Sholat Dhuha adalah salah satu ibadah sunnah yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Dikenal sebagai sholatnya orang-orang yang bertaubat (awwabin), ibadah ini dilaksanakan pada waktu pagi hari, saat matahari mulai naik sepenggalah hingga menjelang waktu zuhur. Keistimewaan sholat Dhuha tidak hanya terletak pada waktunya yang penuh berkah, tetapi juga pada keutamaan-keutamaan agung yang dijanjikan bagi siapa saja yang konsisten menjalankannya.
Seperti ibadah lainnya, pilar utama yang menentukan sah dan diterimanya Sholat Dhuha adalah niat. Niat menjadi pembeda antara sebuah kebiasaan dengan ibadah, antara satu jenis sholat dengan sholat lainnya. Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan terperinci segala hal yang berkaitan dengan niat sholat sunnah dhuha, mulai dari lafadznya, pemahaman maknanya, hingga implementasinya dalam keseluruhan tata cara sholat.
Sebelum kita melangkah ke lafadz niat sholat Dhuha, sangat penting untuk memahami terlebih dahulu konsep niat (niyyah) itu sendiri dalam kerangka ajaran Islam. Niat bukanlah sekadar rangkaian kata yang diucapkan lisan, melainkan sebuah getaran dan tekad yang bersumber dari dalam hati untuk melakukan suatu amalan semata-mata karena Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang menjadi pondasi bagi seluruh amal:
"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa nilai sebuah amal, baik itu sholat, puasa, zakat, maupun amalan lainnya, sangat ditentukan oleh niat yang melandasinya. Niat yang lurus dan ikhlas karena Allah akan menghasilkan pahala yang besar, sementara niat yang salah atau tercampur dengan tujuan duniawi dapat merusak bahkan membatalkan nilai ibadah tersebut.
Dalam konteks sholat Dhuha, niat berfungsi untuk tiga hal utama:
Para ulama sepakat bahwa tempat niat adalah di dalam hati. Namun, melafadzkannya (talaffuzh) dengan lisan dihukumi sunnah menurut sebagian besar ulama mazhab Syafi'i, dengan tujuan untuk membantu memantapkan niat yang ada di dalam hati. Berikut adalah lafadz niat yang umum digunakan untuk sholat Dhuha dua rakaat.
Usholli sunnatadh dhuhaa rak'ataini mustaqbilal qiblati adaa'an lillaahi ta'aalaa.
"Aku niat sholat sunnah Dhuha dua rakaat, menghadap kiblat, saat ini, karena Allah Ta'ala."
Untuk lebih menghayati dan memahami apa yang kita niatkan, mari kita bedah makna dari setiap penggalan kalimat dalam lafadz niat sholat Dhuha tersebut:
Waktu yang paling krusial untuk menghadirkan niat ini di dalam hati adalah tepat saat mengangkat tangan untuk Takbiratul Ihram, yaitu saat mengucapkan "Allahu Akbar" pertama kali untuk memulai sholat.
Sholat Dhuha dapat dikerjakan lebih dari dua rakaat, misalnya empat, enam, delapan, hingga dua belas rakaat. Cara yang paling utama (afdal) adalah mengerjakannya dengan salam pada setiap dua rakaat. Jika Anda ingin melaksanakan sholat Dhuha empat rakaat, maka Anda dapat melakukan sholat dua rakaat dengan niat di atas, lalu salam. Kemudian, berdiri lagi dan memulai sholat dua rakaat yang baru dengan niat yang sama.
Meskipun demikian, ada juga ulama yang memperbolehkan untuk mengerjakannya empat rakaat sekaligus dengan satu salam. Jika memilih cara ini, maka lafadz niatnya sedikit disesuaikan pada jumlah rakaatnya:
Usholli sunnatadh dhuhaa arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati adaa'an lillaahi ta'aalaa.
"Aku niat sholat sunnah Dhuha empat rakaat, menghadap kiblat, saat ini, karena Allah Ta'ala."
Intinya, yang terpenting adalah niat di dalam hati yang menetapkan jumlah rakaat yang ingin dikerjakan. Lafadz lisan hanyalah alat bantu untuk menguatkan ketetapan hati tersebut.
Memahami waktu pelaksanaan sholat Dhuha sama pentingnya dengan mengetahui niatnya. Waktu Dhuha adalah rentang waktu yang cukup panjang, memberikan fleksibilitas bagi umat Islam untuk melaksanakannya.
Waktu sholat Dhuha dimulai sekitar 15 hingga 20 menit setelah matahari terbit (syuruq). Para ulama menggambarkannya sebagai kondisi ketika matahari telah naik setinggi tombak (qadra rumhin). Ini adalah untuk menghindari waktu terlarang untuk sholat, yaitu tepat saat matahari sedang dalam proses terbit.
Batas akhir waktu sholat Dhuha adalah sesaat sebelum matahari bergeser ke arah barat (zawal), yaitu sekitar 10 hingga 15 menit sebelum masuk waktu sholat Zuhur. Tepat ketika matahari berada di puncak langit (tengah hari bolong), itu juga termasuk waktu yang dilarang untuk sholat.
Meskipun rentang waktunya panjang, terdapat waktu yang dianggap paling utama atau paling baik untuk melaksanakan sholat Dhuha. Rasulullah SAW bersabda:
"Sholat orang-orang awwabin (yang bertaubat) adalah ketika anak unta mulai kepanasan." (HR. Muslim)
Frasa "ketika anak unta mulai kepanasan" (ramdha' al-fishal) merujuk pada kondisi ketika pasir di gurun sudah mulai terasa sangat panas karena sengatan matahari. Ini biasanya terjadi pada pertengahan waktu Dhuha, kira-kira pukul 9 pagi hingga pukul 11 siang. Melaksanakan sholat Dhuha pada waktu ini dianggap memiliki keutamaan yang lebih besar.
Tata cara sholat Dhuha pada dasarnya sama seperti sholat sunnah lainnya. Perbedaan utamanya terletak pada niat, waktu pelaksanaan, dan beberapa amalan sunnah yang dianjurkan di dalamnya. Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk sholat Dhuha dua rakaat:
"Allahu akbar kabiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa'ashiilaa. Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal ardha haniifan musliman wa maa anaa minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa anaa minal muslimiin."
Konsistensi dalam mengerjakan sholat Dhuha didorong oleh janji-janji dan keutamaan luar biasa yang Allah dan Rasul-Nya sampaikan. Memahami keutamaan ini dapat menjadi motivasi kuat untuk menjadikannya bagian tak terpisahkan dari rutinitas harian.
Salah satu keutamaan paling menakjubkan dari sholat Dhuha adalah nilainya yang setara dengan sedekah bagi setiap persendian dalam tubuh manusia. Dari Abu Dzar, Rasulullah SAW bersabda:
"Pada pagi hari, setiap ruas tulang salah seorang di antara kalian wajib disedekahi. Setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan laa ilaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (ucapan Allahu akbar) adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang dari kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu dapat dicukupi dengan melaksanakan dua rakaat sholat Dhuha." (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan betapa agungnya sholat Dhuha. Tubuh kita memiliki ratusan sendi yang setiap hari berfungsi dengan izin Allah. Sholat Dhuha adalah cara kita bersyukur dan "membayar" hak atas nikmat kesehatan tersebut dengan cara yang sangat mudah dan penuh berkah.
Sholat Dhuha sering disebut sebagai sholat pembuka pintu rezeki. Ini bukan tanpa dasar, melainkan bersumber dari sebuah Hadits Qudsi yang agung. Allah SWT berfirman:
"Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu (sholat Dhuha), niscaya Aku akan mencukupkanmu di akhir harimu." (HR. Tirmidzi)
Kecukupan (kifayah) yang Allah janjikan di sini memiliki makna yang sangat luas. Ini bukan hanya tentang kecukupan harta, tetapi juga kecukupan dalam segala urusan: ketenangan hati, kesehatan, kelancaran pekerjaan, keselamatan dari mara bahaya, dan kemudahan dalam menjalani sisa hari tersebut.
Bagi setiap manusia yang tak luput dari dosa, sholat Dhuha menjadi salah satu wasilah untuk memohon ampunan. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang menjaga sholat Dhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni walaupun sebanyak buih di lautan." (HR. Tirmidzi)
Janji ini merupakan kabar gembira yang luar biasa. Dengan menjaga sholat sunnah yang ringan ini, seorang hamba berkesempatan untuk membersihkan catatan amalnya dari dosa-dosa kecil yang mungkin dilakukan tanpa disadari setiap harinya.
Bagi mereka yang mampu melaksanakannya secara rutin dengan jumlah rakaat yang lebih banyak, ganjaran istimewa telah menanti di surga. Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa mengerjakan sholat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, Allah akan membangunkan untuknya sebuah istana di surga." (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menjadi motivasi bagi mereka yang memiliki kelapangan waktu untuk menambah jumlah rakaat sholat Dhuha, sebagai investasi abadi untuk kehidupan di akhirat kelak.
Pentingnya sholat Dhuha juga tergambar dari fakta bahwa ibadah ini merupakan salah satu dari tiga wasiat utama yang Rasulullah SAW berikan kepada sahabat Abu Hurairah. Beliau berkata:
"Kekasihku (Rasulullah SAW) mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang tidak pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal dunia: puasa tiga hari setiap bulan, sholat Dhuha, dan sholat Witir sebelum tidur." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebuah amalan yang menjadi wasiat khusus dari Nabi Muhammad SAW kepada sahabatnya tentu bukanlah amalan biasa. Ini menunjukkan betapa besar cinta beliau kepada umatnya agar senantiasa meraih kebaikan dunia dan akhirat melalui amalan-amalan pilihan ini.
Setelah menyelesaikan sholat Dhuha, disunnahkan untuk berdzikir sejenak dan memanjatkan doa. Terdapat sebuah doa yang sangat populer dan ma'tsur (diriwayatkan) untuk dibaca setelah sholat Dhuha. Doa ini berisi pengakuan atas keagungan Allah dan permohonan rezeki yang halal dan berkah.
Allahumma innad-duhaa'a duhaa'uka, wal bahaa'a bahaa'uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal 'ismata 'ismatuka. Allahumma in kaana rizqii fis-samaa'i fa anzilhu, wa in kaana fil ardhi fa akhrijhu, wa in kaana mu'assaran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu, wa in kaana ba'iidan fa qarribhu, bi haqqi duhaa'ika wa bahaa'ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa atayta 'ibaadakash-shalihin.
"Ya Allah, sesungguhnya waktu Dhuha adalah waktu Dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, dan perlindungan adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit, maka turunkanlah. Jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah. Jika sukar, maka mudahkanlah. Jika haram, maka sucikanlah. Jika masih jauh, maka dekatkanlah. Berkat waktu Dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang telah Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."
Membaca doa ini dengan penuh keyakinan dan pengharapan akan menyempurnakan ibadah sholat Dhuha kita. Setelahnya, kita juga bisa menambahkan doa-doa pribadi sesuai dengan hajat dan kebutuhan masing-masing.
Niat sholat sunnah Dhuha adalah kunci pembuka dari sebuah ibadah yang sarat dengan keutamaan. Ia bukan sekadar ucapan, melainkan tekad hati yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah di waktu pagi yang penuh berkah. Dengan memahami lafadz, makna, dan tata cara yang benar, kita dapat melaksanakan sholat Dhuha dengan lebih khusyuk dan penuh penghayatan.
Menjadikan sholat Dhuha sebagai kebiasaan adalah investasi spiritual yang tak ternilai. Ia adalah wujud syukur, pembuka pintu rezeki, penggugur dosa, dan jalan untuk meraih cinta serta ridha Allah SWT. Semoga kita semua dimudahkan untuk senantiasa istiqamah dalam menjaga wasiat berharga dari Rasulullah SAW ini, dan merasakan langsung keajaiban serta keberkahan yang terkandung di dalamnya.