Membuka Pintu Ketenangan: Panduan Dzikir 33 Kali Setelah Shalat

Ilustrasi tasbih
Sebuah amalan ringan yang menjadi jembatan menuju ketenangan batin.

Dalam hiruk pikuk kehidupan modern yang sering kali membuat jiwa terasa lelah dan pikiran menjadi kalut, setiap Muslim memiliki sebuah oase spiritual yang dapat diakses kapan saja, terutama setelah menunaikan kewajiban shalat. Oase itu adalah dzikir, sebuah jembatan komunikasi langsung dengan Sang Pencipta. Di antara sekian banyak bentuk dzikir, terdapat satu amalan yang sangat dianjurkan, ringan di lisan, namun berat timbangannya di sisi Allah SWT. Amalan tersebut adalah rangkaian dzikir tasbih, tahmid, dan takbir sebanyak 33 kali.

Dzikir ini bukan sekadar rutinitas tanpa makna. Ia adalah sebuah proses perenungan, pengakuan, dan pengagungan terhadap kebesaran Allah yang tak terbatas. Setiap ucapan "Subhanallah", "Alhamdulillah", dan "Allahu Akbar" yang diulang-ulang adalah sebuah afirmasi iman yang mengakar di dalam hati, menumbuhkan pohon ketenangan yang buahnya adalah kedamaian jiwa. Artikel ini akan mengupas secara mendalam mengenai landasan syariat, makna filosofis, tata cara pelaksanaan, serta keutamaan luar biasa dari amalan dzikir 33 kali ini, sebuah warisan berharga dari Rasulullah SAW untuk umatnya.

Landasan Syariat: Akar Amalan dalam Sunnah Nabawiyah

Setiap amalan ibadah dalam Islam harus memiliki dasar yang kuat dari Al-Qur'an atau As-Sunnah. Dzikir 33 kali setelah shalat fardhu memiliki landasan yang sangat kokoh dalam hadits-hadits shahih, yang menunjukkan betapa penting dan utamanya amalan ini. Hadits yang paling masyhur dan menjadi rujukan utama diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.

Diceritakan bahwa kaum fakir dari kalangan Muhajirin datang menghadap Rasulullah SAW. Mereka mengutarakan sebuah kegelisahan yang mulia. Mereka berkata, "Orang-orang kaya telah pergi dengan derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad, dan bersedekah."

Mendengar hal ini, Rasulullah SAW dengan penuh kasih sayang memberikan sebuah solusi spiritual yang nilainya melampaui materi. Beliau bersabda:

"Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang dengannya kalian dapat menyusul orang-orang yang mendahului kalian dan kalian akan mendahului orang-orang setelah kalian, dan tidak akan ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan?" Mereka menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Kalian bertasbih (mengucapkan Subhanallah) setiap selesai shalat sebanyak 33 kali, bertahmid (mengucapkan Alhamdulillah) sebanyak 33 kali, dan bertakbir (mengucapkan Allahu Akbar) sebanyak 33 kali."

تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ وَتُكَبِّرُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ

Kisah ini, yang tercatat dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim, bukan hanya menunjukkan sebuah amalan, tetapi juga mengajarkan beberapa pelajaran penting. Pertama, ia menunjukkan semangat para sahabat dalam berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Kedua, ia menegaskan bahwa pintu keutamaan di sisi Allah tidak hanya terbuka melalui amalan yang bersifat materi (harta), tetapi juga melalui amalan lisan dan hati yang tulus.

Dalam riwayat lain dari Imam Muslim, terdapat tambahan yang menyempurnakan amalan ini. Setelah menyebutkan tasbih, tahmid, dan takbir sebanyak 99 kali, Rasulullah SAW menambahkan:

"Dan menyempurnakannya menjadi seratus dengan ucapan: 'LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR' (Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu), maka akan diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan."

Hadits ini memberikan sebuah janji yang luar biasa. Ampunan dosa yang diibaratkan seperti buih di lautan menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah bagi hamba-Nya yang tekun berdzikir. Ini adalah motivasi terbesar bagi setiap Muslim untuk tidak pernah meninggalkan amalan yang tampak sederhana namun menyimpan ganjaran yang agung ini.

Menyelami Samudra Makna: Arti di Balik Setiap Kalimat Dzikir

Mengucapkan dzikir bukan sekadar menggerakkan lisan. Kekuatan sejatinya terletak pada pemahaman dan perenungan makna yang terkandung di dalamnya. Ketika hati dan pikiran selaras dengan apa yang diucapkan lisan, dzikir akan berubah menjadi sebuah dialog spiritual yang mendalam.

1. Subhanallah (سبحان الله) - Maha Suci Allah

Kalimat tasbih, "Subhanallah", adalah sebuah deklarasi penyucian. Ketika kita mengucapkannya, kita sedang menyatakan bahwa Allah SWT Maha Suci dan terbebas dari segala bentuk kekurangan, kelemahan, cacat, dan segala sifat yang tidak layak bagi keagungan-Nya. Ini adalah konsep Tanzih, yaitu membersihkan persepsi kita tentang Tuhan dari segala hal yang menyerupai makhluk.

Mengucapkan "Subhanallah" sebanyak 33 kali adalah proses membersihkan hati. Kita mensucikan Allah dari:

Dengan mengulang-ulang "Subhanallah", kita seolah-olah sedang memoles cermin hati kita agar kembali jernih, memantulkan keyakinan akan kesempurnaan mutlak Allah SWT. Ini adalah fondasi dari seluruh keimanan.

2. Alhamdulillah (الحمد لله) - Segala Puji bagi Allah

Setelah mensucikan Allah, kita beralih ke kalimat tahmid, "Alhamdulillah". Jika tasbih adalah tentang menafikan kekurangan, maka tahmid adalah tentang menetapkan segala kesempurnaan. Kata "Al-Hamdu" memiliki makna yang lebih luas dari sekadar "syukur". Ia mencakup pujian atas Dzat Allah, sifat-sifat-Nya yang mulia, dan perbuatan-Nya yang sempurna, terlepas dari apakah kita menerima nikmat secara langsung atau tidak.

Mengucapkan "Alhamdulillah" 33 kali adalah sebuah latihan untuk menumbuhkan rasa syukur yang mendalam dan kesadaran akan nikmat yang tak terhingga:

Dengan membiasakan lisan dan hati memuji Allah, kita sedang mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan. Kita menjadi pribadi yang lebih positif, lebih optimis, dan lebih mudah merasa bahagia, karena fokus kita beralih dari apa yang tidak kita miliki kepada apa yang telah Allah berikan.

3. Allahu Akbar (الله أكبر) - Allah Maha Besar

Kalimat takbir, "Allahu Akbar", adalah puncak dari pengakuan seorang hamba. Setelah mensucikan (Subhanallah) dan memuji (Alhamdulillah), kita menutupnya dengan sebuah penegasan bahwa Allah Maha Besar. Bukan sekadar "besar", tetapi "Maha Besar" (Akbar), yang berarti kebesaran-Nya melebihi segala sesuatu yang dapat kita bayangkan atau bandingkan.

Mengucapkan "Allahu Akbar" 33 kali adalah terapi untuk mengecilkan segala urusan duniawi di hadapan kebesaran Allah. Kalimat ini mengingatkan kita bahwa:

Rangkaian dzikir ini adalah sebuah perjalanan spiritual singkat. Dimulai dengan penyucian (Tasbih), dilanjutkan dengan pengisian hati dengan rasa syukur (Tahmid), dan diakhiri dengan penegasan total akan dominasi dan keagungan Allah (Takbir). Sebuah perjalanan yang membersihkan, mengisi, dan menguatkan jiwa.

Tata Cara Pelaksanaan yang Sempurna

Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari dzikir ini, penting untuk melaksanakannya sesuai dengan tuntunan sunnah. Tata caranya sederhana dan mudah diikuti oleh siapa saja.

Waktu Pelaksanaan

Waktu utama untuk mengamalkan dzikir ini adalah langsung setelah selesai shalat fardhu lima waktu. Yaitu setelah salam pada shalat Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Dianjurkan untuk tidak langsung beranjak pergi atau sibuk dengan urusan lain, melainkan meluangkan waktu sejenak untuk berdzikir dalam keadaan masih duduk di tempat shalat.

Metode Menghitung

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghitung dzikir, dan yang paling utama adalah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

  1. Menggunakan Jari Tangan Kanan (Cara yang Paling Utama): Ini adalah metode yang sesuai dengan sunnah. Rasulullah SAW diketahui menghitung dzikir dengan jari-jemari tangan kanannya. Para ulama menjelaskan bahwa jari-jemari ini akan menjadi saksi di hari kiamat. Cara menghitungnya bisa dengan menekan setiap ruas jari (setiap jari memiliki 3 ruas). Dengan menggunakan jari-jemari dari kelingking hingga jempol, kita bisa menghitung hingga 15 kali dalam satu putaran. Dua putaran ditambah tiga ruas jari sudah cukup untuk mencapai 33. Metode ini melatih fokus dan kehadiran hati.
  2. Menggunakan Tasbih (Biji Dzikir): Penggunaan tasbih sebagai alat bantu hukumnya diperbolehkan (mubah) oleh mayoritas ulama. Ia dianggap sebagai wasilah (sarana) untuk membantu menjaga hitungan agar tidak keliru, terutama bagi mereka yang sulit berkonsentrasi. Namun, hendaknya tidak meyakini bahwa tasbih itu sendiri memiliki keutamaan khusus, melainkan hanya sebagai alat bantu.
  3. Menggunakan Alat Hitung Digital: Di era modern, banyak tersedia alat hitung digital atau aplikasi di ponsel. Hukumnya sama seperti menggunakan tasbih, yaitu sebagai alat bantu yang diperbolehkan.

Yang terpenting dari semua metode ini bukanlah alatnya, melainkan kehadiran hati (khusyuk). Lebih baik berdzikir 10 kali dengan penuh penghayatan daripada 100 kali dengan pikiran yang melayang ke mana-mana.

Urutan dan Bacaan Lengkap

Berikut adalah urutan lengkap dari dzikir setelah shalat sesuai hadits yang telah dibahas:

  1. Membaca Istighfar (Astaghfirullah) 3 kali.
  2. Membaca: "Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam."
  3. Membaca Tasbih (Subhanallah) sebanyak 33 kali.
  4. Membaca Tahmid (Alhamdulillah) sebanyak 33 kali.
  5. Membaca Takbir (Allahu Akbar) sebanyak 33 kali.
  6. Untuk menggenapkannya menjadi 100, membaca:

    "LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR."

Setelah itu, dapat dilanjutkan dengan membaca Ayat Kursi, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan ditutup dengan doa sesuai dengan hajat dan keinginan masing-masing.

Keutamaan dan Manfaat: Buah Manis dari Istiqamah Berdzikir

Konsistensi (istiqamah) dalam mengamalkan dzikir 33 kali ini akan mendatangkan berbagai macam keutamaan dan manfaat, baik yang bersifat spiritual, psikologis, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Manfaat Spiritual

Manfaat Psikologis dan Emosional

Dzikir 33 Kali dalam Kehidupan Modern

Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, amalan dzikir 33 kali menjadi semakin relevan. Ia adalah momen "jeda suci" yang sangat kita butuhkan. Hanya butuh waktu sekitar 3-5 menit untuk menyelesaikannya, namun efeknya bisa bertahan sepanjang hari.

Bayangkan dzikir ini sebagai tombol "reset" spiritual setelah setiap shalat. Setelah berinteraksi dengan dunia kerja, media sosial, dan berbagai tuntutan hidup, kita kembali menghadap Allah dalam shalat. Kemudian, kita menutupnya dengan dzikir untuk membersihkan kembali hati, mengisi ulang baterai syukur, dan meneguhkan kembali perspektif bahwa Allah-lah yang Maha Besar dan memegang kendali atas segalanya.

Jadikanlah amalan ini sebagai bagian tak terpisahkan dari shalat Anda. Jangan tergesa-gesa beranjak. Nikmatilah setiap detik komunikasi dengan Rabb-mu. Rasakan bagaimana setiap ucapan "Subhanallah" membersihkan kegundahan, setiap "Alhamdulillah" menumbuhkan senyuman di hati, dan setiap "Allahu Akbar" melapangkan dada dari segala beban dunia.

Kesimpulan: Kunci Harta Karun yang Tersembunyi

Dzikir tasbih, tahmid, dan takbir sebanyak 33 kali adalah amalan yang komprehensif. Ia adalah paket lengkap yang berisi penyucian, pujian, dan pengagungan kepada Allah SWT. Berlandaskan sunnah yang kuat, amalan ini menjanjikan ganjaran yang luar biasa, mulai dari ampunan dosa hingga ketenangan jiwa yang tak ternilai harganya.

Ia adalah bukti nyata kasih sayang Allah dan Rasul-Nya, yang memberikan sebuah amalan yang sangat mudah untuk dilakukan namun memiliki dampak yang sangat dahsyat. Ia adalah harta karun yang tersembunyi di penghujung setiap shalat, yang siap digali oleh siapa saja yang mau meluangkan sedikit waktunya. Maka, marilah kita genggam erat amalan berharga ini, menjadikannya wirid harian yang tak pernah kita tinggalkan, sebagai bekal untuk meraih kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.

🏠 Kembali ke Homepage