Sepak bola, sebagai olahraga paling populer di dunia, diatur oleh serangkaian aturan baku yang dikenal sebagai Hukum Permainan (Laws of the Game). Peraturan-peraturan ini disusun dan dipelihara oleh Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (International Football Association Board, IFAB). Hukum ini memastikan integritas, keadilan, dan keseragaman permainan di setiap level, mulai dari pertandingan amatir hingga piala dunia. Pemahaman mendalam terhadap 17 Hukum Permainan ini sangat krusial, tidak hanya bagi pemain dan wasit, tetapi juga bagi penggemar yang ingin mengapresiasi kompleksitas taktis dan keputusan di lapangan.
Teks berikut akan menguraikan secara rinci dan komprehensif setiap pasal, menyoroti penafsiran modern, pengecualian, dan prosedur yang harus dipatuhi oleh semua pihak terkait. Perubahan pada peraturan ini dilakukan secara berkala untuk menjaga permainan tetap relevan, dinamis, dan adil di tengah perkembangan teknologi dan evolusi taktik.
Hukum 1: Lapangan Permainan (The Field of Play)
Hukum pertama menetapkan standar minimum dan maksimum untuk dimensi lapangan, penandaan, dan perlengkapan lapangan. Lapangan haruslah persegi panjang, ditandai dengan garis-garis yang jelas yang merupakan bagian dari area yang dibatasinya.
Dimensi Lapangan
Untuk pertandingan internasional senior, panjang lapangan (garis samping) harus antara 100 meter (110 yard) dan 110 meter (120 yard). Lebar lapangan (garis gawang) harus antara 64 meter (70 yard) dan 75 meter (80 yard). Penandaan lapangan harus dilakukan dengan garis berwarna putih dan tidak boleh lebih dari 12 cm (5 inci) lebarnya. Garis gawang harus memiliki lebar yang sama dengan tiang gawang.
Area Kritis dan Penandaan
- Garis Tengah: Membagi lapangan menjadi dua bagian yang sama, dengan lingkaran tengah memiliki radius 9,15 meter (10 yard).
- Area Gawang (Goal Area): Ditandai 5,5 meter (6 yard) dari bagian dalam setiap tiang gawang dan memanjang 5,5 meter ke dalam lapangan.
- Area Penalti (Penalty Area): Ditandai 16,5 meter (18 yard) dari bagian dalam setiap tiang gawang dan memanjang 16,5 meter ke dalam lapangan. Di dalam area penalti terdapat titik penalti, berjarak 11 meter (12 yard) dari tengah garis gawang.
- Busur Penalti (Penalty Arc): Sebuah busur di luar area penalti dengan radius 9,15 meter dari titik penalti. Ini memastikan pemain lain tetap menjaga jarak yang sah saat tendangan penalti dilakukan.
Perlengkapan Gawang: Tiang gawang harus berwarna putih, terbuat dari bahan yang disetujui, dan memiliki ukuran standar: lebar 7,32 meter (8 yard) dan tinggi 2,44 meter (8 kaki). Gawang harus diamankan dengan kuat ke tanah; penggunaan gawang portabel yang tidak dijangkarkan sangat dilarang karena alasan keselamatan.
Hukum 2: Bola (The Ball)
Hukum ini menetapkan standar spesifikasi untuk bola yang digunakan dalam pertandingan, memastikan keseragaman dan kualitas permainan.
Spesifikasi Teknis Bola
Bola harus berbentuk bulat sempurna, terbuat dari bahan yang sesuai, dan memenuhi kriteria berikut:
- Lingkar: Antara 68 cm (27 inci) dan 70 cm (28 inci).
- Berat: Antara 410 gram (14 oz) dan 450 gram (16 oz) pada awal pertandingan.
- Tekanan: Setara dengan 0,6–1,1 atmosfer (600–1100 g/cm²) di permukaan laut.
Jika bola pecah atau menjadi cacat selama permainan, permainan harus dihentikan, dan dimulai kembali dengan menjatuhkan bola (drop ball) di tempat bola menjadi cacat. Namun, jika bola menjadi cacat saat tidak dalam permainan (misalnya, saat tendangan gawang), permainan dilanjutkan sesuai dengan cara restart sebelumnya.
Peraturan Bola Pengganti
IFAB telah menyusun protokol ketat mengenai prosedur penggantian bola untuk meminimalkan waktu henti. Dalam banyak pertandingan tingkat atas, disediakan beberapa bola di sekitar lapangan, ditangani oleh pemungut bola, yang bertanggung jawab untuk memastikan permainan segera dilanjutkan ketika bola utama keluar lapangan.
Hukum 3: Pemain (The Players)
Hukum 3 mengatur jumlah pemain, prosedur pergantian pemain, dan sanksi yang berlaku jika ada pemain tambahan di lapangan.
Jumlah Pemain
Setiap pertandingan dimainkan oleh dua tim, masing-masing tidak boleh lebih dari 11 pemain di lapangan, salah satunya harus menjadi penjaga gawang. Sebuah pertandingan tidak boleh dimulai atau dilanjutkan jika salah satu tim memiliki kurang dari tujuh pemain. Dalam peraturan kompetisi tertentu, jumlah pemain pengganti yang diizinkan bervariasi.
Prosedur Pergantian Pemain
Seorang pemain pengganti hanya diizinkan masuk ke lapangan setelah persyaratan berikut terpenuhi:
- Wasit telah diberi tahu tentang pergantian tersebut.
- Pemain yang diganti telah meninggalkan lapangan permainan (kecuali dalam kasus cedera yang membutuhkan evakuasi cepat).
- Pemain pengganti masuk hanya di garis tengah, selama penghentian permainan.
Pelanggaran Prosedur: Jika pemain pengganti masuk ke lapangan tanpa izin wasit, wasit akan menghentikan permainan, memberikan peringatan (kartu kuning) kepada pemain pengganti, dan memulai kembali permainan dengan tendangan bebas tidak langsung (TBT) dari lokasi bola berada saat dihentikan.
Pemain Ekstra di Lapangan
Jika, setelah gol dicetak, wasit menyadari bahwa ada pemain tambahan (orang yang tidak seharusnya bermain atau pemain pengganti yang tidak sah) berada di lapangan saat gol dicetak, gol tersebut harus dibatalkan. Permainan akan dilanjutkan dengan tendangan bebas langsung (TBL) dari lokasi pemain ekstra tersebut memasuki lapangan.
Hukum 4: Perlengkapan Pemain (The Players' Equipment)
Hukum ini mengatur perlengkapan wajib dan melarang segala bentuk perlengkapan yang dapat membahayakan pemain lain atau diri sendiri.
Perlengkapan Wajib
Pemain harus mengenakan lima item perlengkapan dasar yang wajib: kaus (jersey), celana pendek, kaus kaki, pelindung tulang kering (shin guard), dan alas kaki (sepatu). Pelindung tulang kering harus benar-benar tertutup oleh kaus kaki dan harus terbuat dari bahan yang sesuai untuk memberikan perlindungan yang memadai.
Perlengkapan Terlarang
Semua perhiasan (kalung, cincin, gelang, anting-anting) harus dilepas. Wasit tidak boleh mengizinkan penutupan perhiasan dengan plester; perhiasan harus dilepas sepenuhnya. Perlengkapan lain seperti topi (kecuali penjaga gawang) dan peralatan komunikasi yang tidak diizinkan juga dilarang.
Insiden Warna: Kedua tim harus mengenakan warna yang membedakan mereka satu sama lain dan juga dari ofisial pertandingan. Penjaga gawang harus mengenakan warna yang membedakannya dari pemain, wasit, dan asisten wasit.
Hukum 5: Wasit (The Referee)
Wasit adalah otoritas tertinggi dan pembuat keputusan utama di lapangan. Keputusan wasit mengenai fakta-fakta terkait permainan, termasuk apakah gol dicetak dan hasil pertandingan, adalah final.
Kewenangan dan Tugas Utama
Wasit memiliki kewenangan penuh untuk menerapkan Hukum Permainan sehubungan dengan pertandingan yang dia jalankan. Tugas utamanya meliputi:
- Memastikan kepatuhan terhadap Hukum Permainan.
- Bertindak sebagai pencatat waktu dan membuat catatan pertandingan.
- Menghentikan, menangguhkan, atau mengakhiri pertandingan atas kebijaksanaannya jika terjadi pelanggaran hukum, gangguan eksternal, atau kondisi cuaca buruk.
- Memberikan sanksi disiplin kepada pemain yang melakukan pelanggaran yang dapat dihukum (kartu kuning atau kartu merah).
- Memastikan tidak ada orang yang tidak berhak memasuki lapangan permainan.
Kekuasaan Wasit dalam Disiplin
Kewenangan wasit untuk mengambil tindakan disipliner berlaku sejak ia memasuki lapangan untuk pemeriksaan pra-pertandingan dan berlanjut hingga ia meninggalkan lapangan setelah sinyal akhir pertandingan, termasuk saat jeda babak. Ini berarti pelanggaran yang dilakukan di terowongan atau area teknis tetap dapat dikenakan sanksi kartu kuning atau merah.
Keputusan yang Diperbaiki: Wasit hanya dapat mengubah keputusan jika ia menyadari bahwa keputusan tersebut salah, atau atas saran dari ofisial pertandingan lain (Asisten Wasit, Wasit Keempat, Wasit Video), asalkan ia belum memulai kembali permainan atau mengakhiri babak/pertandingan.
Hukum 6: Ofisial Pertandingan Lain
Hukum ini menjelaskan peran Asisten Wasit (hakim garis), Wasit Keempat, Asisten Wasit Tambahan (AAR), dan Asisten Wasit Video (VAR).
Peran Asisten Wasit (AW)
Dua Asisten Wasit berada di luar lapangan di sepanjang garis samping, satu di setiap sisi. Tugas utama mereka meliputi:
- Menunjukkan kapan seluruh bola telah meninggalkan lapangan.
- Menunjukkan tim mana yang berhak mendapatkan tendangan sudut, tendangan gawang, atau lemparan ke dalam.
- Memberi sinyal ketika seorang pemain berada dalam posisi offside.
- Mengawasi pergantian pemain.
- Membantu wasit dalam memantau permainan kotor atau insiden yang tidak terlihat oleh wasit.
Wasit Keempat dan Ofisial Lainnya
Wasit Keempat (W4) mengelola area teknis, mengawasi prosedur pergantian pemain, menampilkan waktu tambahan, dan memeriksa perlengkapan pemain. VAR memiliki peran tambahan, yang detailnya diatur dalam protokol VAR terpisah (dibahas lebih lanjut nanti).
Hukum 7: Durasi Pertandingan
Sebuah pertandingan standar terdiri dari dua babak dengan durasi masing-masing 45 menit, kecuali disepakati lain sebelumnya dan sesuai dengan peraturan kompetisi.
Jeda dan Waktu Tambahan
Pemain berhak atas istirahat saat jeda babak, yang tidak boleh melebihi 15 menit. Wasit harus mengizinkan waktu tambahan di akhir setiap babak untuk mengganti waktu yang hilang karena:
- Pergantian pemain.
- Penilaian dan evakuasi pemain cedera.
- Membuang-buang waktu yang disengaja.
- Sanksi disiplin (pemberian kartu).
- Perayaan gol.
- Intervensi VAR (peninjauan dan penundaan yang terkait).
Wasit tidak boleh meniup peluit akhir babak jika tendangan penalti harus diambil atau diulang. Dalam kasus tersebut, perpanjangan waktu harus diberikan hingga tendangan penalti selesai.
Hukum 8: Memulai dan Memulai Kembali Permainan
Permainan dimulai dengan tendangan permulaan (kick-off) dan dapat dilanjutkan dengan tendangan permulaan, lemparan ke dalam, tendangan gawang, tendangan sudut, tendangan bebas, tendangan penalti, atau jatuhan bola (drop ball).
Kick-off (Tendangan Permulaan)
Tendangan permulaan digunakan untuk memulai pertandingan, memulai babak kedua, memulai setiap babak perpanjangan waktu, dan setelah gol dicetak. Aturan kuncinya:
- Semua pemain, kecuali yang melakukan tendangan, harus berada di setengah lapangan mereka sendiri.
- Pemain lawan dari tim yang melakukan tendangan harus berada minimal 9,15 meter dari bola.
- Bola harus diam di titik tengah dan dalam permainan saat ditendang dan bergerak jelas.
- Gol dapat dicetak langsung dari tendangan permulaan melawan tim lawan.
Drop Ball (Jatuhan Bola)
Jatuhan bola digunakan untuk memulai kembali permainan ketika wasit harus menghentikan permainan karena alasan yang tidak tercantum dalam Hukum (misalnya, cedera serius, gangguan eksternal, atau bola menjadi cacat) dan bola berada dalam permainan.
Prosedur Modern: Bola dijatuhkan untuk penjaga gawang tim bertahan di area penalti mereka. Di luar area penalti, bola dijatuhkan untuk satu pemain dari tim yang terakhir menyentuh bola. Semua pemain lain (dari kedua tim) harus menjaga jarak setidaknya 4 meter.
Hukum 9: Bola Keluar dan Bola Dalam Permainan
Definisi ini sederhana namun mendasar bagi semua keputusan wasit.
Bola Keluar dari Permainan
Bola dianggap keluar dari permainan ketika:
- Seluruh bola telah melewati garis gawang atau garis samping, baik di tanah maupun di udara.
- Permainan telah dihentikan oleh wasit.
Penting untuk dicatat bahwa jika bola menyentuh wasit, asisten wasit, atau ofisial pertandingan lain di lapangan, bola tetap dalam permainan, kecuali kontak tersebut menghasilkan keuntungan yang signifikan (situasi ini memerlukan jatuhan bola).
Bola Dalam Permainan
Bola selalu dalam permainan di semua waktu lain, termasuk jika bola memantul dari tiang gawang, mistar gawang, atau bendera sudut dan tetap berada di dalam lapangan.
Hukum 10: Menentukan Hasil Pertandingan
Hukum ini menjelaskan bagaimana gol dicetak dan bagaimana pemenang ditentukan jika diperlukan adu penalti.
Mencetak Gol
Gol dianggap sah ketika seluruh bola telah melewati garis gawang, di antara tiang gawang dan di bawah mistar gawang, asalkan tim yang mencetak gol belum melakukan pelanggaran Hukum Permainan.
Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah pemenangnya. Jika kedua tim mencetak jumlah gol yang sama, atau tidak ada gol yang dicetak, pertandingan berakhir seri (kecuali jika peraturan kompetisi memerlukan pemenang).
Tendangan dari Titik Penalti (Adu Penalti)
Jika kompetisi memerlukan pemenang setelah pertandingan berakhir seri (misalnya, di babak sistem gugur), prosedur adu penalti digunakan. Ini bukan bagian dari pertandingan itu sendiri, tetapi merupakan prosedur untuk menentukan pemenang.
Aturan Kunci Adu Penalti:
- Lima tendangan diambil oleh masing-masing tim secara bergantian.
- Hanya pemain yang berada di lapangan pada akhir pertandingan (termasuk pemain pengganti yang tidak digunakan) yang berhak mengambil tendangan.
- Wasit mengawasi dan mencatat setiap tendangan.
Hukum 11: Offside (Offside)
Hukum Offside adalah salah satu peraturan yang paling sering disalahpahami dan menjadi fokus utama perdebatan. Terdapat tiga bagian utama: posisi offside, pelanggaran offside, dan pengecualian.
Posisi Offside
Seorang pemain berada dalam posisi offside jika:
- Dia berada di setengah lapangan lawan (tidak termasuk garis tengah).
- Dia lebih dekat ke garis gawang lawan daripada bola.
- Dia lebih dekat ke garis gawang lawan daripada pemain kedua terakhir lawan (pemain lawan kedua terakhir biasanya adalah bek terakhir sebelum penjaga gawang).
Posisi offside bukanlah pelanggaran dengan sendirinya.
Pelanggaran Offside
Seorang pemain yang berada dalam posisi offside dihukum hanya jika, pada saat bola dimainkan oleh rekan setimnya, dia terlibat dalam permainan aktif dengan:
- Mengganggu Permainan: Memainkan atau menyentuh bola yang dilewatkan atau disentuh oleh rekan setim.
- Mengganggu Lawan: Mencegah lawan memainkan bola dengan jelas menghalangi pandangan lawan, menantang lawan untuk memperebutkan bola, atau secara eksplisit mempengaruhi kemampuan lawan untuk bermain.
- Mendapat Keuntungan: Memainkan bola yang memantul dari tiang gawang, mistar gawang, atau lawan ketika dia berada dalam posisi offside.
Pengecualian (Tidak Ada Offside)
Tidak ada pelanggaran offside jika seorang pemain menerima bola langsung dari:
- Lemparan ke dalam (Throw-in).
- Tendangan gawang (Goal kick).
- Tendangan sudut (Corner kick).
Penafsiran 'Mengganggu Lawan': Interpretasi IFAB menekankan bahwa menghalangi pandangan lawan harus "jelas" (clear). Jika seorang pemain berdiri di antara penjaga gawang dan bola tanpa secara aktif bergerak ke arahnya, wasit harus menilai apakah posisi tersebut secara material menghalangi penjaga gawang bereaksi.
Offside dan Defleksi
Sebuah defleksi atau pantulan tidak disengaja dari pemain bertahan (termasuk kiper) tidak menghilangkan status offside penyerang. Jika pemain penyerang yang offside menerima bola setelah defleksi, dia tetap dihukum karena offside, karena ia sudah mendapatkan keuntungan dari posisinya yang offside. Namun, jika pemain bertahan secara sengaja memainkan bola, meskipun upaya bermainnya gagal, ini dianggap sebagai aksi baru, dan pemain penyerang yang sebelumnya offside tidak lagi dihukum, asalkan bola dikirimkan kepadanya oleh lawan.
Sanksi Offside
Pelanggaran offside dihukum dengan tendangan bebas tidak langsung (TBT) yang diambil dari posisi di mana pemain yang offside terlibat dalam permainan aktif, meskipun posisi offside awal mungkin berada di lokasi yang berbeda.
Hukum 12: Pelanggaran dan Kesalahan (Fouls and Misconduct)
Hukum 12 adalah pasal terpanjang dan paling kompleks, mencakup serangkaian tindakan yang dapat dikenakan sanksi tendangan bebas langsung (TBL), tendangan bebas tidak langsung (TBT), atau sanksi disiplin (Kartu Kuning/Merah).
Pelanggaran yang Dihukum TBL (Tendangan Bebas Langsung)
Tendangan bebas langsung diberikan jika seorang pemain melakukan salah satu dari 10 pelanggaran berikut terhadap lawan dengan cara yang dianggap sembrono (reckless), ceroboh (careless), atau menggunakan kekuatan berlebihan (excessive force):
- Menendang atau mencoba menendang lawan.
- Menjegal (tripping) atau mencoba menjegal lawan.
- Melompati lawan.
- Menyerang lawan.
- Memukul atau mencoba memukul lawan (termasuk menyikut).
- Mendorong lawan.
- Mencari kontak saat melakukan tekel.
- Memegang lawan.
- Meludahi lawan.
- Melakukan kontak fisik dengan ofisial pertandingan.
Pelanggaran Handsball (Handling the Ball)
Pelanggaran tangan (handsball) terjadi jika seorang pemain, selain penjaga gawang di area penaltinya, dengan sengaja menyentuh bola dengan tangan atau lengannya, termasuk gerakan yang memperbesar area tubuh secara tidak wajar. Namun, handsball yang terjadi saat bola secara langsung datang dari kepala atau tubuh sendiri, atau jika lengan berada dalam posisi alami, biasanya tidak dianggap pelanggaran, kecuali jika menghasilkan gol.
Gol yang Dibatalkan: Gol yang dicetak oleh tangan/lengan, bahkan secara tidak sengaja, harus dibatalkan. Gol yang dicetak segera setelah rekan setim mendapat keuntungan dari handsball yang tidak disengaja juga harus dibatalkan.
Sanksi Disiplin TBL
Jika salah satu dari pelanggaran TBL di atas terjadi di dalam area penalti tim yang bersalah, tendangan penalti diberikan.
Pelanggaran yang Dihukum TBT (Tendangan Bebas Tidak Langsung)
Tendangan bebas tidak langsung diberikan jika:
- Seorang penjaga gawang menguasai bola dengan tangan lebih dari enam detik.
- Penjaga gawang menyentuh bola dengan tangan setelah melepaskannya dan sebelum bola menyentuh pemain lain (dua sentuhan).
- Penjaga gawang menyentuh bola dengan tangan setelah bola ditendang kepadanya oleh rekan setim (back-pass rule).
- Seorang pemain menghalangi kemajuan lawan tanpa melakukan kontak fisik (impeding).
- Seorang pemain melakukan tindakan yang dianggap berbahaya oleh wasit (dangerous play), seperti menendang tinggi di dekat kepala lawan.
- Seorang pemain melakukan pelanggaran verbal (kata-kata menghina, dissent).
Sanksi Disiplin (Kartu Kuning dan Kartu Merah)
Peringatan (Kartu Kuning - YK)
Seorang pemain dikenakan kartu kuning jika ia melakukan salah satu pelanggaran yang dapat diperingatkan. Tujuh kategori utama pelanggaran YK adalah:
- Tingkah laku tidak sportif (Unsporting Behaviour).
- Ketidaksetujuan/Protes terhadap keputusan wasit (Dissent by word or action).
- Pelanggaran berulang (Persistent infringement of the Laws).
- Menunda dimulainya kembali permainan (Delaying the restart of play).
- Gagal menghormati jarak yang diwajibkan saat restart (Tendangan bebas/sudut/lemparan).
- Masuk, masuk kembali, atau sengaja meninggalkan lapangan tanpa izin wasit.
- Melepas kaus atau menutupi wajah saat perayaan gol.
Pengusiran (Kartu Merah - RK)
Seorang pemain dikeluarkan dari lapangan jika ia melakukan salah satu dari tujuh pelanggaran pengusiran:
- Pelanggaran Serius (Serious Foul Play): Biasanya tekel yang membahayakan keselamatan lawan atau menggunakan kekuatan berlebihan (misalnya, tekel dua kaki dari belakang).
- Tingkah Laku Keras (Violent Conduct): Agresi tanpa memperebutkan bola, seperti memukul atau meludahi lawan, rekan setim, ofisial, atau penonton.
- Meludahi lawan atau orang lain.
- Mencegah Tim Lawan Mencetak Gol atau Peluang Gol Jelas (DOGSO - Denial of an Obvious Goal Scoring Opportunity) dengan handsball (kecuali penjaga gawang di area penalti).
- DOGSO dengan pelanggaran yang dapat dihukum TBL.
- Menggunakan bahasa yang menyinggung, menghina, atau kasar.
- Menerima kartu kuning kedua dalam pertandingan yang sama.
Prinsip DOGSO vs. SPA (Stopping a Promising Attack): Wasit harus membedakan antara DOGSO (Kartu Merah) dan SPA (Kartu Kuning). DOGSO membutuhkan empat elemen: jarak ke gawang, arah umum permainan, peluang untuk mendapatkan kontrol bola, dan lokasi serta jumlah pemain bertahan. Jika pelanggaran terjadi di area penalti dan merupakan upaya untuk memainkan bola, sanksi dikurangi dari RK menjadi YK (Triple Punishment Reform).
Detail Mendalam: Penggunaan Kekuatan dan Keputusan Sembrono
Dalam konteks Hukum 12, wasit harus mengukur tingkat kekuatan yang digunakan pemain. Tindakan 'ceroboh' adalah ketika pemain menunjukkan kurangnya perhatian atau pertimbangan saat berinteraksi dengan lawan dan harus dihukum dengan TBL. Tindakan 'sembrono' adalah ketika pemain bertindak tanpa mengindahkan bahaya atau konsekuensi terhadap lawan dan harus dihukum dengan TBL DAN Kartu Kuning. Tindakan 'kekuatan berlebihan' adalah ketika pemain melampaui batas penggunaan kekuatan yang wajar dan membahayakan lawan, yang wajib dihukum dengan TBL DAN Kartu Merah.
Simulasi (Diving)
Setiap upaya pemain untuk menipu wasit dengan mensimulasikan cedera atau berpura-pura dilanggar untuk mendapatkan keuntungan (misalnya, tendangan bebas atau penalti) harus dihukum sebagai perilaku tidak sportif, yang berujung pada Kartu Kuning. Simulasi adalah salah satu bentuk perilaku tidak sportif yang paling sering terjadi dan diwajibkan untuk dikenakan sanksi disiplin.
Peran Penjaga Gawang di Area Penalti
Penjaga gawang memiliki hak istimewa untuk menggunakan tangan, namun dengan batasan ketat. Pelanggaran aturan back-pass (menerima bola dengan tangan dari tendangan sengaja rekan setimnya) atau aturan enam detik menghasilkan TBT, bukan tendangan penalti, karena pelanggaran teknis ini tidak melibatkan kontak fisik atau menghalangi peluang mencetak gol lawan.
Hukum 13: Tendangan Bebas (Free Kicks)
Tendangan bebas dapat berupa langsung (TBL) atau tidak langsung (TBT). Perbedaan utamanya adalah apakah gol dapat dicetak secara langsung dari tendangan tersebut.
Prosedur Umum
Saat tendangan bebas dilakukan, bola harus diam. Semua pemain lawan harus berada minimal 9,15 meter dari bola sampai bola dalam permainan. Jika tendangan diambil dari dalam area penalti tim bertahan, semua lawan harus berada di luar area penalti dan 9,15 meter dari bola.
Tembok Pemain (Wall)
Jika tiga atau lebih pemain bertahan membentuk 'tembok', pemain penyerang dilarang berada dalam jarak 1 meter dari tembok tersebut. Jika pemain penyerang melanggar aturan ini, wasit memberikan TBT kepada tim bertahan.
Tendangan Bebas Langsung (TBL)
Gol dapat dicetak langsung dari tendangan bebas langsung, tetapi hanya melawan tim lawan. Jika TBL langsung masuk ke gawang sendiri tanpa disentuh pemain lain, yang diberikan adalah tendangan sudut untuk tim lawan.
Tendangan Bebas Tidak Langsung (TBT)
Gol hanya dapat dicetak dari TBT jika bola menyentuh pemain lain (dari tim mana pun) sebelum masuk ke gawang. Wasit harus menunjukkan TBT dengan mengangkat tangannya di atas kepala. Ia harus mempertahankan posisi tangan tersebut hingga tendangan dilakukan dan bola telah disentuh oleh pemain lain atau telah keluar dari permainan.
Hukum 14: Tendangan Penalti (The Penalty Kick)
Tendangan penalti diberikan untuk setiap pelanggaran yang dihukum TBL yang terjadi di dalam area penalti tim yang bersalah.
Prosedur Pengambilan Penalti
Tendangan penalti harus diambil dari titik penalti. Hanya pengambil penalti dan penjaga gawang lawan yang boleh berada di area penalti. Semua pemain lain harus berada:
- Di luar area penalti.
- Di belakang titik penalti.
- Setidaknya 9,15 meter (di luar busur penalti).
Penjaga gawang harus tetap berada di garis gawang, menghadap pengambil penalti, tanpa menyentuh tiang, mistar, atau jaring gawang, hingga bola ditendang. Penjaga gawang diizinkan bergerak ke samping, tetapi setidaknya satu bagian dari kakinya harus menyentuh garis atau sejajar dengan garis saat tendangan dilakukan.
Pelanggaran Selama Penalti
Jika pemain bertahan (termasuk kiper) melanggar dan gol tidak terjadi, tendangan diulang. Jika pemain menyerang (selain penendang) melanggar dan gol terjadi, tendangan diulang. Jika penendang melanggar (misalnya, melakukan 'feint' ilegal setelah menyelesaikan lari) dan gol terjadi, tendangan dibatalkan, dan diberikan TBT kepada tim bertahan.
Hukum 15: Lemparan Ke Dalam (The Throw-in)
Lemparan ke dalam adalah cara untuk memulai kembali permainan ketika bola telah sepenuhnya melewati garis samping. Gol tidak dapat dicetak secara langsung dari lemparan ke dalam.
Prosedur
Pemain yang melakukan lemparan harus:
- Menghadap lapangan permainan.
- Memiliki sebagian dari kedua kaki di garis samping atau di luar garis samping (di luar lapangan).
- Menggunakan kedua tangan untuk melempar bola dari belakang dan di atas kepala.
- Melempar bola dari tempat bola keluar dari lapangan.
Pemain lawan harus menjaga jarak minimal 2 meter dari titik lemparan ke dalam.
Pelanggaran Lemparan ke Dalam
Jika pemain melakukan lemparan ke dalam yang tidak benar (misalnya, hanya menggunakan satu tangan, atau kaki terangkat penuh), hak lemparan beralih ke tim lawan. Jika pemain yang melakukan lemparan menyentuh bola lagi sebelum bola menyentuh pemain lain, diberikan TBT kepada tim lawan.
Hukum 16: Tendangan Gawang (The Goal Kick)
Tendangan gawang diberikan ketika seluruh bola, terakhir disentuh oleh pemain tim penyerang, melewati garis gawang dan gol tidak tercipta.
Prosedur
Tendangan gawang dilakukan dari titik mana pun di dalam area gawang. Pemain lawan harus berada di luar area penalti tim yang melakukan tendangan sampai bola dalam permainan.
Aturan Kunci: Bola berada dalam permainan segera setelah ditendang dan bergerak jelas, dan tidak harus meninggalkan area penalti. Ini merupakan revisi signifikan yang mempercepat permainan dan mengurangi tekanan terhadap bek.
Gol dapat dicetak langsung dari tendangan gawang, tetapi hanya melawan tim lawan. Jika bola masuk ke gawang sendiri, tendangan sudut diberikan kepada lawan.
Hukum 17: Tendangan Sudut (The Corner Kick)
Tendangan sudut diberikan ketika seluruh bola, terakhir disentuh oleh pemain tim bertahan, melewati garis gawang dan gol tidak tercipta.
Prosedur
Tendangan sudut dilakukan dari dalam busur sudut terdekat dengan titik di mana bola melewati garis gawang. Bendera sudut tidak boleh dipindahkan. Pemain lawan harus menjaga jarak minimal 9,15 meter dari busur sudut sampai bola dalam permainan.
Gol dapat dicetak langsung dari tendangan sudut melawan tim lawan.
Protokol Tambahan dan Pedoman IFAB
Selain 17 Hukum Permainan utama, IFAB juga mengeluarkan berbagai protokol dan pedoman yang sangat mendetail mengenai penafsiran dan penerapan aturan dalam situasi modern, terutama terkait teknologi dan penanganan cedera.
Protokol Asisten Wasit Video (VAR)
VAR adalah sistem pendukung keputusan yang hanya digunakan untuk membenarkan kesalahan yang jelas dan nyata (clear and obvious errors) atau insiden serius yang terlewatkan (serious missed incidents) dalam empat situasi pengubah pertandingan:
- Gol (dan pelanggaran yang mengarah ke gol).
- Insiden penalti (diberikan atau tidak diberikan).
- Kartu merah langsung (bukan kartu kuning kedua).
- Kesalahan identitas (wasit memberikan sanksi kepada pemain yang salah).
Protokol VAR sangat menekankan pada filosofi ‘intervensi minimum, manfaat maksimum’. Wasit di lapangan membuat keputusan akhir setelah meninjau insiden di monitor pinggir lapangan (Review Area - ROA), atau setelah menerima informasi dari VAR (VAR-Only Review).
Penanganan Cedera Kepala dan Gegar Otak
IFAB telah memperkenalkan pedoman ketat mengenai cedera kepala. Jika seorang pemain dicurigai mengalami gegar otak, ia harus segera dikeluarkan dari lapangan untuk dievaluasi oleh staf medis tim. Protokol penggantian pemain tambahan (Concussion Substitution) kini diizinkan di beberapa kompetisi untuk melindungi kesehatan pemain, memungkinkan tim mengganti pemain yang cedera kepala tanpa menggunakan jatah pergantian standar mereka.
Tindakan Disiplin Terhadap Ofisial Tim
Sejak perubahan peraturan, ofisial tim (pelatih, manajer, staf medis) dapat dikenakan kartu kuning dan kartu merah karena pelanggaran disipliner di area teknis. Jika ofisial yang bersalah tidak dapat diidentifikasi (misalnya, protes massal dari bangku cadangan), pelatih kepala di area teknis akan menerima sanksi disiplin.
Peraturan Khusus Bola Sentuhan Tangan (Handsball)
Interpretasi handsball terus disempurnakan. Penekanan diletakkan pada posisi tangan/lengan yang 'tidak wajar' – yaitu posisi yang tidak secara langsung terkait dengan pergerakan tubuh pemain. Jika lengan ditarik ke samping atau di atas bahu, itu dianggap sebagai posisi yang meningkatkan risiko sentuhan bola dan umumnya dihukum. Sentuhan bola di bawah ketiak (area bahu) dianggap sah, bukan handsball.
Membuang Waktu yang Disengaja
Wasit memiliki mandat yang lebih kuat untuk menambahkan waktu tambahan secara akurat. Penekanan diletakkan pada menghitung waktu yang hilang untuk selebrasi gol, yang seringkali menjadi salah satu penyebab terbesar penundaan di pertandingan modern. Pemain yang sengaja menunda permainan (misalnya, menendang bola jauh saat lawan mendapat tendangan bebas) wajib dikenakan kartu kuning.
Kesimpulan Peraturan
Pemahaman menyeluruh terhadap Hukum Permainan ini menunjukkan bahwa sepak bola adalah olahraga yang dinamis dan membutuhkan interpretasi yang cermat dari wasit. Setiap hukum saling terkait, dan penerapan yang konsisten adalah kunci untuk menjaga keadilan permainan. Dari dimensi lapangan yang presisi (Hukum 1) hingga nuansa kompleks dari offside dan pelanggaran disiplin (Hukum 11 dan 12), setiap pasal dirancang untuk mendorong persaingan yang sehat, keterampilan atletik, dan penghormatan terhadap lawan.
Evolusi berkelanjutan dari peraturan, terutama yang didorong oleh IFAB melalui adaptasi terhadap teknologi seperti VAR, bertujuan untuk meminimalkan kontroversi dan memastikan bahwa hasil pertandingan selalu ditentukan oleh keahlian dan kerja keras para pemain, bukan oleh kesalahan manusia yang mendasar dalam penerapan hukum.
Kepatuhan terhadap peraturan peraturan sepak bola adalah fondasi di mana olahraga ini berdiri, dan kesadaran akan detail-detail ini memungkinkan apresiasi yang lebih dalam terhadap keindahan dan kejujuran permainan.