Sebuah simbol yang merepresentasikan untaian tasbih, melambangkan jalinan dzikir dan doa yang tak terputus kepada Sang Pencipta.
Meraih Ketenangan Hakiki Melalui Dzikir dan Doa
Dalam hiruk pikuk kehidupan modern yang seringkali membuat jiwa terasa lelah dan hampa, setiap insan merindukan oase ketenangan. Islam, sebagai agama yang paripurna, menawarkan sebuah jalan mulia untuk meraih ketenangan tersebut, yaitu melalui jalinan komunikasi yang tak pernah putus dengan Sang Pencipta. Dua pilar utama dalam membangun jalinan ini adalah dzikir dan doa. Keduanya bukan sekadar ritual lisan, melainkan esensi dari penghambaan, sebuah napas spiritual yang menghidupkan hati dan melapangkan jiwa. Dzikir adalah cara kita mengingat-Nya, sedangkan doa adalah cara kita berbicara kepada-Nya. Bersama-sama, keduanya membentuk sebuah benteng kokoh yang melindungi seorang mukmin dari kegelisahan duniawi dan mendekatkannya pada sumber segala ketenangan, Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Memahami Hakikat Dzikir: Mengingat Allah di Setiap Helaan Napas
Secara etimologi, kata "dzikir" (ذِكْر) berasal dari bahasa Arab yang berarti mengingat, menyebut, atau mengenang. Dalam terminologi syariat, dzikir adalah segala bentuk aktivitas lisan maupun hati yang bertujuan untuk mengingat keagungan Allah. Dzikir adalah upaya sadar seorang hamba untuk senantiasa menghadirkan Allah dalam setiap aspek kehidupannya. Ini adalah amalan yang paling ringan dilakukan namun memiliki bobot yang sangat berat di sisi Allah.
Allah berfirman: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (QS. Al-Baqarah: 152)
Ayat ini menunjukkan sebuah hubungan timbal balik yang luar biasa. Ketika seorang hamba mengingat Allah, maka Allah pun akan mengingatnya. Betapa besar kemuliaan bagi seorang makhluk yang fana ketika namanya disebut oleh Sang Khaliq Yang Maha Kekal. Dzikir menjadi jembatan yang menghubungkan getaran hati hamba dengan perhatian Rabb-nya.
Tingkatan dan Bentuk Dzikir
Para ulama membagi dzikir ke dalam beberapa tingkatan, yang menunjukkan kedalaman penghayatan seorang hamba:
- Dzikir Lisan (Dzikr al-Lisan): Ini adalah tingkatan dzikir yang paling dasar, yaitu dengan melafalkan kalimat-kalimat thayyibah seperti tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (Laa ilaha illallah), dan takbir (Allahu Akbar). Meskipun hanya di lisan, dzikir ini sangat dianjurkan karena lisan yang basah karena berdzikir akan menjadi saksi kebaikan di hari kiamat dan menjadi langkah awal untuk membiasakan hati.
- Dzikir Hati (Dzikr al-Qalb): Tingkatan ini lebih tinggi, di mana hati senantiasa sadar dan ingat kepada Allah. Hati merenungkan kebesaran-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, dan merasa diawasi oleh-Nya dalam setiap keadaan. Dzikir hati adalah inti dari dzikir, karena amalan hati inilah yang menjadi ruh dari setiap ibadah. Dzikir lisan tanpa kehadiran hati akan menjadi hampa.
- Dzikir Perbuatan (Dzikr al-Fi'li): Ini adalah manifestasi dzikir dalam tindakan nyata. Ketika seorang hamba menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya karena ingat kepada-Nya, maka seluruh perbuatannya bernilai dzikir. Bekerja mencari nafkah yang halal, menuntut ilmu, berbakti kepada orang tua, dan setiap amal saleh yang diniatkan karena Allah adalah bentuk dzikir yang paling nyata.
Ketiga bentuk dzikir ini saling melengkapi. Dzikir lisan yang sempurna adalah yang disertai dengan kehadiran hati. Dan dzikir hati yang sempurna akan terpancar melalui ketaatan dalam perbuatan. Inilah yang menjadikan seluruh hidup seorang mukmin sebagai ibadah, karena setiap detiknya diisi dengan kesadaran akan kehadiran Allah.
Memaknai Doa: Senjata dan Otak Ibadah Orang Beriman
Jika dzikir adalah mengingat, maka doa (دُعَاء) adalah meminta. Doa secara bahasa berarti panggilan atau permohonan. Secara istilah, doa adalah permohonan seorang hamba kepada Rabb-nya untuk mendapatkan kebaikan atau dihindarkan dari keburukan. Doa adalah pengakuan paling jujur akan kelemahan, keterbatasan, dan kebutuhan manusia di hadapan kekuatan, kekayaan, dan kemahakuasaan Allah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Doa adalah ibadah." (HR. Tirmidzi). Hadis ini menegaskan bahwa esensi dari seluruh ibadah terangkum dalam doa. Ketika kita shalat, puasa, atau berzakat, di dalamnya terkandung doa dan pengharapan kepada Allah. Doa adalah dialog intim, sebuah munajat di mana seorang hamba menumpahkan segala isi hatinya kepada Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Allah berfirman: "Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina'." (QS. Ghafir: 60)
Ayat yang mulia ini bukan hanya sebuah anjuran, melainkan sebuah perintah yang disertai jaminan pengabulan. Allah, dengan kemurahan-Nya, membuka pintu langit selebar-lebarnya bagi siapa saja yang mau menengadahkan tangan dan memohon kepada-Nya. Sebaliknya, enggan berdoa justru dianggap sebagai sebuah kesombongan, karena seolah-olah merasa tidak butuh kepada pertolongan Allah.
Lautan Keutamaan Dzikir dan Doa
Amalan dzikir dan doa memiliki fadhilah atau keutamaan yang tak terhingga. Keduanya adalah investasi akhirat yang hasilnya akan terus mengalir, sekaligus menjadi sumber kekuatan dan ketenangan di dunia. Berikut adalah sebagian kecil dari lautan keutamaan tersebut:
1. Meraih Ketenangan Hati yang Sejati
Inilah janji Allah yang paling menenteramkan. Di tengah dunia yang penuh dengan kecemasan, ketidakpastian, dan tekanan, dzikir menjadi sauh yang menjaga kapal jiwa agar tidak oleng diterpa badai. Hati yang selalu terhubung dengan Allah akan merasakan kedamaian yang tidak bisa dibeli dengan materi apapun.
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28)
Ketenangan ini bukan berarti hidup tanpa masalah. Masalah akan selalu ada sebagai ujian. Namun, hati yang dipenuhi dzikir memiliki fondasi yang kuat. Ia yakin bahwa setiap masalah datang atas izin Allah dan setiap kesulitan pasti akan ada jalan keluarnya. Keyakinan inilah yang melahirkan ketenangan, bukan ketiadaan masalah.
2. Menjadi Sebab Diampuninya Dosa
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Setiap hari, kita berpotensi melakukan dosa, baik yang disadari maupun tidak. Dzikir dan doa, khususnya istighfar, adalah mekanisme pembersihan jiwa yang Allah sediakan. Dengan berdzikir dan memohon ampun, seorang hamba mengakui kesalahannya dan kembali kepada Rabb-nya, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Maukah aku tunjukkan kepada kalian amalan yang terbaik dan paling suci di sisi Rabb kalian, dan yang paling mengangkat derajat kalian, lebih baik bagi kalian dari menginfakkan emas dan perak, dan lebih baik bagi kalian daripada bertemu musuh lalu kalian memenggal leher mereka atau mereka memenggal leher kalian?" Para sahabat berkata, "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Dzikrullah (mengingat Allah Ta'ala)." (HR. Tirmidzi).
3. Ditinggikan Derajatnya di Sisi Allah
Setiap lafal dzikir yang diucapkan dan setiap doa yang dipanjatkan adalah poin kebaikan yang akan meninggikan derajat seorang hamba di surga. Amalan yang terlihat sepele seperti mengucapkan 'Subhanallah wa bihamdihi' seratus kali di pagi dan petang hari dapat menghapus dosa-dosa meskipun sebanyak buih di lautan. Ini menunjukkan betapa pemurahnya Allah dalam memberikan ganjaran atas amalan yang ringan.
4. Mendapat Perlindungan dari Segala Keburukan
Dzikir pagi dan petang, serta doa-doa perlindungan yang diajarkan Rasulullah, adalah perisai gaib bagi seorang mukmin. Dengan membacanya, kita menyerahkan perlindungan diri, keluarga, dan harta kita kepada Allah dari segala macam keburukan, baik dari gangguan jin dan manusia, sihir, maupun musibah lainnya. Memulai hari dengan dzikir ibarat mengenakan baju zirah spiritual yang tidak akan tembus oleh panah-panah kejahatan.
5. Membuka Pintu-Pintu Rezeki
Rezeki tidak hanya berupa materi, tetapi juga kesehatan, ilmu, ketenangan, dan keluarga yang harmonis. Dzikir dan doa, terutama istighfar, adalah kunci pembuka pintu rezeki. Dengan banyak beristighfar, Allah akan menurunkan hujan (rahmat), melapangkan harta dan keturunan, serta memberikan keberkahan dalam hidup. Ini adalah janji Allah dalam Al-Qur'an, sebagaimana yang dinasihatkan oleh Nabi Nuh kepada kaumnya.
6. Memberatkan Timbangan Amal di Hari Kiamat
Pada hari di mana setiap amal akan ditimbang dengan seadil-adilnya, ada kalimat-kalimat dzikir yang memiliki bobot sangat berat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan, dan dicintai oleh Ar-Rahman: 'Subhanallahi wa bihamdihi, Subhanallahil 'azhim' (Maha Suci Allah dengan segala puji-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung)." (HR. Bukhari dan Muslim). Membiasakan dzikir ini dalam keseharian adalah investasi cerdas untuk akhirat.
Waktu dan Adab dalam Berdzikir dan Berdoa
Meskipun dzikir dan doa dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, ada waktu-waktu tertentu yang lebih utama (mustajab) dan adab-adab yang perlu diperhatikan agar amalan kita lebih berkualitas dan lebih besar kemungkinannya untuk diterima oleh Allah.
Waktu-Waktu Mustajab untuk Berdoa
- Sepertiga Malam Terakhir: Ini adalah waktu paling istimewa. Saat kebanyakan manusia terlelap, Allah turun ke langit dunia dan berfirman, "Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku beri. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni." (HR. Bukhari dan Muslim).
- Setelah Shalat Fardhu: Waktu setelah menyelesaikan shalat wajib adalah momen yang sangat baik untuk berdzikir dan memanjatkan doa, karena seorang hamba baru saja menyelesaikan ibadah agung kepada Rabb-nya.
- Antara Adzan dan Iqamah: Doa yang dipanjatkan pada waktu ini tidak akan ditolak, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
- Ketika Sujud dalam Shalat: Saat sujud adalah kondisi terdekat seorang hamba dengan Tuhannya. Oleh karena itu, perbanyaklah doa di dalamnya.
- Hari Jumat: Terdapat satu waktu singkat di hari Jumat di mana doa seorang hamba Muslim yang sedang shalat (dalam artian menunggu shalat atau beribadah) pasti akan dikabulkan.
- Saat Hujan Turun: Waktu turunnya hujan adalah saat turunnya rahmat, dan ini adalah salah satu waktu di mana doa lebih mudah diijabah.
Adab-adab dalam Berdzikir dan Berdoa
Adab adalah cerminan dari penghormatan dan kesungguhan kita. Berdoa dengan adab yang benar akan meningkatkan kualitas doa kita.
- Ikhlas: Niatkan dzikir dan doa semata-mata karena Allah, bukan untuk tujuan duniawi atau pamer.
- Memulai dengan Pujian dan Shalawat: Awali doa dengan memuji Allah (misalnya dengan Asmaul Husna) dan bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
- Menghadap Kiblat dan Mengangkat Tangan: Ini adalah sunnah yang menunjukkan kerendahan hati dan keseriusan dalam memohon.
- Dengan Suara Lirih dan Khusyuk: Berdoalah dengan suara yang lembut, tidak berteriak-teriak, dan dengan hati yang sepenuhnya hadir dan fokus.
- Yakin Akan Dikabulkan: Berdoalah dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan, dan jangan pernah berputus asa dari rahmat-Nya.
- Tidak Tergesa-gesa: Jangan terburu-buru meminta doa dikabulkan. "Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa." (HR. Bukhari dan Muslim).
- Mengulang Doa: Mengulang-ulang permohonan, misalnya sebanyak tiga kali, menunjukkan kesungguhan dan sangat disukai oleh Allah.
Kumpulan Dzikir dan Doa Harian Pilihan
Berikut adalah beberapa dzikir dan doa penting yang dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari untuk senantiasa terhubung dengan Allah.
Dzikir Pagi dan Petang: Sayyidul Istighfar
Rasulullah bersabda, barangsiapa membacanya di sore hari dengan yakin lalu meninggal pada malam itu, ia masuk surga. Begitu pula jika dibaca di pagi hari.
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii wa ana 'abduka, wa ana 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'uudzu bika min syarri maa shana'tu, abuu-u laka bini'matika 'alayya, wa abuu-u bi dzanbii faghfir lii, fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta. "Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada di atas janji-Mu dan ikrar-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku, dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sungguh, tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau."Dzikir Setelah Shalat Fardhu
Setelah salam, dianjurkan membaca:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ (x3)
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Astaghfirullah (3x). Allahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam. "Aku memohon ampun kepada Allah (3x). Ya Allah, Engkau adalah As-Salam (Maha Pemberi Keselamatan), dan dari-Mu lah keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan."Kemudian dilanjutkan dengan membaca tasbih (33x), tahmid (33x), takbir (33x), dan ditutup dengan tahlil.
Doa Sebelum Tidur
بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَحْيَا وَأَمُوتُ
Bismikallahumma ahyaa wa amuut. "Dengan nama-Mu ya Allah, aku hidup dan aku mati."Doa Bangun Tidur
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Alhamdulillahilladzii ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur. "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah kami akan dibangkitkan."Doa Sapu Jagat: Memohon Kebaikan Dunia dan Akhirat
Doa ini adalah salah satu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa 'adzaaban naar. "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka."Penghalang Terkabulnya Doa
Terkadang kita merasa doa kita tidak kunjung terkabul. Selain karena Allah memiliki hikmah-Nya sendiri—mungkin menundanya, menggantinya dengan yang lebih baik, atau menghindarkan kita dari musibah—bisa jadi ada penghalang dari diri kita sendiri yang membuat doa itu tertahan. Mengenali penghalang ini adalah bagian dari introspeksi diri (muhasabah).
- Mengkonsumsi yang Haram: Makanan, minuman, dan pakaian yang berasal dari sumber yang haram adalah penghalang utama terkabulnya doa. Rasulullah pernah menceritakan tentang seorang musafir yang kusut masai, menengadahkan tangan ke langit, namun makanan dan minumannya haram, "Bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?" tanya beliau.
- Hati yang Lalai: Berdoa dengan lisan namun hati dan pikiran melayang ke mana-mana menunjukkan kurangnya kesungguhan. "Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan main-main." (HR. Tirmidzi).
- Tergesa-gesa dan Putus Asa: Merasa bahwa Allah lambat mengabulkan doa lalu berhenti berdoa adalah bentuk buruk sangka kepada Allah dan dapat menghalangi ijabah. Kesabaran adalah kunci.
- Berdoa untuk Keburukan: Memohon sesuatu yang mengandung dosa, seperti mendoakan keburukan bagi orang lain atau meminta untuk memutus tali silaturahmi, adalah doa yang tidak akan dikabulkan.
- Terus Menerus dalam Maksiat: Meskipun Allah Maha Pengampun, seorang hamba yang terus-menerus bergelimang dalam dosa tanpa ada niat untuk bertaubat sedang membangun dinding tebal antara dirinya dan rahmat Allah.
Kesimpulan: Menjadikan Dzikir dan Doa sebagai Gaya Hidup
Dzikir dan doa bukanlah sekadar amalan sampingan yang dilakukan di waktu luang. Keduanya adalah jantung dari kehidupan seorang mukmin. Dzikir adalah nutrisi yang menguatkan ruh, sementara doa adalah napas yang menyambungkan harapan hamba kepada Rabb-nya. Dengan menjadikan lisan kita basah karena dzikir, hati kita tenteram karena mengingat-Nya, dan tangan kita senantiasa tertengadah dalam doa, kita sedang membangun sebuah kehidupan yang kokoh, penuh makna, dan senantiasa berada dalam naungan serta pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Marilah kita menjadikan setiap momen dalam hidup kita sebagai kesempatan untuk berdzikir dan berdoa. Di saat lapang, kita berdzikir sebagai wujud syukur. Di saat sempit, kita berdoa sebagai wujud tawakal. Dengan demikian, insya Allah, kita akan meraih kebahagiaan sejati di dunia dan keselamatan abadi di akhirat.