Di antara keheningan dan kekhusyukan sholat, ada satu momen yang begitu intim, begitu dekat, di mana seorang hamba berada pada titik terendah secara fisik, namun tertinggi secara spiritual. Itulah sujud. Dan di dalam sujud terakhir, tersimpan sebuah kesempatan emas untuk menumpahkan segala isi hati, memohon ampunan, dan merangkai harapan kepada Sang Pencipta.
Sujud adalah esensi dari penghambaan. Ketika dahi, bagian tubuh yang paling mulia, kita letakkan sejajar dengan telapak kaki di atas tanah yang hina, saat itulah kita mengakui keagungan Allah SWT dan kelemahan diri kita. Gerakan ini bukan sekadar ritual fisik, melainkan sebuah proklamasi ketundukan total, sebuah pernyataan cinta tanpa kata, dan sebuah gerbang menuju kedekatan yang tak terhingga dengan Rabb semesta alam. Dalam artikel ini, kita akan menyelami lebih dalam makna, keutamaan, serta kumpulan doa-doa terbaik yang bisa dipanjatkan, khususnya dalam sujud terakhir.
Memahami Hakikat dan Makna Sujud yang Mendalam
Secara bahasa, kata "sujud" berasal dari bahasa Arab sajada-yasjudu-sujudan yang berarti tunduk, patuh, dan merendahkan diri. Dalam terminologi syariat, sujud adalah meletakkan tujuh anggota badan di atas alas sholat dengan niat beribadah kepada Allah. Ketujuh anggota tersebut adalah dahi (beserta hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung telapak kaki. Ini adalah rukun sholat yang jika ditinggalkan, maka sholatnya tidak sah.
Namun, makna sujud jauh melampaui definisi teknisnya. Sujud adalah manifestasi puncak dari tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam segala bentuk peribadatan. Dengan bersujud, kita menafikan segala bentuk kesombongan dan keangkuhan yang mungkin ada dalam diri. Kita menanggalkan semua gelar, jabatan, dan status sosial, lalu menempatkan diri sebagai hamba yang fakir di hadapan Tuhannya Yang Maha Kaya. Inilah momen di mana ego luluh lantak, digantikan oleh perasaan butuh, cinta, dan pengharapan yang total kepada Allah. Sujud adalah pengakuan bahwa tidak ada kekuatan dan daya upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Ini adalah saat di mana jiwa kita berbicara langsung kepada Penciptanya, mengadukan segala keluh kesah, dan memohon pertolongan atas segala urusan.
Keistimewaan Sujud: Titik Terdekat Hamba dengan Tuhannya
Sujud memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kabar gembira mengenai posisi ini. Dalam sebuah hadis yang agung, beliau bersabda:
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
"Keadaan seorang hamba yang paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah berdoa (di dalamnya)." (HR. Muslim)
Hadis ini adalah fondasi utama yang menjelaskan mengapa sujud menjadi waktu yang sangat mustajab untuk berdoa. Kedekatan yang disebutkan di sini bukanlah kedekatan fisik dalam artian jarak, melainkan kedekatan spiritual, kedekatan rahmat, ampunan, dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Ketika kita berada dalam posisi yang paling menunjukkan kerendahan diri, Allah justru mengangkat derajat kita ke tingkat yang paling tinggi. Ini adalah paradoks yang indah dalam penghambaan: semakin kita merendah di hadapan-Nya, semakin tinggi kedudukan kita di sisi-Nya. Oleh karena itu, anjuran untuk memperbanyak doa dalam sujud adalah sebuah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan oleh setiap muslim.
Membahas Fenomena Melamakan Sujud Terakhir
Sering kita jumpai atau bahkan kita sendiri melakukan praktik melamakan sujud terakhir dalam sholat, baik sholat fardhu maupun sunnah. Tujuannya adalah untuk memberikan ruang yang lebih leluasa untuk memanjatkan berbagai macam doa dan hajat. Pertanyaannya, bagaimana syariat memandang hal ini?
Para ulama memiliki beberapa pandangan mengenai hal ini. Secara umum, memperbanyak doa dalam sujud adalah hal yang dianjurkan berdasarkan hadis riwayat Muslim di atas. Tidak ada batasan spesifik mengenai doa apa saja yang boleh dipanjatkan, selama itu adalah doa kebaikan. Namun, mengenai pengkhususan melamakan sujud terakhir saja dibandingkan sujud-sujud lainnya, di sini letak diskusinya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa perbuatan sholat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seimbang. Ruku', i'tidal, sujud, dan duduk di antara dua sujudnya memiliki durasi yang hampir sama. Mengkhususkan sujud terakhir menjadi jauh lebih panjang dari rukun lainnya dianggap kurang sesuai dengan contoh Nabi. Pendapat ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam gerakan sholat.
Di sisi lain, sebagian ulama lain memandang bahwa tidak ada larangan khusus untuk melamakan sujud terakhir. Mereka berargumen bahwa sujud terakhir adalah kesempatan pamungkas sebelum sholat berakhir untuk berkomunikasi secara intens dengan Allah. Terlebih jika seseorang sholat sendirian (munfarid) atau dalam sholat sunnah, ia memiliki keleluasaan lebih untuk memanjangkan sujudnya sesuai kebutuhan hatinya. Namun, jika menjadi imam, sangat dianjurkan untuk meringankan sholat dan tidak memanjangkan sujud terakhir secara berlebihan agar tidak memberatkan makmum.
Kesimpulannya, memperbanyak doa dalam setiap sujud adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Jika seseorang merasa lebih khusyuk dan memiliki banyak hajat yang ingin disampaikan pada sujud terakhir, hal itu diperbolehkan, terutama saat sholat sendiri. Namun, yang lebih utama adalah berusaha untuk menyeimbangkan durasi setiap rukun sholat sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah, sambil tetap memanfaatkan setiap sujud sebagai momen berharga untuk berdoa.
Kumpulan Doa Pilihan untuk Dipanjatkan dalam Sujud
Setelah membaca tasbih sujud yang ma'ruf, yaitu "Subhaana Rabbiyal A'laa" (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) sebanyak minimal tiga kali, kita dianjurkan untuk memanjatkan doa-doa lainnya. Berikut adalah beberapa doa mustajab yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang sangat baik untuk dihafalkan dan diamalkan.
1. Doa Memohon Ampunan yang Menyeluruh
Ini adalah doa yang sering dibaca oleh Rasulullah dalam sujudnya. Doa ini mencakup permohonan ampunan untuk segala jenis dosa, baik yang kecil maupun besar, yang tersembunyi maupun yang terang-terangan.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ
Allahummaghfirli dzanbi kullah, diqqahu wa jillah, wa awwalahu wa akhirah, wa 'alaaniyatahu wa sirrah.
"Ya Allah, ampunilah seluruh dosaku, yang kecil maupun yang besar, yang awal maupun yang akhir, yang terang-terangan maupun yang tersembunyi." (HR. Muslim)
Makna Mendalam: Doa ini mengajarkan kita untuk mengakui totalitas kesalahan kita. Kita memohon ampunan bukan hanya untuk dosa yang kita ingat, tetapi juga untuk dosa yang mungkin telah kita lupakan. Kata "diqqahu wa jillah" (yang kecil dan yang besar) menunjukkan kesadaran bahwa tidak ada dosa yang remeh di hadapan keagungan Allah. Ungkapan "awwalahu wa akhirah" (yang awal dan yang akhir) mencakup dosa-dosa masa lalu dan memohon penjagaan dari dosa di masa depan. Sedangkan "'alaaniyatahu wa sirrah" (yang terang-terangan dan tersembunyi) adalah pengakuan bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang tampak dan apa yang tersembunyi di dalam hati.
2. Doa Memohon Perlindungan dari Empat Perkara Mengerikan
Doa ini juga sangat dianjurkan dibaca, terutama pada tasyahud akhir sebelum salam, namun para ulama memperbolehkan membacanya juga dalam sujud. Doa ini berisi permohonan perlindungan dari fitnah terbesar di dunia dan akhirat.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Allahumma inni a'udzu bika min 'adzabi jahannam, wa min 'adzabil qabri, wa min fitnatil mahya wal mamat, wa min syarri fitnatil masihid dajjāl.
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal." (HR. Muslim)
Makna Mendalam: Ini adalah paket perlindungan komprehensif. Kita memohon diselamatkan dari siksa Jahannam, puncak kengerian di akhirat. Kita berlindung dari siksa kubur, fase pertama di alam barzakh yang menentukan nasib selanjutnya. Kita meminta perlindungan dari fitnah kehidupan dan kematian, yang mencakup segala ujian, syahwat, syubhat, dan godaan selama hidup, serta ujian berat saat sakaratul maut. Terakhir, kita berlindung dari fitnah Dajjal, yang disebut sebagai fitnah terbesar yang akan menimpa umat manusia di akhir zaman.
3. Doa untuk Keteguhan Hati di Atas Agama
Di zaman yang penuh dengan cobaan dan ketidakpastian, menjaga keimanan adalah perjuangan terbesar. Doa ini adalah senjata ampuh untuk memohon agar hati kita senantiasa ditetapkan di atas kebenaran.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinik.
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu." (HR. Tirmidzi)
Makna Mendalam: Hati manusia bersifat fluktuatif, mudah berubah dan terpengaruh. Rasulullah sendiri, manusia yang paling mulia, sering memanjatkan doa ini. Ini mengajarkan kita untuk tidak pernah merasa aman dengan keimanan kita dan senantiasa bersandar kepada Allah untuk menjaganya. Dengan doa ini, kita mengakui bahwa hanya Allah yang memiliki kuasa penuh atas hati kita, dan hanya kepada-Nya kita memohon agar hati ini tidak tergelincir ke dalam kesesatan setelah mendapat petunjuk.
4. Doa Sapu Jagat untuk Kebaikan Dunia dan Akhirat
Meskipun doa ini sangat populer dibaca setelah sholat atau di antara dua sujud, kandungannya yang universal sangat cocok dipanjatkan kapan saja, termasuk dalam sujud. Doa ini merangkum semua keinginan baik seorang hamba.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbana aatina fid-dunya hasanah, wa fil-akhirati hasanah, wa qinaa 'adzaban-naar.
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201)
Makna Mendalam: "Kebaikan di dunia" (hasanah fid-dunya) mencakup segala hal positif: kesehatan, rezeki yang halal, keluarga yang sakinah, ilmu yang bermanfaat, dan kesempatan untuk beramal saleh. "Kebaikan di akhirat" (hasanah fil-akhirah) mencakup ampunan Allah, kemudahan saat hisab, naungan di hari kiamat, dan puncaknya adalah masuk surga. Doa ini sangatlah جامع (komprehensif), mencerminkan visi seorang muslim yang seimbang antara mengejar kesuksesan duniawi dalam kerangka syariat dan tujuan utama meraih kebahagiaan abadi di akhirat.
5. Doa Nabi Yunus Saat dalam Perut Ikan
Doa ini dikenal sebagai doa pelepas kesulitan. Ketika Nabi Yunus 'alaihissalam berada dalam tiga kegelapan (kegelapan malam, kegelapan lautan, dan kegelapan perut ikan), beliau bertasbih dengan kalimat ini, dan Allah pun menyelamatkannya.
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz-dzalimin.
"Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Al-Anbiya: 87)
Makna Mendalam: Kekuatan doa ini terletak pada tiga pilar utamanya: Tauhid (mengakui keesaan Allah), Tasbih (menyucikan Allah dari segala kekurangan), dan Istighfar (mengakui kesalahan dan kezaliman diri sendiri). Ini adalah adab tertinggi dalam berdoa: memulai dengan memuji Allah dan mengakui kelemahan diri sebelum meminta. Para ulama menyebutkan bahwa siapa pun yang berdoa dengan doa ini untuk menghilangkan kesusahan, niscaya Allah akan mengabulkannya.
Adab dan Etika dalam Bersujud: Menuju Sujud yang Sempurna
Untuk meraih kekhusyukan dan kesempurnaan dalam sujud, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan, baik secara lahiriah maupun batiniah.
Adab Lahiriah (Fisik)
- Tujuh Anggota Sujud: Pastikan ketujuh anggota sujud menempel sempurna di tempat sholat. Dahi dan hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki yang ditekuk menghadap kiblat.
- Posisi Tangan: Letakkan telapak tangan sejajar dengan bahu atau telinga, dengan jari-jari rapat dan menghadap kiblat.
- Merenggangkan Lengan: Bagi laki-laki, disunnahkan untuk merenggangkan lengan dari lambung (tidak menempel), seolah-olah anak kambing bisa lewat di bawahnya. Bagi perempuan, dianjurkan untuk lebih merapatkan tubuhnya.
- Thuma'ninah (Tenang dan Tidak Tergesa-gesa): Ini adalah rukun yang sangat penting. Berdiam sejenak dalam sujud hingga seluruh persendian kembali ke posisinya sebelum membaca tasbih. Sujud yang terburu-buru seperti patukan ayam dapat merusak sholat.
Adab Batiniah (Hati)
- Menghadirkan Hati: Sadari sepenuhnya bahwa Anda sedang berada di posisi terdekat dengan Allah. Kosongkan pikiran dari urusan duniawi dan fokuskan hati hanya kepada-Nya.
- Merasa Hina dan Butuh: Rasakan betapa kecil dan lemahnya diri kita di hadapan kebesaran Allah. Perasaan ini akan melahirkan ketundukan dan kepasrahan total.
- Yakin Doa Akan Diijabah: Berdoalah dengan penuh keyakinan bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Jangan berdoa dengan keraguan.
- Memahami Bacaan: Berusahalah untuk memahami makna dari setiap tasbih dan doa yang diucapkan. Penghayatan makna akan meningkatkan kualitas kekhusyukan secara signifikan.
Bolehkah Berdoa dengan Bahasa Indonesia dalam Sujud?
Ini adalah pertanyaan yang sering muncul, terutama bagi mereka yang belum hafal banyak doa dalam bahasa Arab. Para ulama menjelaskan masalah ini dengan cukup rinci.
Secara umum, mayoritas ulama sepakat bahwa berdoa dengan bahasa selain Arab diperbolehkan, terutama jika seseorang tidak mampu berdoa dalam bahasa Arab. Allah Maha Mengetahui semua bahasa dan memahami isi hati setiap hamba-Nya. Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai penerapannya dalam sholat fardhu dan sholat sunnah.
- Dalam Sholat Sunnah (Tahajud, Dhuha, dll.): Para ulama lebih longgar dalam hal ini. Diperbolehkan untuk berdoa dengan bahasa sendiri dalam sujud pada sholat-sholat sunnah setelah membaca bacaan sujud yang wajib. Ini karena sholat sunnah memiliki sifat yang lebih personal dan fleksibel.
- Dalam Sholat Fardhu (Lima Waktu): Di sini terdapat kehati-hatian. Pendapat yang lebih kuat dan lebih aman adalah berusaha untuk tetap menggunakan doa-doa yang ma'tsur (bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah) yang berbahasa Arab. Hal ini untuk menjaga otentisitas dan kesakralan ibadah sholat fardhu sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Jika memiliki hajat khusus, lebih baik menyimpannya untuk dipanjatkan setelah sholat selesai.
Solusi terbaik adalah berusaha secara bertahap untuk menghafalkan doa-doa berbahasa Arab yang telah diajarkan Nabi. Mulailah dari doa-doa yang pendek dan penting, lalu amalkan secara konsisten. Sambil proses menghafal, manfaatkan waktu-waktu di luar sholat atau dalam sujud pada sholat sunnah untuk menumpahkan segala isi hati dalam bahasa yang paling kita pahami.
Kesimpulan: Jadikan Sujud Momen Terbaik dalam Hidupmu
Sujud bukanlah sekadar gerakan rutin tanpa makna. Ia adalah sebuah anugerah, sebuah pintu rahmat, dan sebuah kesempatan untuk dialog paling intim antara seorang hamba dengan Sang Khalik. Sujud terakhir, sebagai penutup rangkaian ketundukan dalam sholat, menjadi momen krusial untuk mengunci segala permohonan dan harapan.
Marilah kita memperindah sujud kita, baik dari segi gerakan fisiknya maupun kekhusyukan hatinya. Mari kita basahi sajadah kita dengan air mata penyesalan dan harapan. Manfaatkan setiap detik dalam sujud untuk berdoa, memohon ampun, dan menyerahkan segala urusan kepada Dzat yang genggaman-Nya meliputi langit dan bumi. Sebab, di titik terendah kening kita menyentuh tanah, di situlah jiwa kita sedang terbang tinggi menuju arasy-Nya.