Ilustrasi Masjid di Malam Ramadan Ilustrasi siluet masjid di malam hari dengan bulan sabit dan bintang yang bersinar terang.

Panduan Niat Sholat Tarawih dan Witir Berjamaah

Sebuah panduan komprehensif untuk memahami dan melaksanakan ibadah malam Ramadan dengan khusyuk dan benar.

Menggapai Berkah Malam Ramadan

Bulan Ramadan adalah anugerah terindah, sebuah madrasah spiritual yang membuka pintu-pintu rahmat dan ampunan seluas-luasnya. Malam-malamnya memiliki keistimewaan tersendiri, dihiasi dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an dan semarak ibadah qiyamul lail. Di antara ibadah yang menjadi ikon malam Ramadan adalah Sholat Tarawih, yang dilanjutkan dengan Sholat Witir sebagai penutupnya. Melaksanakannya secara berjamaah di masjid atau mushola menjadi sebuah pemandangan syiar yang menenangkan jiwa dan mempererat ukhuwah islamiyah.

Kunci utama dari setiap ibadah adalah niat. Niat menjadi pembeda antara sebuah kebiasaan dengan ibadah yang bernilai pahala. Ia adalah kompas yang mengarahkan hati, menentukan tujuan dari setiap gerakan dan ucapan. Oleh karena itu, memahami secara mendalam tentang niat sholat tarawih dan witir berjamaah adalah sebuah keniscayaan bagi setiap muslim yang ingin meraih kesempurnaan ibadah di bulan suci ini. Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk niat dan tata cara pelaksanaan kedua sholat sunnah mu'akkadah ini, agar kita dapat melaksanakannya dengan penuh keyakinan dan kekhusyukan.

Memahami Hakikat Sholat Tarawih

Sebelum melangkah lebih jauh ke lafaz niat, penting bagi kita untuk memahami esensi dari Sholat Tarawih itu sendiri. Kata "Tarawih" berasal dari bahasa Arab, merupakan bentuk jamak dari kata "tarwihah" yang berarti istirahat atau santai. Penamaan ini merujuk pada praktik para sahabat dan generasi salafus shalih yang beristirahat sejenak setiap selesai melaksanakan empat rakaat (atau dua kali salam).

Secara istilah, Sholat Tarawih adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada malam-malam bulan Ramadan, setelah Sholat Isya dan sebelum waktu Subuh tiba. Hukum melaksanakannya adalah sunnah mu'akkadah, artinya sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Keutamaannya sangat besar, sebagaimana sabda beliau:

"Barangsiapa yang mendirikan (sholat malam) Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjadi motivasi terbesar bagi umat Islam untuk tidak melewatkan satu malam pun di bulan Ramadan tanpa menghidupkannya dengan Sholat Tarawih. Pelaksanaannya secara berjamaah, yang dipelopori pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, menambah keutamaan ibadah ini dengan melipatgandakan pahala dan memperkuat syiar Islam.

Panduan Lengkap Niat Sholat Tarawih Berjamaah

Niat adalah pekerjaan hati. Mengucapkan niat dengan lisan (talaffuzh) menurut sebagian besar ulama mazhab Syafi'i hukumnya sunnah, karena dapat membantu memantapkan hati dan mengonsentrasikan pikiran. Yang terpenting adalah apa yang terlintas di dalam hati sesaat sebelum takbiratul ihram. Niat harus mencakup tiga unsur: qashad (sengaja melakukan sholat), ta'yin (menentukan jenis sholat, yaitu Tarawih), dan fardhiyah/sunniyah (menentukan statusnya, yaitu sunnah).

Saat melaksanakan sholat berjamaah, ada perbedaan lafaz niat antara menjadi imam (pemimpin sholat) dan menjadi makmum (pengikut sholat).

1. Niat Sholat Tarawih sebagai IMAM

Seorang imam memiliki tanggung jawab memimpin jamaah. Oleh karena itu, dalam niatnya, ia harus menyertakan statusnya sebagai "imaman". Berikut adalah lafaz niatnya untuk dua rakaat:

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatat tarāwīhi rak'atayni mustaqbilal qiblati adā'an imāman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, sebagai imam karena Allah Ta'ala."

Penjelasan detail dari setiap komponen niat di atas adalah:

2. Niat Sholat Tarawih sebagai MAKMUM

Sebagai seorang makmum, niat kita adalah untuk mengikuti imam. Oleh karena itu, kata "imaman" diganti dengan "ma'muman". Berikut adalah lafaz niat yang benar:

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatat tarāwīhi rak'atayni mustaqbilal qiblati adā'an ma'mūman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

Perbedaan utamanya terletak pada kata "ma'mūman" yang berarti "sebagai seorang makmum". Komponen niat lainnya sama persis dengan niat imam. Penting untuk menghadirkan niat ini di dalam hati tepat ketika imam mengucapkan takbiratul ihram, dan kita mengikutinya. Dengan niat yang benar, sholat kita menjadi sah dan terhubung dengan sholat imam dan seluruh jamaah.

Tata Cara dan Jumlah Rakaat Sholat Tarawih

Setelah memahami niat, mari kita pelajari tata cara pelaksanaannya. Sholat Tarawih pada dasarnya sama seperti sholat sunnah lainnya, dikerjakan dua rakaat salam, dua rakaat salam, hingga mencapai jumlah rakaat yang diinginkan.

Perbedaan Jumlah Rakaat

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai jumlah rakaat Sholat Tarawih, namun keduanya memiliki dasar yang kuat dan sama-sama sah untuk diamalkan. Sikap terbaik adalah saling menghormati dan tidak menjadikan perbedaan ini sebagai sumber perpecahan.

  1. 8 Rakaat Tarawih + 3 Rakaat Witir: Pendapat ini didasarkan pada hadis dari Aisyah radhiyallahu 'anha yang menjelaskan bahwa sholat malam Rasulullah SAW di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan tidak pernah lebih dari sebelas rakaat. Praktiknya adalah sholat 4 rakaat (dengan 2 kali salam), istirahat, lalu 4 rakaat lagi (dengan 2 kali salam), kemudian ditutup dengan 3 rakaat Witir.
  2. 20 Rakaat Tarawih + 3 Rakaat Witir: Pendapat ini didasarkan pada praktik yang dilembagakan pada masa Khalifah Umar bin Khattab, di mana beliau mengumpulkan kaum muslimin untuk sholat Tarawih berjamaah dengan Ubay bin Ka'ab sebagai imam sebanyak 20 rakaat. Praktik ini kemudian diikuti oleh para sahabat dan generasi setelahnya, serta menjadi amalan mayoritas umat Islam di berbagai belahan dunia.

Apapun jumlah rakaat yang diikuti, keduanya adalah baik. Yang terpenting adalah keikhlasan, kekhusyukan, dan konsistensi dalam melaksanakannya sepanjang bulan Ramadan.

Dzikir di Antara Sholat Tarawih

Salah satu ciri khas Sholat Tarawih berjamaah di banyak tempat adalah adanya jeda istirahat (tarwihah) setelah setiap empat rakaat (atau dua kali salam). Jeda ini biasanya diisi dengan dzikir dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW untuk menambah keberkahan. Meskipun tidak ada bacaan khusus yang baku dari Rasulullah, bacaan-bacaan yang dilantunkan adalah bentuk amalan baik yang berisi pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi. Salah satu bacaan yang populer adalah:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ. سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

Disambung dengan shalawat dan doa-doa lainnya. Praktik ini membantu jamaah untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan rakaat-rakaat berikutnya, sesuai dengan makna asli dari kata "Tarawih".

Sholat Witir: Sang Penutup Malam yang Sempurna

Setelah rangkaian Sholat Tarawih selesai, ibadah malam ditutup dengan Sholat Witir. Witir secara bahasa berarti ganjil. Sholat ini disebut Witir karena jumlah rakaatnya selalu ganjil, bisa satu, tiga, lima, tujuh, atau lebih. Hukumnya adalah sunnah mu'akkadah, bahkan sebagian ulama menghukuminya mendekati wajib saking kuatnya anjuran dari Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bersabda:

"Jadikanlah akhir sholat malam kalian adalah sholat Witir." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam konteks sholat berjamaah di bulan Ramadan, Sholat Witir umumnya dikerjakan sebanyak tiga rakaat. Ada dua cara populer untuk melaksanakannya:

Kedua cara tersebut sah dan memiliki landasan. Yang paling umum dijumpai di masyarakat adalah cara yang pertama, yaitu dua rakaat diakhiri salam, kemudian dilanjutkan dengan satu rakaat. Oleh karena itu, niatnya pun akan berbeda untuk setiap bagiannya.

Panduan Lengkap Niat Sholat Witir Berjamaah

Sama seperti Sholat Tarawih, niat Sholat Witir juga harus dihadirkan dalam hati dan disunnahkan untuk dilafazkan guna membantu konsentrasi. Niatnya akan berbeda tergantung pada posisi kita (imam atau makmum) dan formasi rakaat yang dikerjakan.

1. Niat Sholat Witir (Bagian 2 Rakaat Pertama)

Ini adalah niat untuk sholat dua rakaat pertama dari rangkaian tiga rakaat Witir.

Sebagai IMAM:

أُصَلِّى سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan minal witri rak'atayni mustaqbilal qiblati adā'an imāman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat sholat sunnah bagian dari Witir dua rakaat menghadap kiblat, sebagai imam karena Allah Ta'ala."

Sebagai MAKMUM:

أُصَلِّى سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan minal witri rak'atayni mustaqbilal qiblati adā'an ma'mūman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat sholat sunnah bagian dari Witir dua rakaat menghadap kiblat, sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

2. Niat Sholat Witir (Bagian 1 Rakaat Terakhir)

Setelah salam dari dua rakaat pertama, imam dan makmum berdiri kembali untuk melaksanakan satu rakaat terakhir sebagai penggenap dan pengganjil.

Sebagai IMAM:

أُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal witri rak'atan mustaqbilal qiblati adā'an imāman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat menghadap kiblat, sebagai imam karena Allah Ta'ala."

Sebagai MAKMUM:

أُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal witri rak'atan mustaqbilal qiblati adā'an ma'mūman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat menghadap kiblat, sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

Pada rakaat terakhir Sholat Witir, khususnya pada pertengahan kedua bulan Ramadan, disunnahkan untuk membaca Doa Qunut setelah bangkit dari ruku' (i'tidal). Imam akan membacanya dengan suara lantang dan makmum mengamininya.

Doa dan Dzikir Setelah Sholat Witir

Selepas salam dari Sholat Witir, tidak dianjurkan untuk langsung bubar. Rasulullah SAW mencontohkan untuk berdzikir sejenak. Dzikir yang paling utama dibaca adalah:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Subhānal malikil quddūs.

"Maha Suci Raja Yang Maha Suci."

Dzikir ini dibaca sebanyak tiga kali. Pada bacaan yang ketiga, dianjurkan untuk memanjangkan suara dan sedikit mengangkatnya, seraya menyambung dengan bacaan: Rabbil malā'ikati war rūh ("Tuhan para malaikat dan ruh (Jibril)").

Setelah itu, umumnya rangkaian ibadah Tarawih dan Witir berjamaah ditutup dengan doa bersama. Terdapat banyak versi doa yang bisa dibaca, salah satunya yang populer dikenal sebagai Doa Kamilin. Berikut adalah potongan doa tersebut beserta artinya:

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ...

"Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang menunaikan kewajiban-kewajiban, yang memelihara sholat, yang melaksanakan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk, yang berpaling dari hal sia-sia, yang zuhud di dunia, yang berhasrat pada akhirat, yang ridha dengan takdir, yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas cobaan, dan yang berjalan di bawah panji junjungan kami Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat, yang mendatangi telaga (Al-Kautsar), yang masuk ke dalam surga, dan yang diselamatkan dari api neraka..."

Membaca doa ini dengan penuh penghayatan akan menyempurnakan ibadah kita dan menjadi sarana untuk memohon segala kebaikan kepada Allah SWT.

Pertanyaan yang Sering Muncul (FAQ)

Berikut adalah beberapa jawaban atas pertanyaan yang sering diajukan terkait pelaksanaan sholat tarawih dan witir berjamaah.

Bagaimana jika saya terlambat (masbuk) saat sholat tarawih berjamaah?

Jika Anda datang dan imam sudah memulai sholat tarawih, segera berniat sebagai makmum dan lakukan takbiratul ihram, lalu ikuti gerakan imam. Setelah imam salam, Anda tidak perlu menambah rakaat yang tertinggal, karena sholat tarawih adalah sholat sunnah yang dikerjakan per dua rakaat. Anda cukup melanjutkan mengikuti imam pada rangkaian dua rakaat berikutnya. Rakaat yang Anda kerjakan bersama imam tetap sah dan mendapat pahala berjamaah.

Bolehkah saya sholat witir bersama imam, padahal saya masih ingin sholat tahajud nanti malam?

Ini adalah situasi yang umum. Terdapat hadis "Tidak ada dua witir dalam satu malam". Namun, para ulama memberikan solusi. Anda tetap dianjurkan untuk menyelesaikan sholat witir bersama imam untuk mendapatkan keutamaan sholat semalam suntuk. Jika setelah itu Anda bangun di sepertiga malam terakhir dan ingin sholat tahajud, maka sholatlah tahajud tanpa mengulang sholat witir lagi. Pendapat lain menyarankan, saat imam sholat witir rakaat terakhir, Anda bisa bangkit menambah satu rakaat lagi sehingga sholat Anda menjadi genap (dua rakaat). Dengan begitu, witir Anda belum dilaksanakan, dan Anda bisa melaksanakannya di akhir malam setelah tahajud. Namun, cara pertama (tetap witir bersama imam dan tidak mengulanginya) adalah yang paling mudah dan banyak diikuti.

Imam di masjid saya sholat 20 rakaat, tapi saya ingin 8 rakaat. Apa yang harus saya lakukan?

Sikap terbaik adalah fleksibel dan menghargai praktik di masjid tersebut. Anda memiliki beberapa pilihan:

  1. Ikuti sholat tarawih sebanyak 8 rakaat bersama imam. Setelah itu, Anda bisa langsung sholat witir sendiri atau menunggu imam menyelesaikan 20 rakaat untuk kemudian sholat witir berjamaah bersamanya.
  2. Jika Anda ingin mendapatkan keutamaan penuh sholat bersama imam hingga selesai, tidak ada salahnya Anda mengikuti sholat 20 rakaat. Anggaplah ini sebagai kesempatan emas untuk menambah pundi-pundi pahala di bulan Ramadan yang hanya datang sekali dalam setahun.
Yang harus dihindari adalah keluar dari barisan jamaah di tengah-tengah sholat atau memisahkan diri sehingga menimbulkan pemandangan yang kurang baik.

Apa beda Sholat Tarawih, Tahajud, dan Qiyamul Lail?

Pada dasarnya, ketiganya merujuk pada ibadah yang sama, yaitu sholat sunnah di malam hari.

Jadi, Sholat Tarawih adalah bagian dari Qiyamul Lail di bulan Ramadan. Sholat Tarawih bisa juga disebut Tahajud jika seseorang tidur sejenak setelah Isya, lalu bangun untuk melaksanakannya.

Kesimpulan: Meraih Kesempurnaan Ibadah dengan Niat yang Tulus

Sholat Tarawih dan Witir berjamaah adalah permata di malam-malam Ramadan. Ia bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan sebuah kesempatan agung untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampunan, dan menabung pahala sebanyak-banyaknya. Fondasi dari semua ini adalah niat. Dengan memahami secara benar niat sholat tarawih dan witir berjamaah, baik sebagai imam maupun makmum, kita telah meletakkan landasan yang kokoh bagi sah dan diterimanya ibadah kita.

Marilah kita manfaatkan setiap malam di bulan yang penuh berkah ini untuk mendirikan sholat dengan khusyuk, merenungi bacaannya, dan memanjatkan doa dengan penuh harap. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang muttaqin. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage