Al-Qur'an adalah kalamullah yang agung, setiap hurufnya mengandung keberkahan dan petunjuk. Salah satu bentuk interaksi paling khidmat seorang hamba dengan ayat-ayat Allah adalah melalui sujud tilawah. Ini adalah sujud yang dilakukan sebagai respons atas keagungan Allah yang tergambar dalam ayat-ayat tertentu, yang dikenal sebagai ayat sajadah. Melakukan sujud tilawah adalah wujud ketundukan, pengakuan atas kebesaran Sang Pencipta, dan kepatuhan mutlak terhadap firman-Nya.
Sujud ini bukan sekadar gerakan fisik, melainkan sebuah pernyataan iman yang mendalam. Ketika lisan membaca atau telinga mendengar ayat tentang perintah atau deskripsi sujud para makhluk-Nya, maka seluruh raga ikut serta membenarkannya dengan merendahkan dahi ke bumi. Artikel ini akan membahas secara komprehensif segala hal yang berkaitan dengan sujud tilawah, mulai dari pengertian, hukum, bacaan sujud tilawah dan artinya, hingga tata cara pelaksanaannya yang benar.
Simbol ketundukan tertinggi seorang hamba.
Memahami Makna dan Hukum Sujud Tilawah
Secara etimologi, "tilawah" berarti bacaan, sedangkan "sujud" berarti meletakkan dahi di tanah sebagai bentuk penghormatan dan penyembahan. Jadi, sujud tilawah adalah sujud yang dilaksanakan karena membaca atau mendengar bacaan ayat-ayat sajadah dari Al-Qur'an. Ini adalah manifestasi fisik dari keimanan yang merespons panggilan ilahi untuk tunduk dan patuh.
Mengenai hukum pelaksanaannya, para ulama memiliki perbedaan pendapat, namun mayoritas sepakat bahwa hukumnya adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan), bukan wajib. Ini berarti orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala yang besar, sementara yang meninggalkannya tidak berdosa. Pendapat ini didasarkan pada beberapa hadis, di antaranya:
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, beliau pernah membaca Surah An-Nahl di atas mimbar pada hari Jumat hingga sampai pada ayat sajadah, lalu beliau turun dan sujud, dan orang-orang pun ikut sujud. Pada Jumat berikutnya, beliau membaca surah yang sama hingga sampai pada ayat sajadah, beliau berkata, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kita melewati ayat sajadah. Barangsiapa yang sujud, maka ia telah melakukan yang benar, dan barangsiapa yang tidak sujud, maka tidak ada dosa baginya." Dan Umar pun tidak sujud. (HR. Bukhari)
Hadis ini menjadi landasan kuat bahwa sujud tilawah bukanlah sebuah kewajiban. Namun, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa hukumnya adalah wajib bagi yang membaca dan mendengarnya. Meskipun demikian, pendapat mayoritas ulama (Jumhur) lebih kuat dan lebih banyak diikuti. Anjuran yang kuat untuk melaksanakannya menunjukkan betapa istimewanya amalan ini di sisi Allah SWT.
Bacaan Sujud Tilawah dan Artinya yang Mendalam
Inti dari sujud tilawah adalah doa atau bacaan yang dipanjatkan saat dahi menyentuh bumi. Terdapat beberapa pilihan bacaan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Memahami bacaan sujud tilawah dan artinya akan membuat sujud kita lebih khusyuk dan bermakna.
Bacaan Utama dan Paling Populer
Ini adalah bacaan yang paling sering digunakan dan diriwayatkan dalam hadis yang shahih dari Aisyah radhiyallahu 'anha:
Sajada wajhiya lilladzī khalaqahū, wa syaqqa sam'ahū wa basharahū, bihaulihī wa quwwatihī, fatabārakallāhu ahsanul khāliqīn.
Artinya: "Wajahku bersujud kepada (Allah) Dzat yang menciptakannya, yang membuka pendengaran dan penglihatannya dengan daya dan kekuatan-Nya. Maka Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta."
Penjabaran Makna Bacaan Sujud Tilawah:
- "Sajada wajhiya lilladzī khalaqahū" (Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakannya): Ini adalah pengakuan total. Wajah adalah bagian tubuh yang paling mulia, yang mewakili identitas seseorang. Dengan meletakkan bagian termulia ini di tempat terendah (tanah), kita mengakui bahwa diri kita tidak ada apa-apanya di hadapan Sang Pencipta. Kita menyerahkan seluruh kemuliaan dan ego kita kepada Allah yang telah menciptakan wajah ini dari ketiadaan.
- "Wa syaqqa sam'ahū wa basharahū" (Yang membuka pendengaran dan penglihatannya): Kalimat ini adalah pengakuan atas nikmat terbesar yang sering terlupakan. Kemampuan mendengar dan melihat bukanlah hasil usaha kita, melainkan anugerah murni dari Allah. Dia-lah yang "membelah" atau "membuka" jalan bagi suara untuk masuk ke telinga dan cahaya untuk masuk ke mata. Dalam sujud ini, kita bersyukur atas dua pintu ilmu dan hidayah ini.
- "Bihaulihī wa quwwatihī" (Dengan daya dan kekuatan-Nya): Ini adalah penegasan bahwa semua yang terjadi, termasuk penciptaan dan pemberian fungsi pada organ tubuh kita, murni atas daya (haul) dan kekuatan (quwwah) Allah. Tidak ada campur tangan kekuatan lain. Ini menafikan segala bentuk kesombongan dan pengakuan atas kemampuan diri sendiri. Kita bisa mendengar dan melihat semata-mata karena izin dan kekuatan dari-Nya.
- "Fatabārakallāhu ahsanul khāliqīn" (Maka Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta): Ini adalah puncak dari pujian. Setelah mengakui penciptaan yang sempurna, kita memuji Allah dengan sebutan "Ahsanul Khaliqin" (Pencipta yang Paling Baik). Frasa ini juga terdapat dalam Al-Qur'an (QS. Al-Mu'minun: 14), yang menegaskan bahwa ciptaan Allah adalah yang paling sempurna dan tiada bandingannya.
Bacaan Alternatif Lainnya
Selain bacaan di atas, ada beberapa riwayat lain yang juga bisa diamalkan. Variasi ini menunjukkan keluasan dalam beribadah dan memberikan pilihan bagi umat Islam.
1. Doa yang Lebih Ringkas
Dalam beberapa riwayat, doa yang lebih ringkas juga disebutkan, yang mengandung esensi permohonan dan pujian.
Allāhummaktub lī bihā 'indaka ajran, wa dha' 'annī bihā wizran, waj'alhā lī 'indaka dzukhran, wa taqabbalhā minnī kamā taqabbaltahā min 'abdika dāwūda.
Artinya: "Ya Allah, catatlah untukku dengan sujud ini sebuah pahala di sisi-Mu, hapuskanlah dariku dengannya sebuah dosa, jadikanlah ia sebagai simpanan untukku di sisi-Mu, dan terimalah ia dariku sebagaimana Engkau menerimanya dari hamba-Mu, Daud."
Doa ini memiliki makna yang sangat kaya. Kita tidak hanya bersujud, tetapi juga memohon empat hal spesifik: pahala, penghapusan dosa, simpanan di akhirat, dan penerimaan amalan seperti amalan para nabi (Nabi Daud 'alaihissalam dikenal sebagai nabi yang sangat taat dan banyak bersujud).
2. Menggunakan Bacaan Sujud Shalat Biasa
Para ulama juga memperbolehkan membaca tasbih sujud yang biasa dibaca dalam shalat, yaitu:
Subhāna rabbiyal a'lā.
Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi."
Membaca ini sebanyak tiga kali sudah dianggap cukup dan sah untuk sujud tilawah. Ini adalah pilihan yang paling mudah dihafal dan diamalkan, terutama bagi mereka yang baru belajar.
Tata Cara Pelaksanaan Sujud Tilawah
Pelaksanaan sujud tilawah sedikit berbeda tergantung pada apakah kita sedang berada di dalam shalat atau di luar shalat. Keduanya sangat mudah untuk dilakukan.
1. Tata Cara Sujud Tilawah di Luar Shalat
Ini dilakukan ketika kita membaca Al-Qur'an (bukan dalam shalat) atau ketika mendengar orang lain membaca ayat sajadah.
- Berniat: Niatkan dalam hati untuk melakukan sujud tilawah karena Allah SWT.
- Menghadap Kiblat: Disunnahkan untuk menghadap kiblat, sebagaimana ibadah lainnya. Mayoritas ulama juga mensyaratkan suci dari hadas kecil dan besar (memiliki wudhu).
- Mengucapkan Takbir (Takbiratul Ihram): Sebagian ulama berpendapat untuk mengangkat tangan seperti takbiratul ihram dalam shalat, sementara yang lain berpendapat cukup mengucapkan "Allahu Akbar" tanpa mengangkat tangan.
- Langsung Sujud: Setelah takbir, langsung turun untuk sujud satu kali. Tidak ada gerakan rukuk atau i'tidal sebelumnya.
- Membaca Doa Sujud Tilawah: Saat dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung kedua kaki menyentuh lantai, bacalah salah satu dari bacaan sujud tilawah yang telah disebutkan di atas.
- Bangun dari Sujud dengan Takbir: Setelah selesai membaca doa, bangkit dari sujud sambil mengucapkan "Allahu Akbar".
- Duduk dan Salam (Ikhtilaf/Perbedaan Pendapat): Di sinilah letak perbedaan pendapat.
- Mazhab Syafi'i dan Hanbali: Menyarankan untuk duduk sejenak setelah bangun dari sujud, kemudian mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri seperti mengakhiri shalat.
- Mazhab Maliki dan Hanafi: Berpendapat bahwa tidak ada duduk tasyahud dan tidak ada salam setelahnya. Cukup bangun dari sujud dan selesai. Pendapat ini dianggap lebih kuat oleh sebagian ulama karena tidak ada dalil yang secara eksplisit menyebutkan adanya salam setelah sujud tilawah.
Keduanya boleh diamalkan, namun mengikuti pendapat yang tidak memakai salam lebih ringkas dan didukung oleh argumen yang kuat.
2. Tata Cara Sujud Tilawah di Dalam Shalat
Jika seorang imam atau seseorang yang shalat sendirian membaca ayat sajadah, maka disunnahkan baginya dan makmum untuk melakukan sujud tilawah.
- Membaca Ayat Sajadah: Ketika bacaan dalam shalat sampai pada ayat sajadah, selesaikan bacaan ayat tersebut.
- Takbir untuk Turun Sujud: Ucapkan "Allahu Akbar" lalu langsung turun untuk sujud. Makmum wajib mengikuti imam. Jika imam tidak sujud, makmum juga tidak boleh sujud sendiri.
- Sujud Satu Kali: Lakukan sujud sebagaimana sujud biasa dalam shalat dan baca doa sujud tilawah. Boleh juga membaca tasbih sujud shalat biasa.
- Takbir untuk Bangun dari Sujud: Setelah selesai, ucapkan "Allahu Akbar" dan bangkit kembali ke posisi berdiri untuk melanjutkan bacaan surah (jika masih ada sisa ayat) atau langsung rukuk jika ayat sajadah berada di akhir surah.
- Melanjutkan Shalat: Shalat dilanjutkan seperti biasa. Tidak ada duduk atau salam khusus setelah sujud tilawah di dalam shalat.
Penting bagi imam untuk memberikan jeda sejenak sebelum takbir turun sujud agar makmum menyadari bahwa itu adalah takbir untuk sujud tilawah, bukan untuk rukuk.
Daftar Lengkap 15 Ayat Sajadah dalam Al-Qur'an
Para ulama sepakat ada 15 tempat dalam Al-Qur'an di mana disunnahkan untuk melakukan sujud tilawah. Mengenali ayat-ayat ini sangat penting agar kita tidak melewatkan kesempatan untuk meraih pahala dari amalan mulia ini.
1. Surah Al-A'raf, Ayat 206
إِنَّ الَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ ۩
Artinya: "Sesungguhnya mereka yang ada di sisi Tuhanmu tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka menyucikan-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bersujud."
Konteks: Ayat ini menggambarkan sifat para malaikat yang selalu taat, tidak pernah sombong, dan senantiasa bertasbih serta bersujud kepada Allah. Saat membacanya, kita diajak untuk meneladani ketaatan para malaikat tersebut.
2. Surah Ar-Ra'd, Ayat 15
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُم بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ ۩
Artinya: "Dan hanya kepada Allah sajalah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, (dan sujud pula) bayang-bayang mereka di waktu pagi dan petang hari."
Konteks: Ayat ini menegaskan ketundukan universal seluruh makhluk, baik secara sukarela (seperti orang beriman) maupun terpaksa (tunduk pada hukum alam Allah). Sujud kita adalah wujud ketundukan sukarela yang membedakan kita dari mereka yang ingkar.
3. Surah An-Nahl, Ayat 49-50
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مِن دَابَّةٍ وَالْمَلَائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ ۩ يَخَافُونَ رَبَّهُم مِّن فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: "Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)."
Konteks: Serupa dengan ayat sebelumnya, ayat ini menekankan kepatuhan total para malaikat dan semua makhluk kepada Allah, yang didasari oleh rasa takut dan ketaatan penuh.
4. Surah Al-Isra', Ayat 107-109
قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ لَا تُؤْمِنُوا ۚ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا ۩ وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِن كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولًا
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Berimanlah kamu kepadanya (Al-Qur'an) atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah)'. Sesungguhnya orang-orang yang telah diberi pengetahuan sebelumnya, apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah, bersujud, dan mereka berkata, 'Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi'."
Konteks: Ayat ini menggambarkan respons orang-orang berilmu (Ahlul Kitab yang jujur) ketika mendengar Al-Qur'an. Mereka langsung bersujud karena mengenali kebenaran di dalamnya. Sujud kita meniru sikap para pencari kebenaran sejati.
5. Surah Maryam, Ayat 58
...إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا ۩
Artinya: "...Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk bersujud dan menangis."
Konteks: Ayat ini menceritakan sifat para nabi dan orang-orang saleh. Hati mereka begitu lembut sehingga ketika mendengar ayat Allah, mereka langsung tersungkur bersujud sambil berlinang air mata karena rasa takut dan cinta kepada Allah.
6. Surah Al-Hajj, Ayat 18
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِّنَ النَّاسِ ۖ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ... ۩
Artinya: "Tidakkah engkau tahu bahwa kepada Allah bersujud apa yang di langit dan di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan sebagian besar dari manusia? Dan banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab..."
Konteks: Ayat ini adalah deklarasi kosmik tentang ketundukan alam semesta. Semua benda, dari galaksi hingga pohon, tunduk pada Allah. Manusia diberi pilihan, dan dengan bersujud, kita memilih untuk bergabung dengan barisan makhluk-makhluk yang taat.
7. Surah Al-Hajj, Ayat 77
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ۩
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung."
Konteks: Ini adalah perintah langsung kepada orang beriman untuk rukuk dan sujud. Sujud tilawah di sini adalah respons langsung terhadap perintah eksplisit dari Allah SWT. (Catatan: Mazhab Syafi'i dan Hanbali menganggap ini ayat sajadah, sementara Hanafi dan Maliki tidak).
8. Surah Al-Furqan, Ayat 60
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَٰنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَٰنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا ۩
Artinya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Sujudlah kepada Yang Maha Pengasih', mereka menjawab, 'Siapakah Yang Maha Pengasih itu? Apakah kami harus sujud kepada apa yang engkau perintahkan kepada kami?' dan (perintah itu) justru menambah mereka jauh dari kebenaran."
Konteks: Ayat ini menggambarkan kesombongan orang-orang kafir yang menolak untuk sujud. Dengan melakukan sujud tilawah di sini, kita secara simbolis menyatakan, "Kami tidak seperti mereka, ya Allah. Kami mendengar dan kami taat."
9. Surah An-Naml, Ayat 25-26
أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ ۩ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
Artinya: "Mengapa mereka tidak sujud kepada Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai 'Arsy yang agung."
Konteks: Ini adalah bagian dari kisah burung Hud-hud yang melaporkan kepada Nabi Sulaiman tentang kaum Saba' yang menyembah matahari. Burung Hud-hud heran mengapa mereka tidak sujud kepada Allah. Sujud kita di sini adalah penegasan bahwa hanya Allah yang berhak disembah.
10. Surah As-Sajdah, Ayat 15
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ ۩
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat itu), mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri."
Konteks: Ayat ini mendefinisikan ciri orang beriman sejati. Respons langsung mereka terhadap peringatan Allah adalah sujud. Dengan bersujud, kita berharap termasuk dalam golongan yang disebutkan dalam ayat mulia ini.
11. Surah Sad, Ayat 24
...وَظَنَّ دَاوُودُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ ۩
Artinya: "...dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia memohon ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat."
Konteks: Ayat ini menceritakan kisah taubat Nabi Daud 'alaihissalam. Setelah menyadari kesalahannya, beliau langsung bersujud memohon ampun. Sujud kita di sini adalah sujud taubat, meneladani kerendahan hati seorang nabi yang agung. (Sujud ini dikenal juga sebagai Sujud Syukur menurut sebagian ulama).
12. Surah Fussilat, Ayat 37-38
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُdُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ ۩ فَإِنِ اسْتَكْبَرُوا فَالَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ
Artinya: "Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah."
Konteks: Ini adalah larangan tegas untuk menyembah makhluk, sehebat apapun ia terlihat, dan perintah untuk menyembah Penciptanya saja. Sujud kita adalah deklarasi tauhid, bahwa ibadah kita hanya untuk Allah semata.
13. Surah An-Najm, Ayat 62
فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا ۩
Artinya: "Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)."
Konteks: Ayat ini berada di akhir surah, menjadi kesimpulan dan perintah puncak setelah pemaparan tentang wahyu dan kebenaran. Ini adalah perintah yang lugas dan langsung, yang kita sambut dengan ketaatan.
14. Surah Al-Insyiqaq, Ayat 21
وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ ۩
Artinya: "Dan apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka tidak mau bersujud."
Konteks: Ayat ini mencela orang-orang kafir yang hatinya membatu, yang bahkan setelah mendengar kalamullah pun enggan untuk tunduk. Sujud kita adalah bentuk perlawanan terhadap sifat kesombongan tersebut dan pernyataan bahwa kita tunduk pada Al-Qur'an.
15. Surah Al-'Alaq, Ayat 19
كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِب ۩
Artinya: "Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)."
Konteks: Ayat terakhir dari wahyu pertama yang turun ini adalah perintah penutup yang agung. Setelah melarang Nabi Muhammad SAW untuk patuh pada ancaman Abu Jahal, Allah memerintahkannya untuk justru bersujud dan mendekatkan diri. Sujud adalah cara terbaik untuk mendapatkan pertolongan dan kedekatan dengan Allah.
Pertanyaan Seputar Sujud Tilawah
Beberapa pertanyaan teknis sering muncul terkait pelaksanaan sujud tilawah. Berikut adalah jawaban singkat berdasarkan pendapat ulama yang rajih (kuat).
Apakah Harus Punya Wudhu?
Jumhur (mayoritas) ulama, termasuk mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hanbali, berpendapat bahwa suci dari hadas (memiliki wudhu) adalah syarat sahnya sujud tilawah, karena mereka menganggapnya serupa dengan shalat. Namun, sebagian ulama lain, seperti Ibnu Taimiyah, berpendapat tidak disyaratkan wudhu karena sujud tilawah bukanlah shalat, melainkan ibadah tersendiri. Pendapat yang lebih hati-hati adalah berwudhu jika memungkinkan, namun jika dalam kondisi sulit (misalnya sedang dalam perjalanan dan mendengar dari radio), boleh sujud tanpa wudhu mengikuti pendapat kedua.
Apakah Wanita Harus Menutup Aurat dengan Sempurna (Memakai Mukena)?
Sama seperti hukum wudhu, mayoritas ulama yang menganggapnya seperti shalat juga mensyaratkan menutup aurat dengan sempurna. Namun, jika mengikuti pendapat yang tidak menganggapnya shalat, maka tidak wajib menggunakan mukena selama aurat pokok tertutup. Lagi-lagi, yang paling utama adalah melakukannya dalam keadaan paling sempurna, yaitu suci dan menutup aurat.
Bagaimana Jika Mendengar Ayat Sajadah dari Rekaman (MP3/Radio/TV)?
Ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Sebagian besar ulama kontemporer berpendapat bahwa tidak disunnahkan sujud jika mendengar dari rekaman, karena tidak ada interaksi langsung dengan qari' (pembaca) yang berniat untuk membaca. Sujud tilawah disyaratkan jika mendengar dari bacaan langsung seseorang. Namun, jika seseorang ingin tetap bersujud karena terpengaruh oleh keagungan ayat tersebut, hal itu tidak dilarang dan insya Allah tetap bernilai ibadah.
Bolehkah Sujud Tilawah di Waktu Terlarang Shalat?
Menurut mazhab Syafi'i, tidak boleh melakukan sujud tilawah pada waktu-waktu terlarang shalat (setelah Subuh hingga matahari terbit, saat matahari tepat di atas, dan setelah Ashar hingga terbenam), karena ia termasuk shalat sunnah yang tidak memiliki sebab yang mendahului. Namun, ulama lain memperbolehkannya karena sebabnya (yaitu bacaan ayat) terjadi pada saat itu juga, sehingga tidak termasuk shalat sunnah mutlak yang dilarang.
Hikmah dan Keutamaan Sujud Tilawah
Sujud tilawah bukan hanya ritual tanpa makna. Di baliknya terkandung hikmah dan keutamaan yang luar biasa, di antaranya:
- Menundukkan Ego dan Kesombongan: Meletakkan dahi, bagian tubuh paling terhormat, di tanah adalah pelajaran kerendahan hati yang paling efektif. Ia mengingatkan kita akan asal kita dari tanah dan akan kembali ke tanah.
- Mendekatkan Diri kepada Allah: Rasulullah SAW bersabda, "Keadaan terdekat seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah doa." (HR. Muslim). Sujud tilawah adalah momen kedekatan ekstra yang dihadiahkan kepada pembaca Al-Qur'an.
- Membuat Setan Menangis: Terdapat hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika anak Adam membaca ayat sajadah lalu ia sujud, maka setan akan menjauh sambil menangis dan berkata, 'Celaka aku! Ia diperintahkan untuk sujud, lalu ia sujud, maka baginya surga. Sedangkan aku diperintahkan untuk sujud, namun aku menolak, maka bagiku neraka'." (HR. Muslim).
- Bentuk Interaksi Total dengan Al-Qur'an: Sujud tilawah menjadikan interaksi kita dengan Al-Qur'an tidak hanya sebatas lisan dan pikiran, tetapi juga melibatkan seluruh anggota badan. Ini adalah pembenaran (tashdiq) secara fisik terhadap firman Allah.
Sebagai penutup, sujud tilawah adalah sebuah anugerah. Ia adalah kesempatan singkat namun berharga untuk menunjukkan ketundukan, meraih pahala, dan mendekatkan diri kepada Ar-Rahman. Dengan memahami bacaan sujud tilawah dan artinya, serta tata cara pelaksanaannya yang benar, semoga kita dapat mengamalkan sunnah yang agung ini dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan setiap kali kita bertemu dengan ayat-ayat sajadah dalam perjalanan kita bersama Al-Qur'an.