Ilustrasi Ramadan Ilustrasi bulan sabit yang bersinar dengan bintang di dalamnya, melambangkan spiritualitas bulan suci Ramadan.

Panduan Doa Tarawih Lengkap Selama Ramadan

Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, ampunan, dan rahmat. Salah satu amalan yang sangat identik dengan kemuliaan malam-malam Ramadan adalah Shalat Tarawih. Shalat sunnah muakkadah ini menjadi kesempatan emas bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, menghidupkan malam dengan ibadah, dan memohon ampunan atas segala dosa. Namun, kesempurnaan ibadah Tarawih tidak hanya terletak pada gerakan shalatnya, melainkan juga pada kekhusyukan doa-doa yang dipanjatkan di dalamnya dan setelahnya. Artikel ini akan membahas secara mendalam dan lengkap mengenai tuntunan doa dalam Shalat Tarawih, mulai dari niat, bacaan di sela-sela rakaat, hingga doa penutup yang masyhur, yaitu Doa Kamilin.

Memahami Hakikat dan Keutamaan Shalat Tarawih

Sebelum kita menyelami lautan doa, penting untuk memahami esensi dari Shalat Tarawih itu sendiri. Kata "Tarawih" berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari "tarwihah," yang berarti istirahat atau santai. Penamaan ini merujuk pada praktik para sahabat dan generasi setelahnya yang beristirahat sejenak setiap selesai empat rakaat, mengisi waktu istirahat tersebut dengan dzikir dan doa. Hal ini mengajarkan kita bahwa Tarawih bukan hanya tentang kuantitas rakaat, tetapi juga kualitas, ketenangan (thuma'ninah), dan perenungan.

Keutamaannya sangat besar, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

"Barangsiapa yang shalat malam di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjadi landasan utama yang memotivasi jutaan umat Islam di seluruh dunia untuk tidak melewatkan satu malam pun di bulan Ramadan tanpa mendirikan Shalat Tarawih. Ia adalah sarana penggugur dosa, peningkat derajat, dan jalan untuk meraih predikat takwa.

Niat Shalat Tarawih: Kunci Pembuka Ibadah

Setiap amalan ibadah dalam Islam harus diawali dengan niat yang tulus karena Allah SWT. Niat adalah pekerjaan hati, namun melafalkannya (talaffuzh) dianjurkan oleh sebagian ulama untuk membantu memantapkan hati. Berikut adalah lafal niat Shalat Tarawih, baik sebagai imam maupun makmum.

1. Niat Shalat Tarawih sebagai Makmum (2 Rakaat)

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatat tarāwīhi rak'ataini mustaqbilal qiblati ma'mūman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat shalat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

2. Niat Shalat Tarawih sebagai Imam (2 Rakaat)

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatat tarāwīhi rak'ataini mustaqbilal qiblati imāman lillāhi ta'ālā.

"Aku niat shalat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta'ala."

3. Niat Shalat Tarawih Sendirian (2 Rakaat)

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatat tarāwīhi rak'ataini mustaqbilal qiblati lillāhi ta'ālā.

"Aku niat shalat sunnah Tarawih dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala."

Niat ini diucapkan dalam hati pada saat takbiratul ihram, dan lafal di atas dapat membantu mengarahkan hati untuk fokus pada ibadah yang akan dilaksanakan. Konsentrasi sejak awal adalah kunci meraih kekhusyukan.

Dzikir dan Doa di Sela-sela Shalat Tarawih

Salah satu ciri khas pelaksanaan Shalat Tarawih berjamaah di banyak masjid di Indonesia adalah adanya dzikir dan shalawat yang dipimpin oleh seorang bilal. Praktik ini bertujuan untuk mengisi jeda istirahat antar rakaat dengan amalan yang bermanfaat, menjaga semangat jamaah, dan menambah pahala. Meskipun variasinya bisa berbeda-beda, berikut adalah bacaan yang umum dilantunkan.

Bacaan Bilal Setiap Selesai 2 Rakaat Salam

Biasanya, bilal akan menyeru dengan lantang:

Bilal: Shollu sunnatat-tarawihi rak'ataini jami'atan rahimakumullah.

"Marilah kita shalat sunnah Tarawih dua rakaat secara berjamaah, semoga Allah merahmati kalian."

Jamaah menjawab: Rahimakumullah.

Setelah itu, shalat dua rakaat pertama dimulai. Setelah salam, bilal biasanya memimpin dzikir dan shalawat.

Dzikir Setelah Salam Pertama (setelah rakaat ke-2)

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad.

"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad."

Dzikir Setelah Salam Kedua (setelah rakaat ke-4)

Setelah selesai rakaat keempat, jeda biasanya diisi dengan puji-pujian yang lebih panjang. Bilal akan menyeru:

فَضْلًا مِنَ اللهِ وَنِعْمَةً وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Fadhlan minallahi wa ni'matan wa maghfiratan wa rahmah. Laa ilaha illallahu wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumitu wa huwa 'ala kulli syai'in qadir.

"Sebagai karunia dari Allah, nikmat, ampunan, dan rahmat. Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan pujian. Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Shalawat kepada Nabi dan Pujian kepada Khulafaur Rasyidin

Di beberapa jeda berikutnya, biasanya setelah rakaat ke-8 atau sesuai tradisi setempat, bilal akan memimpin shalawat kepada Nabi dan menyebut nama empat khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin) sebagai bentuk penghormatan.

Bilal: Al-Khalifatul ula, amirul mukminina sayyiduna Abu Bakar As-Siddiq.

Jamaah: Radhiyallahu 'anhu.

Bilal: Al-Khalifatus tsani, amirul mukminina sayyiduna 'Umar bin Khattab.

Jamaah: Radhiyallahu 'anhu.

Bilal: Al-Khalifatus tsalits, amirul mukminina sayyiduna 'Utsman bin 'Affan.

Jamaah: Radhiyallahu 'anhu.

Bilal: Al-Khalifatur rabi', amirul mukminina sayyiduna 'Ali bin Abi Thalib.

Jamaah: Karramallahu wajhah.

Praktik ini, selain mengisi waktu, juga berfungsi sebagai media edukasi untuk mengingatkan jamaah akan sejarah dan jasa para sahabat mulia yang telah memimpin umat Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW.

Doa Kamilin: Puncak Munajat Setelah Shalat Tarawih

Setelah rangkaian Shalat Tarawih selesai, baik 8 rakaat maupun 20 rakaat, amalan tidak berhenti begitu saja. Momen emas selanjutnya adalah memanjatkan doa bersama-sama. Doa yang paling populer dan sering dibaca adalah "Doa Kamilin". Disebut 'Kamilin' (yang berarti 'kesempurnaan') karena doa ini berisi permohonan yang sangat lengkap dan komprehensif, mencakup segala aspek kebaikan dunia dan akhirat.

Berikut adalah bacaan Doa Kamilin secara lengkap, beserta transliterasi, terjemahan, dan sedikit perenungan maknanya agar kita bisa membacanya dengan lebih khusyuk dan penuh penghayatan.

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولٰئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا.

Allāhummaj'alnā bil īmāni kāmiliin. Wa lilfarāidli muaddiin. Wa lishshalāti hāfidhiin. Wa lizzakāti fā'iliin. Wa limā 'indaka thālibiin. Wa li'afwika rājiin. Wa bilhudā mutamassikiin. Wa 'anillaghwi mu'ridliin. Wa fiddunyā zāhidiin. Wa fil ākhirati rāghibiin. Wa bilqadlā'i rādliin. Wa linna'mā'i syākiriin. Wa 'alal balā'i shābiriin. Wa tahta liwā'i sayyidinā muhammadin shallallāhu 'alaihi wa sallama yaumal qiyāmati sā'iriin. Wa ilal hawdli wāridiin. Wa ilal jannati dākhiliin. Wa minannāri nājiin. Wa 'alā sarīril karāmati qā'idiin. Wa bi hūrin 'īnim mutazawwijiin. Wa min sundusin wa istabraqin wa dībajim mutalabbisiin. Wa min tha'āmil jannati ākiliin. Wa min labanin wa 'asalim mushaffan syāribiin, bi akwābiw wa abārīqa wa ka'sim mim ma'īn. Ma'alladzīna an'amta 'alaihim minan nabiyyīna wash shiddīqīna wasy syuhadā'i wash shālihiin, wa hasuna ulā'ika rafīqā. Dzālikal fadllu minallāhi wa kafā billāhi 'alīmā.

"Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang menunaikan kewajiban-kewajiban, yang memelihara shalat, yang menunaikan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk-Mu, yang berpaling dari hal-hal yang sia-sia, yang zuhud di dunia, yang berhasrat terhadap akhirat, yang ridha dengan ketetapan-Mu (qadha), yang mensyukuri nikmat-nikmat, yang sabar atas cobaan, dan yang berjalan di bawah panji junjungan kami Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat. Jadikan kami orang yang dapat menuju ke telaga (al-haudh), yang masuk ke dalam surga, yang diselamatkan dari api neraka, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah dengan bidadari-bidadari, yang mengenakan pakaian dari sutra tipis dan tebal, yang memakan makanan surga, yang meminum dari susu dan madu yang murni dengan gelas-gelas, cerek-cerek, dan piala dari sumber yang mengalir. Bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui."

Doa ini tidak berhenti di situ. Biasanya dilanjutkan dengan permohonan ampunan dan rahmat secara umum:

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ.

Allāhummaj'alnā fī hādzihil lailatisy syahrisy syarīfatil mubārakati minas su'adā'il maqbūliin. Wa lā taj'alnā minal asyqiyā'il mardūdiin.

"Ya Allah, jadikanlah kami pada malam bulan yang mulia dan penuh berkah ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima (amalannya), dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang celaka dan ditolak (amalannya)."

Lalu, ditutup dengan doa sapu jagat dan shalawat penutup:

رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Rabbanā ātinā fid dun-yā hasanatan wa fil ākhirati hasanatan wa qinā 'adzāban nār. Wa shallallāhu 'alā sayyidinā muhammadin wa 'alā ālihī wa shahbihī wa sallam, walhamdu lillāhi rabbil 'ālamīn.

"Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam."

Perenungan Makna Doa Kamilin

Membaca Doa Kamilin bukan sekadar rutinitas. Setiap kalimatnya adalah sebuah permohonan agung yang mencerminkan cita-cita tertinggi seorang muslim. Mari kita renungkan beberapa bagiannya:

Tuntunan Shalat Witir dan Doanya

Shalat Tarawih biasanya ditutup dengan Shalat Witir, yang hukumnya juga sunnah muakkadah. Witir berarti ganjil, dan dilaksanakan dalam jumlah rakaat ganjil, minimal satu rakaat dan umumnya tiga rakaat. Jika melaksanakan tiga rakaat, bisa dilakukan dengan dua rakaat salam, lalu satu rakaat salam, atau tiga rakaat langsung dengan satu tasyahud akhir.

Niat Shalat Witir

أُصَلِّى سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ (رَكْعَةً) لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan minal witri rak'ataini (atau rak'atan jika satu rakaat) lillāhi ta'ālā.

"Aku niat shalat sunnah Witir dua rakaat (atau satu rakaat) karena Allah Ta'ala."

Tambahkan kata "imaman" jika menjadi imam atau "ma'muman" jika menjadi makmum.

Doa dan Dzikir Setelah Shalat Witir

Setelah selesai salam dari Shalat Witir, dianjurkan untuk membaca dzikir berikut sebanyak tiga kali, dengan suara dikeraskan pada bacaan ketiga:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ

Subhānal malikil quddūs.

"Maha Suci Raja Yang Maha Suci."

Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca doa khusus setelah Witir. Doa ini mengandung pujian, pengakuan atas kelemahan diri, dan permohonan perlindungan kepada Allah SWT.

اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Allahumma innī a'ūdzu biridhāka min sakhathik, wa bimu'āfātika min 'uqūbatik, wa a'ūdzu bika minka, lā uhshī tsanā'an 'alaik, anta kamā atsnaita 'alā nafsik.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari (azab)-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."

Doa ini sangat mendalam maknanya. Kita mengakui bahwa satu-satunya tempat berlindung dari murka Allah adalah rahmat-Nya sendiri. Kita juga mengakui keterbatasan kita sebagai manusia yang tidak akan pernah mampu memuji Allah sebagaimana mestinya keagungan-Nya.

Penutup: Meraih Malam Penuh Berkah

Mendirikan Shalat Tarawih dan Witir dengan memahami setiap doa yang dipanjatkan akan membawa pengalaman spiritual yang jauh lebih mendalam. Ini bukan lagi sekadar ritual tahunan, melainkan sebuah dialog intim antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Bulan Ramadan adalah kesempatan yang sangat berharga. Malam-malamnya dihiasi dengan ampunan yang terhampar luas. Jangan sia-siakan kesempatan ini untuk berdiri, ruku', sujud, dan menengadahkan tangan, memohon segala kebaikan yang terkandung dalam doa-doa Tarawih.

Semoga panduan lengkap ini dapat membantu kita semua untuk melaksanakan ibadah di malam-malam Ramadan dengan lebih khusyuk, lebih bermakna, dan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

🏠 Kembali ke Homepage