Olahraga handball, atau bola tangan, adalah salah satu disiplin tim tercepat dan paling dinamis di dunia. Kecepatannya yang ekstrem, dikombinasikan dengan kebutuhan akan keterampilan teknis yang tinggi dan kontak fisik yang intens, diatur oleh serangkaian peraturan yang ketat dan terperinci. Memahami regulasi ini secara mendalam sangat penting tidak hanya bagi pemain dan pelatih, tetapi juga bagi wasit dan penggemar untuk mengapresiasi keindahan taktis permainan.
Dokumen ini menyajikan kajian mendalam mengenai seluruh korpus peraturan handball resmi yang ditetapkan oleh Federasi Bola Tangan Internasional (IHF), meliputi dimensi lapangan, durasi pertandingan, interaksi pemain dengan bola, pelanggaran, hingga sistem hukuman progresif yang kompleks.
Peraturan mendasar handball dimulai dengan spesifikasi lingkungan bermain dan elemen inti yang digunakan dalam pertandingan.
Lapangan handball berbentuk persegi panjang dengan ukuran yang sangat spesifik: panjang 40 meter dan lebar 20 meter. Lapangan dibagi dua oleh garis tengah. Semua garis penanda adalah bagian integral dari zona yang mereka definisikan, dan harus memiliki lebar 5 sentimeter, kecuali garis gawang yang memiliki lebar 8 sentimeter.
Area yang paling vital adalah Area Gawang, sering disebut sebagai ‘zona D’ atau ‘area 6 meter’. Zona ini ditandai oleh garis gawang (6 meter) yang diukur dari bagian belakang tiang gawang. Zona ini hanya boleh dimasuki oleh penjaga gawang dari tim bertahan. Pemain lapangan (baik menyerang maupun bertahan) melanggar peraturan jika menginjak atau melewati garis 6 meter ke dalam zona tersebut saat memiliki atau mengejar bola, kecuali setelah melepaskan tembakan (saat melompat) dan mendarat di area tersebut, asalkan tembakan telah dilepaskan sebelum menyentuh tanah.
Garis lemparan bebas (free-throw line) adalah garis putus-putus yang berada 9 meter dari gawang. Garis ini berperan krusial dalam eksekusi hukuman, menentukan di mana pemain harus berdiri saat lemparan bebas diberikan.
Garis 7 meter adalah garis pendek yang digunakan untuk eksekusi hukuman penalti (setara dengan penalti dalam sepak bola). Garis pergantian pemain (substitute line) adalah segmen garis tengah yang diperuntukkan bagi pemain cadangan untuk masuk dan keluar dari lapangan. Pergantian pemain harus selalu dilakukan dalam batas 4,5 meter di dekat garis tengah tim mereka.
Ilustrasi garis utama pada Lapangan Handball (40x20m).
Ukuran bola sangat bervariasi tergantung kategori usia dan jenis kelamin. Bola harus terbuat dari kulit atau bahan sintetis dan tidak boleh terlalu keras atau licin. Penggunaan resin (lem) pada bola umumnya diperbolehkan, kecuali dilarang oleh peraturan kompetisi lokal.
Satu tim terdiri dari maksimal 14 pemain. Tujuh pemain berada di lapangan (enam pemain lapangan dan satu penjaga gawang), sementara sisanya adalah pemain cadangan.
Pergantian pemain adalah tak terbatas dan dapat dilakukan kapan saja tanpa memberitahu wasit, asalkan pemain yang keluar telah sepenuhnya meninggalkan lapangan sebelum pemain pengganti masuk. Pelanggaran aturan pergantian (misalnya, jika tim memiliki 8 pemain di lapangan secara simultan) dihukum dengan penalti 2 menit.
Untuk tim senior (usia 16 tahun ke atas), pertandingan terdiri dari dua babak, masing-masing berdurasi 30 menit. Di antara babak, ada jeda waktu 10 atau 15 menit (tergantung regulasi kompetisi). Waktu permainan dihentikan hanya atas instruksi wasit (misalnya, saat time-out resmi, lemparan 7 meter, atau cedera). Jam pertandingan dihentikan ketika wasit meniup peluit panjang saat jeda atau akhir pertandingan, atau peluit pendek untuk menghentikan waktu.
Jika pertandingan harus menentukan pemenang (seperti dalam sistem gugur) dan skor imbang di akhir waktu normal, dimainkan perpanjangan waktu. Perpanjangan waktu dimainkan dalam dua babak yang masing-masing berdurasi 5 menit, dengan jeda 1 menit. Jika skor masih imbang setelah perpanjangan waktu pertama, dimainkan perpanjangan waktu kedua (2 x 5 menit). Jika masih imbang setelah dua kali perpanjangan waktu, biasanya akan dilanjutkan dengan adu penalti 7 meter.
Setiap tim berhak atas satu Time-Out Resmi Tim (TTO) per babak, dengan durasi 1 menit. TTO harus diminta oleh ofisial tim yang berwenang (biasanya pelatih) dengan meletakkan kartu hijau di meja pencatat waktu. TTO hanya dapat diberikan ketika tim yang meminta sedang menguasai bola.
Penting untuk dicatat bahwa TTO hanya dapat diberikan pada saat permainan dihentikan, atau saat tim yang meminta telah mencetak gol (sebelum lemparan awal dilakukan).
Peraturan ini menentukan bagaimana pemain lapangan dapat berinteraksi dengan bola secara legal, termasuk memegang, menggiring, dan melangkah.
Seorang pemain diizinkan memegang bola maksimal 3 detik. Setelah menangkap bola, pemain dapat mengambil maksimal 3 langkah. Pelanggaran 3 langkah disebut sebagai *travelling*.
Pemain dapat menggiring bola berulang kali menggunakan satu tangan. Setelah menggiring bola dan menangkapnya (mengakhiri dribbling), pemain hanya diperbolehkan mengambil 3 langkah lagi dan memegang bola selama 3 detik sebelum harus menembak, mengoper, atau kehilangan penguasaan bola.
Pelanggaran serius terkait dribbling adalah double dribble: menggiring bola, menangkapnya dengan kedua tangan, dan kemudian mulai menggiring lagi. Ini menghasilkan lemparan bebas untuk tim lawan.
Pemain lapangan tidak boleh menyentuh bola dengan bagian tubuh di bawah lutut, termasuk kaki dan tungkai bawah (kecuali jika bola memantul ke kaki secara tidak sengaja, tetapi wasit harus menilai bahwa itu bukan tindakan yang disengaja untuk mendapatkan keuntungan). Menyentuh bola dengan kaki secara sengaja menghasilkan lemparan bebas bagi tim lawan.
Pengecualian utama adalah penjaga gawang yang diizinkan menyentuh bola dengan bagian tubuh manapun di area gawangnya.
Ketika bola sepenuhnya melewati garis batas lapangan (samping), lemparan ke dalam (throw-in) diberikan kepada tim lawan. Jika bola keluar melalui garis gawang tim bertahan, lemparan gawang (goal-throw) diberikan kepada kiper. Jika bola menyentuh pemain bertahan dan keluar melalui garis gawang, lemparan ke dalam diberikan kepada tim menyerang di sudut lapangan.
Area 6 meter adalah zona terlarang bagi semua pemain lapangan. Pelanggaran terhadap aturan zona gawang adalah hal yang sangat sering terjadi dan memiliki dampak besar pada jalannya pertandingan.
Seorang pemain lapangan dianggap melanggar aturan jika menginjak atau memasuki area gawang. Jika pelanggaran dilakukan:
Pemain menyerang diperbolehkan melompat ke area gawang asalkan mereka melepaskan bola sebelum bagian tubuh manapun menyentuh garis 6 meter atau tanah di dalamnya. Pendaratan di dalam zona gawang setelah pelepasan bola adalah legal, asalkan tembakan telah diselesaikan. Ini adalah mekanisme utama yang memungkinkan gol dicetak dalam handball.
Garis 6 meter dan ilustrasi pendaratan setelah menembak.
Penjaga gawang memiliki hak istimewa di area gawang: mereka diizinkan menyentuh bola dengan bagian tubuh manapun (termasuk kaki) dan bergerak tanpa batas langkah.
Handball adalah olahraga kontak, tetapi kontak fisik diatur secara ketat. Wasit harus membedakan antara kontak yang sah (legal blocking) dan pelanggaran yang memerlukan intervensi.
Pelanggaran terjadi ketika pemain:
Pemain diperbolehkan menggunakan badan mereka untuk menghalangi (blocking) jalan lawan, bahkan jika tanpa bola. Kontak harus dilakukan dari depan dan dengan lengan ditekuk. Memegang lawan atau menjepitnya dari belakang dianggap ilegal.
Handball menggunakan sistem hukuman progresif. Hukuman yang lebih serius diberikan untuk pelanggaran yang ditujukan kepada tubuh lawan, berulang kali melanggar peraturan teknis, atau pelanggaran yang mengganggu jalannya permainan secara signifikan.
Peringatan diberikan untuk:
Sanksi: Satu tim hanya boleh menerima maksimal 3 Kartu Kuning secara total. Setelah itu, setiap pelanggaran progresif harus dihukum dengan penalti 2 menit.
Penalti 2 menit (pemain harus meninggalkan lapangan selama 2 menit dan tim bermain dengan pemain yang berkurang) diberikan untuk:
Diskualifikasi adalah sanksi tertinggi dan diberikan untuk pelanggaran yang sangat serius atau berulang. Pemain yang didiskualifikasi harus meninggalkan lapangan dan area teknis, dan tim harus bermain dengan pemain yang berkurang selama sisa 2 menit. Setelah 2 menit berlalu, pemain lain diizinkan masuk menggantikan pemain yang didiskualifikasi.
Diskualifikasi diberikan untuk:
Diberikan untuk tindakan yang sangat keji atau berbahaya yang berpotensi mencederai lawan secara serius. Pemain tersebut tidak hanya didiskualifikasi tetapi juga terancam sanksi tambahan dari badan pengatur kompetisi.
Tiga tingkat sanksi progresif dalam Handball.
Permainan dimulai dan dilanjutkan setelah gol atau penghentian melalui berbagai jenis lemparan.
Throw-off digunakan untuk memulai pertandingan (babak pertama dan kedua) dan setelah setiap gol dicetak. Dilakukan dari tengah lapangan, pemain yang melempar harus memiliki satu kaki di garis tengah. Semua pemain lawan harus berada minimal 3 meter dari pemain yang melempar.
Segera setelah wasit meniup peluit, pemain harus mengoper bola atau menembak ke gawang lawan. Jika tembakan dilakukan langsung dari throw-off dan masuk, gol dianggap sah.
Diberikan ketika bola sepenuhnya melewati garis samping lapangan. Pemain harus berdiri dengan satu kaki di atas garis atau di luar garis, pada titik bola meninggalkan lapangan. Pemain lawan harus menjaga jarak 3 meter dari pelempar.
Diberikan ketika bola melewati garis gawang tim bertahan, setelah sebelumnya disentuh oleh penjaga gawang atau pemain menyerang. Lemparan gawang dilakukan oleh penjaga gawang dari dalam area gawang. Pemain tidak terikat oleh aturan 3 langkah atau 3 detik saat memegang bola di dalam zona gawang.
Lemparan bebas adalah hukuman paling umum, diberikan untuk pelanggaran ringan atau teknis (misalnya, travelling, double dribble, kontak fisik ilegal ringan). Eksekusi dilakukan dari tempat pelanggaran terjadi.
Semua pemain bertahan harus berdiri minimal 3 meter dari pelempar dan tidak boleh berdiri di antara garis 6 meter dan 9 meter saat lemparan bebas dieksekusi.
Ini adalah hukuman yang paling parah bagi tim bertahan, setara dengan tendangan penalti. Diberikan ketika:
Pemain yang ditunjuk melakukan lemparan dari garis 7 meter. Pemain harus memiliki satu kaki tetap di tanah saat menembak. Penjaga gawang tidak boleh bergerak melewati garis batas kiper (4 meter) hingga bola dilepaskan.
Semua pemain lain (menyerang dan bertahan) harus berada di luar garis lemparan bebas (9 meter) sampai bola dilepaskan.
Handball dirancang untuk menghasilkan aksi menyerang dan mencetak gol. Tim tidak diperbolehkan menunda serangan secara sengaja untuk menghabiskan waktu, yang dikenal sebagai ‘permainan pasif’.
1. **Sinyal Peringatan:** Wasit (biasanya wasit lapangan) akan mengangkat lengan kanan yang ditekuk, menunjukkan bahwa tim penyerang dinilai memainkan bola terlalu lambat atau tanpa niat menyerang.
2. **Fase Peringatan:** Setelah sinyal peringatan diberikan, tim penyerang memiliki sekitar 6 operan maksimal untuk menyelesaikan serangan dan melepaskan tembakan ke gawang. Jika mereka gagal menembak dalam 6 operan tersebut, wasit akan memberikan lemparan bebas kepada tim lawan.
3. **Reset:** Jika tim menyerang menembak dan bola dikembalikan kepada mereka (misalnya diblokir oleh kiper tetapi tidak ada pemain lain yang menyentuh), atau jika terjadi pelanggaran oleh tim bertahan yang menghasilkan lemparan bebas, penghitungan operan dapat di-reset.
Permainan pasif diterapkan untuk memastikan dinamika dan kecepatan permainan dipertahankan.
Pertandingan handball dipimpin oleh dua wasit (wasit lapangan dan wasit gawang) yang memiliki otoritas setara dan bekerja sama untuk mengawasi seluruh jalannya permainan.
Wasit dibantu oleh Pencatat Waktu dan Sekretaris, yang mengawasi waktu pertandingan, skor, dan khususnya, proses pergantian pemain dan waktu hukuman (penalti 2 menit).
Wasit menggunakan sistem sinyal tangan yang sangat spesifik dan universal untuk menunjukkan pelanggaran, arah lemparan, dan sanksi yang diberikan (misalnya, mengangkat satu jari untuk menunjukkan lemparan ke dalam, atau dua jari untuk hukuman 2 menit).
Semua pemain dalam satu tim harus mengenakan seragam yang identik, kecuali penjaga gawang yang harus mengenakan seragam dengan warna yang jelas berbeda dari pemain lapangan timnya, pemain lawan, dan penjaga gawang lawan.
Pemain tidak diizinkan memakai benda yang bisa berbahaya, seperti perhiasan, jam tangan, atau masker yang keras. Pelindung kepala atau kacamata khusus mungkin diperbolehkan jika tidak menimbulkan risiko cedera bagi pemain lain.
Untuk mencapai pemahaman yang komprehensif, penting untuk mengulas secara rinci situasi-situasi marginal yang seringkali menjadi penentu keputusan wasit.
Tidak seperti beberapa olahraga lain, aturan keuntungan (advantage) di handball sangat terbatas. Wasit harus mengintervensi hampir setiap pelanggaran teknis. Namun, jika tim menyerang sudah menguasai bola dan pelanggaran ringan terjadi, wasit mungkin menunda pemberian lemparan bebas untuk memungkinkan aliran permainan terus berlanjut (misalnya, jika tim menyerang masih dapat menembak). Tetapi jika pelanggaran tersebut serius (misalnya, menghambat peluang gol yang jelas), wasit harus segera meniup peluit.
Lemparan bebas harus dilakukan dengan cepat dan dari titik yang tepat. Jika lemparan bebas diberikan di garis 9 meter (karena pelanggaran antara 6 dan 9 meter), pelempar harus berdiri tepat di garis putus-putus. Jika pelempar berdiri terlalu jauh atau terlalu dekat, wasit wajib mengoreksi posisi tersebut. Penundaan eksekusi lemparan bebas secara sengaja oleh tim bertahan dapat mengakibatkan penalti 2 menit.
Definisi 'Peluang Gol yang Jelas' sangat krusial karena menentukan apakah pelanggaran bertahan menghasilkan Lemparan Bebas atau Lemparan 7 Meter. Situasi ini didefinisikan secara ketat:
Jika peluang gol yang jelas dihentikan secara ilegal (misalnya didorong), hukuman selalu adalah Lemparan 7 Meter, ditambah sanksi pribadi (2 menit atau Diskualifikasi) tergantung pada tingkat bahaya pelanggaran.
Ketika seorang pemain cedera dan membutuhkan perawatan medis di lapangan, wasit harus menghentikan waktu permainan. Aturan terbaru IHF menetapkan bahwa jika seorang pemain membutuhkan perawatan di lapangan (yang diindikasikan oleh sinyal wasit kepada tim medis), pemain tersebut harus meninggalkan lapangan setelah perawatan selesai dan hanya boleh kembali setelah timnya menyelesaikan tiga serangan. Ini dimaksudkan untuk mencegah pemain berpura-pura cedera untuk menghentikan momentum lawan atau mendapatkan istirahat taktis.
Pengecualian: Aturan tiga serangan ini tidak berlaku jika cedera disebabkan oleh pelanggaran yang menghasilkan sanksi progresif (kartu kuning, 2 menit, atau diskualifikasi) untuk pemain lawan.
Ketika dua pemain melompat untuk memperebutkan bola, kontak fisik harus dilakukan secara adil. Jika pemain bertahan melakukan kontak di udara yang menyebabkan pemain penyerang kehilangan keseimbangan dan gagal menembak atau mendarat dengan aman, ini dianggap pelanggaran serius. Mendorong atau menarik pemain yang sedang melompat selalu dihukum minimal 2 menit, dan seringkali 7 meter, karena dianggap sangat berbahaya.
Setiap kontak yang disengaja atau tidak perlu yang ditujukan ke kepala, leher, atau wajah lawan dianggap sebagai tindakan berbahaya. Jika wasit menilai tindakan tersebut disengaja dan brutal, hukuman harus Diskualifikasi (Kartu Merah), terlepas dari apakah pelanggaran tersebut terjadi saat tim menyerang atau bertahan.
Pelatih dan ofisial tim (maksimal 4 orang) memainkan peran penting dan diatur secara ketat, terutama di Area Teknis.
Area teknis adalah zona di luar garis samping, di mana ofisial dan pemain cadangan berada. Ofisial dan cadangan harus tetap berada di area ini selama pertandingan. Hanya satu ofisial (biasanya pelatih kepala) yang diizinkan untuk berdiri bebas di sepanjang garis sentuh timnya, asalkan tidak mengganggu pergerakan wasit atau meja pencatat waktu/sekretaris.
Ofisial juga tunduk pada sistem hukuman progresif:
Jika seorang ofisial melakukan pelanggaran yang sangat serius, ia dapat langsung didiskualifikasi tanpa perlu didahului oleh kartu kuning atau penalti 2 menit.
Dalam kompetisi di mana resin (lem) diizinkan, penggunaannya harus dilakukan secara etis. Resin tidak boleh dioleskan ke seragam, lantai, atau bagian tubuh selain tangan. Wasit dan delegasi teknis berhak menghentikan permainan jika penggunaan resin menyebabkan gangguan atau kerusakan signifikan pada lingkungan bermain.
Gol dicetak ketika bola sepenuhnya melewati garis gawang. Jika wasit meniup peluit untuk menghentikan permainan sebelum bola melewati garis gawang, gol dianggap tidak sah.
Pengecualian: Jika pemain bertahan secara ilegal mencegah gol, wasit dapat memberikan gol jika ia yakin bahwa bola akan masuk gawang tanpa adanya intervensi ilegal tersebut (sangat jarang terjadi).
Jika sinyal waktu (peluit otomatis atau jam) berbunyi bersamaan dengan pelepasan bola saat tembakan (sebelum bola melewati garis gawang), wasit harus menunggu hasil tembakan tersebut. Jika bola masuk, gol tetap dihitung.
Jika pelanggaran terjadi tepat sebelum atau bersamaan dengan peluit akhir yang seharusnya menghasilkan lemparan bebas atau lemparan 7 meter, eksekusi lemparan tersebut tetap harus dilakukan, bahkan jika waktu telah habis. Ini disebut ‘lemparan setelah peluit’.
Hanya satu lemparan yang diizinkan. Tidak ada umpan atau operan. Tembakan harus dilepaskan langsung ke gawang. Jika bola dipantulkan oleh kiper atau tiang gawang kembali ke pelempar, permainan berakhir.
Keputusan yang dibuat oleh wasit lapangan dan wasit gawang adalah final. Mereka adalah satu-satunya otoritas dalam pertandingan, dan keberatan terhadap keputusan mereka harus dilakukan melalui jalur resmi setelah pertandingan, bukan oleh pemain di lapangan. Wasit dapat mengoreksi kesalahan faktual (misalnya, kesalahan dalam pencatatan skor) yang mereka yakini telah terjadi, tetapi keputusan yang bersifat subjektif (misalnya, penilaian terhadap pelanggaran fisik) tidak dapat diubah setelahnya.
Peraturan handball menuntut pemain tidak hanya memiliki kebugaran fisik tetapi juga pemahaman taktis yang mendalam terhadap batas-batas legalitas. Batas 3 langkah dan 3 detik memaksa permainan bergerak cepat, mencegah stagnasi. Sementara itu, peraturan zona gawang mendorong kreativitas dalam melompat dan menembak dari jarak 9 meter.
Sistem hukuman progresif adalah tulang punggung disiplin dalam handball. Sistem ini bertujuan untuk menjaga integritas fisik pemain dan memastikan bahwa pelanggaran yang berulang atau berbahaya akan selalu dihukum lebih keras. Keberhasilan suatu tim seringkali bergantung pada kemampuan mereka untuk bermain di batas peraturan kontak fisik tanpa melintasi ambang batas Kartu Kuning atau Penalti 2 Menit.
Secara keseluruhan, peraturan handball menciptakan kerangka kerja yang mendukung kecepatan, keterampilan teknis, dan kontak yang kuat, menjadikannya tontonan yang menarik di mana setiap detik dan setiap keputusan wasit memiliki potensi besar untuk mengubah hasil akhir pertandingan. Kepatuhan terhadap setiap detail aturan ini adalah penentu utama keberhasilan dan keadilan dalam olahraga bola tangan internasional.
***
Ketika bola menyentuh garis batas, itu masih dianggap "in play." Bola baru dianggap "out" ketika seluruh bola telah melewati garis. Dalam konteks garis gawang, pemahaman ini sangat penting. Misalnya, jika bola berada tepat di atas garis gawang tetapi belum sepenuhnya melintas, itu bukanlah gol.
Demikian pula dengan garis area gawang (6 meter). Jika ujung sepatu seorang pemain menyentuh garis 6 meter, itu sudah merupakan pelanggaran, karena garis itu sendiri adalah bagian dari zona gawang.
Pergantian pemain adalah sumber pelanggaran teknis yang sering terjadi. Pemain harus selalu masuk dan keluar dalam batas 4,5 meter yang ditandai di kedua sisi garis tengah. Jika pemain masuk sebelum pemain yang digantikan keluar sepenuhnya, ini adalah pelanggaran pergantian ilegal. Hukuman standar adalah Penalti 2 Menit bagi pemain yang melanggar. Jika pelanggaran ini diulang-ulang, sanksi progresif (termasuk diskualifikasi) akan dikenakan pada pemain tersebut atau bahkan ofisial tim yang bertanggung jawab.
Skenario Khusus: Jika tim A memiliki 8 pemain di lapangan dan tim B sedang dalam serangan balik cepat dengan peluang gol yang jelas, wasit dapat memberikan Lemparan 7 Meter kepada tim B dan hukuman 2 menit kepada pemain A yang masuk secara ilegal, karena pelanggaran tersebut mencegah terciptanya gol.
Wasit memiliki hak untuk mendisiplinkan pemain yang sengaja menunda eksekusi berbagai jenis lemparan (throw-in, free-throw, goal-throw). Taktik menahan bola, menjatuhkannya, atau berdiri di depan pelempar untuk membuang waktu dapat dikenakan Kartu Kuning, dan jika berulang, Penalti 2 Menit. Prinsipnya adalah mempertahankan kecepatan dan aliran permainan.
Ketika lemparan bebas diberikan, tim lawan harus segera melepaskan bola ke pelempar. Jika seorang pemain bertahan menahan bola, ia bisa langsung dikenakan sanksi 2 menit karena menghalangi eksekusi lemparan.
Aturan 3 detik (memegang bola) dan 3 langkah (pergerakan) berlaku ketat dan saling terkait. Setelah menerima bola, pemain memiliki 3 detik untuk memutuskan tindakan. Selama 3 detik itu, ia dapat mengambil 3 langkah. Penting: langkah pertama dihitung saat kaki yang terangkat (kaki penerima) menyentuh tanah setelah menangkap bola.
Skenario Kompleks: Jika pemain menerima bola sambil melompat, ia dapat mendarat di kaki satu (langkah 1), melangkah ke kaki dua (langkah 2), dan melangkah lagi ke kaki satu (langkah 3). Setelah langkah ketiga, bola harus dilepaskan atau digiring. Jika ia mendarat dengan kedua kaki secara simultan, ia dapat melangkah ke kaki satu (langkah 1) dan kaki dua (langkah 2) sebelum bola dilepaskan.
Jika bola memantul ke bagian bawah kaki seorang pemain lapangan, dan wasit menilai bahwa tidak ada keuntungan yang diperoleh atau niat yang disengaja untuk menghentikan bola, permainan mungkin dilanjutkan. Namun, wasit sangat ketat dalam menafsirkan aturan ini. Dalam sebagian besar kasus di mana bola menyentuh lutut ke bawah, itu akan dihukum Lemparan Bebas, terutama jika tim yang melanggar mendapatkan penguasaan bola sebagai hasilnya.
Perbedaan antara "secara sengaja" dan "secara tidak sengaja" seringkali subjektif dan bergantung pada posisi tubuh pemain dan gerakan yang mendahului sentuhan.
Jika bola berada di lantai, pemain diperbolehkan menyentuhnya. Namun, jika pemain sengaja menekan bola ke lantai atau net gawang untuk mengamankannya atau menunda permainan, ini bisa dianggap sebagai perilaku tidak sportif atau menahan bola secara ilegal, yang menghasilkan Lemparan Bebas atau Peringatan.
Jika bola tersangkut di net gawang tanpa sepenuhnya melewati garis, permainan dihentikan, dan biasanya Goal-Throw diberikan kepada kiper.
Penalti 2 menit adalah hukuman yang ditangguhkan. Artinya, pemain yang dihukum harus meninggalkan lapangan segera, tetapi tim tetap bermain dengan jumlah pemain yang berkurang selama dua menit penuh, terlepas dari apa pun yang terjadi selama waktu itu (misalnya, jika tim lawan mencetak gol, hukuman tetap berjalan).
Jika seorang pemain menerima hukuman 2 menit kedua, ia harus meninggalkan lapangan selama dua menit lagi. Hukuman 2 menit ketiga untuk pemain yang sama secara otomatis meningkatkan sanksi menjadi Diskualifikasi (Kartu Merah), meskipun tim hanya bermain dengan pemain yang berkurang selama total 6 menit (3x2 menit).
Pencatat waktu/sekretaris memiliki tanggung jawab mutlak untuk memastikan hukuman 2 menit dijalankan dengan benar. Jika pemain diizinkan kembali ke lapangan sebelum waktunya habis, wasit harus menghentikan permainan dan memberikan hukuman 2 menit tambahan kepada pemain tersebut karena 'masuk terlalu cepat'.
Pemain bertahan diizinkan untuk menghalangi jalan lawan dengan badan mereka (obstruksi). Obstruksi legal melibatkan mempertahankan posisi tubuh yang pasif. Lengan harus ditekuk dan tidak boleh digunakan untuk mendorong atau menarik lawan.
Pemain bertahan tidak diperbolehkan menghalangi lawan dengan memposisikan diri secara tiba-tiba di jalur lari lawan (misalnya, menjulurkan kaki atau berputar di depan lawan yang sedang berlari). Kontak harus dibuat dengan dada atau bahu, dari depan.
Pemain diizinkan untuk mengambil bola dari lawan dengan tangan terbuka. Namun, menyentak bola dari tangan lawan atau memukul lengan lawan yang sedang memegang bola adalah pelanggaran dan akan dihukum Lemparan Bebas. Upaya defensif harus selalu ditujukan pada bola, bukan pada tubuh lawan.
Mendorong, menahan (holding), atau menarik pakaian lawan adalah pelanggaran serius yang selalu memerlukan sanksi progresif (Kartu Kuning atau Penalti 2 Menit), terutama jika dilakukan secara berulang-ulang. Pelanggaran ini sering terjadi di garis 9 meter saat tim bertahan berusaha menghentikan pergerakan penyerang.
Lemparan gawang memberikan momen unik dalam permainan. Ketika kiper melempar bola keluar dari area gawang (6 meter), bola dianggap telah dilepaskan dan berada dalam permainan. Pada saat ini, kiper dapat menjadi pemain lapangan. Jika bola kembali ke kiper di dalam zona gawang, kiper tidak boleh menyentuh bola. Jika ia menyentuh bola, itu adalah pelanggaran, dan Lemparan Bebas diberikan kepada tim lawan.
Namun, kiper diizinkan menangkap bola di luar area gawang, menggiringnya, dan kemudian mengopernya kembali. Hanya saja, ia tidak boleh membawa bola dari lapangan permainan kembali ke dalam area gawangnya. Jika ini terjadi, Lemparan 7 Meter diberikan kepada tim lawan.
Selama eksekusi 7 Meter, penjaga gawang tidak boleh melangkah melampaui Garis Batas Kiper (Garis 4 Meter) sebelum bola meninggalkan tangan pelempar. Jika kiper melangkah melampaui garis 4 meter sebelum bola dilepaskan, dan tembakan tidak menghasilkan gol, wasit dapat memerintahkan pengulangan lemparan 7 meter atau memberikan peringatan kepada kiper.
Pelempar harus tetap di belakang garis 7 meter. Jika pelempar menginjak garis 7 meter sebelum bola dilepaskan, atau jika ia mengangkat kaki kedua (sementara kaki yang lain tetap di tanah) sebelum melepaskan bola, Lemparan 7 Meter dibatalkan, dan Lemparan Bebas diberikan kepada tim bertahan.
Pelempar 7 meter harus menyelesaikannya dalam waktu 3 detik setelah wasit meniup peluit. Penundaan yang tidak perlu juga dapat membatalkan lemparan tersebut.
Keputusan wasit mengenai kekerasan kontak fisik seringkali mendefinisikan sifat pertandingan. Dalam beberapa turnamen, wasit cenderung membiarkan kontak yang lebih keras, yang dikenal sebagai ‘permainan lebih bebas’. Namun, standar IHF mendorong perlindungan terhadap pemain, terutama di udara dan di sekitar area gawang.
Duo wasit (wasit lapangan dan wasit gawang) harus bekerja secara sinkron untuk memastikan mereka mengawasi area yang berbeda—wasit gawang fokus pada area 6 meter dan tembakan, sementara wasit lapangan fokus pada garis 9 meter dan permainan tengah. Konsistensi dalam panggilan sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan pemain.
Setiap detail peraturan, mulai dari lebar garis di lapangan hingga interpretasi permainan pasif, berkontribusi pada profil handball sebagai olahraga yang cepat, teknis, dan intens, menuntut konsentrasi tinggi dari semua pihak yang terlibat.
Pemahaman mendalam tentang semua regulasi ini memastikan bahwa setiap pertandingan handball dijalankan dengan keadilan dan menjunjung tinggi semangat olahraga yang kompetitif dan cepat.