Waktu sore adalah momen pergantian dari terang menuju gelap, sebuah tanda kebesaran Allah yang patut kita renungi. Di saat inilah, seorang hamba dianjurkan untuk memperbanyak dzikir, memohon perlindungan, serta mensyukuri nikmat yang telah diberikan sepanjang hari. Dzikir sore bukan sekadar rutinitas lisan, melainkan benteng spiritual yang menjaga kita dari segala keburukan malam hingga datangnya pagi. Dengan merutinkannya, hati akan menjadi tentram, iman akan bertambah kuat, dan kita senantiasa berada dalam penjagaan-Nya.
Panduan dzikir sore Rumaysho disusun berdasarkan dalil-dalil yang kuat, menjadikannya rujukan yang terpercaya bagi kaum muslimin yang ingin mengamalkan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita selami setiap lafaznya, pahami maknanya, dan resapi keagungan yang terkandung di dalamnya.
1. Membaca Ayat Kursi
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ
Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw wa laa nauum, lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardh, man dzalladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa bi idznih, ya’lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’, wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardh, wa laa ya’uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal ‘aliyyul ‘azhiim.
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255)
Dibaca 1 kali
Keutamaan dan Penjelasan Ayat Kursi
Ayat Kursi, yang merupakan ayat ke-255 dari Surat Al-Baqarah, adalah ayat yang paling agung di dalam Al-Qur'an. Keagungannya terletak pada kandungan maknanya yang luar biasa, yaitu penjelasan tentang tauhid uluhiyah, rububiyah, serta asma' wa shifat Allah Ta'ala. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setelah selesai shalat, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian." (HR. An Nasa-i). Keutamaan ini juga berlaku bagi siapa yang membacanya di waktu pagi dan petang. Dalam sebuah hadits disebutkan, "Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (dari berbagai gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga petang." (HR. Al Hakim).
Membaca Ayat Kursi di waktu sore adalah bentuk pengakuan total kita akan keesaan, kekuasaan, dan keagungan Allah. Kita memulai perlindungan malam dengan menegaskan bahwa tiada Tuhan selain Dia, Al-Hayyu (Yang Maha Hidup) dan Al-Qayyum (Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya). Sifat ini menenangkan hati, karena kita bersandar pada Dzat yang tidak pernah mati, tidak pernah lelah, dan tidak pernah lalai. Berbeda dengan manusia yang butuh istirahat, Allah tidak tersentuh oleh kantuk (`sinah`) maupun tidur (`naum`). Ini adalah penegasan kesempurnaan-Nya.
Selanjutnya, ayat ini menegaskan kepemilikan mutlak Allah atas segala sesuatu di langit dan di bumi. Tidak ada satu partikel pun yang keluar dari kekuasaan-Nya. Penegasan ini mengikis rasa takut kita terhadap makhluk, karena semua makhluk berada di bawah kendali-Nya. Bahkan, tidak ada yang bisa memberi syafa'at di sisi-Nya tanpa izin-Nya, menunjukkan betapa tingginya kedudukan Allah. Ilmu Allah pun meliputi segala sesuatu, yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi, sementara ilmu makhluk sangatlah terbatas. Ini mengajarkan kita untuk tawadhu' dan menyerahkan segala urusan kepada Yang Maha Mengetahui.
Puncak keagungan ayat ini adalah penyebutan "Kursi"-Nya yang meliputi langit dan bumi. Para ulama menafsirkan Kursi sebagai tempat letak kedua kaki Allah, dan ini menunjukkan betapa besarnya Dzat-Nya, yang bahkan 'Arsy-Nya jauh lebih besar dari Kursi-Nya. Menjaga langit dan bumi yang begitu luas tidaklah membebani-Nya. Dengan merenungi makna ini, kita akan merasa kecil di hadapan-Nya dan merasa aman berada dalam penjagaan-Nya, Al-'Aliyy (Yang Maha Tinggi) dan Al-'Azhim (Yang Maha Agung).
2. Membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas
Dibaca masing-masing 3 kali
Surat Al-Ikhlas
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ۞ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ۞ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ۞ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ
Qul huwallaahu ahad. Allaahush shamad. Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad.
"Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)
Surat Al-Falaq
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلْفَلَقِ ۞ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ۞ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ۞ وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِى ٱلْعُقَدِ ۞ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Qul a’uudzu birabbil falaq. Min syarri maa khalaq. Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab. Wa min syarrin naffaatsaati fil ‘uqad. Wa min syarri haasidin idzaa hasad.
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS. Al-Falaq: 1-5)
Surat An-Nas
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ۞ مَلِكِ ٱلنَّاسِ ۞ إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ ۞ مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ ۞ ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ ۞ مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ
Qul a’uudzu birabbin naas. Malikin naas. Ilaahin naas. Min syarril waswaasil khannaas. Alladzii yuwaswisu fii shuduurin naas. Minal jinnati wan naas.
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Nas: 1-6)
Keutamaan dan Penjelasan Tiga Surat Pelindung (Al-Mu'awwidzat)
Ketiga surat ini dikenal sebagai Al-Mu'awwidzat, yaitu surat-surat yang berisi permohonan perlindungan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bacalah Qul Huwallahu Ahad dan Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) di waktu petang dan pagi hari sebanyak tiga kali, maka itu akan mencukupimu dari segala sesuatu." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Kata "mencukupimu" di sini memiliki makna yang sangat luas: cukup sebagai pelindung dari segala keburukan, cukup sebagai obat, dan cukup sebagai bekal spiritual.
Surat Al-Ikhlas adalah inti dari ajaran tauhid. Membacanya seolah-olah kita sedang membaca sepertiga Al-Qur'an, karena Al-Qur'an berisi tiga pokok bahasan: tauhid, hukum, dan kisah. Surat ini memurnikan keyakinan kita kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang Esa (`Ahad`), tempat bergantung segala makhluk (`Ash-Shamad`), yang tidak memiliki kekurangan seperti beranak atau diperanakkan, dan tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya. Membaca surat ini di waktu sore mengokohkan pondasi iman kita sebelum memasuki kegelapan malam.
Surat Al-Falaq adalah permohonan perlindungan dari kejahatan-kejahatan yang bersifat eksternal atau datang dari luar diri kita. Kita berlindung kepada `Rabbil Falaq` (Tuhan yang menguasai waktu subuh), yang mampu menyingkap kegelapan malam dengan cahaya pagi. Ini memberikan harapan bahwa sekelam apa pun malam, Allah mampu mendatangkan pertolongan. Perlindungan yang kita minta mencakup: 1) kejahatan semua makhluk secara umum, 2) kejahatan malam yang gelap, di mana banyak keburukan terjadi, 3) kejahatan sihir, dan 4) kejahatan orang yang hasad atau dengki. Ini adalah permohonan perlindungan yang sangat komprehensif dari ancaman fisik maupun non-fisik.
Surat An-Nas, di sisi lain, adalah permohonan perlindungan dari kejahatan yang bersifat internal, yaitu bisikan syaitan. Kejahatan ini seringkali lebih berbahaya karena menyerang dari dalam, merusak hati dan pikiran. Dalam surat ini, kita berlindung kepada Allah dengan menyebut tiga sifat-Nya: sebagai `Rabb` (Tuhan yang memelihara), `Malik` (Raja yang menguasai), dan `Ilah` (Sembahan yang haq). Ini adalah bentuk pengakuan total atas kekuasaan-Nya. Musuh yang kita hadapi adalah `Al-Waswasil Khannas`, yaitu syaitan yang terus-menerus membisikkan keraguan dan keburukan, namun akan lari dan bersembunyi ketika kita mengingat Allah. Surat ini adalah senjata utama untuk melawan perang batin melawan was-was dari jin dan manusia.
3. Dzikir Pembuka Petang
أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Amsaynaa wa amsal mulku lillaah, wal hamdu lillaah, laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir. Rabbi as-aluka khaira maa fii haadzihil lailah wa khaira maa ba’dahaa, wa a’uudzu bika min syarri maa fii haadzihil lailah wa syarri maa ba’dahaa. Rabbi a’uudzu bika minal kasali wa suu-il kibar. Rabbi a’uudzu bika min ‘adzaabin fin naari wa ‘adzaabin fil qabri.
“Kami telah memasuki waktu petang dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabb, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari siksa di neraka dan siksa di kubur.”
Dibaca 1 kali
Makna Penyerahan Diri di Waktu Sore
Dzikir ini adalah sebuah deklarasi agung di awal petang. Kalimat "Amsaynaa wa amsal mulku lillaah" (Kami telah memasuki waktu petang dan kerajaan hanya milik Allah) adalah pengakuan bahwa saat kita memasuki malam, kita dan seluruh alam semesta tetap berada dalam genggaman dan kekuasaan Allah. Ini menumbuhkan rasa aman, karena kita berada di bawah naungan Raja segala raja. Segala puji (`Alhamdulillah`) kita haturkan kepada-Nya atas nikmat yang tak terhitung, terutama nikmat dapat bertemu kembali dengan waktu petang dalam keadaan beriman.
Inti dari dzikir ini adalah kalimat tauhid, "Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah...", yang menegaskan kembali fondasi akidah kita. Setelah itu, kita masuk ke dalam bagian permohonan yang sangat komprehensif. Pertama, kita memohon kebaikan malam ini dan malam-malam sesudahnya. Kebaikan di sini mencakup segala hal: ibadah yang khusyuk, istirahat yang berkualitas, terhindar dari musibah, mendapat ilmu yang bermanfaat, dan segala bentuk kebaikan dunia dan akhirat. Sebaliknya, kita berlindung dari kejahatan malam ini dan malam-malam sesudahnya, yang bisa berupa gangguan jin, kejahatan manusia, mimpi buruk, atau bencana alam.
Dzikir ini juga mencakup permohonan perlindungan dari penyakit-penyakit internal yang menghalangi produktivitas, yaitu kemalasan (`al-kasal`). Kemalasan adalah musuh besar yang membuat waktu terbuang sia-sia dan menghalangi seseorang dari melakukan ketaatan. Kita juga berlindung dari kejelekan di hari tua (`suu-il kibar`), seperti pikun, menjadi beban bagi orang lain, dan kondisi fisik yang sangat lemah. Ini adalah doa untuk kualitas hidup yang baik hingga akhir hayat. Terakhir, doa ini ditutup dengan permohonan perlindungan dari dua hal yang paling menakutkan bagi seorang mukmin: siksa neraka dan siksa kubur. Ini menunjukkan orientasi hidup seorang muslim yang selalu tertuju pada keselamatan di akhirat.
4. Ikrar Tauhid di Waktu Petang
اللّٰهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Allaahumma bika amsaynaa, wa bika ashbahnaa, wa bika nahyaa, wa bika namuutu, wa ilaikal mashiir.
“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu petang, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami hidup dan dengan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu tempat kembali (bagi semua makhluk).”
Dibaca 1 kali
Ketergantungan Mutlak kepada Allah
Dzikir ini adalah ikrar ketergantungan total seorang hamba kepada Rabb-nya. Setiap frasa diawali dengan "bika", yang berarti "dengan-Mu" atau "karena-Mu". Ini menanamkan dalam jiwa kita bahwa tidak ada satu pun peristiwa dalam hidup kita yang terjadi kecuali dengan izin, rahmat, dan pertolongan Allah.
"Allahumma bika amsaynaa" (Ya Allah, dengan-Mu kami memasuki waktu petang). Kita menyadari bahwa kemampuan kita untuk hidup dan beraktivitas hingga sore hari bukanlah karena kekuatan kita, melainkan murni karena anugerah dari Allah. Begitu pula saat kita memasuki pagi hari. Ini mengajarkan kita untuk tidak sombong dan senantiasa bersyukur.
"Wa bika nahyaa, wa bika namuutu" (Dengan-Mu kami hidup, dan dengan-Mu kami mati). Ini adalah pengakuan bahwa kehidupan dan kematian sepenuhnya berada di tangan Allah. Dia yang memberi kita kehidupan setiap saat, dan Dia pula yang akan mengambilnya kapan pun Dia berkehendak. Kesadaran ini membuat kita lebih siap menghadapi kematian dan memanfaatkan sisa hidup untuk beribadah kepada-Nya.
Kalimat penutup, "Wa ilaikal mashiir" (Dan kepada-Mu tempat kembali), adalah pengingat akan hari akhir. Semua yang kita lakukan di dunia ini, baik di waktu pagi maupun petang, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Dzikir ini, meskipun singkat, merangkum seluruh siklus kehidupan seorang hamba, dari pagi ke petang, dari hidup ke mati, dan dari dunia menuju akhirat, yang semuanya terikat erat dengan kehendak dan kekuasaan Allah Ta'ala.
5. Sayyidul Istighfar (Raja Permohonan Ampun)
اللّٰهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii wa anaa ‘abduka, wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu, a’uudzu bika min syarri maa shana’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbii, faghfir lii, fa innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta.
“Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu dan janji-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang telah aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”
Dibaca 1 kali
Kedahsyatan Permohonan Ampun di Sore Hari
Doa ini disebut sebagai Sayyidul Istighfar atau "rajanya istighfar" karena kandungan maknanya yang sangat dalam dan komprehensif. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dengan penuh keyakinan lalu ia meninggal pada hari itu sebelum petang, maka ia termasuk penduduk surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dengan penuh keyakinan lalu ia meninggal sebelum pagi, maka ia termasuk penduduk surga." (HR. Bukhari).
Mari kita bedah keindahan doa ini:
- Pengakuan Tauhid dan Rububiyah: Dimulai dengan "Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta", sebuah pengakuan total bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb (Pencipta, Pemelihara, Pengatur) dan Ilah (Sembahan).
- Pengakuan Status sebagai Hamba: "Khalaqtanii wa anaa 'abduka" (Engkau menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu). Ini adalah puncak ketundukan, menyadari posisi kita yang lemah dan butuh kepada Sang Pencipta.
- Komitmen pada Perjanjian: "Wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu" (Aku berada di atas perjanjian dan janji-Mu semampuku). Perjanjian di sini adalah ikrar untuk beriman dan taat. Ungkapan "semampuku" menunjukkan kerendahan hati kita, mengakui bahwa kita tidak akan pernah bisa menunaikan hak Allah secara sempurna.
- Perlindungan dari Dosa: "A'uudzu bika min syarri maa shana'tu" (Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang telah aku perbuat). Kita memohon perlindungan dari konsekuensi buruk dosa-dosa kita, baik di dunia maupun di akhirat.
- Pengakuan Ganda: "Abuu-u laka bini'matika 'alayya, wa abuu-u bi dzanbii" (Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku). Ini adalah inti dari taubat. Kita mengakui bahwa segala kebaikan datang dari Allah (nikmat) dan segala keburukan berasal dari diri kita sendiri (dosa). Pengakuan ini membuka pintu ampunan.
- Permohonan Ampunan: "Faghfir lii, fa innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta" (Maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau). Ini adalah puncak permohonan, di mana kita menyerahkan urusan ampunan sepenuhnya kepada Allah, karena hanya Dia yang memiliki hak prerogatif untuk mengampuni.
Membaca Sayyidul Istighfar di waktu sore adalah cara terbaik untuk menutup hari. Kita membersihkan catatan amal kita dari dosa-dosa yang mungkin kita lakukan sepanjang hari, dan mempersiapkan diri menghadap Allah dalam keadaan bersih jika takdir kematian menjemput di malam itu.
6. Memohon Perlindungan dari Kekufuran dan Kefakiran
اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ
Allaahumma innii a’uudzu bika minal kufri wal faqr, wa a’uudzu bika min ‘adzaabil qabri, laa ilaaha illaa anta.
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau.”
Dibaca 3 kali
Bahaya yang Mengancam Iman dan Dunia
Dzikir ini berisi permohonan perlindungan dari tiga hal yang sangat berbahaya: kekufuran, kefakiran, dan siksa kubur. Permohonan ini diulang tiga kali, menunjukkan betapa penting dan seriusnya ancaman-ancaman tersebut.
Perlindungan dari Kekufuran (`Al-Kufr`): Ini adalah permohonan terpenting bagi seorang muslim. Kekufuran adalah dosa terbesar yang bisa membatalkan seluruh amal dan menyebabkan kekal di neraka. Meminta perlindungan dari kekufuran setiap pagi dan sore adalah cara untuk senantiasa memperbaharui komitmen iman dan memohon kepada Allah agar hati kita ditetapkan di atas kebenaran.
Perlindungan dari Kefakiran (`Al-Faqr`): Mengapa kefakiran disandingkan dengan kekufuran? Karena kefakiran yang parah dapat mendekatkan seseorang kepada kekufuran. Kemiskinan yang ekstrem bisa mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang haram, berkeluh kesah terhadap takdir Allah, bahkan menjual akidahnya demi dunia. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan doa ini untuk menunjukkan bahwa kita memohon kecukupan rezeki yang halal agar dapat fokus beribadah dan terhindar dari fitnah dunia.
Perlindungan dari Siksa Kubur (`'Adzaabil Qabr`): Siksa kubur adalah sebuah kepastian dan merupakan fase pertama dari kehidupan akhirat. Dahsyatnya siksa kubur membuat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri sering berlindung darinya. Dengan membaca doa ini, kita memohon kepada Allah agar kubur kita dijadikan taman di antara taman-taman surga, bukan jurang di antara jurang-jurang neraka. Dzikir ini ditutup dengan kalimat tauhid "Laa ilaaha illaa anta" untuk menegaskan bahwa hanya kepada Allah-lah kita memohon segala bentuk perlindungan.
7. Memohon 'Afiyah (Kesehatan dan Keselamatan)
اللّٰهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي، اللّٰهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي، اللّٰهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي، لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ
Allaahumma ‘aafinii fii badanii, allaahumma ‘aafinii fii sam’ii, allaahumma ‘aafinii fii basharii, laa ilaaha illaa anta.
“Ya Allah, selamatkanlah tubuhku (dari penyakit dan dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah pendengaranku (dari penyakit dan maksiat atau dari apa yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah penglihatanku, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau.”
Dibaca 3 kali
Nikmat Terbesar Setelah Iman
Nikmat 'afiyah (keselamatan dan kesehatan) adalah salah satu nikmat terbesar yang sering dilupakan. Al-'Abbas, paman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, pernah meminta doa terbaik, dan Nabi menjawab, "Mintalah kepada Allah al-'afiyah (di dunia dan akhirat)." Doa ini adalah permohonan 'afiyah yang spesifik untuk anggota tubuh yang paling vital.
'Afiyah pada Badan (`fii badanii`): Memohon kesehatan fisik secara umum. Dengan tubuh yang sehat, kita dapat melaksanakan ibadah dengan maksimal, bekerja mencari nafkah yang halal, dan menunaikan kewajiban-kewajiban lainnya. Permohonan ini juga mencakup perlindungan dari kecelakaan dan penyakit.
'Afiyah pada Pendengaran (`fii sam'ii`): Ini memiliki dua makna. Pertama, memohon agar pendengaran kita sehat secara fisik, tidak tuli atau terganggu. Kedua, dan ini yang lebih penting, memohon agar pendengaran kita diselamatkan dari mendengar hal-hal yang haram, seperti ghibah, fitnah, musik yang melalaikan, dan perkataan kufur. Kita memohon agar telinga ini hanya digunakan untuk mendengar Al-Qur'an, nasehat, dan hal-hal yang bermanfaat.
'Afiyah pada Penglihatan (`fii basharii`): Sama seperti pendengaran, ini mencakup kesehatan mata secara fisik dan penjagaannya dari hal-hal yang haram. Kita memohon agar mata kita diselamatkan dari memandang aurat yang bukan mahram, kemewahan dunia yang melalaikan, dan segala sesuatu yang dimurkai Allah. Kita memohon agar mata ini digunakan untuk membaca Al-Qur'an, melihat kebesaran ciptaan Allah, dan hal-hal yang mendatangkan pahala. Doa ini adalah wujud syukur dan permohonan agar nikmat yang Allah berikan tidak kita gunakan untuk bermaksiat kepada-Nya.
8. Permohonan Perlindungan yang Menyeluruh
اللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللّٰهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
Allaahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dunyaa wal aakhirah. Allaahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fii diinii wa dunyaaya wa ahlii wa maalii. Allaahummastur ‘auraatii wa aamin rau’aatii. Allaahummahfazhnii min baini yadayya, wa min khalfii, wa ‘an yamiinii, wa ‘an syimaalii, wa min fauqii, wa a’uudzu bi ‘azhamatika an ughtaala min tahtii.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah aibku dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau terbenam dalam bumi dan lain-lain).”
Dibaca 1 kali
Benteng Perlindungan dari Segala Arah
Ini adalah salah satu doa perlindungan yang paling lengkap dan menyeluruh yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang beliau tidak pernah meninggalkannya baik di waktu pagi maupun petang. Doa ini mencakup semua aspek kehidupan.
Pertama, kita memohon Al-'Afwa wal 'Aafiyah. `Al-'Afwu` adalah ampunan dan penghapusan dosa beserta akibatnya. `Al-'Aafiyah` adalah keselamatan dari segala penyakit, musibah, dan fitnah. Meminta keduanya berarti kita memohon kebahagiaan sempurna, yaitu bersih dari dosa dan selamat dari derita. Permohonan ini kita panjatkan untuk urusan dunia dan akhirat.
Kemudian, permohonan ini dirinci lebih lanjut untuk mencakup: agama, dunia, keluarga, dan harta. Ini adalah empat pilar utama kehidupan seseorang. Keselamatan dalam agama adalah yang terpenting, yaitu terhindar dari syubhat dan syahwat yang merusak iman. Keselamatan dunia mencakup kesehatan dan rezeki. Keselamatan keluarga mencakup keharmonisan dan perlindungan dari marabahaya. Dan keselamatan harta mencakup perlindungan dari kerugian, pencurian, dan hal-hal yang haram.
Selanjutnya, kita memohon "Allahummastur 'auraatii" (Ya Allah, tutupilah aib-aibku). `Aurat` di sini bukan hanya aurat fisik, tetapi juga segala aib, kekurangan, dan dosa yang kita miliki yang jika terbongkar akan membuat kita malu. Kita juga memohon "Wa aamin rau'aatii" (dan tenteramkanlah aku dari rasa takut), yaitu memohon ketenangan jiwa dari segala hal yang mengkhawatirkan dan menakutkan.
Bagian terakhir adalah permohonan perlindungan total dari enam arah: depan, belakang, kanan, kiri, atas, dan bawah. Ini adalah permohonan agar Allah menjaga kita dari segala jenis bahaya yang datang dari arah manapun, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Penutupnya, "Wa a'uudzu bi 'azhamatika an ughtaala min tahtii" (Aku berlindung dengan kebesaran-Mu dari disambar dari bawahku), menunjukkan perlindungan dari bahaya yang tak terduga, seperti gempa bumi, longsor, atau serangan dari bawah tanah. Ini adalah bentuk penyerahan diri total kepada penjagaan Allah yang Maha Meliputi.
9. Berlindung dengan Kalimat Sempurna Allah
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
A’uudzu bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa khalaq.
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya.”
Dibaca 3 kali
Perlindungan Universal dari Segala Kejahatan
Dzikir ini, meskipun sangat singkat, memiliki cakupan perlindungan yang luar biasa luas. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lalu ia mengucapkan 'A’uudzu bikalimaatillaahit taammaati min syarri maa khalaq', niscaya tidak akan ada sesuatu pun yang membahayakannya hingga ia beranjak dari tempat itu." (HR. Muslim). Keutamaan ini tidak hanya berlaku saat singgah di suatu tempat, tetapi juga saat dibaca di waktu pagi dan petang.
"Kalimat-kalimat Allah yang sempurna (`kalimaatillaahit taammaat`)" memiliki beberapa penafsiran di kalangan ulama, yang semuanya benar. Di antaranya adalah Al-Qur'an, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta kalimat-kalimat kauniyah (takdir)-Nya. Disebut "sempurna" karena bebas dari segala cacat dan kekurangan, berbeda dengan perkataan makhluk. Berlindung dengan kalimat Allah berarti kita berlindung dengan sesuatu yang paling agung dan kuat.
"Dari kejahatan makhluk yang diciptakan-Nya (`min syarri maa khalaq`)". Frasa ini bersifat umum, mencakup segala jenis kejahatan dari semua makhluk Allah. Ini termasuk kejahatan dari manusia (perampok, pembunuh, pendengki), kejahatan dari jin dan syaitan, kejahatan dari binatang buas dan berbisa (ular, kalajengking), bahkan kejahatan dari benda mati yang bisa mencelakai (api, air, bencana alam). Dengan mengucapkan dzikir ini, kita seolah-olah memasukkan diri kita ke dalam benteng perlindungan Allah yang tidak dapat ditembus oleh kejahatan apa pun atas izin-Nya.
10. Dzikir Perlindungan dengan Nama Allah
بِسْمِ اللّٰهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Bismillaahilladzii laa yadhurru ma’asmihii syai’un fil ardhi wa laa fis samaa’i wa huwas samii’ul ‘aliim.
“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Dibaca 3 kali
Penjagaan Mutlak dari Segala Bahaya
Ini adalah dzikir agung yang memberikan ketenangan dan rasa aman yang luar biasa. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah seorang hamba mengucapkan pada pagi hari setiap hari dan pada sore hari setiap malam, 'Bismillaahilladzii laa yadhurru…' sebanyak tiga kali, maka tidak akan ada sesuatu pun yang membahayakannya." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Makna dari "Dengan nama Allah" (`Bismillah`) adalah "aku memulai (hariku/malamku) dan aku memohon perlindungan dengan menyebut nama Allah". Kekuatan nama Allah begitu dahsyat sehingga "tidak akan ada sesuatu pun di bumi dan di langit yang dapat membahayakan". Ini mencakup racun, sihir, penyakit, kecelakaan, gangguan jin, dan segala marabahaya lainnya. Keyakinan penuh pada janji dalam hadits ini akan membuat hati seorang mukmin kokoh dan tidak mudah takut.
Dzikir ini ditutup dengan dua nama Allah yang mulia: "As-Samii'" (Yang Maha Mendengar) dan "Al-'Aliim" (Yang Maha Mengetahui). `As-Samii'` berarti Allah Maha Mendengar doa dan permohonan perlindungan kita. `Al-'Aliim'` berarti Allah Maha Mengetahui segala sumber bahaya yang mengancam kita, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui. Kombinasi kedua nama ini memberikan keyakinan bahwa permohonan kita didengar oleh Dzat yang ilmunya meliputi segala sesuatu, sehingga perlindungan-Nya pun bersifat sempurna.
11. Ikrar Ridha kepada Allah, Islam, dan Muhammad
رَضِيتُ بِاللّٰهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
Radhiitu billaahi rabbaa, wa bil islaami diinaa, wa bi muhammadin shallallaahu ‘alaihi wa sallama nabiyyaa.
“Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi.”
Dibaca 3 kali
Kunci Meraih Keridhaan Allah
Dzikir ini adalah sebuah pernyataan keridhaan (kepuasan dan penerimaan) yang menjadi pondasi keimanan seorang muslim. Keutamaannya sangat besar, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Barangsiapa yang mengucapkan ketika pagi dan petang, 'Radhiitu billaahi rabbaa…', maka menjadi hak bagi Allah untuk meridhoinya (pada hari kiamat)." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi). Mendapatkan keridhaan Allah adalah puncak cita-cita seorang hamba.
"Aku ridha Allah sebagai Rabb" berarti kita menerima dengan sepenuh hati bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemilik, Pengatur, dan Pemberi rezeki. Kita ridha dengan segala takdir-Nya, baik yang kita sukai maupun yang tidak kita sukai, karena kita yakin itu yang terbaik dari Rabb Yang Maha Bijaksana.
"Aku ridha Islam sebagai agama" berarti kita menerima semua ajaran, hukum, dan syariat Islam tanpa keraguan. Kita meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya jalan hidup yang sempurna dan benar yang akan mengantarkan pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
"Aku ridha Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai nabi" berarti kita menerima beliau sebagai utusan Allah, menaati perintahnya, menjauhi larangannya, membenarkan apa yang beliau sampaikan, dan beribadah sesuai dengan tuntunannya (sunnah). Mengucapkan ikrar ini setiap petang adalah cara untuk menguatkan kembali pilar-pilar iman dan memohon agar kita termasuk orang-orang yang diridhai oleh Allah.
12. Tasbih dan Tahmid Sebanyak Ciptaan-Nya
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Subhaanallaahi wa bihamdih, ‘adada khalqih, wa ridhaa nafsih, wa zinata ‘arsyih, wa midaada kalimaatih.
“Maha Suci Allah, aku memuji-Nya sebanyak bilangan makhluk-Nya, seridha diri-Nya, setimbangan ‘Arsy-Nya, dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.”
Dibaca 3 kali
Dzikir dengan Pahala yang Berlipat Ganda
Dzikir ini diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada istri beliau, Juwairiyah binti Al-Harits. Suatu pagi, Nabi mendapati Juwairiyah berdzikir sejak subuh hingga waktu dhuha. Lalu Nabi bersabda, "Aku telah mengucapkan setelahmu empat kalimat sebanyak tiga kali, yang jika ditimbang dengan apa yang kamu baca seharian, niscaya akan sama beratnya." Kemudian beliau mengajarkan dzikir ini. (HR. Muslim).
Ini adalah dzikir yang ringkas namun pahalanya sangat berat karena menggunakan empat parameter yang tidak terhingga:
- `'Adada khalqih` (Sebanyak bilangan makhluk-Nya): Kita memuji Allah sebanyak jumlah seluruh makhluk yang pernah Dia ciptakan, yang sedang ada, dan yang akan Dia ciptakan. Jumlahnya tidak ada yang tahu kecuali Allah.
- `Ridhaa nafsih` (Seridha diri-Nya): Kita memuji-Nya dengan pujian yang membuat-Nya ridha. Ini adalah tingkatan pujian tertinggi, karena keridhaan Allah tidak memiliki batas.
- `Zinata 'arsyih` (Setimbangan 'Arsy-Nya): 'Arsy adalah makhluk Allah yang paling besar. Kita memuji-Nya dengan pujian yang beratnya sebanding dengan berat 'Arsy-Nya yang agung.
- `Midaada kalimaatih` (Sebanyak tinta kalimat-Nya): Kalimat-kalimat Allah (ilmu-Nya) tidak akan pernah habis dituliskan meskipun seluruh lautan dijadikan tintanya. Kita memuji-Nya sebanyak itu.
Membaca dzikir ini mengajarkan kita tentang keagungan Allah yang tak terbatas dan memberikan kita pahala yang berlimpah dengan amalan yang ringan.
13. Dzikir Tauhid (100 Kali)
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir.
“Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.”
Dibaca 100 kali
Keutamaan Luar Biasa dari Kalimat Tauhid
Ini adalah dzikir yang paling utama karena ia adalah kalimat tauhid, pondasi dari agama Islam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan yang luar biasa bagi orang yang membacanya seratus kali dalam sehari. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa barangsiapa membacanya 100 kali akan mendapatkan:
- Pahala setara memerdekakan sepuluh budak. Ini adalah pahala yang sangat besar di masa lalu, menunjukkan betapa bernilainya kalimat ini.
- Dicatatkan baginya seratus kebaikan.
- Dihapuskan darinya seratus keburukan (dosa).
- Menjadi pelindung baginya dari gangguan setan pada hari itu hingga petang.
- Tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat dengan amalan yang lebih baik darinya, kecuali orang yang mengamalkan lebih banyak darinya.
Membaca dzikir ini seratus kali di waktu sore akan memberikan perlindungan dari setan sepanjang malam hingga pagi. Meskipun jumlahnya seratus, membacanya tidak memakan waktu lama, namun fadhilahnya sungguh tak ternilai. Ini adalah investasi akhirat terbaik yang bisa kita lakukan setiap hari.
14. Tasbih dan Tahmid (100 Kali)
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
Subhaanallaahi wa bihamdih.
“Maha Suci Allah, aku memuji-Nya.”
Dibaca 100 kali
Kalimat Ringan dengan Pahala Penghapus Dosa
Dzikir ini adalah salah satu amalan yang paling dicintai Allah karena kesederhanaannya namun memiliki makna yang dalam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ada dua kalimat yang ringan di lisan, berat dalam timbangan, dan dicintai oleh Ar-Rahman: Subhanallahi wa bihamdih, subhanallahil 'azhim." (HR. Bukhari dan Muslim).
Keutamaan khusus bagi yang membacanya seratus kali adalah ampunan dosa. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Barangsiapa mengucapkan 'Subhanallahi wa bihamdih' dalam sehari seratus kali, maka kesalahannya akan dihapuskan meskipun sebanyak buih di lautan." (HR. Bukhari dan Muslim).
Membaca tasbih ini di waktu sore adalah cara untuk membersihkan diri dari dosa-dosa kecil yang mungkin kita lakukan sepanjang hari tanpa kita sadari. Buih di lautan adalah perumpamaan untuk jumlah yang sangat banyak dan tak terhitung. Ini menunjukkan betapa luasnya rahmat dan ampunan Allah bagi hamba-Nya yang senantiasa berdzikir.
Penutup: Menjadikan Dzikir Sore Sebagai Kebiasaan
Demikianlah rangkaian bacaan dzikir sore sesuai sunnah yang merujuk pada panduan Rumaysho. Mengamalkannya secara rutin membutuhkan tekad dan kesabaran. Jadikanlah waktu setelah shalat Ashar hingga menjelang Maghrib sebagai waktu khusus untuk berdzikir kepada Allah. Jangan biarkan kesibukan dunia melalaikan kita dari perisai dan penentram jiwa ini.
Dengan merutinkan dzikir sore, insyaAllah kita akan senantiasa berada dalam penjagaan Allah, hati kita akan dipenuhi ketenangan, dan hari-hari kita akan diliputi keberkahan. Semoga Allah Ta'ala memudahkan kita untuk senantiasa membasahi lisan dengan mengingat-Nya, dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang bersyukur. Aamiin.