Panduan Lengkap Niat Sholat Rebo Wekasan

Ilustrasi Islami Sebuah kubah masjid dengan bulan sabit di atasnya, melambangkan spiritualitas dan ibadah dalam Islam.

Setiap tahun, ketika memasuki bulan Safar dalam kalender Hijriah, sebagian masyarakat Muslim di Nusantara, khususnya di Indonesia, mengenal sebuah tradisi yang disebut Rebo Wekasan. Istilah ini berasal dari bahasa Jawa, di mana "Rebo" berarti hari Rabu dan "Wekasan" berarti terakhir atau pungkasan. Dengan demikian, Rebo Wekasan adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar. Tradisi ini diwarnai oleh keyakinan turun-temurun bahwa hari tersebut merupakan momen turunnya berbagai macam bencana atau bala. Sebagai respons spiritual, lahirlah amalan-amalan khusus, salah satunya yang paling dikenal adalah Sholat Rebo Wekasan atau sering disebut juga Sholat Lidaf'il Bala (sholat untuk menolak bencana).

Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan komprehensif segala hal yang berkaitan dengan Sholat Rebo Wekasan, mulai dari pemahaman tentang niat sholat Rebo Wekasan yang menjadi intinya, tata cara pelaksanaannya, doa-doa yang dipanjatkan, hingga menelusuri akar sejarah dan pandangan para ulama mengenai praktik ini. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang utuh, seimbang, dan jernih bagi siapa saja yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang tradisi spiritual ini.

Memahami Konteks: Sejarah dan Asal-Usul Rebo Wekasan

Untuk memahami mengapa Sholat Rebo Wekasan ada, kita perlu menengok terlebih dahulu latar belakang keyakinan yang melingkupinya. Kepercayaan mengenai hari Rabu terakhir di bulan Safar sebagai hari yang "berat" tidak muncul dari ruang hampa. Sumbernya sering kali dinisbahkan kepada keterangan dari para ulama sufi atau aulia (kekasih Allah) yang diyakini memiliki ketajaman mata batin atau kasyf.

Salah satu riwayat yang paling sering dikutip berasal dari kalangan ahli tasawuf, seperti yang disebutkan dalam beberapa kitab klasik non-hadis, misalnya dalam kitab Kanzun Najah was Surur karya Syekh Abdul Hamid Al-Qudsi. Dalam kitab tersebut, disebutkan bahwa seorang waliyullah mendapatkan ilham atau penglihatan spiritual bahwa pada setiap tahun, di hari Rabu terakhir bulan Safar, Allah SWT menurunkan ribuan jenis bala atau malapetaka ke bumi. Bala tersebut kemudian menyebar sepanjang tahun. Keyakinan inilah yang menjadi fondasi utama dari tradisi Rebo Wekasan.

Menurut narasi ini, hari tersebut menjadi titik awal distribusi bencana untuk satu tahun ke depan. Oleh karena itu, para ulama yang meyakini hal ini menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak ibadah, doa, sedekah, dan amalan kebaikan lainnya sebagai bentuk ikhtiar batin untuk memohon perlindungan Allah SWT dari segala marabahaya tersebut. Dari sinilah kemudian muncul praktik-praktik spesifik, termasuk sholat sunnah khusus yang dikenal sebagai Sholat Rebo Wekasan.

Penting untuk dicatat bahwa keyakinan ini berkembang subur dalam tradisi masyarakat agraris di masa lampau, di mana kehidupan sangat bergantung pada alam. Wabah penyakit (pagebluk), gagal panen, bencana alam, dan berbagai kesulitan hidup lainnya dianggap sebagai bala yang perlu dicegah melalui ritual-ritual spiritual. Tradisi Rebo Wekasan menjadi salah satu wadah ekspresi keagamaan komunal untuk memohon keselamatan bersama. Ia menyebar dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran di pondok pesantren salaf, majelis taklim, dan cerita lisan di tengah masyarakat.

Meskipun demikian, perlu digarisbawahi bahwa asal-usul ini tidak bersumber dari hadis Nabi Muhammad SAW yang sahih (valid) secara langsung. Keyakinan ini lebih merupakan bagian dari khazanah spiritualitas Islam yang bersifat ijtihadiyah (hasil pemikiran ulama) dan pengalaman batin (dzauqiyah) sebagian kalangan sufi, yang kemudian berakulturasi dengan budaya lokal dan menjadi sebuah tradisi yang mengakar kuat di beberapa wilayah.

Niat Sholat Rebo Wekasan: Kunci Utama Ibadah

Dalam Islam, niat adalah ruh dari setiap amalan. Sebuah perbuatan bisa bernilai ibadah atau sekadar kebiasaan tergantung pada niat yang terpatri di dalam hati. Hal ini berlaku pula untuk Sholat Rebo Wekasan. Niat membedakan sholat ini dari sholat sunnah lainnya dan menegaskan tujuannya yang spesifik, yaitu untuk memohon perlindungan dari segala bentuk bala dan musibah.

Niat sholat ini dilafalkan di dalam hati bersamaan dengan gerakan takbiratul ihram. Namun, untuk membantu konsentrasi dan memantapkan hati, para ulama memperbolehkan untuk melafalkannya (talaffudz) dengan lisan sebelum takbir. Berikut adalah lafal niat yang umum digunakan, khususnya untuk pelaksanaan sholat sebanyak empat rakaat dengan satu kali salam.

Niat Sholat Rebo Wekasan 4 Rakaat 1 Salam

أُصَلِّى سُنَّةً لِدَفْعِ الْبَلاَءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلهِ تَعَالَى

Usholli sunnatan lidaf'il balā-i arba'a raka'ātin lillāhi ta'ālā.

"Aku berniat sholat sunnah untuk menolak bala sebanyak empat rakaat karena Allah Ta'ala."

Jika sholat ini hendak dilaksanakan sebanyak dua rakaat, maka lafal niatnya disesuaikan.

Niat Sholat Rebo Wekasan 2 Rakaat

أُصَلِّى سُنَّةً لِدَفْعِ الْبَلاَءِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Usholli sunnatan lidaf'il balā-i rak'ataini lillāhi ta'ālā.

"Aku berniat sholat sunnah untuk menolak bala sebanyak dua rakaat karena Allah Ta'ala."

Memahami makna dari niat ini sangatlah penting. Frasa "sunnatan lidaf'il balā-i" (sunnah untuk menolak bala) menegaskan dua hal. Pertama, status sholat ini adalah sunnah, bukan wajib. Kedua, tujuannya adalah sebagai bentuk permohonan aktif (ikhtiar batin) kepada Allah agar dihindarkan dari segala keburukan. Ini menempatkan sholat tersebut dalam kategori umum sholat hajat (sholat karena memiliki suatu kebutuhan), di mana kebutuhannya adalah keselamatan dan perlindungan.

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Rebo Wekasan

Tata cara pelaksanaan Sholat Rebo Wekasan memiliki kekhasan tersendiri, terutama dalam hal bacaan surat setelah Al-Fatihah. Meskipun terdapat beberapa variasi, panduan yang paling umum diikuti adalah pelaksanaan sebanyak empat rakaat dengan satu kali salam (tanpa tasyahud awal). Sholat ini biasanya dikerjakan pada waktu Dhuha di hari Rabu terakhir bulan Safar.

Berikut adalah panduan langkah demi langkah yang detail untuk melaksanakan Sholat Rebo Wekasan sebanyak empat rakaat dengan satu kali salam:

  1. Berniat di dalam Hati
    Mantapkan niat di dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah tolak bala karena Allah SWT, sebagaimana lafal niat yang telah disebutkan di atas.
  2. Takbiratul Ihram
    Mengangkat kedua tangan seraya mengucapkan "Allāhu Akbar", bersamaan dengan niat yang terlintas di hati.
  3. Membaca Doa Iftitah
    Membaca doa iftitah sebagaimana yang biasa dibaca dalam sholat pada umumnya.
  4. Membaca Surat Al-Fatihah
    Membaca Surat Al-Fatihah secara lengkap dan tartil.
  5. Membaca Surat-Surat Pendek Khusus (Rakaat Pertama)
    Setelah selesai membaca Al-Fatihah, dianjurkan untuk membaca rangkaian surat berikut secara berurutan:
    • Surat Al-Kautsar sebanyak 17 kali.
    • Surat Al-Ikhlas sebanyak 5 kali.
    • Surat Al-Falaq sebanyak 1 kali.
    • Surat An-Nas sebanyak 1 kali.
  6. Ruku', I'tidal, Sujud, dan Duduk di Antara Dua Sujud
    Melakukan gerakan ruku', i'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua dengan tuma'ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa), sambil membaca bacaan yang disunnahkan pada setiap gerakan.
  7. Bangkit untuk Rakaat Kedua
    Berdiri untuk rakaat kedua tanpa duduk tasyahud awal.
  8. Membaca Al-Fatihah dan Surat-Surat Pendek (Rakaat Kedua, Ketiga, dan Keempat)
    Pada rakaat kedua, ketiga, dan keempat, ulangi proses yang sama seperti pada rakaat pertama. Yaitu, setelah membaca Al-Fatihah, kembali membaca Surat Al-Kautsar (17x), Al-Ikhlas (5x), Al-Falaq (1x), dan An-Nas (1x) pada setiap rakaatnya.
  9. Tasyahud Akhir
    Setelah sujud kedua pada rakaat keempat, lakukan duduk tasyahud akhir. Bacalah bacaan tasyahud, shalawat Ibrahimiyah, dan doa setelahnya secara lengkap.
  10. Salam
    Menutup sholat dengan mengucapkan salam, menoleh ke kanan terlebih dahulu, lalu ke kiri.

Jumlah pengulangan surat-surat tersebut (Al-Kautsar 17 kali, Al-Ikhlas 5 kali) memang tidak memiliki dasar dari hadis Nabi, melainkan merupakan ijazah atau petunjuk dari para ulama yang menyebarkan amalan ini. Angka-angka tersebut diyakini memiliki rahasia (sirr) dan keberkahan tersendiri yang bertujuan untuk mengintensifkan permohonan kepada Allah SWT.

Doa dan Amalan Pelengkap Setelah Sholat

Ibadah Sholat Rebo Wekasan tidak berhenti setelah salam. Momen setelah sholat adalah waktu yang mustajab untuk berdoa. Terdapat doa khusus yang dianjurkan untuk dibaca setelah selesai melaksanakan sholat ini. Doa ini berisi permohonan perlindungan yang sangat komprehensif dari berbagai macam keburukan, baik yang bersifat fisik maupun spiritual.

Doa Khusus Rebo Wekasan

Berikut adalah doa yang lazim dipanjatkan. Dianjurkan untuk membacanya dengan penuh kekhusyukan dan pengharapan.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اَللّهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اَنْتَ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللّهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيْ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabatnya. Ya Allah, wahai Dzat Yang Maha Kuat dan Maha Keras siasat-Nya. Wahai Dzat Yang Maha Perkasa, yang karena keperkasaan-Mu, tunduklah seluruh makhluk-Mu. Cukupkanlah aku dari kejahatan seluruh makhluk-Mu. Wahai Dzat Yang Maha Baik, Yang Maha Memperindah, Yang Maha Memberi Karunia, Yang Maha Memberi Nikmat, Yang Maha Memuliakan. Wahai Dzat yang tiada Tuhan selain Engkau, dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Paling Penyayang di antara para penyayang. Ya Allah, dengan rahasia kemuliaan Hasan, saudaranya (Husein), kakeknya (Nabi Muhammad), dan ayahnya (Ali bin Abi Thalib), jauhkanlah aku dari keburukan hari ini dan apa yang turun padanya. Wahai Dzat Yang Maha Mencukupi, 'maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.' Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabatnya."

Selain doa tersebut, terdapat amalan lain yang juga populer, yaitu membuat "Air Salamun". Praktik ini melibatkan penulisan ayat-ayat Al-Qur'an tertentu yang mengandung kata "Salam" (keselamatan) pada sebuah piring atau wadah. Kemudian, tulisan tersebut dilarutkan dengan air dan airnya diminum dengan niat memohon berkah dan perlindungan (tabarruk). Tujuh ayat tersebut adalah:

  1. سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ (Salamun qaulam mir rabbir rahīm) - (QS. Yasin: 58)
  2. سَلَامٌ عَلَىٰ نُوحٍ فِي الْعَالَمِينَ (Salamun 'alā nūhin fil 'ālamīn) - (QS. As-Saffat: 79)
  3. سَلَامٌ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ (Salamun 'alā ibrāhīm) - (QS. As-Saffat: 109)
  4. سَلَامٌ عَلَىٰ مُوسَىٰ وَهَارُونَ (Salamun 'alā mūsā wa hārūn) - (QS. As-Saffat: 120)
  5. سَلَامٌ عَلَىٰ إِلْ يَاسِينَ (Salamun 'alā il yāsīn) - (QS. As-Saffat: 130)
  6. سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ (Salamun 'alaikum tibtum fadkhulūhā khālidīn) - (QS. Az-Zumar: 73)
  7. سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ (Salamun hiya hattā matla'il fajr) - (QS. Al-Qadr: 5)

Amalan lain yang sangat dianjurkan dan disepakati oleh seluruh ulama sebagai penolak bala adalah memperbanyak sedekah, menyambung tali silaturahmi, berdzikir, beristighfar, dan membaca Al-Qur'an. Amalan-amalan ini memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur'an dan Hadis sebagai perbuatan yang dicintai Allah dan dapat mendatangkan rahmat serta menjauhkan murka-Nya.

Kontroversi dan Pandangan Ulama: Sebuah Tinjauan Kritis

Praktik Sholat Rebo Wekasan tidak lepas dari perdebatan di kalangan para ulama. Terdapat perbedaan pandangan yang cukup signifikan mengenai status hukum dan keabsahan amalan ini. Memahami kedua sisi argumen akan memberikan kita perspektif yang lebih bijaksana.

Pandangan yang Membolehkan

Ulama dari kalangan yang membolehkan, umumnya dari tradisi Ahlussunnah wal Jama'ah (khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama), tidak memandang sholat ini sebagai sebuah syariat baru yang diwajibkan. Mereka mengkategorikannya sebagai bagian dari shalat sunnah mutlak atau shalat hajat. Argumen mereka didasarkan pada beberapa poin:

Pandangan yang Menolak atau Mengkritik

Di sisi lain, banyak ulama, terutama dari kalangan yang lebih tekstualis, menolak atau setidaknya mengkritik keras tradisi Rebo Wekasan. Argumen utama mereka adalah:

Jalan Tengah dan Sikap Bijaksana

Di tengah dua pandangan tersebut, sikap yang moderat dan bijaksana adalah kunci. Bagi yang meyakini dan ingin mengamalkannya, penting untuk meluruskan niat dan akidah. Yakini bahwa sholat ini hanyalah sebuah wasilah (perantara) untuk memohon kepada Allah, bukan sholat itu sendiri yang memiliki kekuatan menolak bala. Segala kekuatan hanya milik Allah. Jangan sampai meyakini bahwa hari Rabu Wekasan memiliki kekuatan untuk mencelakai secara independen. Anggaplah ini sebagai sholat hajat untuk memohon keselamatan, yang kebetulan dilakukan pada waktu yang diyakini oleh sebagian ulama sebagai waktu yang tepat untuk memohon perlindungan ekstra.

Bagi yang tidak meyakininya, sikap yang tepat adalah tidak mudah menyalahkan atau menganggap sesat saudaranya yang mengamalkan. Selama mereka masih meyakini Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan, maka perbedaan ini masuk dalam ranah khilafiyah (perbedaan pendapat) dalam hal furu'iyyah (cabang agama), bukan ushuluddin (pokok-pokok agama). Cara terbaik menolak bala yang disepakati semua pihak adalah dengan sedekah, doa, dan dzikir secara umum tanpa mengkhususkan ritual tertentu.

Hikmah dan Makna Spiritual di Balik Tradisi

Terlepas dari perdebatan hukumnya, tradisi Rebo Wekasan mengandung beberapa hikmah dan pelajaran spiritual yang mendalam. Jika dipahami dengan benar, tradisi ini dapat menjadi momentum positif untuk meningkatkan kualitas keimanan seseorang.

  1. Pengingat akan Kelemahan Diri: Tradisi ini secara kolektif mengingatkan manusia akan posisinya yang lemah dan fana. Di hadapan kuasa Allah, manusia tidak memiliki daya dan upaya. Kesadaran ini menumbuhkan sifat tawadhu (rendah hati) dan menjauhkan dari kesombongan.
  2. Meningkatkan Ketergantungan kepada Allah (Tawakal): Dengan adanya "ancaman" bala, seorang hamba didorong untuk semakin mendekat dan bersandar hanya kepada Allah SWT. Ini adalah esensi dari tawakal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada-Nya setelah melakukan ikhtiar, baik ikhtiar fisik maupun spiritual seperti doa dan sholat.
  3. Sarana Muhasabah dan Introspeksi Diri: Momentum Rebo Wekasan bisa menjadi waktu yang tepat untuk merenung dan mengintrospeksi diri (muhasabah). Musibah dan bala sering kali datang sebagai akibat dari dosa dan kelalaian manusia. Dengan memohon ampun dan bertaubat, seseorang berharap rahmat Allah akan turun dan murka-Nya akan diangkat.
  4. Memperkuat Solidaritas Sosial: Ketika amalan ini dilakukan secara berjamaah di masjid atau mushala, ia dapat memperkuat ikatan sosial dan solidaritas antarwarga. Mereka bersama-sama memanjatkan doa untuk keselamatan bersama, menciptakan rasa senasib sepenanggungan yang positif.

Kesimpulan

Sholat Rebo Wekasan, dengan segala niat, tata cara, dan amalan yang menyertainya, adalah sebuah fenomena spiritual-kultural yang kaya makna dan sarat dengan perdebatan. Ia lahir dari rahim tradisi tasawuf yang menekankan pentingnya kewaspadaan spiritual dan upaya batin dalam menghadapi kehidupan. Di satu sisi, ia dipandang sebagai sarana yang baik untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon perlindungan-Nya. Di sisi lain, ia dikritik karena dianggap tidak memiliki dasar yang kokoh dari sunnah Nabi Muhammad SAW.

Kunci dalam menyikapi tradisi ini adalah ilmu dan kebijaksanaan. Memahami niat sholat Rebo Wekasan sebagai sebuah permohonan khusus dalam kerangka sholat hajat adalah langkah awal yang penting. Melaksanakannya dengan keyakinan bahwa hanya Allah yang mampu memberi manfaat dan menolak mudarat adalah pondasi akidah yang tidak boleh goyah. Pada akhirnya, semua amalan kembali kepada niatnya, dan tujuan utama dari semua ibadah adalah untuk meraih ridha Allah SWT dan merasakan kedamaian di bawah naungan perlindungan-Nya.

🏠 Kembali ke Homepage