Ilustrasi dzikir petang dengan siluet masjid saat matahari terbenam

Dzikir Petang Sesuai Sunnah

Mengingat Allah (dzikir) adalah amalan yang menenangkan hati dan melapangkan jiwa. Di antara waktu yang sangat dianjurkan untuk berdzikir adalah pada waktu petang, yakni ketika hari mulai berganti menuju malam. Dzikir petang bukan sekadar rutinitas lisan, melainkan sebuah perisai bagi seorang muslim, sumber ketenangan, dan cara untuk senantiasa terhubung dengan Sang Pencipta.

Amalan ini menjadi benteng yang melindungi diri dari berbagai keburukan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, hingga pagi hari menjelang. Dengan merutinkannya, seorang hamba memperbarui tauhidnya, memohon ampunan, serta mensyukuri nikmat-nikmat yang telah Allah karuniakan sepanjang hari. Berikut adalah kumpulan bacaan dzikir petang yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadits-hadits shahih, disertai dengan penjelasan faedahnya agar dapat kita renungi dan amalkan dengan penuh keyakinan.

1. Membaca Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255)

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta'khudzuhuu sinatuw wa laa nauum, lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardh, man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi idznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum, wa laa yuhiithuuna bi syai-im min 'ilmihii illaa bi maa syaa', wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardh, wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal 'aliyyul 'azhiim.

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Dibaca 1 kali. Faedah: Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. (HR. Al-Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Kandungan dan Faedah Ayat Kursi

Ayat Kursi disebut sebagai ayat yang paling agung di dalam Al-Qur'an. Keagungannya terletak pada kandungan maknanya yang luar biasa, yang seluruhnya menjelaskan tentang keesaan dan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta'ala. Merenungi setiap kalimatnya akan menumbuhkan rasa pengagungan yang mendalam di hati seorang hamba.

"Allahu laa ilaaha illaa Huwa" adalah kalimat tauhid, pondasi utama akidah Islam. Ia menegaskan bahwa tidak ada sesembahan yang hakiki selain Allah. Ini adalah penolakan terhadap segala bentuk syirik dan penyembahan kepada selain-Nya.

"Al-Hayyul Qayyum" adalah dua Nama Allah yang Agung. Al-Hayyu berarti Maha Hidup, dengan kehidupan yang sempurna, tidak didahului oleh ketiadaan dan tidak akan diakhiri oleh kebinasaan. Kehidupan-Nya adalah sumber dari segala kehidupan. Al-Qayyum berarti Maha Berdiri Sendiri dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya. Seluruh alam semesta, dari galaksi terbesar hingga partikel terkecil, bergantung sepenuhnya kepada-Nya, sementara Dia tidak membutuhkan apapun.

"Laa ta'khudzuhuu sinatuw wa laa nauum" menunjukkan kesempurnaan Allah yang mutlak. Kantuk dan tidur adalah sifat kekurangan bagi makhluk, namun Allah suci dari semua itu. Dia tidak pernah lalai sedetik pun dalam mengawasi dan mengurus ciptaan-Nya.

"Lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardh" menegaskan kepemilikan Allah yang absolut atas segala sesuatu. Apa yang kita miliki hanyalah titipan sementara. Kesadaran ini akan menjauhkan kita dari sifat sombong dan angkuh.

"Man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi idznih" menunjukkan betapa agungnya kedudukan Allah, sehingga tidak ada seorang pun, bahkan nabi atau malaikat termulia, yang berani memberikan syafaat (pertolongan) di hari kiamat kecuali setelah mendapat izin dari-Nya. Ini memupus harapan kepada selain Allah.

"Ya'lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum" menggambarkan luasnya ilmu Allah yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak ada satu pun peristiwa, pikiran, atau niat yang tersembunyi dari-Nya. Ini menumbuhkan rasa takut (khauf) dan pengawasan diri (muraqabah).

"Wa laa yuhiithuuna bi syai-im min 'ilmihii illaa bi maa syaa'" adalah pengakuan atas keterbatasan ilmu manusia. Sekalipun manusia mencapai puncak kemajuan sains dan teknologi, ilmunya hanyalah setetes kecil dari lautan ilmu Allah yang tak terbatas.

"Wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardh" menggambarkan kebesaran kekuasaan-Nya. Kursi Allah, yang merupakan tempat letak kedua kaki-Nya, sudah meliputi seluruh langit dan bumi. Maka, bagaimana dengan 'Arsy-Nya? Dan bagaimana pula dengan keagungan Dzat-Nya? Ini membuat seorang hamba merasa sangat kecil di hadapan-Nya.

"Wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa" artinya, menjaga langit dan bumi beserta isinya tidaklah membebani dan memberatkan Allah sedikit pun. Ini menunjukkan kesempurnaan kekuatan dan kemampuan-Nya.

Dengan merenungi makna-makna ini, hati akan merasa tenang dan terlindungi. Kita menyerahkan segala urusan kepada Dzat Yang Maha Hidup, Maha Mengurus, Maha Kuasa, dan Maha Mengetahui. Perlindungan yang dijanjikan dalam hadits bukanlah perlindungan biasa, melainkan perlindungan dari Dzat yang memiliki seluruh sifat kesempurnaan ini.

2. Membaca Tiga Surat Pelindung (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas)

Surat Al-Ikhlas

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ. قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Qul huwallaahu ahad. Allaahus shamad. Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad.

"Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Surat Al-Falaq

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

Qul a'uudzu birabbil falaq. Min syarri maa khalaq. Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab. Wa min syarrin naffaatsaati fil 'uqad. Wa min syarri haasidin idzaa hasad.

"Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."

Surat An-Nas

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلَٰهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

Qul a'uudzu birabbin naas. Malikin naas. Ilaahin naas. Min syarril waswaasil khannaas. Alladzii yuwaswisu fii shuduurin naas. Minal jinnati wan naas.

"Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."

Dibaca masing-masing 3 kali. Faedah: Siapa yang membacanya tiga kali di waktu pagi dan petang, maka ia akan dicukupkan dari segala sesuatu. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan An-Nasa'i. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Kandungan dan Faedah Tiga Surat Pelindung

Tiga surat ini dikenal sebagai Al-Mu'awwidzat, yaitu surat-surat yang berisi permohonan perlindungan. Keutamaannya sangat besar, sampai-sampai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa ketiganya akan "mencukupkanmu dari segala sesuatu". Ini adalah jaminan yang luar biasa, mencakup perlindungan dari keburukan dunia dan akhirat, perlindungan dari gangguan jin dan manusia, sihir, penyakit 'ain (mata jahat), dan segala marabahaya.

Surat Al-Ikhlas adalah pemurnian tauhid. Nilainya setara dengan sepertiga Al-Qur'an karena inti dari ajaran Al-Qur'an adalah tauhid, dan surat ini merangkum esensi tauhid dengan begitu padat dan sempurna. Ia menjelaskan siapa Allah: Dia Maha Esa (Ahad), tempat bergantung segala sesuatu (Ash-Shamad), tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada satu pun yang setara dengan-Nya. Membacanya adalah memperbarui ikrar tauhid kita, pondasi dari segala perlindungan.

Surat Al-Falaq adalah permohonan perlindungan dari kejahatan-kejahatan yang datang dari luar diri kita. Kita berlindung kepada "Rabbil Falaq" (Tuhan yang Menguasai Subuh), yang mampu menyingkap kegelapan malam dengan terangnya pagi. Ini mengandung makna bahwa hanya Allah yang mampu menyingkap segala kegelapan keburukan dan marabahaya. Kita memohon perlindungan dari:

  • "Min syarri maa khalaq": Dari kejahatan semua makhluk-Nya secara umum, baik manusia, jin, maupun hewan buas.
  • "Min syarri ghaasiqin idzaa waqab": Dari kejahatan malam apabila telah gelap, karena di waktu malamlah banyak kejahatan dan gangguan muncul.
  • "Min syarrin naffaatsaati fil 'uqad": Dari kejahatan para penyihir yang meniupkan sihirnya pada buhul-buhul tali. Ini adalah permohonan perlindungan spesifik dari sihir.
  • "Min syarri haasidin idzaa hasad": Dari kejahatan orang yang dengki, yang bisa berujung pada penyakit 'ain atau perbuatan jahat lainnya.

Surat An-Nas adalah permohonan perlindungan dari kejahatan yang datang dari dalam diri, yaitu bisikan was-was setan. Ini adalah musuh terbesar dan tersembunyi. Dalam surat ini kita berlindung kepada Allah dengan tiga sifat-Nya: Rabb (Tuhan yang memelihara), Malik (Raja yang menguasai), dan Ilah (Sesembahan yang hakiki) bagi manusia. Penggunaan tiga sifat ini menunjukkan betapa besar dan berbahayanya musuh yang kita hadapi, sehingga kita perlu memohon perlindungan dengan menyebut sifat-sifat keagungan Allah. Musuh itu adalah Al-Waswasil Khannaas, yaitu pembisik yang bersembunyi ketika kita ingat Allah, dan muncul kembali ketika kita lalai.

3. Dzikir Pembuka Petang

أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَٰذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَٰذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا. رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ

Amsaynaa wa amsal mulku lillaah, wal hamdu lillaah, laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir. Rabbi as-aluka khaira maa fii haadzihil lailah wa khaira maa ba'dahaa, wa a'uudzu bika min syarri maa fii haadzihil lailah wa syarri maa ba'dahaa. Rabbi a'uudzu bika minal kasali wa suu-il kibar, Rabbi a'uudzu bika min 'adzaabin fin naari wa 'adzaabin fil qabri.

"Kami telah memasuki waktu petang dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wahai Tuhanku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan di malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka dan siksa kubur."

Dibaca 1 kali. (HR. Muslim).

Kandungan dan Faedah Dzikir Pembuka Petang

Dzikir ini adalah sebuah deklarasi tauhid dan kepasrahan seorang hamba saat memasuki waktu petang. Ia mengandung pengakuan, pujian, permohonan, dan permintaan perlindungan yang sangat komprehensif.

"Amsaynaa wa amsal mulku lillaah": Kami memasuki waktu petang, dan pada saat yang sama kami mengakui bahwa seluruh kerajaan dan kekuasaan di alam semesta ini hanyalah milik Allah. Manusia mungkin memiliki kekuasaan sementara di dunia, namun itu semua berada di bawah kekuasaan Allah yang mutlak. Pengakuan ini menenangkan hati, karena kita sadar bahwa segala kejadian di malam hari berada dalam kendali-Nya.

"Wal hamdu lillaah": Segala puji hanya bagi Allah. Ini adalah bentuk syukur atas segala nikmat yang telah kita rasakan sepanjang hari, nikmat kesehatan, keamanan, rezeki, dan terutama nikmat iman dan Islam.

"Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah...": Ini adalah penegasan kembali kalimat tauhid. Kalimat ini adalah inti dari dzikir. Mengulang-ulang kalimat ini menguatkan pondasi akidah dan mengingatkan kita bahwa segala harapan, pujian, dan permohonan hanya pantas ditujukan kepada Allah saja.

"Rabbi as-aluka khaira maa fii haadzihil lailah wa khaira maa ba'dahaa": Setelah memuji Allah, kita beralih ke permohonan. Kita meminta kepada Allah semua kebaikan yang ada di malam ini dan malam-malam setelahnya. Kebaikan ini mencakup segala hal: kebaikan dalam urusan agama (seperti kemudahan beribadah) dan kebaikan dalam urusan dunia (seperti rezeki yang halal dan ketenangan).

"Wa a'uudzu bika min syarri maa fii haadzihil lailah wa syarri maa ba'dahaa": Sebaliknya, kita juga memohon perlindungan dari semua keburukan yang mungkin terjadi di malam ini dan sesudahnya. Ini mencakup keburukan dari makhluk, dari takdir yang buruk, dan dari perbuatan maksiat.

"Rabbi a'uudzu bika minal kasali wa suu-il kibar": Permohonan perlindungan yang lebih spesifik. Al-Kasal (kemalasan) adalah penyakit rohani yang berbahaya, karena ia menghalangi seseorang dari melakukan ketaatan dan amal shalih. Suu-il kibar (kejelekan di hari tua) mencakup pikun, lemah fisik yang menyusahkan, dan menjadi beban bagi orang lain. Kita memohon agar di masa tua tetap diberi kekuatan dan kesadaran untuk beribadah.

"Rabbi a'uudzu bika min 'adzaabin fin naari wa 'adzaabin fil qabri": Ini adalah puncak permohonan perlindungan, yaitu selamat dari dua azab yang paling menakutkan: azab kubur dan azab neraka. Ini menunjukkan bahwa tujuan akhir seorang mukmin adalah keselamatan di akhirat.

4. Sayyidul Istighfar (Raja Permohonan Ampun)

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'uudzu bika min syarri maa shana'tu, abuu-u laka bini'matika 'alayya, wa abuu-u bi dzanbii, faghfir lii, fa innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta.

"Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas perjanjian dan janji-Mu dengan segenap kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau."

Dibaca 1 kali. Faedah: Barangsiapa membacanya dengan yakin di waktu petang, lalu ia meninggal di malam itu, maka ia akan masuk surga. (HR. Bukhari).

Keagungan Sayyidul Istighfar

Dzikir ini disebut sebagai Sayyidul Istighfar atau "rajanya istighfar" karena kandungan maknanya yang sangat dalam dan جامع (lengkap), mencakup semua adab dalam memohon ampunan kepada Allah.

Pengakuan Tauhid Rububiyyah dan Uluhiyyah: Dimulai dengan "Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta", kita mengakui bahwa Allah adalah Rabb (Pencipta, Pengatur, Pemilik) dan sekaligus Ilah (satu-satunya yang berhak disembah). Ini adalah pondasi dari doa.

Pengakuan Status sebagai Hamba: "Khalaqtanii wa anaa 'abduka" adalah pengakuan bahwa kita adalah ciptaan dan hamba-Nya. Seorang hamba sudah selayaknya tunduk, patuh, dan merendahkan diri di hadapan Tuannya.

Komitmen di atas Perjanjian: "Wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu". 'Ahdika (perjanjian-Mu) adalah perintah dan larangan-Mu. Wa'dika (janji-Mu) adalah pahala dan surga-Mu. Kita berikrar untuk berusaha sekuat tenaga (mastatha'tu) untuk menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya demi meraih janji-Nya. Frasa "sekuat tenaga" menunjukkan pengakuan atas kelemahan diri, bahwa kita tidak mungkin bisa sempurna.

Berlindung dari Keburukan Diri: "A'uudzu bika min syarri maa shana'tu". Kita mengakui bahwa dosa-dosa yang kita lakukan membawa keburukan, baik di dunia maupun di akhirat, dan kita memohon perlindungan Allah dari akibat buruk perbuatan kita sendiri.

Mengakui Nikmat dan Dosa: Ini adalah inti dari istighfar yang tulus. "Abuu-u laka bini'matika 'alayya" (Aku mengakui nikmat-Mu atasku) dan "wa abuu-u bi dzanbii" (dan aku mengakui dosaku). Kita menempatkan dua pengakuan ini berdampingan: nikmat Allah yang tak terhingga dan dosa kita yang juga banyak. Ini menumbuhkan rasa malu yang mendalam kepada Allah. Kita menggunakan nikmat-Nya untuk berbuat maksiat kepada-Nya.

Permohonan Ampunan dengan Penuh Harap: Setelah semua pengakuan itu, barulah kita memohon, "faghfir lii" (maka ampunilah aku). Permohonan ini datang dari hati yang hancur dan penuh harap. Kemudian ditutup dengan penegasan, "fa innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta" (karena sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa selain Engkau). Ini adalah pengakuan bahwa ampunan adalah hak prerogatif Allah semata, yang memutus harapan kepada selain-Nya.

Keutamaan yang dijanjikan, yaitu surga bagi yang membacanya dengan yakin lalu meninggal, menunjukkan betapa Allah mencintai hamba-Nya yang kembali kepada-Nya dengan penuh kerendahan hati seperti ini.

5. Memohon Perlindungan dan Kesejahteraan

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

Allaahumma innii as-alukal 'afwa wal 'aafiyah fid dunyaa wal aakhirah. Allaahumma innii as-alukal 'afwa wal 'aafiyah fii diinii wa dunyaaya wa ahlii wa maalii. Allaahummastur 'auraatii wa aamin rau'aatii. Allaahummahfazhnii min baini yadayya wa min khalfii wa 'an yamiinii wa 'an syimaalii wa min fauqii, wa a'uudzu bi 'azhamatika an ughtaala min tahtii.

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah aib-aibku dan tenangkanlah rasa takutku. Ya Allah, jagalah aku dari arah depanku, dari arah belakangku, dari arah kananku, dari arah kiriku, dan dari arah atasku. Dan aku berlindung dengan keagungan-Mu dari (bahaya) yang datang dari bawahku."

Dibaca 1 kali. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Doa Perlindungan yang Menyeluruh

Doa ini adalah salah satu doa yang paling lengkap dalam memohon perlindungan dan keselamatan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya di waktu pagi dan petang.

Meminta Al-'Afwu dan Al-'Aafiyah: Al-'Afwu adalah ampunan Allah atas dosa-dosa kita, sehingga kita tidak dihukum karenanya. Al-'Aafiyah adalah keselamatan dan kesejahteraan. Keselamatan dari segala penyakit, musibah, fitnah, dan keburukan. Permintaan ini mencakup dunia dan akhirat. 'Aafiyah di dunia adalah sehat badan, aman dari gangguan, dan cukup rezeki. 'Aafiyah di akhirat adalah selamat dari hisab yang sulit dan azab neraka. Tidak ada nikmat yang lebih besar setelah iman selain 'aafiyah.

Keselamatan pada Agama, Dunia, Keluarga, dan Harta: Permintaan 'aafiyah kemudian dirinci lebih lanjut. Yang pertama dan utama adalah 'aafiyah fii diinii' (keselamatan dalam agamaku), yaitu selamat dari syubhat (kerancuan pemikiran), syahwat (nafsu buruk), bid'ah, dan segala hal yang dapat merusak akidah dan ibadah kita. Ini lebih penting daripada keselamatan dunia. Kemudian kita meminta keselamatan untuk urusan dunia, keluarga (dari penyakit, musibah, atau akhlak buruk), dan harta (dari kerugian, pencurian, atau yang haram).

Menutup Aib dan Menenangkan Rasa Takut: "Allaahummastur 'auraatii" berarti, "Ya Allah, tutupilah aib-aibku". 'Aurat di sini bisa berarti aib fisik maupun aib berupa dosa dan perbuatan buruk yang kita sembunyikan. Kita memohon agar Allah tidak menyingkapnya di dunia maupun di akhirat. "Wa aamin rau'aatii" berarti, "tenangkanlah rasa takutku". Ini adalah permintaan ketenangan jiwa dari segala hal yang membuat kita cemas, khawatir, dan takut.

Perlindungan dari Segala Arah: Ini adalah permohonan perlindungan yang sempurna. Kita memohon dijaga dari segala keburukan yang mungkin datang dari enam arah: depan, belakang, kanan, kiri, atas, dan bawah. Ini mencakup perlindungan dari gangguan jin dan manusia, kecelakaan, bencana alam, dan segala marabahaya yang tidak terduga dari manapun datangnya. Penutupnya, "wa a'uudzu bi 'azhamatika an ughtaala min tahtii" (aku berlindung dengan keagungan-Mu dari bahaya yang datang dari bawahku), secara spesifik sering ditafsirkan sebagai berlindung dari terperosok ke dalam bumi (longsor, gempa) atau dari serangan tak terduga dari bawah.

6. Dzikir Tauhid, Jaminan Kecukupan

حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Hasbiyallaahu laa ilaaha illaa huwa, 'alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul 'arsyil 'azhiim.

"Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan 'Arsy yang agung."

Dibaca 7 kali. Faedah: Siapa yang membacanya di waktu pagi dan petang sebanyak tujuh kali, maka Allah akan mencukupkan baginya urusan dunia dan akhiratnya. (HR. Abu Dawud, sanadnya dishahihkan oleh Syaikh Syu'aib Al-Arnauth).

Makna Kecukupan dari Allah

Kalimat ini adalah ungkapan tawakal yang paling puncak. Ia bersumber dari Al-Qur'an (Surat At-Taubah: 129). Dengan mengucapkannya sebanyak tujuh kali dengan penuh keyakinan, kita mendapatkan jaminan kecukupan dari Allah.

"Hasbiyallah": Cukuplah Allah bagiku. Ini adalah sebuah pernyataan keyakinan bahwa kita tidak membutuhkan siapa pun dan apa pun selain Allah. Dia cukup sebagai Pelindung, Penolong, Pemberi Rezeki, dan Pengatur segala urusan kita. Ketika seorang hamba merasa cukup dengan Allah, maka hatinya tidak akan bergantung pada makhluk. Ia tidak akan cemas terhadap urusan duniawinya, karena ia tahu bahwa semuanya ada di tangan Allah.

"Laa ilaaha illaa huwa": Penegasan kembali tauhid uluhiyyah, bahwa hanya Dia yang pantas menjadi tujuan ibadah dan tempat bergantung.

"'Alaihi tawakkaltu": Hanya kepada-Nya aku bertawakal. Tawakal adalah penyandaran hati yang sesungguhnya kepada Allah dalam meraih manfaat dan menolak mudarat, disertai dengan melakukan usaha yang disyariatkan. Setelah kita menyatakan Allah itu cukup, maka konsekuensinya adalah kita menyerahkan seluruh urusan kita kepada-Nya.

"Wa huwa rabbul 'arsyil 'azhiim": Dan Dia adalah Tuhan 'Arsy yang agung. 'Arsy adalah makhluk Allah yang paling besar, yang meliputi seluruh langit dan bumi. Dengan menyebut bahwa Allah adalah Rabb dari 'Arsy yang agung, kita diingatkan betapa kecilnya urusan-urusan dunia kita dibandingkan dengan kekuasaan Allah. Jika 'Arsy yang begitu besar saja berada dalam genggaman dan pengaturan-Nya, apalagi sekadar urusan rezeki, pekerjaan, atau masalah-masalah kita yang sepele. Ini menumbuhkan keyakinan bahwa Allah pasti mampu mencukupi segala kebutuhan kita.

Janji "Allah akan mencukupkan baginya urusan dunia dan akhiratnya" adalah janji yang luar biasa. Urusan dunia mencakup segala kebutuhan hidup. Urusan akhirat mencakup kemudahan saat sakaratul maut, di alam kubur, hingga saat hari perhitungan. Semua itu dijamin oleh Allah bagi siapa yang jujur dalam tawakalnya melalui dzikir ini.

7. Dzikir Perlindungan dari Segala Mudharat

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Bismillaahilladzii laa yadhurru ma'asmihii syai-un fil ardhi wa laa fis samaa-i wa huwas samii'ul 'aliim.

"Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan di langit tidak akan berbahaya, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Dibaca 3 kali. Faedah: Barangsiapa membacanya tiga kali di waktu petang, maka ia tidak akan ditimpa musibah yang datang tiba-tiba hingga pagi hari. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Keyakinan Penuh pada Nama Allah

Ini adalah dzikir untuk memohon perlindungan total dari segala jenis bahaya, baik yang kita ketahui maupun tidak. Kekuatan dzikir ini terletak pada keyakinan penuh kepada nama Allah.

"Bismillah": "Dengan nama Allah". Kita memulai segala sesuatu dengan nama-Nya, termasuk memohon perlindungan. Seolah-olah kita sedang membentengi diri kita dengan nama Allah yang agung.

"Alladzii laa yadhurru ma'asmihii syai-un fil ardhi wa laa fis samaa-i": Yang dengan nama-Nya, tidak ada sesuatupun yang dapat memberi mudharat, baik di bumi maupun di langit. Ini mencakup segala jenis bahaya: racun, binatang buas, sihir, penyakit, kecelakaan, dan bencana alam. "Di bumi" mencakup segala bahaya yang berasal dari darat. "Di langit" mencakup segala bahaya yang turun dari atas seperti petir atau wabah. Dengan menyebut nama Allah, kita yakin bahwa tidak ada satu makhluk pun yang bisa mencelakai kita tanpa izin-Nya.

"Wa huwas samii'ul 'aliim": Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. As-Samii', Dia Maha Mendengar doa dan rintihan kita. Al-'Aliim, Dia Maha Mengetahui keadaan kita, kelemahan kita, dan bahaya apa yang mengancam kita. Kombinasi dua nama ini memberikan ketenangan yang luar biasa. Kita memohon kepada Dzat yang mendengar permohonan kita dan mengetahui persis apa yang kita butuhkan.

Hadits ini menjanjikan perlindungan dari "musibah yang datang tiba-tiba" (faj-atul bala'). Ini sangat penting karena banyak musibah terjadi tanpa kita duga. Dengan merutinkan dzikir ini, kita berada dalam penjagaan Allah dari hal-hal semacam itu.

8. Dzikir Keridhaan

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا

Radhiitu billaahi rabbaa, wa bil islaami diinaa, wa bi muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama nabiyyaa.

"Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai Nabiku."

Dibaca 3 kali. Faedah: Barangsiapa membacanya tiga kali di waktu pagi dan tiga kali di waktu petang, maka hak Allah untuk meridhainya. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Ibnu Baz).

Tiga Pondasi Keridhaan

Dzikir ini adalah ikrar keridhaan seorang hamba terhadap tiga pondasi utama kehidupannya. Keridhaan adalah tingkatan iman yang tinggi, di mana hati merasa lapang dan menerima dengan sepenuh hati segala ketetapan Allah.

"Radhiitu billaahi rabbaa" (Aku ridha Allah sebagai Tuhanku): Ini berarti kita ridha dengan segala sesuatu yang datang dari Allah. Kita ridha dengan penciptaan-Nya, perintah dan larangan-Nya, serta takdir-Nya yang baik maupun yang buruk. Kita tidak berkeluh kesah atau protes terhadap ketetapan-Nya, karena kita yakin bahwa Rabb kita Maha Bijaksana dan Maha Pengasih.

"Wa bil islaami diinaa" (Dan aku ridha Islam sebagai agamaku): Ini berarti kita menerima dan meyakini seluruh ajaran Islam tanpa keraguan. Kita ridha dengan syariatnya, hukum-hukumnya, akidahnya, dan akhlaknya. Kita tidak mencari-cari ideologi atau jalan hidup lain selain Islam, karena kita yakin inilah satu-satunya din (agama/cara hidup) yang benar dan diridhai di sisi Allah.

"Wa bi muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama nabiyyaa" (Dan aku ridha Muhammad sebagai Nabiku): Ini berarti kita ridha dan menerima sepenuhnya Muhammad sebagai utusan Allah. Konsekuensinya adalah membenarkan apa yang beliau sampaikan, menaati apa yang beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang, dan beribadah kepada Allah hanya sesuai dengan tuntunan (sunnah) beliau, bukan dengan cara-cara yang diada-adakan.

Balasan dari ikrar keridhaan ini sangat setimpal. Ketika seorang hamba menyatakan keridhaannya kepada Allah, maka Allah pun akan meridhainya. Keridhaan Allah adalah puncak kenikmatan tertinggi, bahkan lebih tinggi dari surga itu sendiri. Sebagaimana firman-Nya: "...dan keridhaan Allah adalah lebih besar..." (QS. At-Taubah: 72).

9. Bertasbih dan Memuji Allah

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

Subhaanallaahi wa bihamdih.

"Maha Suci Allah, aku memuji-Nya."

Dibaca 100 kali. Faedah: Barangsiapa membacanya di waktu pagi dan petang seratus kali, maka tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan yang lebih baik darinya, kecuali orang yang membaca seperti yang ia baca atau lebih banyak. (HR. Muslim).

Kalimat yang Ringan di Lisan, Berat di Timbangan

Ini adalah salah satu dzikir yang paling mudah diucapkan namun memiliki keutamaan yang sangat besar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggambarkannya sebagai kalimat yang dicintai oleh Ar-Rahman, ringan di lisan, dan berat di timbangan amal.

"Subhanallah": Kalimat ini disebut tasbih. Maknanya adalah menyucikan Allah dari segala sifat kekurangan, aib, dan dari segala sesuatu yang tidak layak bagi keagungan-Nya. Ketika kita mengucapkan "Subhanallah", kita sedang menyatakan bahwa Allah itu sempurna, suci dari memiliki anak, sekutu, atau sifat-sifat yang serupa dengan makhluk-Nya.

"Wa bihamdih": "Dan dengan memuji-Nya". Kalimat ini disebut tahmid. Setelah kita menyucikan Allah dari segala kekurangan (tasbih), kita kemudian menetapkan bagi-Nya segala sifat kesempurnaan dan pujian (tahmid). Kita memuji-Nya atas segala nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang luhur, serta atas segala nikmat-Nya yang tak terhitung.

Keutamaan "tidak ada yang lebih baik darinya di hari kiamat" menunjukkan betapa besarnya pahala dzikir ini. Amalan ini begitu mudah, tidak memerlukan waktu dan tenaga yang banyak, namun pahalanya dapat mengalahkan amalan-amalan besar lainnya. Ini adalah bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, di mana Dia menyediakan jalan-jalan kebaikan yang mudah untuk diraih. Selain itu, dalam riwayat lain disebutkan bahwa membaca dzikir ini seratus kali akan menghapuskan dosa-dosa meskipun sebanyak buih di lautan. Ini adalah kesempatan emas untuk membersihkan diri dari dosa-dosa kecil yang seringkali kita lakukan tanpa sadar.

10. Kalimat Tauhid Paling Utama

لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir.

"Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Dibaca 10 kali. Faedah: Siapa yang membacanya sepuluh kali di waktu petang, Allah akan mencatat baginya sepuluh kebaikan, menghapus darinya sepuluh keburukan, ia mendapatkan pahala seperti memerdekakan sepuluh budak, dan Allah akan melindunginya dari setan hingga pagi hari. (HR. An-Nasa'i dalam 'Amalul Yaum wal Lailah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Pahala Berlipat dari Kalimat Tauhid

Ini adalah dzikir tauhid yang paling agung. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sebaik-baik doa adalah doa di hari Arafah, dan sebaik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah 'Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah...'"

Setiap bagian dari dzikir ini memiliki makna yang mendalam:

  • "Laa ilaaha illallaah": Penafian semua sesembahan selain Allah dan penetapan bahwa ibadah hanya untuk Allah.
  • "Wahdahu": Menguatkan keesaan-Nya.
  • "Laa syariika lah": Menegaskan penolakan terhadap segala bentuk syirik.
  • "Lahul mulku": Hanya milik-Nya segala kerajaan dan kekuasaan absolut.
  • "Wa lahul hamdu": Hanya milik-Nya segala pujian yang sempurna.
  • "Wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir": Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada yang dapat melemahkan-Nya.

Keutamaan yang dijanjikan sangatlah besar untuk amalan yang relatif singkat. Mendapatkan pahala berlipat (10 kebaikan, 10 dosa dihapus), pahala besar yang setara dengan memerdekakan budak (salah satu amalan yang paling dicintai Allah), dan yang terpenting untuk dzikir petang adalah perlindungan dari setan hingga pagi. Setan adalah musuh utama manusia, dan dengan dzikir ini, Allah memberikan kita benteng yang kokoh untuk melawannya sepanjang malam.

Membacanya sepuluh kali menunjukkan pentingnya pengulangan dalam dzikir untuk menguatkan pengaruhnya di dalam hati. Semakin sering diulang dengan perenungan, semakin kokoh pula benteng tauhid dalam jiwa seorang hamba.


Jadikanlah dzikir petang sebagai kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ia adalah sumber kekuatan, ketenangan, dan perlindungan bagi seorang mukmin. Dengan istiqamah mengamalkannya, semoga kita senantiasa berada dalam penjagaan dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, di dunia hingga di akhirat kelak.

🏠 Kembali ke Homepage