempertahankan otoritas final dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
Pengkajian mendalam terhadap 17 Hukum Permainan ini menunjukkan bahwa sepak bola adalah olahraga yang diatur oleh detail yang sangat spesifik, di mana setiap garis, setiap sentuhan, dan setiap posisi memiliki konsekuensi. Konsistensi dalam penerapan aturan-aturan inilah yang memastikan pertandingan berjalan dengan integritas, menjadikannya tontonan global yang adil dan menarik.