Memahami Idzhar Syafawi: Hukum Bacaan Mim Sukun yang Jelas

Ilustrasi Idzhar Syafawi Sebuah ilustrasi yang menggambarkan bibir dengan huruf Mim Sukun, melambangkan kejelasan pengucapan dari bibir (syafawi). مْ Jelas Tanpa Dengung Ilustrasi Idzhar Syafawi - Hukum bacaan mim sukun yang dibaca jelas.

Membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar merupakan sebuah keutamaan bagi setiap Muslim. Keindahan lantunan ayat suci tidak hanya terletak pada merdunya suara, tetapi yang lebih utama adalah pada ketepatan pengucapan setiap huruf sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan. Ilmu yang mengatur tata cara membaca Al-Qur'an ini dikenal sebagai Ilmu Tajwid. Di dalam lautan ilmu tajwid yang luas, terdapat kaidah-kaidah fundamental yang menjadi dasar bagi bacaan yang fasih dan tartil, salah satunya adalah hukum yang berkaitan dengan Mim Sukun (مْ) atau Mim Mati.

Hukum Mim Sukun adalah salah satu pilar penting dalam tajwid yang mengatur bagaimana cara melafalkan huruf Mim yang berharakat sukun ketika bertemu dengan huruf-huruf hijaiyah lainnya. Terdapat tiga cabang utama dalam hukum ini, yaitu Ikhfa Syafawi, Idgham Mitslain (atau Idgham Mutamatsilain), dan Idzhar Syafawi. Setiap cabang memiliki aturan, huruf, dan cara pengucapan yang unik. Artikel ini akan mengupas secara tuntas dan mendalam salah satu hukum tersebut, yaitu Idzhar Syafawi, sebuah kaidah yang menekankan pada kejelasan dan ketegasan dalam pelafalan.

Pengertian Mendasar Idzhar Syafawi

Untuk memahami sebuah istilah dalam ilmu keislaman, pendekatan terbaik adalah dengan membedahnya dari dua sisi: etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah). Pendekatan ini memberikan pemahaman yang komprehensif dan mendalam.

1. Pengertian Secara Bahasa (Etimologi)

Istilah "Idzhar Syafawi" terbentuk dari dua kata dalam bahasa Arab:

Dengan demikian, secara bahasa, Idzhar Syafawi dapat diartikan sebagai "menjelaskan (bacaan) yang berasal dari bibir". Nama ini secara langsung memberikan petunjuk utama tentang bagaimana cara membacanya: jelas dan bersumber dari bibir.

2. Pengertian Secara Istilah (Terminologi)

Dalam terminologi ilmu tajwid, Idzhar Syafawi adalah hukum bacaan yang terjadi apabila Mim Sukun (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah, selain huruf Mim (م) dan Ba (ب).

Definisi ini sangat penting untuk dipahami. Kunci dari Idzhar Syafawi terletak pada pertemuan Mim Sukun dengan SEMUA huruf hijaiyah, kecuali dua huruf. Mengapa Mim dan Ba dikecualikan? Karena pertemuan Mim Sukun dengan kedua huruf tersebut memiliki hukumnya sendiri:

Oleh karena itu, sisa huruf hijaiyah lainnya, ketika bertemu dengan Mim Sukun, akan menghasilkan hukum bacaan Idzhar Syafawi. Cara membacanya adalah dengan melafalkan bunyi Mim Sukun secara jelas, tegas, dan sempurna tanpa ada suara dengung (ghunnah) sama sekali, lalu segera melanjutkan ke pengucapan huruf berikutnya.

Huruf-Huruf Idzhar Syafawi

Jumlah total huruf hijaiyah adalah 28 (atau 29 jika Alif dan Hamzah dihitung terpisah). Seperti yang telah dijelaskan, hukum Idzhar Syafawi berlaku untuk semua huruf hijaiyah kecuali Mim (م) dan Ba (ب). Dengan demikian, terdapat 26 huruf yang menjadi penyebab terjadinya Idzhar Syafawi. Ke-26 huruf tersebut adalah:

ا ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل ن هـ و ي

Setiap kali salah satu dari ke-26 huruf ini muncul tepat setelah Mim Sukun (مْ), baik dalam satu kata maupun di antara dua kata, maka hukum Idzhar Syafawi wajib diterapkan. Kunci utamanya adalah membaca Mim Sukun dengan bibir yang terkatup rapat sesaat, lalu membukanya untuk melafalkan huruf berikutnya tanpa jeda yang berlebihan dan tanpa getaran dengung.

Cara Membaca Idzhar Syafawi dengan Sempurna

Meskipun terdengar sederhana—hanya membaca dengan jelas—terdapat beberapa detail teknis yang perlu diperhatikan untuk mencapai kesempurnaan dalam melafalkan Idzhar Syafawi. Kesalahan kecil dalam praktiknya dapat mengubah hukum bacaan atau setidaknya mengurangi kesempurnaan bacaan tartil.

Langkah-langkah Praktis:

  1. Rapatkan Bibir dengan Sempurna: Saat melafalkan Mim Sukun (مْ), pastikan kedua bibir (atas dan bawah) terkatup dengan rapat dan sempurna. Ini adalah makhraj dari huruf Mim. Jangan sampai ada celah sedikit pun yang dapat menyebabkan udara keluar dari hidung dan menghasilkan dengung.
  2. Ucapkan Bunyi "M" dengan Jelas: Bunyi Mim harus terdengar tegas dan solid. Tidak samar, tidak terputus-putus, dan tidak terpantul.
  3. Tanpa Ghunnah (Dengung): Ini adalah poin paling krusial. Pastikan tidak ada suara dengung yang menyertai pelafalan Mim Sukun. Dengung adalah ciri khas dari Ikhfa Syafawi dan Idgham Mitslain. Pada Idzhar Syafawi, dengung harus dihilangkan sama sekali. Suara "M" harus murni berasal dari getaran di bibir, bukan dari rongga hidung.
  4. Transisi Cepat dan Lancar: Setelah melafalkan Mim Sukun dengan jelas, segera berpindah untuk melafalkan huruf berikutnya tanpa ada jeda (saktah) atau berhenti yang tidak perlu. Transisi harus lancar namun tetap menjaga kejelasan masing-masing huruf.

Kesalahan Umum yang Harus Dihindari:

Praktik terbaik adalah dengan mendengarkan bacaan dari para Qari' mutqin (yang bacaannya sangat baik dan terjaga) dan menirukannya di bawah bimbingan seorang guru tajwid yang ahli.

Contoh Lengkap Idzhar Syafawi dalam Al-Qur'an

Teori tanpa praktik tidak akan sempurna. Berikut adalah kumpulan contoh Idzhar Syafawi untuk setiap hurufnya yang diambil langsung dari ayat-ayat suci Al-Qur'an. Perhatikan bagaimana Mim Sukun (مْ) dibaca dengan jelas sebelum huruf berikutnya.

Mim Sukun (مْ) bertemu Hamzah (ا)

ظَمْـَٔانُ يَحْسَبُهُ

Pada lafadz ظَمْـَٔانُ, Mim Sukun bertemu dengan Hamzah. Maka Mim dibaca jelas "zham-aanu".

(QS. An-Nur: 39)

Mim Sukun (مْ) bertemu Ta (ت)

أَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Pada lafadz أَنْتُمْ تَعْلَمُونَ, Mim Sukun bertemu dengan Ta. Maka Mim dibaca jelas "antum ta'lamuun", bukan "antum-ng ta'lamuun".

(QS. Al-Baqarah: 22)

Mim Sukun (مْ) bertemu Tsa (ث)

بِذَنۢبِهِمْ ثُمَّ

Pada lafadz بِذَنۢبِهِمْ ثُمَّ, Mim Sukun bertemu dengan Tsa. Maka Mim dibaca jelas "bidzambihim tsumma".

(QS. Asy-Syams: 14)

Mim Sukun (مْ) bertemu Jim (ج)

لَهُمْ جَنَّاتٌ

Pada lafadz لَهُمْ جَنَّاتٌ, Mim Sukun bertemu dengan Jim. Maka Mim dibaca jelas "lahum jannaat".

(QS. Al-Bayyinah: 8)

Mim Sukun (مْ) bertemu Ha (ح)

فَوْقَهُمْ حَافِظِينَ

Pada lafadz فَوْقَهُمْ حَافِظِينَ, Mim Sukun bertemu dengan Ha. Maka Mim dibaca jelas "fauqahum haafizhiin".

(QS. Al-Infitar: 10)

Mim Sukun (مْ) bertemu Kho (خ)

قُلُوبُهُمْ خَائِفَةٌ

Pada lafadz قُلُوبُهُمْ خَائِفَةٌ, Mim Sukun bertemu dengan Kho. Maka Mim dibaca jelas "quluubuhum khaaifah".

(QS. An-Nazi'at: 8)

Mim Sukun (مْ) bertemu Dal (د)

لَكُمْ دِينُكُمْ

Pada lafadz لَكُمْ دِينُكُمْ, Mim Sukun bertemu dengan Dal. Maka Mim dibaca jelas "lakum diinukum".

(QS. Al-Kafirun: 6)

Mim Sukun (مْ) bertemu Dzal (ذ)

أَنْذَرْتَهُمْ ذَٰلِكَ

Pada lafadz أَنْذَرْتَهُمْ ذَٰلِكَ, Mim Sukun bertemu dengan Dzal. Maka Mim dibaca jelas "andzartahum dzaalika".

(QS. Yasin: 10)

Mim Sukun (مْ) bertemu Ro (ر)

لَهُمْ رِزْقُهُمْ

Pada lafadz لَهُمْ رِزْقُهُمْ, Mim Sukun bertemu dengan Ro. Maka Mim dibaca jelas "lahum rizquhum".

(QS. Maryam: 62)

Mim Sukun (مْ) bertemu Zay (ز)

فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ

Pada lafadz فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ, Mim Sukun bertemu dengan Zay. Maka Mim dibaca jelas "fii quluubihim zaighun".

(QS. Ali 'Imran: 7)

Mim Sukun (مْ) bertemu Sin (س)

أَمْ سَاءَ

Pada lafadz أَمْ سَاءَ, Mim Sukun bertemu dengan Sin. Maka Mim dibaca jelas "am saa-a".

(QS. Al-Jathiyah: 21)

Mim Sukun (مْ) bertemu Syin (ش)

أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ

Pada lafadz أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ, Mim Sukun bertemu dengan Syin. Maka Mim dibaca jelas "am lahum syirkun".

(QS. Al-Ahqaf: 4)

Mim Sukun (مْ) bertemu Shod (ص)

عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ

Pada lafadz عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ, Mim Sukun bertemu dengan Shod. Maka Mim dibaca jelas "'alaihim shalawaatun".

(QS. Al-Baqarah: 157)

Mim Sukun (مْ) bertemu Dhod (ض)

أَيْدِيهِمْ ضَرَعًا

Pada lafadz أَيْدِيهِمْ ضَرَعًا, Mim Sukun bertemu dengan Dhod. Maka Mim dibaca jelas "aidiihim dhara'an".

(QS. Al-An'am: 42)

Mim Sukun (مْ) bertemu Tho (ط)

تَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ

Pada lafadz قُلُوبُهُمْ طَ dalam ayat ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ, Mim Sukun bertemu dengan Tho. Maka Mim dibaca jelas "quluubuhum tathmainnu".

(QS. Ar-Ra'd: 28)

Mim Sukun (مْ) bertemu Zho (ظ)

أَنَّهُمْ ظَالِمُونَ

Pada lafadz أَنَّهُمْ ظَالِمُونَ, Mim Sukun bertemu dengan Zho. Maka Mim dibaca jelas "annahum zhaalimuun".

(QS. Al-Baqarah: 229)

Mim Sukun (مْ) bertemu 'Ain (ع)

ذَٰلِكُمْ عَمَلُكُمْ

Pada lafadz ذَٰلِكُمْ عَمَلُكُمْ, Mim Sukun bertemu dengan 'Ain. Maka Mim dibaca jelas "dzaalikum 'amalukum".

(QS. Al-Jathiyah: 30)

Mim Sukun (مْ) bertemu Ghoin (غ)

إِنَّهُمْ غَيْرُ

Pada lafadz إِنَّهُمْ غَيْرُ, Mim Sukun bertemu dengan Ghoin. Maka Mim dibaca jelas "innahum ghairu".

(QS. At-Taubah: 127)

Mim Sukun (مْ) bertemu Fa (ف)

هُمْ فِيهَا

Pada lafadz هُمْ فِيهَا, Mim Sukun bertemu dengan Fa. Ini adalah contoh yang sering salah dibaca. Pastikan Mim dibaca jelas "hum", lalu masuk ke "fiihaa" tanpa dengung sama sekali.

(QS. Al-Baqarah: 25)

Mim Sukun (مْ) bertemu Qof (ق)

وَأَمْوَالُهُمْ قُرْبَةً

Pada lafadz وَأَمْوَالُهُمْ قُرْبَةً, Mim Sukun bertemu dengan Qof. Maka Mim dibaca jelas "wa amwaaluhum qurbatan".

(QS. At-Taubah: 99)

Mim Sukun (مْ) bertemu Kaf (ك)

إِنَّكُمْ كُنْتُمْ

Pada lafadz إِنَّكُمْ كُنْتُمْ, Mim Sukun bertemu dengan Kaf. Maka Mim dibaca jelas "innakum kuntum".

(QS. Ash-Shaffat: 29)

Mim Sukun (مْ) bertemu Lam (ل)

أَمْ لَهُمْ

Pada lafadz أَمْ لَهُمْ, Mim Sukun bertemu dengan Lam. Maka Mim dibaca jelas "am lahum".

(QS. At-Tur: 39)

Mim Sukun (مْ) bertemu Nun (ن)

آمَنْتُمْ نَحْنُ

Pada lafadz آمَنْتُمْ نَحْنُ, Mim Sukun bertemu dengan Nun. Maka Mim dibaca jelas "aamantum nahnu".

(QS. Al-A'raf: 121)

Mim Sukun (مْ) bertemu Ha (هـ)

لَهُمْ هَادٍ

Pada lafadz لَهُمْ هَادٍ, Mim Sukun bertemu dengan Ha. Maka Mim dibaca jelas "lahum haad".

(QS. Ar-Ra'd: 33)

Mim Sukun (مْ) bertemu Wau (و)

حِسَابُهُمْ وَهُمْ

Pada lafadz حِسَابُهُمْ وَهُمْ, Mim Sukun bertemu dengan Wau. Ini juga contoh yang perlu diwaspadai agar tidak dibaca mendengung. Baca dengan jelas "hisaabuhum wahum".

(QS. Al-Anbiya: 1)

Mim Sukun (مْ) bertemu Ya (ي)

لَمْ يَلِدْ

Pada lafadz لَمْ يَلِدْ, Mim Sukun bertemu dengan Ya. Maka Mim dibaca jelas "lam yalid".

(QS. Al-Ikhlas: 3)

Perbandingan Idzhar Syafawi dengan Hukum Tajwid Lainnya

Untuk memantapkan pemahaman, sangat bermanfaat untuk membandingkan Idzhar Syafawi dengan hukum-hukum lain yang memiliki kemiripan nama atau mekanisme.

Idzhar Syafawi vs. Idzhar Halqi

Idzhar Syafawi vs. Ikhfa Syafawi

Idzhar Syafawi vs. Idgham Mitslain

Pentingnya Menguasai Idzhar Syafawi

Mempelajari dan mengamalkan Idzhar Syafawi bukan sekadar persoalan teknis pelafalan. Ini adalah bagian integral dari upaya seorang Muslim untuk membaca Kalamullah dengan cara terbaik, sebagaimana ia diturunkan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

"...dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan (tartil)." (QS. Al-Muzzammil: 4)

Membaca dengan tartil berarti melafalkan setiap huruf dengan benar, memberikan haknya sesuai sifat dan makhrajnya, serta memahami hukum-hukum yang menyertainya. Idzhar Syafawi, dengan prinsip kejelasannya, memegang peranan penting dalam menjaga integritas lafaz dan makna Al-Qur'an. Kesalahan dalam membacanya, misalnya dengan menambahkan dengung, dapat menyerupai hukum Ikhfa Syafawi. Meskipun mungkin tidak selalu mengubah makna secara drastis, ini mengurangi kesempurnaan bacaan dan dapat tergolong sebagai Lahn Khafi (kesalahan tersembunyi).

Dengan menguasai hukum ini, seorang qari' atau qari'ah dapat menghasilkan bacaan yang jernih, tegas, dan indah, yang tidak hanya memuliakan lafaz Al-Qur'an tetapi juga membantu pendengar untuk memahami ayat yang dibacakan dengan lebih baik. Ini adalah sebuah perjalanan spiritual yang menghubungkan lisan kita dengan firman-Nya secara lebih mendalam.

Kesimpulan

Idzhar Syafawi adalah salah satu dari tiga hukum utama yang mengatur bacaan Mim Sukun (مْ). Hukum ini terjadi ketika Mim Sukun bertemu dengan 26 huruf hijaiyah, yaitu semua huruf selain Mim (م) dan Ba (ب). Prinsip utamanya adalah membaca huruf Mim Sukun dengan jelas, tegas, dan tanpa dengung (ghunnah), dengan merapatkan kedua bibir secara sempurna, lalu segera melanjutkan ke huruf berikutnya.

Menguasai Idzhar Syafawi membutuhkan pemahaman teori yang baik, kesadaran akan kesalahan-kesalahan umum, dan yang terpenting, latihan yang konsisten. Dengan terus berlatih, mendengarkan para ahli, dan belajar di bawah bimbingan guru, insya Allah kita dapat menyempurnakan bacaan Al-Qur'an kita, menjadikannya lebih tartil, lebih indah, dan lebih mendekatkan diri kita kepada Sang Pencipta. Semoga panduan ini bermanfaat dalam perjalanan kita mempelajari kitab-Nya yang mulia.

🏠 Kembali ke Homepage