Panduan Terlengkap Sholat dan Doa Witir 1 Rakaat
Ilustrasi seseorang berdoa di malam hari untuk sholat witir.
Sholat Witir adalah salah satu ibadah sunnah yang memiliki kedudukan sangat istimewa dalam Islam. Ia disebut sebagai penutup sholat malam, penyempurna ibadah, dan amalan yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Meskipun bisa dilaksanakan dengan jumlah rakaat ganjil yang bervariasi, pelaksanaan sholat witir 1 rakaat menjadi pilihan yang paling ringan, praktis, namun sarat akan makna dan keutamaan. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan sholat dan doa witir 1 rakaat, mulai dari pengertian, hukum, tata cara, hingga doa-doa yang dibaca di dalamnya.
Memahami Makna dan Kedudukan Sholat Witir
Secara etimologi, kata "witir" (الوِتْرُ) dalam bahasa Arab berarti ganjil. Penamaan ini merujuk langsung pada ciri khas sholat ini, yaitu jumlah rakaatnya yang selalu ganjil: satu, tiga, lima, tujuh, dan seterusnya. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi:
"Sesungguhnya Allah itu Witir (Maha Ganjil) dan Dia mencintai yang ganjil. Maka laksanakanlah sholat witir, wahai ahli Al-Qur'an."
Hadits ini menunjukkan dua hal penting. Pertama, sifat Allah yang Maha Ganjil, sebuah penegasan atas keesaan-Nya yang mutlak. Kedua, kecintaan Allah terhadap amalan yang bersifat ganjil, dan secara spesifik memerintahkan pelaksanaan sholat witir. Perintah "laksanakanlah" (أَوْتِرُوا) dalam hadits ini menjadi dasar bagi para ulama untuk membahas hukum sholat witir.
Hukum Melaksanakan Sholat Witir
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hukum sholat witir. Mayoritas ulama (jumhur ulama) dari madzhab Maliki, Syafi'i, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum sholat witir adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Dasarnya adalah hadits tentang seorang Arab Badui yang bertanya kepada Nabi tentang sholat yang diwajibkan, dan Nabi SAW hanya menyebutkan sholat lima waktu. Ketika orang itu bertanya lagi, "Apakah ada kewajiban lain atasku?" Nabi menjawab, "Tidak, kecuali jika engkau mau mengerjakan yang sunnah." (HR. Bukhari dan Muslim). Witir tidak disebutkan sebagai kewajiban dalam hadits ini.
Di sisi lain, madzhab Hanafi berpendapat bahwa hukum sholat witir adalah wajib, namun tingkatannya masih di bawah fardhu. Argumentasi mereka bersandar pada hadits "Laksanakanlah sholat witir..." yang menggunakan kata perintah. Bagi mereka, perintah ini menunjukkan kewajiban. Meskipun demikian, kewajiban ini tidak setingkat dengan sholat fardhu lima waktu, sehingga jika seseorang meninggalkannya tidak dihukumi kafir, namun ia telah berdosa karena meninggalkan sebuah kewajiban.
Terlepas dari perbedaan pendapat ini, semua ulama sepakat bahwa sholat witir memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan merupakan amalan yang sebaiknya tidak ditinggalkan oleh seorang muslim. Meninggalkannya tanpa uzur dianggap sebagai perbuatan yang tercela.
Waktu Pelaksanaan Sholat Witir
Waktu untuk melaksanakan sholat witir terbentang luas, dimulai setelah selesai sholat Isya hingga terbit fajar (masuk waktu sholat Subuh). Ini memberikan fleksibilitas yang luar biasa bagi umat Islam. Namun, ada waktu-waktu utama yang memiliki keutamaan lebih:
- Awal Malam (Setelah Sholat Isya): Ini adalah waktu yang paling aman bagi mereka yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam. Melaksanakannya di awal waktu memastikan bahwa amalan witir tidak terlewatkan. Sangat cocok bagi orang yang sangat lelah atau memiliki kebiasaan tidur nyenyak.
- Tengah Malam: Waktu ini memiliki keutamaan karena suasana lebih hening dan konsentrasi untuk beribadah bisa lebih fokus.
- Akhir Malam (Sepertiga Malam Terakhir): Ini adalah waktu yang paling utama (afdhal) untuk melaksanakan sholat witir. Waktu ini bertepatan dengan waktu turunnya rahmat Allah SWT ke langit dunia, waktu di mana doa-doa lebih mustajab. Rasulullah SAW bersabda, "Jadikanlah akhir sholat malam kalian adalah sholat witir." (HR. Bukhari dan Muslim).
Bagi yang yakin bisa bangun di akhir malam, sangat dianjurkan untuk mengakhirkannya. Namun, jika ada keraguan, lebih baik melaksanakannya sebelum tidur. Sebagaimana nasihat Rasulullah SAW kepada Abu Hurairah ra, "Kekasihku (Rasulullah SAW) mewasiatkan kepadaku tiga hal: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat sholat Dhuha, dan sholat witir sebelum aku tidur." (HR. Bukhari).
Tata Cara Sholat Witir 1 Rakaat
Melaksanakan sholat witir 1 rakaat sangatlah sederhana dan mudah. Ini adalah cara paling ringkas untuk meraih keutamaan witir, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu atau kondisi. Berikut adalah panduan langkah demi langkah:
1. Niat
Niat adalah rukun pertama dan terpenting. Niat dilakukan di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram. Meskipun melafalkan niat bukan suatu keharusan, banyak ulama menganjurkannya untuk membantu memantapkan hati. Lafal niat sholat witir 1 rakaat adalah:
أُصَلِّيْ سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatan minal witri rak'atan lillāhi ta'ālā.
"Aku niat sholat sunnah witir satu rakaat karena Allah Ta'ala."
2. Takbiratul Ihram
Mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga (bagi laki-laki) atau dada (bagi perempuan) sambil mengucapkan "Allāhu Akbar". Pandangan mata diarahkan ke tempat sujud. Setelah itu, tangan bersedekap di atas dada.
3. Membaca Doa Iftitah (Sunnah)
Membaca doa iftitah adalah sunnah yang dianjurkan di setiap awal sholat. Ada berbagai versi doa iftitah yang diajarkan oleh Nabi, salah satu yang paling umum adalah:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا...
Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi kathīrā, wa subhānallāhi bukratan wa aṣīlā...
4. Membaca Surat Al-Fatihah
Membaca surat Al-Fatihah adalah rukun sholat yang wajib dibaca di setiap rakaat. Bacalah dengan tartil, jelas, dan penuh penghayatan.
5. Membaca Surat Pendek
Setelah Al-Fatihah, disunnahkan untuk membaca surat atau beberapa ayat dari Al-Qur'an. Dalam sholat witir satu rakaat, sangat dianjurkan untuk membaca tiga surat sekaligus, yaitu: Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq, dan Surat An-Nas. Ini didasarkan pada kebiasaan Rasulullah SAW. Namun, jika hanya membaca satu surat saja (misalnya Al-Ikhlas), sholatnya tetap sah.
6. Ruku' dengan Tuma'ninah
Setelah selesai membaca surat, angkat tangan seraya bertakbir kemudian ruku'. Dalam ruku', punggung diluruskan sejajar dengan kepala, dan kedua telapak tangan memegang lutut. Bacalah tasbih ruku', misalnya:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
Subhāna rabbiyal 'azhīmi wa bihamdih.
"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya." (Dibaca 3 kali)
Lakukan ruku' dengan tuma'ninah, yaitu tenang sejenak hingga seluruh anggota badan mapan pada posisinya.
7. I'tidal dengan Tuma'ninah
Bangun dari ruku' sambil mengangkat kedua tangan dan membaca:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami'allāhu liman hamidah.
"Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya."
Setelah berdiri tegak, bacalah:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Rabbanā lakal hamdu mil'as-samāwāti wa mil'al ardhi wa mil'a mā syi'ta min syai'in ba'du.
"Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu."
Pada tahap inilah letak pembacaan Doa Qunut jika ingin membacanya. Ada perbedaan pendapat ulama mengenai waktu membaca qunut witir, apakah sebelum ruku' atau setelah ruku' (saat i'tidal). Keduanya memiliki dasar yang kuat. Bagi yang memilih membacanya setelah ruku', maka inilah saatnya. (Pembahasan lengkap doa qunut ada di bagian selanjutnya).
8. Sujud dengan Tuma'ninah
Bertakbir lalu turun untuk sujud. Pastikan tujuh anggota sujud menempel di lantai: dahi (bersama hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Bacalah tasbih sujud:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
Subhāna rabbiyal a'lā wa bihamdih.
"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya." (Dibaca 3 kali)
9. Duduk di Antara Dua Sujud
Bangun dari sujud untuk duduk iftirasy sambil membaca takbir. Dalam posisi ini, bacalah doa:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ
Rabbighfir lī, warhamnī, wajburnī, warfa'nī, warzuqnī, wahdinī, wa 'āfinī, wa'fu 'annī.
"Ya Tuhanku, ampunilah aku, sayangilah aku, cukupkanlah kekuranganku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."
10. Sujud Kedua
Lakukan sujud kedua seperti sujud yang pertama, dengan bacaan yang sama dan dengan tuma'ninah.
11. Duduk Tasyahud Akhir
Bangun dari sujud kedua sambil bertakbir dan langsung duduk tawarruk (posisi duduk tasyahud akhir). Bacalah bacaan tasyahud akhir secara lengkap, yang mencakup tahiyat, shalawat kepada Nabi Muhammad, dan shalawat kepada Nabi Ibrahim.
12. Salam
Menoleh ke kanan sambil mengucapkan "Assalāmu'alaikum wa rahmatullāh", kemudian menoleh ke kiri dengan ucapan yang sama. Dengan demikian, selesailah sholat witir satu rakaat.
Doa Qunut Witir: Bacaan, Arti, dan Makna Mendalam
Salah satu elemen penting yang sering dikaitkan dengan sholat witir adalah Doa Qunut. Menurut madzhab Syafi'i, membaca qunut pada rakaat terakhir sholat witir di separuh kedua bulan Ramadhan adalah sunnah. Namun, banyak juga ulama yang menganjurkan membacanya di sepanjang tahun. Berikut adalah bacaan doa qunut yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada cucunya, Hasan bin Ali ra:
اَللّٰهُمَّ اهْدِنِيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِيْ وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Allāhummahdinī fīman hadait, wa 'āfinī fīman 'āfait, wa tawallanī fīman tawallait, wa bārik lī fīmā a'thait, wa qinī syarra mā qadhait, fa innaka taqdhī wa lā yuqdhā 'alaik, wa innahū lā yażillu man wālait, wa lā ya'izzu man 'ādait, tabārakta rabbanā wa ta'ālait, falakal hamdu 'alā mā qadhait, astagfiruka wa atūbu ilaik.
"Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana Engkau telah berikan petunjuk (kepada yang lain). Berikanlah aku kesehatan sebagaimana Engkau telah berikan kesehatan (kepada yang lain). Pimpinlah aku sebagaimana Engkau telah pimpin (orang lain). Berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan. Lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan tidak ada yang bisa menentukan atas-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau pimpin. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi. Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan. Aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu."
Menggali Makna Setiap Kalimat dalam Doa Qunut
Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah pengakuan total seorang hamba di hadapan Rabb-nya. Mari kita bedah maknanya:
- "Allāhummahdinī fīman hadait" (Ya Allah, berikanlah aku petunjuk...): Ini adalah permohonan paling fundamental. Kita meminta hidayah, bukan hanya hidayah untuk mengetahui kebenaran (hidayah al-irsyad), tetapi juga hidayah untuk bisa mengamalkannya (hidayah at-taufiq). Kita memohon agar digolongkan bersama orang-orang shalih yang telah Allah beri petunjuk.
- "Wa 'āfinī fīman 'āfait" (Berikanlah aku kesehatan...): Permohonan 'afiyah (kesehatan dan keselamatan) yang mencakup segala aspek. Kesehatan fisik dari penyakit, kesehatan rohani dari syirik dan maksiat, kesehatan akal dari pemikiran sesat, dan keselamatan dari segala bencana di dunia dan azab di akhirat.
- "Wa tawallanī fīman tawallait" (Pimpinlah aku...): Ini adalah permintaan agar Allah menjadi Al-Wali kita, yaitu Pelindung, Penolong, dan Pengurus segala urusan kita. Jika Allah telah menjadi Wali seorang hamba, maka tidak ada satu kekuatan pun yang bisa mencelakakannya. Ini adalah bentuk penyerahan diri total.
- "Wa bārik lī fīmā a'thait" (Berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan): Kita memohon keberkahan atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Harta, ilmu, keluarga, waktu, dan kesehatan. Berkah berarti "ziyadatul khair", bertambahnya kebaikan. Harta yang berkah adalah yang membawa manfaat, ilmu yang berkah adalah yang diamalkan, dan seterusnya.
- "Wa qinī syarra mā qadhait" (Lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau takdirkan): Ini adalah adab seorang hamba dalam menghadapi takdir. Kita meyakini bahwa semua takdir Allah itu baik, namun bagi kita sebagai manusia, sesuatu bisa terasa buruk (misalnya sakit atau musibah). Kita memohon kepada Allah agar dilindungi dari dampak buruk takdir tersebut dan diberi kekuatan untuk menghadapinya dengan sabar dan ridha.
- "Fa innaka taqdhī wa lā yuqdhā 'alaik" (Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan...): Sebuah penegasan atas kekuasaan mutlak Allah. Hukum dan ketetapan-Nya berlaku atas segala sesuatu, dan tidak ada yang bisa membatalkan atau menentang ketetapan-Nya.
- "Wa innahū lā yażillu man wālait, wa lā ya'izzu man 'ādait" (Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau pimpin, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi): Pengakuan bahwa kemuliaan dan kehinaan hakiki hanya bersumber dari Allah. Siapapun yang mendapat perlindungan Allah tidak akan pernah terhina, dan siapapun yang menjadi musuh Allah tidak akan pernah meraih kemuliaan sejati.
- "Tabārakta rabbanā wa ta'ālait" (Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi): Pujian dan pengagungan kepada Allah atas segala kesempurnaan sifat-sifat-Nya.
- "Falakal hamdu 'alā mā qadhait" (Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan): Puncak dari keridhaan seorang hamba. Kita memuji Allah bukan hanya atas nikmat, tapi juga atas segala ketetapan-Nya, baik yang kita sukai maupun yang tidak kita sukai.
- "Astagfiruka wa atūbu ilaik" (Aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu): Penutup doa dengan istighfar dan taubat, mengakui segala kekurangan dan dosa dalam ibadah dan kehidupan kita.
Doa dan Dzikir Setelah Sholat Witir
Setelah menyelesaikan sholat witir dengan salam, dianjurkan untuk tidak langsung beranjak pergi. Ada beberapa dzikir dan doa yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW untuk dibaca, yang semakin menyempurnakan ibadah witir kita.
Dzikir yang paling utama dan khas setelah sholat witir adalah membaca:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ
Subhānal malikil quddūs.
"Maha Suci Raja Yang Maha Suci."
Bacaan ini diulang sebanyak tiga kali. Pada bacaan yang ketiga, dianjurkan untuk memanjangkan dan mengeraskan suara (bagi laki-laki), sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat An-Nasa'i dan Abu Dawud. Sebagian ulama menambahkan bacaan "Rabbil malā'ikati war rūh" setelah bacaan ketiga.
Makna dari "Subhanal Malikil Quddus" adalah sebuah penyucian bagi Allah. Al-Malik berarti Raja Yang Maha Memiliki dan Menguasai segalanya. Al-Quddus berarti Yang Maha Suci dari segala bentuk kekurangan, aib, dan sifat-sifat yang tidak layak bagi keagungan-Nya. Dengan mengucapkannya, kita menegaskan kembali keagungan dan kesempurnaan Allah setelah bermunajat kepada-Nya.
Setelah itu, dapat dilanjutkan dengan membaca doa penutup witir yang masyhur. Doa ini berisi permohonan ampunan, rahmat, dan perlindungan yang sangat komprehensif.
اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Allāhumma innī a'ūżu biridhāka min sakhathik, wa bimu'āfātika min 'uqūbatik, wa a'ūżu bika minka, lā uhshī tsanā'an 'alaik, anta kamā atsnaita 'alā nafsik.
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari (siksa)-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu, Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."
Doa ini menunjukkan puncak ketawadhuan seorang hamba. Kita berlindung kepada sifat rahmat Allah (ridha dan ampunan) dari sifat jalal-Nya (murka dan hukuman). Kalimat "wa a'udzu bika minka" (aku berlindung kepada-Mu dari-Mu) adalah ungkapan yang sangat dalam, yang berarti tidak ada tempat berlari dan berlindung dari Allah kecuali kepada Allah itu sendiri. Dan diakhiri dengan pengakuan ketidakmampuan kita untuk memuji Allah sebagaimana mestinya.
Keutamaan Agung Sholat Witir
Sholat witir bukanlah sekadar sholat sunnah biasa. Ia menyimpan berbagai keutamaan agung yang menjadikannya sebuah amalan yang sangat disayangkan jika dilewatkan.
- Amalan yang Dicintai Allah: Seperti disebutkan dalam hadits pembuka, "Sesungguhnya Allah itu Witir dan Dia mencintai yang ganjil." Melaksanakan witir berarti melakukan amalan yang secara spesifik disebutkan dicintai oleh Allah.
- Lebih Baik dari Unta Merah: Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah telah memberi kalian tambahan sholat, yaitu sholat witir, yang mana ia lebih baik bagi kalian daripada unta merah." (HR. Abu Dawud). Unta merah pada masa itu adalah simbol kekayaan yang paling berharga. Ini menunjukkan betapa tingginya nilai sholat witir di sisi Allah, melebihi harta dunia yang paling mewah sekalipun.
- Penyempurna Sholat Malam: Witir berfungsi sebagai penutup dan penyempurna ibadah di malam hari. Ia mengganjilkan jumlah rakaat sholat sunnah yang telah dikerjakan, menjadikannya sebuah kesatuan yang indah dan sempurna.
- Mengikuti Sunnah Nabi SAW: Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan sholat witir, baik ketika sedang di rumah (mukim) maupun dalam perjalanan (safar). Menjaganya berarti kita meneladani sunnah kekasih Allah SWT.
- Saksi di Sisi Allah: Sholat yang dikerjakan di akhir malam disaksikan oleh para malaikat. Ini menjadikan witir yang dilakukan di waktu sahur memiliki nilai lebih, di mana para malaikat menjadi saksi atas ketaatan hamba tersebut.
Pertanyaan yang Sering Muncul (FAQ)
Bolehkah sholat witir 1 rakaat setiap hari?
Ya, tentu saja boleh. Melaksanakan sholat witir 1 rakaat setiap hari sudah mencukupi dan sah sebagai pelaksanaan sunnah witir. Ini adalah pilihan minimalis yang tetap mendatangkan keutamaan besar. Konsisten melaksanakan 1 rakaat setiap malam jauh lebih baik daripada melaksanakan 11 rakaat tapi hanya sesekali.
Bagaimana jika saya ketiduran dan terlewat sholat witir?
Sholat witir boleh di-qadha (diganti). Menurut mayoritas ulama, jika seseorang terlewat sholat witir karena tertidur atau lupa, ia dianjurkan untuk meng-qadha-nya di waktu Dhuha (pagi hari). Namun, ia mengerjakannya dengan jumlah rakaat genap. Jadi, jika biasanya witir 1 rakaat, maka diqadha menjadi 2 rakaat. Jika biasa 3 rakaat, diqadha menjadi 4 rakaat, dan seterusnya. Ini didasarkan pada kebiasaan Nabi SAW yang jika terlewat sholat malam, beliau menggantinya dengan sholat 12 rakaat di siang hari.
Saya sudah sholat witir setelah Isya, lalu terbangun di malam hari. Bolehkah saya sholat tahajud lagi?
Boleh. Seseorang yang sudah melaksanakan witir di awal malam kemudian terbangun dan ingin sholat tahajud, maka ia boleh sholat tahajud sebanyak yang ia mau. Namun, ia tidak perlu mengulang sholat witir lagi. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW, "Tidak ada dua witir dalam satu malam." (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa'i).
Apakah saya harus hafal doa qunut untuk sholat witir?
Tidak harus. Membaca doa qunut dalam witir hukumnya sunnah, bukan wajib. Jika Anda tidak hafal, sholat witir Anda tetap sah. Anda bisa menggantinya dengan doa pendek apa saja yang Anda hafal, misalnya "Rabbanā ātinā fid-dunyā hasanah, wa fil-ākhirati hasanah, wa qinā 'ażāban-nār". Atau jika tidak membaca doa apapun saat i'tidal juga tidak mengapa. Namun, alangkah baiknya jika berusaha untuk menghafalkannya secara bertahap karena kandungan maknanya yang luar biasa.
Kesimpulannya, sholat witir 1 rakaat adalah sebuah kemudahan dan rahmat dari Allah SWT. Ia adalah ibadah penutup malam yang ringan, namun sarat dengan keutamaan dan makna spiritual yang mendalam. Dengan niat yang tulus dan pelaksanaan yang benar, satu rakaat ini bisa menjadi bekal berharga, penyempurna ibadah, dan amalan yang mendekatkan kita pada cinta dan keridhaan Allah SWT. Mari kita jadikan witir, meskipun hanya satu rakaat, sebagai amalan rutin yang tak pernah terlewatkan setiap malamnya.