Kunci kesuksesan beternak terletak pada formulasi pakan yang presisi.
Ayam Arab, atau seringkali merujuk pada jenis ayam petelur lokal unggulan seperti ras KUB (Kampung Unggul Balitbangtan) yang memiliki performa produktivitas tinggi, memerlukan strategi pakan yang jauh lebih spesifik dibandingkan ayam kampung biasa. Kebutuhan nutrisi yang dipenuhi dengan tepat merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan produksi telur, daya tahan tubuh, dan efisiensi konversi pakan (FCR). Artikel ini akan membahas secara mendalam setiap aspek dari makanan Ayam Arab, mulai dari komposisi makro hingga peran vital mikronutrien dan manajemen pemberian pakan.
Formulasi pakan yang efektif harus didasarkan pada pemahaman mendalam tentang kebutuhan makronutrien unggas pada setiap fase pertumbuhan. Tiga pilar utama nutrisi adalah protein, energi (karbohidrat dan lemak), serta mineral dan vitamin dalam jumlah besar.
Protein adalah elemen kunci untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan, dan produksi telur. Kebutuhan protein pada Ayam Arab sangat tinggi, terutama pada fase awal pertumbuhan dan puncak produksi telur. Protein kasar saja tidak cukup; yang terpenting adalah ketersediaan dan keseimbangan asam amino esensial. Asam amino adalah unit dasar protein, dan kekurangan salah satunya dapat menghambat pertumbuhan atau produksi secara keseluruhan.
Dua asam amino yang paling sering menjadi pembatas (limiting amino acids) dalam formulasi pakan unggas adalah Metionin dan Lisin. Metionin sangat penting untuk sintesis protein, pembentukan bulu, dan metabolisme lemak. Sementara itu, Lisin memegang peran sentral dalam pertumbuhan otot dan perkembangan kerangka. Jika salah satu dari asam amino ini tidak tersedia dalam jumlah yang cukup, tubuh ayam tidak dapat memanfaatkan protein yang ada secara maksimal, meskipun kadar protein kasar total (CP) terlihat tinggi.
Sumber protein yang umum digunakan dalam makanan Ayam Arab berkualitas meliputi bungkil kedelai (sumber lisin yang baik), tepung ikan (sumber protein hewani dan mineral), serta MBM (Meat and Bone Meal) jika diizinkan dan tersedia. Penggunaan asam amino sintetik (DL-Metionin dan L-Lisin monohidroklorida) sangat direkomendasikan untuk menyeimbangkan rasio secara presisi dan mengurangi biaya pakan tanpa mengorbankan kualitas nutrisi.
Energi, yang sebagian besar berasal dari karbohidrat dan lemak, dibutuhkan untuk semua aktivitas kehidupan, mulai dari bergerak, menjaga suhu tubuh, hingga proses pembentukan telur. Sumber energi utama adalah biji-bijian, terutama jagung kuning, yang kaya pati. Jagung juga memberikan pigmen alami (Xanthophylls) yang penting untuk memberikan warna kuning cerah pada kuning telur, yang disukai pasar.
Rasio P/E adalah indikator krusial. Jika energi terlalu tinggi relatif terhadap protein, ayam akan kelebihan lemak, yang dapat menyebabkan masalah kesuburan dan penurunan produksi telur. Sebaliknya, jika energi terlalu rendah, ayam akan menggunakan protein mahal sebagai sumber energi, mengurangi efisiensi pakan dan menyebabkan berat badan menurun. Untuk fase layer, rasio P/E harus dijaga ketat, biasanya sekitar 120-130 kkal ME per persen protein kasar. Pengaturan Energi Metabolisme (ME) yang tepat adalah kunci dalam mengontrol berat badan ayam sebelum puncak produksi.
Jika makronutrien menyediakan fondasi, maka mikronutrien (mineral dan vitamin) adalah arsitek yang memastikan proses biokimia berjalan sempurna, terutama dalam sistem produksi telur yang intensif.
Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) adalah mineral makro yang paling penting, terutama untuk Ayam Arab yang bertelur. Kalsium dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembentukan cangkang telur yang kuat. Sekitar 95% dari berat cangkang telur adalah kalsium karbonat. Ayam petelur yang sedang dalam masa puncak produksi membutuhkan hingga 4 gram Kalsium per hari yang harus diserap dalam waktu singkat.
Keseimbangan antara Kalsium dan Fosfor harus dijaga ketat. Rasio Ca:P yang ideal untuk layer adalah antara 10:1 hingga 12:1. Fosfor dibutuhkan untuk metabolisme energi dan kesehatan tulang, namun Fosfor yang terlalu tinggi dapat mengganggu penyerapan Kalsium.
Vitamin adalah katalisator biologis. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil, kekurangan sekecil apa pun dapat menyebabkan gangguan serius pada kesehatan, kekebalan, dan kualitas telur.
Mineral seperti Seng (Zn), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Besi (Fe), dan Selenium (Se) berfungsi sebagai kofaktor enzim. Mangan dan Seng sangat krusial untuk pembentukan matriks cangkang telur dan kekuatan tulang. Selenium bekerja sama dengan Vitamin E sebagai antioksidan. Untuk memastikan penyerapan yang optimal, peternak modern sering beralih menggunakan mineral organik (chelated minerals) yang memiliki bioavailabilitas lebih tinggi dibandingkan bentuk inorganik.
Pakan Ayam Arab harus diracik dari bahan baku berkualitas tinggi dan diolah dengan teknik yang benar. Variabilitas kualitas bahan baku adalah musuh utama dalam nutrisi unggas.
Jagung kuning (Corn) adalah raja dalam pakan unggas. Kualitas jagung diukur dari kadar air, bebas dari jamur (mikotoksin), dan kandungan energi. Jagung yang terkontaminasi aflatoksin adalah ancaman serius, menyebabkan kerusakan hati, penurunan penyerapan nutrisi, dan imunosupresi. Screening mikotoksin harus menjadi praktik standar.
Selain jagung, gandum, sorgum, atau dedak padi dapat digunakan sebagai pengganti parsial, tetapi formulasi harus disesuaikan karena kandungan serat, protein, dan energi mereka berbeda. Dedak padi, misalnya, memiliki energi yang lebih rendah dan serat yang lebih tinggi, sehingga batas penggunaannya ketat (biasanya tidak lebih dari 10-15%).
Bungkil kedelai (Soybean Meal, SBM) adalah standar emas protein nabati karena profil asam aminonya yang baik. Penting untuk memastikan SBM telah dimasak dengan benar (heating treatment) untuk menonaktifkan Anti-Nutritional Factors (ANFs) seperti Trypsin Inhibitor. Jika inhibitor ini tidak dinonaktifkan, pencernaan protein pada ayam akan terganggu.
Tepung ikan memberikan asam amino yang seimbang dan mineral. Namun, kualitas tepung ikan sangat bervariasi (berdasarkan kadar garam, minyak, dan TVN/Total Volatile Nitrogen). Penggunaan tepung ikan harus diawasi karena dapat menyebabkan bau amis pada telur jika kadarnya terlalu tinggi atau kualitasnya buruk.
Penggunaan aditif dalam pakan Ayam Arab berkualitas tinggi telah menjadi keharusan untuk memaksimalkan efisiensi dan kesehatan.
Ayam tidak memiliki enzim yang cukup untuk mencerna beberapa komponen pakan, seperti Non-Starch Polysaccharides (NSP) yang ditemukan dalam dedak atau kedelai mentah, atau Fitase yang mengikat Fosfor. Penambahan enzim seperti Fitase, Xilanase, dan Beta-Glukanase dapat secara signifikan meningkatkan daya cerna bahan baku, melepaskan nutrisi yang terperangkap, dan mengurangi ekskresi nutrisi, yang pada gilirannya meningkatkan FCR.
Kesehatan usus adalah kunci penyerapan nutrisi. Probiotik (mikroorganisme hidup) membantu menyeimbangkan flora usus, sementara Prebiotik (seperti Fructo-Oligosaccharides atau MOS) menyediakan makanan untuk bakteri baik. Kombinasi keduanya, yang disebut Sinbiotik, membantu mencegah kolonisasi bakteri patogen seperti *Salmonella* dan *E. coli*, yang sering menyebabkan diare dan malabsorpsi pada unggas.
Mengingat ancaman mikotoksin dari jagung, penggunaan pengikat mikotoksin (misalnya, bentonite, HSCAS, atau ragi teraktivasi) sangat penting. Toxin binders bekerja dengan menjebak molekul mikotoksin di saluran pencernaan, mencegahnya diserap ke dalam darah dan merusak organ vital.
Kebutuhan nutrisi Ayam Arab berubah drastis sepanjang siklus hidupnya. Menggunakan satu jenis pakan untuk semua fase adalah kesalahan fatal. Program pakan harus dibagi menjadi beberapa tahap yang disesuaikan dengan kurva pertumbuhan dan produksi telur.
Fokus pada pertumbuhan cepat dan perkembangan sistem kekebalan tubuh. Kebutuhan PK dan ME sangat tinggi. Pakan harus dalam bentuk crumble atau pellet kecil yang mudah dicerna. Pakan harus selalu tersedia (ad libitum) untuk mendorong konsumsi maksimal. Periode ini adalah periode emas yang menentukan potensi pertumbuhan dewasa.
Manajemen nutrisi pada fase starter harus ditekankan pada kualitas protein yang sangat tinggi, minimal 20% PK, dengan profil asam amino yang ketat. Kekurangan pakan atau nutrisi di minggu pertama akan menghasilkan ayam dewasa yang lebih kecil dengan organ reproduksi yang kurang berkembang.
Fase ini bertujuan untuk mempersiapkan ayam mencapai berat badan standar saat dewasa kelamin (maturity). Kebutuhan energi dan protein diturunkan untuk mencegah penimbunan lemak berlebihan yang bisa menghambat produksi telur. Pengendalian berat badan melalui manajemen pakan sangat penting pada fase ini. Pakan diberikan dalam bentuk pellet atau mash, dengan PK sekitar 16%-18%.
Di akhir fase grower (sekitar 16 minggu), peternak mulai melakukan ‘pullet preparation’ dengan meningkatkan sedikit Kalsium (menjadi sekitar 1.5% hingga 2%) untuk membangun cadangan Kalsium di tulang medula sebelum ayam mulai bertelur. Cadangan ini krusial untuk mencegah osteoporosis di masa produksi.
Transisi ini sangat penting. Ayam mulai menunjukkan tanda-tanda kematangan seksual. Pakan harus beralih ke pakan layer, yang mengandung Kalsium tinggi (3.5%+) dan protein seimbang, namun dengan konsumsi pakan yang terkontrol agar tidak terjadi penambahan berat badan yang eksplosif.
Ini adalah periode di mana konsumsi pakan, protein (18-19% PK), dan Kalsium (3.8% - 4.2% Ca) harus dimaksimalkan. Pakan harus didistribusikan pada waktu-waktu strategis, sering kali dua hingga tiga kali sehari, untuk mendorong konsumsi. Pemberian Kalsium partikel kasar di sore hari sangat dianjurkan untuk menjamin ketersediaan Ca saat pembentukan cangkang di malam hari.
Pada puncak produksi, Ayam Arab/Layer biasanya mengonsumsi 105-120 gram pakan per ekor per hari, tergantung suhu lingkungan dan densitas energi pakan. Jika konsumsi pakan turun, densitas nutrisi harus ditingkatkan untuk memastikan ayam tetap mendapatkan gram nutrisi yang dibutuhkan meskipun volume pakan yang dimakan lebih sedikit.
Seiring bertambahnya usia, ayam cenderung menghasilkan telur yang lebih besar tetapi dengan kualitas cangkang yang menurun. Kebutuhan nutrisi tetap tinggi, namun mungkin diperlukan penyesuaian: sedikit penurunan protein, tetapi peningkatan Kalsium dan Vitamin D3 harus dipertahankan untuk mengkompensasi efisiensi penyerapan yang mulai berkurang.
Pakan terbaik pun tidak akan efektif jika manajemen pemberian pakan dan lingkungan kandang tidak optimal.
Air sering diabaikan, padahal ayam mengonsumsi air dua kali lipat lebih banyak daripada pakan (berdasarkan berat). Air yang kotor, mengandung bakteri tinggi, atau pH yang terlalu asam/basa dapat mengganggu penyerapan nutrisi, mengurangi konsumsi pakan, dan menyebabkan penyakit. Suplai air bersih, sejuk, dan terfilter adalah prasyarat keberhasilan nutrisi.
Pada fase produksi, penambahan elektrolit atau vitamin larut air pada air minum dapat membantu mengatasi stres panas atau meningkatkan penyerapan vitamin yang dibutuhkan untuk pembentukan cangkang.
Suhu tinggi (heat stress) adalah penghambat konsumsi pakan utama. Saat suhu kandang melebihi 30°C, ayam akan mengurangi konsumsi pakan hingga 10-25% untuk mengurangi produksi panas internal. Ini menyebabkan kekurangan nutrisi, terutama Kalsium, yang berdampak langsung pada cangkang. Selama periode stres panas, strategi nutrisi harus beralih ke pakan dengan densitas nutrisi yang lebih tinggi (meningkatkan kadar protein dan mineral per gram pakan) dan mengurangi serat/lemak yang menghasilkan panas saat dicerna.
Untuk Ayam Arab, bentuk pakan memengaruhi FCR dan pemborosan. Pakan bentuk mash (tepung) seringkali lebih murah tetapi ayam cenderung memilih partikel yang lebih besar (seleksi pakan), menyebabkan formulasi nutrisi yang tidak seimbang di perut ayam, dan menyebabkan banyak pakan terbuang dalam bentuk debu. Pellet (untuk grower) atau crumble (untuk starter) memastikan setiap gigitan memiliki komposisi nutrisi yang sama, meningkatkan konversi pakan, dan mengurangi pemborosan.
Di samping pakan komersial, banyak peternak Ayam Arab memanfaatkan bahan-bahan alami dan herbal untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi ketergantungan pada antibiotik (AGP - Antibiotic Growth Promoters).
Fermentasi adalah proses pengawetan dan peningkatan nilai nutrisi pakan. Pakan difermentasi dengan bakteri baik (seperti *Lactobacillus*) menggunakan molase atau air. Proses ini dapat meningkatkan daya cerna protein dan serat, menetralkan zat anti-nutrisi, dan menghasilkan asam laktat yang menyehatkan usus. Namun, proses fermentasi harus dilakukan dengan higienis dan konsisten untuk menghindari pertumbuhan jamur atau bakteri patogen.
Fitobiotik adalah senyawa bioaktif yang berasal dari tumbuhan yang digunakan untuk meningkatkan performa. Beberapa contoh yang populer di Indonesia:
Pemberian suplemen herbal harus dilakukan secara terukur dan tidak berlebihan, biasanya dicampurkan dalam air minum atau sebagai aditif pakan basah.
Kualitas pakan tidak hanya terlihat dari jumlah telur, tetapi juga dari atribut fisik dan nutrisi telur yang dihasilkan oleh Ayam Arab.
Ini adalah indikator langsung dari manajemen Kalsium, Fosfor, dan Vitamin D3. Cangkang yang tipis atau rapuh menunjukkan kekurangan Kalsium yang tersedia, atau rasio Kalsium:Fosfor yang tidak seimbang, atau masalah dalam mobilisasi Kalsium (defisiensi D3). Kekuatan cangkang juga dipengaruhi oleh Mangan dan Seng.
Konsumen Ayam Arab seringkali mengutamakan kuning telur yang berwarna oranye atau kuning gelap. Warna ini berasal dari pigmen karotenoid dan xantofil yang terdapat dalam pakan. Jika peternak ingin kuning telur yang lebih pekat, mereka harus meningkatkan kadar jagung kuning dalam formulasi, atau menambahkan pigmen alami seperti tepung marigold atau sintetis (karotenoid) ke dalam pakan.
Berat telur dikendalikan oleh kandungan energi dan protein/asam amino esensial dalam pakan. Massa telur (jumlah total berat telur yang diproduksi per ayam) adalah metrik performa utama. Jika ayam kekurangan Metionin dan Lisin, berat telur akan cenderung menurun.
Dalam bisnis peternakan Ayam Arab, pakan merupakan 60-75% dari total biaya operasional. Oleh karena itu, efisiensi pakan sangat menentukan profitabilitas.
FCR (Feed Conversion Ratio) adalah rasio jumlah pakan yang dikonsumsi per satuan produk (misalnya, per kg massa telur). FCR yang lebih rendah berarti ayam lebih efisien. FCR yang baik untuk Ayam Arab petelur modern berkisar antara 2.2 hingga 2.5 (artinya, dibutuhkan 2.2 - 2.5 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg telur).
FCR dipengaruhi oleh kualitas bahan baku, presisi formulasi asam amino, densitas energi, dan manajemen kandang (terutama suhu dan tingkat stres). Penggunaan aditif pakan, seperti enzim, seringkali terbukti menguntungkan karena dapat menurunkan FCR, bahkan jika harga pakan per kg sedikit lebih tinggi.
Formulasi pakan Ayam Arab harus dilakukan oleh ahli gizi unggas menggunakan perangkat lunak optimasi (linear programming). Tujuannya bukan hanya memenuhi kebutuhan minimum, tetapi juga untuk mendapatkan nutrisi dengan biaya terendah. Formulator harus mempertimbangkan variasi harga komoditas (misalnya, jagung vs. kedelai), ketersediaan mineral chelated, dan harga asam amino sintetik untuk menciptakan formula yang ekonomis tanpa mengorbankan kepadatan nutrisi penting.
Seorang formulator tidak hanya melihat total protein atau total kalsium, tetapi juga bioavailabilitas (seberapa banyak nutrisi tersebut benar-benar dapat diserap oleh ayam). Sebagai contoh, Fosfor yang terkandung dalam bahan baku nabati seperti dedak sebagian besar berbentuk fitat, yang tidak dapat dicerna ayam. Oleh karena itu, formulator harus menghitung kebutuhan Fosfor Berbasis Dapat Dicerna (Digestible Phosphorus) dan memastikan penggunaan fitase yang tepat.
Demikian pula, sistem asam amino kini dihitung berdasarkan Asam Amino Dapat Dicerna (Digestible Amino Acids), bukan hanya totalnya. Ini memastikan bahwa kebutuhan protein internal ayam terpenuhi secara akurat, meningkatkan efisiensi konversi FCR dan mengurangi ekskresi nitrogen (protein yang tidak tercerna) ke lingkungan.
Bagi peternak skala kecil atau menengah yang meracik pakan sendiri (self-mixing), ada beberapa tantangan spesifik yang harus diatasi untuk menjamin kualitas pakan setara dengan standar pabrikan bagi Ayam Arab.
Mikronutrien seperti vitamin, mineral, dan asam amino ditambahkan dalam jumlah sangat kecil (gram per ton). Jika proses pencampuran (mixing) tidak homogen, beberapa ayam mungkin menerima overdosis dan yang lain defisiensi. Peternak mandiri harus menggunakan mixer yang dirancang khusus untuk pakan dan memastikan waktu pencampuran yang optimal (biasanya 5-10 menit).
Peternak mandiri harus rutin melakukan uji sederhana pada bahan baku utama. Misalnya, uji kadar air (menggunakan alat moisture meter) pada jagung sangat penting. Jagung dengan kadar air di atas 14% rentan terhadap jamur dan peracunan mikotoksin saat disimpan. Selain itu, pengujian bau, warna, dan tekstur setiap batch kedelai dan tepung ikan wajib dilakukan sebelum pencampuran.
Pakan Ayam Arab harus disimpan di tempat yang sejuk, kering, dan bebas hama. Pakan yang sudah diformulasi (terutama yang mengandung vitamin) memiliki masa simpan terbatas. Vitamin, khususnya A dan E, cepat terdegradasi jika terpapar panas, kelembaban, atau sinar matahari langsung. Jika pakan disimpan terlalu lama (lebih dari 3-4 minggu), kualitas nutrisinya, terutama mikronutrien, akan menurun drastis.
Manajemen makanan Ayam Arab adalah disiplin ilmu yang menuntut ketelitian, konsistensi, dan pemahaman mendalam tentang kebutuhan biologis unggas. Kesuksesan produksi telur yang tinggi dan berkelanjutan pada Ayam Arab sangat bergantung pada kemampuan peternak untuk menyediakan pakan yang tidak hanya memenuhi kadar protein dan energi standar, tetapi juga menyeimbangkan rasio asam amino esensial, mineral, dan vitamin kritis (terutama Kalsium dan Vitamin D3).
Investasi pada kualitas bahan baku, penggunaan aditif yang cerdas (enzim, probiotik, pengikat mikotoksin), serta manajemen air dan lingkungan kandang yang prima akan menghasilkan efisiensi konversi pakan (FCR) yang optimal. Strategi pakan yang adaptif—berubah seiring fase pertumbuhan, berat badan, dan lingkungan—merupakan kunci untuk menjaga Ayam Arab tetap sehat, produktif, dan menghasilkan keuntungan maksimal bagi usaha peternakan.
Mempertahankan keseimbangan nutrisi yang tepat dari fase starter hingga akhir layer adalah investasi jangka panjang yang akan tercermin dalam umur produksi yang panjang, tingkat mortalitas yang rendah, dan kualitas telur yang unggul, memenuhi permintaan pasar terhadap produk unggas lokal berkualitas tinggi.
Analisis komposisi pakan secara berkala, baik melalui uji laboratorium terhadap pakan jadi maupun bahan baku, akan memberikan data akurat yang diperlukan untuk penyesuaian formulasi. Peternak yang mengadopsi pendekatan berbasis data dan nutrisi presisi akan selalu selangkah lebih maju dalam mengelola performa Ayam Arab mereka di pasar yang kompetitif.
Nutrisi adalah inti dari kesehatan dan produktivitas. Ketika Ayam Arab menerima diet yang dirancang untuk mendukung laju metabolisme tinggi mereka, hasilnya adalah performa puncak yang konsisten, cangkang telur yang kuat, dan daya tahan tubuh yang prima, memastikan keberlanjutan usaha peternakan.
--- ARTIKEL KOMPREHENSIF NUTRISI UNGGAS ---