Peraturan Main Badminton Komprehensif Sesuai Standar BWF
Badminton, atau yang dikenal sebagai bulutangkis, adalah olahraga raket yang dimainkan dengan kok (shuttlecock) melintasi jaring yang membagi dua wilayah lapangan. Untuk memastikan permainan yang adil dan konsisten di seluruh dunia, Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) menetapkan seperangkat peraturan yang sangat rinci. Pemahaman mendalam terhadap peraturan ini tidak hanya penting bagi atlet profesional, tetapi juga bagi wasit, pelatih, dan penggemar agar dapat mengapresiasi kompleksitas strategis dan teknis olahraga ini.
I. Lapangan dan Peralatan Standar
Integritas permainan sangat bergantung pada standar baku lapangan dan peralatan yang digunakan. Setiap deviasi dari spesifikasi BWF dapat mempengaruhi kualitas dan keadilan pertandingan.
1. Spesifikasi Lapangan Bulutangkis
Ilustrasi skema lapangan bulutangkis yang menunjukkan garis batas luar, garis servis pendek, garis tengah, dan garis servis panjang ganda.
Lapangan harus berbentuk persegi panjang dan ditandai dengan garis lebar 40 milimeter, idealnya berwarna putih atau kuning agar kontras dengan warna lantai. Dimensi lapangan adalah sebagai berikut:
Panjang Total: 13.40 meter (44 kaki).
Lebar Total: 6.10 meter (20 kaki) untuk pertandingan ganda.
Lebar Pertandingan Tunggal: 5.18 meter (17 kaki). Garis samping yang digunakan dalam tunggal adalah garis samping bagian dalam.
Garis Servis Pendek: Berjarak 1.98 meter (6 kaki 6 inci) dari net. Kok harus jatuh melewati garis ini saat servis.
Garis Servis Panjang (Tunggal): Garis belakang lapangan (0.76 meter dari garis belakang ganda).
Garis Servis Panjang (Ganda): Berjarak 0.76 meter (2 kaki 6 inci) dari garis belakang lapangan.
Tiang Net: Tiang harus berdiri tegak lurus pada garis batas ganda, terlepas dari apakah pertandingan tersebut adalah tunggal atau ganda.
2. Net dan Tiang
Net harus dibuat dari tali halus berwarna gelap, dengan ketebalan jaring yang seragam, dan harus diikatkan pada tiang dengan kokoh. Tiang net harus memiliki tinggi 1.55 meter dari permukaan lapangan. Bagian atas net harus dihiasi dengan pita putih berukuran 75 milimeter yang dilipat di atas tali atau kabel penopang. Di bagian tengah lapangan, ketinggian net harus tepat 1.524 meter dari permukaan lantai. Kesenjangan kecil 0.026 meter antara ketinggian di tiang dan di tengah ini diperlukan untuk memastikan net memiliki sedikit kemiringan (sag) alami.
3. Shuttlecock (Kok)
Gambaran kok bulutangkis, menunjukkan kepala gabus dan susunan bulu.
Kok dapat terbuat dari bahan alami (bulu) atau sintetis. Kok yang sering digunakan dalam turnamen BWF adalah yang terbuat dari bulu angsa atau bebek. Standar spesifik kok mencakup:
Bulu: Harus ada 16 bulu yang menempel pada kepala gabus.
Panjang Bulu: Panjang bulu harus seragam, berkisar antara 62 mm hingga 70 mm.
Diameter Kepala Gabus: Kepala gabus harus memiliki diameter 25 mm hingga 28 mm dan harus membulat.
Uji Kecepatan: Kok harus diuji sebelum pertandingan. Pemain memukul kok dengan pukulan penuh (underhand) dari garis belakang, dan kok harus mendarat antara 530 mm hingga 990 mm dari garis belakang lawan.
4. Raket
Meskipun raket modern terbuat dari material canggih seperti serat karbon, ada batasan ketat yang ditetapkan BWF mengenai desain fisik raket untuk memastikan tidak adanya keunggulan yang tidak adil. Spesifikasi utamanya adalah:
Panjang Total Maksimum: 680 mm.
Lebar Total Maksimum: 230 mm.
Area Senar (Stringed Area): Area senar harus rata dan luasnya tidak boleh melebihi 280 mm panjang dan 220 mm lebar. Pola senar harus seragam dan tidak terlalu renggang, terutama di area tengah (sweet spot).
Aksesori: Raket tidak boleh memiliki benda atau proyeksi yang melekat padanya selain yang secara khusus digunakan untuk membatasi atau mencegah keausan atau getaran (misalnya, pita pegangan atau peredam getaran kecil).
II. Sistem Skor dan Format Pertandingan
BWF menggunakan sistem skor reli (Rally Point System) yang diadopsi secara universal, menjamin bahwa setiap servis yang dimenangkan menghasilkan poin, membuat pertandingan lebih dinamis dan cepat.
1. Sistem Reli 21 Poin
Sebuah pertandingan dimainkan dalam format 'Best of Three Games', yang berarti pemain atau pasangan yang memenangkan dua game (set) terlebih dahulu adalah pemenang pertandingan.
Poin Kemenangan: Game dimenangkan oleh pemain yang mencapai 21 poin terlebih dahulu.
Keunggulan Dua Poin (Deuce): Jika skor mencapai 20 sama (20-20), permainan berlanjut. Pemenang adalah yang berhasil mendapatkan keunggulan dua poin (misalnya, 22-20, 23-21).
Batas Skor Maksimal: Jika permainan terus berlanjut hingga skor 29 sama (29-29), poin berikutnya (poin ke-30) akan menentukan pemenang game tersebut (skor menjadi 30-29). Tidak ada keharusan keunggulan dua poin setelah skor 29-29.
2. Urutan Servis dan Perpindahan Sisi
Pemain harus pindah sisi (lapangan) pada kondisi-kondisi berikut:
Setelah game pertama berakhir.
Sebelum game penentuan (game ketiga) dimulai.
Pada game ketiga, ketika skor pemimpin mencapai 11 poin. Pergantian sisi di tengah game ketiga ini seringkali menjadi momen strategis krusial.
Kegagalan untuk berganti sisi pada waktu yang ditentukan dianggap sebagai pelanggaran. Jika hal ini diketahui setelah terjadi pukulan, maka kesalahan harus diperbaiki segera setelah kok tidak dalam permainan, dan skor yang telah diperoleh akan tetap berlaku.
III. Peraturan Servis (The Cornerstone of Play)
Servis adalah salah satu peraturan paling ketat dan paling sering diperiksa dalam badminton. Integritas servis sangat penting untuk memastikan pertandingan dimulai secara adil dan tidak memberikan keuntungan yang tidak semestinya kepada pihak yang melakukan servis.
1. Syarat Utama Servis yang Sah
Ketika servis dilakukan, baik server maupun receiver harus berdiri di dalam kotak servis diagonal tanpa menyentuh garis batas kotak tersebut. Kaki server dan receiver harus tetap bersentuhan dengan permukaan lapangan sejak awal servis hingga pukulan selesai dilakukan.
Aturan Ketinggian Maksimal (The 1.15 Meter Rule)
Sejak perubahan peraturan BWF, momen benturan raket dengan kok harus terjadi di bawah ketinggian 1.15 meter dari permukaan lapangan. Wasit biasanya menggunakan alat pengukur khusus untuk memverifikasi ketinggian ini, terutama di turnamen tingkat atas.
Detail Teknis Pelaksanaan Servis
Gerakan Raket: Gerakan raket harus terus menerus (uninterrupted) ke depan sejak dimulainya servis hingga benturan dengan kok. Gerakan raket ke belakang yang berlebihan setelah dimulainya servis dianggap sebagai pelanggaran (feinting).
Kepala Raket: Seluruh kepala raket harus terlihat jelas di bawah tangan server pada saat kok dipukul.
Batang Raket: Batang raket (shaft) harus mengarah ke bawah, sedemikian rupa sehingga seluruh kepala raket jelas di bawah tangan server.
Kok Dijatuhkan: Server harus menjatuhkan kok tanpa jeda sebelum memukulnya. Pelepasan yang disengaja dan berulang kali untuk mengganggu ritme dianggap pelanggaran.
2. Urutan Servis dalam Pertandingan Tunggal
Dalam pertandingan tunggal, posisi servis (kiri atau kanan) ditentukan oleh skor server:
Skor Genap (0, 2, 4, ...): Server melakukan servis dari kotak servis kanan.
Skor Ganjil (1, 3, 5, ...): Server melakukan servis dari kotak servis kiri.
Pemenang Game: Pemenang game sebelumnya akan menjadi yang pertama melakukan servis pada game berikutnya.
3. Urutan Servis dalam Pertandingan Ganda
Aturan ganda lebih kompleks karena melibatkan empat pemain. Pemosisian kotak servis ditentukan oleh skor server, dan ada aturan ketat tentang siapa yang menerima kok.
Pasangan Servis: Hanya pemain di kotak servis yang benar (sesuai skor) yang boleh melakukan servis, dan hanya pemain di kotak servis yang benar (secara diagonal) yang boleh menerima servis.
Perpindahan Kotak: Pasangan hanya berpindah kotak servis mereka (server dan pasangannya) jika mereka memenangkan poin ketika merekalah yang melakukan servis (berarti mereka mempertahankan servis).
Tidak Ada Pergantian Penerima: Pemain yang menerima servis pada game tersebut akan tetap berada di kotak yang sama hingga pasangannya memenangkan poin saat mereka menjadi server.
Awal Game: Pada awal game, dan kapan pun skor genap, servis dilakukan dari kotak kanan. Jika skor ganjil, servis dilakukan dari kotak kiri.
Kesalahan Urutan (Service Court Error): Jika seorang pemain melakukan servis atau menerima servis dari kotak yang salah, dan kesalahan ini terdeteksi sebelum servis berikutnya dilakukan, maka 'Let' (ulangan) harus dipanggil, kecuali jika hanya satu pihak yang melakukan kesalahan dan kalah dalam reli tersebut. Jika kesalahan tidak diperbaiki sebelum servis berikutnya, permainan berlanjut, dan posisi servis yang salah menjadi posisi yang sah.
IV. Pelanggaran (Faults) yang Menghentikan Permainan
Pelanggaran adalah hal-hal yang dapat menghentikan reli secara instan dan mengakibatkan poin diberikan kepada lawan. BWF mengkategorikan pelanggaran menjadi beberapa jenis, mulai dari pelanggaran teknis saat servis hingga pelanggaran fisik selama reli berlangsung.
1. Pelanggaran Servis Khusus
Selain aturan 1.15 meter yang disebutkan di atas, hal-hal berikut merupakan pelanggaran saat servis:
Server gagal memukul dasar kok.
Kok tertahan di senar raket server atau raket menggandeng kok saat servis (carrying the shuttle).
Kaki server atau receiver tidak berada di dalam batas kotak servis, atau salah satu kaki terangkat dari lantai sebelum servis selesai.
Server melakukan servis sebelum receiver siap. Namun, jika receiver mencoba mengembalikan kok, ia dianggap siap.
2. Pelanggaran Umum Selama Permainan Berlangsung
Pelanggaran umum terjadi ketika kok 'in play' (sedang dalam reli):
Kok jatuh di luar batas lapangan (garis dianggap 'in').
Kok melewati atau di bawah net.
Kok menyentuh langit-langit atau dinding samping (jika lapangan berada di dalam ruangan).
Pemain menyentuh net atau tiang penyangga net dengan raket, tubuh, atau pakaian mereka saat kok sedang dalam permainan.
Pemain mencapai area lawan di atas net untuk memukul kok (kecuali pada pukulan lanjutan setelah kok sudah berada di sisi pemain yang memukul).
Kok dipukul dua kali secara berturut-turut oleh pemain yang sama atau oleh satu pasangan (ganda) sebelum melewati net.
Kok tertahan dan terseret di raket saat dipukul.
Pemain secara sengaja mengganggu lawan (menghalangi pandangan, berteriak, atau membuat gerakan yang mengganggu).
Pengecualian: Pelanggaran Kontak Fisik dengan Net
Penting untuk dicatat bahwa sentuhan net adalah pelanggaran hanya jika kok masih dalam permainan. Jika kok sudah jatuh di lantai atau permainan dihentikan, sentuhan net tidak dihitung sebagai pelanggaran, meskipun perilaku ini tetap harus dihindari untuk menjaga etika. Namun, jika sentuhan net terjadi setelah kok jatuh, dan bertujuan untuk menghambat lawan (misalnya, menjangkau melewati net setelah reli usai), wasit dapat memberikan teguran atas perilaku tidak sportif.
V. Situasi Khusus: Let (Ulangan) dan Penghentian
'Let' adalah situasi yang memerlukan ulangan servis atau penghentian reli, tanpa perubahan skor, karena adanya gangguan yang tidak disengaja atau situasi ambigu yang tercakup dalam peraturan BWF.
1. Kapan 'Let' Dipanggil?
Wasit harus memanggil 'Let' pada situasi-situasi tertentu:
Server melakukan servis sebelum receiver siap, dan receiver tidak berusaha mengembalikan kok.
Kok tersangkut di net (setelah melewati net) saat servis, asalkan kok tidak jatuh ke lantai.
Saat servis, receiver dan server sama-sama melakukan pelanggaran secara simultan (meskipun kasus ini jarang terjadi).
Adanya gangguan tak terduga dari luar, seperti kok dari lapangan sebelah masuk ke lapangan permainan, atau penonton yang mengganggu.
Hakim garis tidak dapat melihat jatuhnya kok, dan wasit tidak yakin (terjadi "miss call" atau "no call").
Situasi di mana kok menyentuh tali penopang di atas jaring dan tergantung di sana (meskipun ini sangat jarang terjadi).
2. Kontinuitas Permainan dan Penundaan
Permainan harus bersifat berkelanjutan (continuous) dari servis pertama hingga pertandingan selesai, kecuali untuk istirahat yang diizinkan.
Jeda Internal: Terdapat jeda maksimum 60 detik ketika skor mencapai 11 poin di setiap game.
Jeda Antar Game: Terdapat jeda maksimum 120 detik antara game pertama dan kedua, serta antara game kedua dan game ketiga.
Penundaan Berlebihan (Undue Delay): Wasit memiliki hak untuk memperingatkan pemain atau pasangan yang secara sengaja menunda permainan, baik dengan menunda servis, membuang waktu, atau meminta pergantian kok secara berlebihan tanpa alasan yang jelas. Hukuman dapat berupa teguran, pelanggaran, hingga diskualifikasi dalam kasus ekstrem.
VI. Peraturan Khusus Pertandingan Ganda
Pertandingan ganda (Pria, Wanita, atau Campuran) memiliki dimensi lapangan yang sedikit berbeda (garis samping luar digunakan, tetapi garis servis panjang dalam digunakan), dan rotasi yang unik.
1. Posisi Lapangan dan Rotasi
Dalam ganda, posisi pemain di lapangan sangat strategis dan ditentukan oleh siapa yang terakhir kali melakukan servis dan siapa yang terakhir kali menerima servis, bukan oleh posisi fisik mereka saat memenangkan poin.
Pemain yang terakhir melakukan servis akan tetap berada di kotak servis mereka, sampai mereka memenangkan poin ketika merekalah yang melakukan servis.
Hanya ada dua posisi penerima servis yang sah: yang menerima servis sebelumnya, dan pasangannya (jika terjadi pergantian servis).
Satu-satunya waktu pasangan berpindah kotak servis adalah ketika mereka, sebagai server, memenangkan poin dan mempertahankan servis.
Contoh Rotasi Ganda: Pasangan A dan B (skor 4-3, A servis dari kanan). A memenangkan poin. Skor 5-3. A dan B tetap melakukan servis, tetapi sekarang A berpindah ke kiri (karena skor ganjil) dan B tetap di kanan. Mereka berpindah posisi di lapangan, tetapi tugas servis tetap pada A. Pasangan C dan D tidak berpindah posisi.
2. Ganda Campuran (Mixed Doubles)
Aturan servis dan perpindahan lapangan sama dengan ganda biasa. Namun, strategi dan penempatan pemain cenderung lebih spesifik:
Dalam ganda campuran, seringkali pemain pria berada di belakang untuk melakukan serangan, sementara pemain wanita berada di depan untuk menjaga net, meskipun ini adalah taktik, bukan aturan.
Peraturan BWF tidak membedakan aturan dasar antara ganda campuran, ganda putra, atau ganda putri; perbedaan hanya terletak pada posisi awal servis yang ditentukan oleh gender di beberapa liga yang lebih rendah, namun di tingkat BWF, aturannya seragam.
VII. Pelanggaran Perilaku dan Administrasi (Code of Conduct)
BWF juga menetapkan aturan ketat mengenai perilaku pemain, yang ditujukan untuk menjaga sportivitas dan profesionalisme olahraga.
1. Penyalahgunaan dan Perilaku Tidak Sopan
Pemain dilarang melakukan tindakan yang dapat dianggap ofensif atau tidak sportif, termasuk:
Penyalahgunaan fisik atau verbal terhadap lawan, ofisial, atau penonton.
Merusak peralatan secara sengaja (misalnya melempar raket).
Secara berlebihan dan sengaja menunda permainan.
Mengubah bentuk kok secara ilegal untuk mempengaruhi aerodinamikanya.
Menerima instruksi atau saran dari pelatih saat kok sedang dalam permainan. Pelatih hanya boleh memberikan instruksi saat jeda (interval 11 poin atau antar game).
2. Prosedur Hukuman
Wasit memiliki kewenangan untuk memberikan hukuman berdasarkan tingkat keparahan pelanggaran:
Peringatan (Warning): Untuk pelanggaran ringan atau penundaan pertama. Diberi kartu kuning.
Kesalahan (Fault): Untuk pelanggaran kedua atau pelanggaran sedang. Diberi kartu merah. Pelanggaran ini mengakibatkan poin diberikan kepada lawan.
Diskualifikasi (Disqualification): Untuk pelanggaran berulang yang serius atau perilaku tidak sportif yang ekstrem. Diberi kartu hitam. Pemain atau pasangan dikeluarkan dari turnamen.
VIII. Interpretasi Mendalam Peraturan BWF (The Technical Nuances)
Untuk mencapai pemahaman komprehensif, penting untuk menggali interpretasi teknis yang sering luput dari perhatian, yang merupakan fokus utama dalam pelatihan wasit dan ofisial.
1. Definisi "Stroke" dan "Hit"
Dalam peraturan BWF, ada perbedaan halus antara 'stroke' dan 'hit':
Hit (Pukulan): Tindakan memukul kok. Aturan membatasi hanya satu 'hit' per sisi. Pelanggaran terjadi jika seorang pemain memukul kok dua kali dalam satu ayunan atau jika raket dan tangan menyentuh kok secara terpisah.
Stroke (Ayunan): Merujuk pada keseluruhan gerakan raket. Saat servis, gerakan raket harus ke depan secara berkesinambungan (satu stroke). Jika ada gerakan mengayun maju yang diselingi jeda, ini dapat dianggap sebagai 'feint' (gerakan tipuan ilegal) dan merupakan pelanggaran.
Interpretasi mengenai 'carrying' atau 'slinging' (menggandeng/menggelayutkan kok) sangat ketat. Ini terjadi ketika kok tidak dipukul secara bersih, melainkan tertahan sesaat di senar raket lalu dilempar. Jika pukulan dilakukan dengan jelas menyentuh senar raket, itu sah. Namun, jika senar sangat kendor atau pukulan dilakukan secara menyamping, wasit dapat menilai bahwa kok 'dipegang' sesaat, yang merupakan pelanggaran.
2. Aturan Mengenai Pakaian dan Iklan
Dalam turnamen resmi BWF, terdapat aturan ketat mengenai pakaian yang digunakan. Pakaian harus memungkinkan pemain untuk bergerak tanpa hambatan dan harus disetujui secara visual oleh wasit. Iklan pada pakaian dan raket diatur oleh pedoman BWF untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan tidak menyinggung dan ukurannya tidak melebihi batas yang ditentukan (misalnya, logo BWF harus terlihat jelas, dan ukuran logo sponsor tidak boleh mendominasi).
3. Prosedur Pengujian Kok dan Penggantian
Sebelum pertandingan, kok diuji untuk memastikan kecepatannya (tes voli). Selama pertandingan, jika kok rusak (bulu patah atau kepala terpisah), wasit harus segera menghentikan reli. Kok yang rusak harus diganti dengan kok yang sudah diuji sebelumnya. Pemain dilarang mencoba memperbaiki kok di tengah reli, meskipun terkadang mereka secara refleks meluruskan bulu yang bengkok saat kok tidak digunakan. Permintaan penggantian kok harus diajukan melalui wasit, dan pemain dilarang membuang kok bekas secara sembarangan.
Interpretasi Kok Rusak vs. Keausan Biasa
Wasit harus membedakan antara kok yang memang rusak dan tidak dapat dimainkan (yang memerlukan penggantian segera) dan kok yang hanya menunjukkan keausan wajar. Jika kok hanya melambat sedikit karena keausan, tetapi masih utuh, wasit dapat memutuskan untuk terus bermain. Keputusan ini sering kali menjadi subjek perdebatan, tetapi kriteria utamanya adalah apakah kok dapat terbang secara normal dan stabil.
IX. Peran Ofisial Pertandingan (Wasit, Umpire, dan Hakim Garis)
Keberhasilan dan keadilan pertandingan sangat bergantung pada ofisial yang menjalankan peraturan dengan integritas dan ketepatan.
1. Tugas Wasit (Umpire)
Wasit adalah otoritas tertinggi di lapangan selama pertandingan. Tugas utamanya meliputi:
Menegakkan semua Peraturan BWF.
Memastikan semua kondisi lapangan, peralatan, dan pencahayaan memadai sebelum dan selama pertandingan.
Memanggil skor (terutama setelah sistem reli) dan memastikan kedua pemain menyetujuinya.
Mencatat semua insiden dan melaporkannya kepada Referee (Pengawas Pertandingan).
Membuat keputusan atas setiap banding yang diajukan oleh pemain mengenai keputusan hakim garis atau hal-hal lain yang berhubungan dengan permainan.
Mengeluarkan peringatan atau hukuman atas perilaku tidak sportif.
Mendeklarasikan 'Let' atau 'Fault' yang tidak dilihat oleh hakim garis (seperti pelanggaran servis 1.15m).
2. Tugas Referee (Pengawas Pertandingan)
Referee adalah otoritas final dalam turnamen yang bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya kompetisi. Wasit lapangan dapat berkonsultasi dengan Referee mengenai masalah interpretasi peraturan yang kompleks, terutama yang melibatkan penalti dan diskualifikasi.
3. Tugas Hakim Garis (Lines Judges)
Hakim garis bertanggung jawab penuh untuk menentukan apakah kok jatuh di dalam ('In') atau di luar ('Out') garis yang mereka awasi. Keputusan mereka adalah final, meskipun wasit dapat membatalkannya hanya jika wasit yakin 100% bahwa hakim garis membuat kesalahan yang jelas.
Hakim garis harus menggunakan sinyal visual yang jelas (menunjuk garis untuk 'In', tangan terbuka untuk 'Out') dan sinyal verbal yang tegas. Dalam turnamen besar, biasanya digunakan sistem Hawkeye atau teknologi peninjauan elektronik untuk memverifikasi keputusan, namun hakim garis tetap menjadi otoritas pertama.
X. Isu Kesehatan dan Cedera
Peraturan BWF mencakup protokol khusus untuk mengatasi masalah kesehatan, cedera, dan darah di lapangan, memastikan keselamatan pemain dan kontinuitas permainan.
1. Protokol Cedera
Jika pemain cedera, wasit akan memberikan waktu yang dianggap wajar untuk pemulihan. Aturan ini sangat ketat:
Waktu pemulihan medis hanya diberikan jika cedera terjadi karena keadaan yang tidak terduga di lapangan, bukan cedera yang diperparah oleh permainan itu sendiri (misalnya, kram).
Tidak ada waktu tambahan yang diizinkan untuk kram atau kelelahan. Pemain harus melanjutkan permainan atau mengundurkan diri.
Jika pemain mengalami pendarahan, permainan harus segera dihentikan. Pemain harus meninggalkan lapangan untuk membersihkan luka dan mengganti pakaian yang terkena darah. Wasit memiliki wewenang untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk perawatan ini.
2. Prosedur Pengunduran Diri (Retirement)
Jika seorang pemain tidak dapat melanjutkan permainan karena cedera atau alasan lain, mereka harus mengundurkan diri, dan lawan dinyatakan sebagai pemenang pertandingan. Keputusan ini bersifat final dan tidak dapat ditarik kembali setelah diumumkan.
XI. Etika dan Sportivitas
Meskipun bukan peraturan teknis, BWF menekankan pentingnya etika dan sportivitas (Fair Play), yang menjadi dasar moral untuk menegakkan semua aturan teknis.
Menghormati Ofisial: Pemain harus menerima keputusan wasit dan hakim garis tanpa argumentasi yang berlebihan atau berlarut-larut.
Pengakuan Poin: Pemain didorong untuk mengakui jika mereka menyentuh kok dua kali atau melakukan pelanggaran servis kecil yang mungkin luput dari pengamatan wasit, meskipun ini jarang terjadi di tingkat profesional.
Tujuan Permainan: Inti dari peraturan ini adalah untuk memastikan bahwa kemenangan dicapai melalui keterampilan, taktik, dan kondisi fisik, bukan melalui manipulasi aturan atau perilaku tidak sportif.
Keseluruhan set peraturan ini mencerminkan upaya BWF untuk mempertahankan permainan badminton sebagai olahraga yang cepat, menantang, dan adil, di mana kemampuan atletlah yang menjadi penentu utama kemenangan.