Panduan Lengkap Niat dan Tata Cara Sholat Tarawih 4 Rakaat
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, ampunan, dan rahmat. Salah satu amalan ibadah yang sangat identik dengan bulan suci ini adalah sholat Tarawih. Sholat sunnah ini dikerjakan pada malam hari setelah sholat Isya, dan menjadi momen yang dinanti-nanti oleh umat Islam untuk memperbanyak pahala dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pelaksanaannya pun bervariasi, ada yang mengerjakan 8 rakaat, 20 rakaat, dan formasi pengerjaannya pun bisa berbeda-beda, salah satunya adalah dengan skema 4 rakaat sekali salam.
Memahami niat dan tata cara yang benar adalah kunci agar ibadah kita diterima. Artikel ini akan membahas secara mendalam dan komprehensif mengenai niat sholat tarawih 4 rakaat, baik saat melaksanakannya sebagai makmum, imam, maupun saat sholat sendirian (munfarid). Selain itu, akan diuraikan pula tata cara pelaksanaannya, keutamaannya, serta berbagai aspek penting lainnya yang berkaitan dengan ibadah istimewa ini.
Memahami Hakikat Niat dalam Ibadah
Sebelum kita melangkah lebih jauh ke lafaz niat sholat tarawih, sangat penting untuk memahami kedudukan niat dalam setiap ibadah. Dalam Islam, niat adalah ruh dari sebuah amalan. Ia adalah pembeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya, dan pembeda antara suatu perbuatan yang bernilai ibadah dengan yang sekadar menjadi kebiasaan atau aktivitas duniawi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang sangat masyhur:
"Innamal a'maalu binniyyaat, wa innamaa likullimri'in maa nawaa."
Artinya: "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa niat merupakan pondasi utama. Letak niat ada di dalam hati, dan melafazkannya (mengucapkannya dengan lisan) menurut sebagian besar ulama mazhab Syafi'i adalah sunnah, tujuannya untuk membantu memantapkan hati dan menguatkan konsentrasi. Yang terpenting adalah apa yang terlintas dan ditekadkan di dalam hati saat hendak memulai ibadah.
Dalam konteks sholat tarawih 4 rakaat, niat harus secara spesifik ditujukan untuk mengerjakan sholat sunnah tarawih sebanyak empat rakaat karena Allah Ta'ala. Niat ini juga harus menyertakan status kita dalam sholat, apakah sebagai imam, makmum, atau sholat sendiri.
Lafaz Niat Sholat Tarawih 4 Rakaat
Berikut adalah rincian lafaz niat sholat tarawih yang dikerjakan dengan format 4 rakaat sekali salam. Niat ini dibedakan berdasarkan posisi dalam sholat.
1. Niat Sholat Tarawih 4 Rakaat sebagai MAKMUM (Mengikuti Imam)
Ini adalah niat yang paling umum diucapkan oleh jamaah di masjid. Ketika Anda sholat berjamaah dan mengikuti seorang imam, niat yang harus dihadirkan dalam hati adalah sebagai berikut:
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat Tarāwīhi arba'a raka'ātin mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Tarawih empat rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."
2. Niat Sholat Tarawih 4 Rakaat sebagai IMAM (Memimpin Jamaah)
Bagi seseorang yang bertindak sebagai imam atau pemimpin sholat, ada sedikit perbedaan dalam lafaz niatnya, yaitu dengan menambahkan kata "imāman".
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat Tarāwīhi arba'a raka'ātin mustaqbilal qiblati imāman lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Tarawih empat rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta'ala."
3. Niat Sholat Tarawih 4 Rakaat Sendiri (MUNFARID)
Jika Anda berhalangan untuk sholat tarawih berjamaah di masjid dan ingin melaksanakannya sendiri di rumah, niatnya pun disesuaikan. Tidak ada kata "ma'mūman" atau "imāman" dalam niatnya.
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat Tarāwīhi arba'a raka'ātin mustaqbilal qiblati lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Tarawih empat rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala."
Penting untuk diingat, lafaz di atas adalah panduan. Inti dari niat ada di dalam hati yang terbersit tepat sebelum atau bersamaan dengan takbiratul ihram. Anda berniat dalam hati, "Aku sholat sunnah Tarawih empat rakaat (sebagai makmum/imam/sendiri) karena Allah," maka itu sudah sah.
Tata Cara Pelaksanaan Sholat Tarawih 4 Rakaat
Pelaksanaan sholat tarawih dengan format 4 rakaat memiliki dua pemahaman umum. Pemahaman pertama dan yang paling banyak dipraktikkan adalah mengerjakannya dengan dua kali salam, artinya sholat 2 rakaat lalu salam, kemudian berdiri lagi untuk sholat 2 rakaat dan salam. Cara ini didasarkan pada hadits bahwa sholat malam itu dua rakaat-dua rakaat.
Namun, ada juga pendapat yang membolehkan pengerjaan 4 rakaat dengan satu kali salam. Praktik ini didasarkan pada hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha yang menggambarkan sholat malam Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah tata cara untuk format 4 rakaat dengan satu kali salam, yang menjadi fokus utama artikel ini.
Langkah-langkah Sholat Tarawih 4 Rakaat dengan Satu Salam
Secara umum, gerakannya sama seperti sholat fardhu 4 rakaat (seperti sholat Isya atau Dzuhur), namun yang membedakan adalah niat dan bacaan surahnya yang dianjurkan lebih panjang jika mampu.
-
Takbiratul Ihram
Berdiri tegak menghadap kiblat, kemudian mengangkat kedua tangan seraya mengucapkan "Allāhu Akbar". Bersamaan dengan takbir ini, hadirkan niat di dalam hati sesuai dengan posisi Anda (makmum, imam, atau sendiri) untuk mengerjakan sholat sunnah tarawih 4 rakaat.
-
Membaca Doa Iftitah
Setelah takbiratul ihram dan bersedekap, disunnahkan membaca doa iftitah. Ada beberapa versi doa iftitah, salah satu yang populer adalah:
"Allaahu akbar kabiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa'ashiilaa. Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifan musliman wamaa anaa minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa anaa minal muslimiin."
-
Membaca Surat Al-Fatihah dan Surat Pendek (Rakaat Pertama)
Setelah doa iftitah, bacalah Ta'awudz ("A'ūdzu billāhi minasy-syaithānir-rajīm") dan Basmalah ("Bismillāhir-rahmānir-rahīm"), lalu lanjutkan dengan membaca Surat Al-Fatihah. Setelah selesai, bacalah surat atau ayat dari Al-Qur'an. Dalam sholat tarawih, imam biasanya membaca surat-surat yang berbeda setiap malamnya, terkadang menargetkan untuk mengkhatamkan Al-Qur'an selama Ramadhan.
-
Ruku' dengan Tuma'ninah
Setelah selesai membaca surat, angkat tangan seraya bertakbir, lalu membungkuk untuk ruku'. Pastikan punggung lurus dan pandangan mata ke arah tempat sujud. Bacalah tasbih ruku', misalnya "Subhaana rabbiyal 'azhiimi wa bihamdih" sebanyak tiga kali atau lebih.
-
I'tidal dengan Tuma'ninah
Bangkit dari ruku' seraya mengangkat tangan dan membaca "Sami'allaahu liman hamidah". Ketika sudah berdiri tegak, bacalah "Rabbanaa lakal hamdu mil'us samaawati wa mil'ul ardhi wa mil'u maa syi'ta min syai'in ba'du."
-
Sujud Pertama
Bertakbir lalu turun untuk sujud. Pastikan tujuh anggota badan menyentuh lantai: dahi (dan hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Bacalah tasbih sujud, misalnya "Subhaana rabbiyal a'laa wa bihamdih" sebanyak tiga kali atau lebih.
-
Duduk di Antara Dua Sujud
Bangkit dari sujud untuk duduk iftirasy seraya bertakbir. Bacalah doa: "Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii."
-
Sujud Kedua
Bertakbir lalu kembali melakukan sujud kedua seperti sujud pertama, dengan bacaan yang sama.
-
Berdiri untuk Rakaat Kedua
Bangkit dari sujud kedua seraya bertakbir untuk memulai rakaat kedua, tanpa duduk istirahat sejenak (jika mengikuti pendapat yang tidak mensunnahkannya). Lanjutkan rakaat kedua dengan gerakan yang sama: membaca Al-Fatihah dan surat lain, ruku', i'tidal, dan dua kali sujud.
-
Tasyahud Awal (Duduk untuk Tahiyat Awal)
Setelah sujud kedua di rakaat kedua, duduklah untuk Tasyahud Awal. Bacaannya adalah sebagai berikut:
"At-tahiyyaatul mubaarakatush shalawaatuth thayyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah. Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa muhammad."
-
Menjalankan Rakaat Ketiga dan Keempat
Setelah Tasyahud Awal, berdiri lagi untuk rakaat ketiga seraya bertakbir. Lanjutkan rakaat ketiga hanya dengan membaca Al-Fatihah, kemudian lakukan gerakan ruku' hingga dua kali sujud. Setelah itu, berdiri lagi untuk rakaat keempat, baca Al-Fatihah, lalu selesaikan gerakan hingga sujud kedua.
-
Tasyahud Akhir dan Salam
Setelah sujud kedua pada rakaat keempat, duduk tawarruk untuk Tasyahud Akhir. Bacaannya adalah bacaan Tasyahud Awal yang dilanjutkan dengan shalawat Ibrahimiyah:
"...Wa 'alaa aali sayyidinaa muhammad. Kamaa shallaita 'alaa sayyidinaa ibraahiim wa 'alaa aali sayyidinaa ibraahiim. Wa baarik 'alaa sayyidinaa muhammad wa 'alaa aali sayyidinaa muhammad. Kamaa baarakta 'alaa sayyidinaa ibraahiim wa 'alaa aali sayyidinaa ibraahiim, fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid."
Setelah itu, disunnahkan membaca doa perlindungan dari empat perkara. Terakhir, akhiri sholat dengan mengucapkan salam, menoleh ke kanan terlebih dahulu dengan ucapan "Assalaamu 'alaikum wa rahmatullaah," kemudian menoleh ke kiri dengan ucapan yang sama.
Keutamaan dan Fadhilah Sholat Tarawih
Melaksanakan sholat tarawih, baik dengan formasi 2 rakaat, 4 rakaat, maupun formasi lainnya, memiliki keutamaan yang luar biasa. Ibadah ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan sebuah kesempatan emas untuk meraih ampunan dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
1. Pengampunan Dosa-Dosa yang Telah Lalu
Ini adalah keutamaan yang paling sering disebut dan menjadi motivasi terbesar bagi kaum muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang sholat malam di bulan Ramadhan (sholat tarawih) karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini memberikan jaminan ampunan bagi siapa saja yang menegakkan malam-malam Ramadhan dengan sholat tarawih. Syaratnya ada dua: dilakukan atas dasar iman (meyakini ini adalah perintah dan anjuran dari Allah dan Rasul-Nya) dan ihtisab (hanya mengharapkan pahala dari Allah, bukan karena riya' atau ingin dipuji).
2. Mendapatkan Pahala Sholat Semalam Penuh
Keutamaan ini khususnya didapatkan bagi mereka yang melaksanakan sholat tarawih secara berjamaah bersama imam hingga selesai. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya, barangsiapa yang sholat (tarawih) bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala sholat satu malam penuh." (HR. Tirmidzi, An-Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah)
Ini adalah kabar gembira yang luar biasa. Dengan menyisihkan waktu sekitar satu jam untuk sholat tarawih berjamaah, Allah mencatatnya seolah-olah kita beribadah sepanjang malam. Ini menunjukkan betapa pemurahnya Allah SWT di bulan Ramadhan.
3. Sarana Mendekatkan Diri kepada Allah (Taqarrub)
Sholat adalah sarana komunikasi langsung seorang hamba dengan Tuhannya. Sholat tarawih yang dilakukan di malam hari, di saat suasana lebih tenang dan hening, menjadi momen yang sangat efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah, merenungi ayat-ayat-Nya, dan memanjatkan doa-doa dengan penuh kekhusyukan.
4. Menjaga Semangat Ibadah di Bulan Ramadhan
Sholat tarawih berjamaah di masjid menciptakan atmosfer spiritual yang kental. Melihat semangat orang lain beribadah dapat memotivasi diri kita untuk tidak malas dan terus menjaga ritme ibadah sepanjang bulan. Ia menjadi "tulang punggung" amalan malam di bulan Ramadhan.
Sejarah dan Landasan Hukum Sholat Tarawih
Memahami sejarah sholat tarawih dapat menambah keyakinan kita dalam melaksanakannya. Sholat ini pertama kali dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau melaksanakannya di masjid selama beberapa malam. Pada malam pertama dan kedua, para sahabat ikut sholat di belakang beliau. Jumlah jamaah semakin bertambah banyak hingga pada malam ketiga atau keempat, masjid menjadi penuh sesak.
Melihat antusiasme para sahabat yang begitu besar, pada malam berikutnya Rasulullah tidak keluar ke masjid. Pagi harinya, beliau bersabda, "Aku melihat apa yang kalian lakukan semalam. Tidak ada yang menghalangiku untuk keluar menemui kalian, hanya saja aku khawatir sholat ini akan diwajibkan atas kalian (lalu kalian tidak sanggup mengerjakannya)." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari sini, para sahabat kemudian melaksanakannya secara sendiri-sendiri atau dalam kelompok-kelompok kecil di masjid selama sisa masa hidup Nabi dan masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Barulah pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, beliau melihat orang-orang sholat berpencar-pencar. Umar pun berinisiatif untuk menyatukan mereka dalam satu jamaah di belakang seorang imam, yaitu Ubay bin Ka'ab. Sejak itulah, sholat tarawih dilaksanakan secara berjamaah secara rutin di masjid-masjid dan menjadi syiar yang agung di bulan Ramadhan. Hukum sholat tarawih adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan bagi laki-laki dan perempuan.
Perbedaan Jumlah Rakaat: Sebuah Rahmat
Salah satu topik yang sering dibicarakan terkait sholat tarawih adalah perbedaan jumlah rakaatnya. Ada yang melaksanakan 8 rakaat ditambah 3 rakaat witir, dan ada pula yang 20 rakaat ditambah 3 rakaat witir. Penting untuk dipahami bahwa kedua praktik ini memiliki landasan dan dalilnya masing-masing.
- Pendapat 8 Rakaat: Berlandaskan pada hadits Aisyah radhiyallahu 'anha yang menyatakan bahwa Rasulullah tidak pernah sholat malam (baik di Ramadhan maupun di luar Ramadhan) lebih dari sebelas rakaat (8 tarawih + 3 witir).
- Pendapat 20 Rakaat: Berlandaskan pada praktik yang mapan sejak zaman Khalifah Umar bin Khattab, di mana beliau mengumpulkan kaum muslimin untuk sholat 20 rakaat, dan hal ini terus berlanjut di masa Utsman dan Ali, serta menjadi amalan mayoritas ulama salaf.
Praktik sholat 4 rakaat sekali salam biasanya merupakan bagian dari skema sholat tarawih 20 rakaat (4+4+4+4+4). Namun, bisa juga dilakukan sebagai bagian dari sholat 8 rakaat (4+4). Para ulama mengajarkan kita untuk bersikap lapang dada dalam menyikapi perbedaan ini. Keduanya adalah bentuk ijtihad yang baik dan memiliki dasar. Yang terpenting bukanlah memperdebatkan jumlahnya, melainkan memastikan kita melaksanakannya dengan khusyuk, ikhlas, dan sesuai dengan tuntunan (tuma'ninah dalam setiap gerakan).
Pentingnya Sholat Witir sebagai Penutup
Sholat tarawih tidak dapat dipisahkan dari sholat witir. Witir secara bahasa berarti ganjil. Sholat ini berfungsi sebagai penutup dari rangkaian sholat malam kita pada hari itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Jadikanlah akhir sholat malam kalian adalah sholat witir." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sholat witir minimal dikerjakan satu rakaat, dan umumnya dikerjakan tiga rakaat. Jika Anda sholat tarawih berjamaah di masjid, sangat dianjurkan untuk mengikuti witir bersama imam hingga selesai agar mendapatkan pahala sholat semalam suntuk.
Niat Sholat Witir 3 Rakaat
Berikut contoh niat sholat witir 3 rakaat dengan satu kali salam sebagai makmum:
أُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal witri tsalātsa raka'ātin mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah Witir tiga rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."
Kesimpulan
Sholat tarawih adalah hadiah istimewa dari Allah SWT untuk umat Islam di bulan Ramadhan. Memahaminya secara mendalam, mulai dari niat yang tulus di dalam hati, tata cara yang benar, hingga meresapi setiap keutamaannya, akan membuat ibadah kita lebih bermakna dan berkualitas. Baik dikerjakan 8 rakaat maupun 20 rakaat, dengan skema 2 rakaat salam atau 4 rakaat salam, yang terpenting adalah keikhlasan dan kekhusyukan kita dalam menjalankannya.
Semoga panduan mengenai niat sholat tarawih 4 rakaat ini dapat memberikan pencerahan dan membantu kita semua dalam memaksimalkan ibadah di malam-malam Ramadhan yang penuh berkah. Mari kita hidupkan malam-malam kita dengan sholat, zikir, dan doa, semata-mata untuk mengharapkan ridha dan ampunan dari Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.