Memahami Hakikat Sholat Witir, Sang Penutup Malam
Di antara keheningan malam, saat dunia beristirahat, seorang hamba memiliki kesempatan emas untuk berdialog secara intim dengan Sang Pencipta. Salah satu jembatan terindah untuk dialog ini adalah melalui Sholat Witir. Sholat ini bukan sekadar rangkaian gerakan dan bacaan, melainkan sebuah pernyataan cinta, penyerahan diri, dan penutup manis dari seluruh rangkaian ibadah yang dilakukan sepanjang hari. Namanya, "Witir", berasal dari bahasa Arab yang berarti ganjil. Filosofi ini sangat mendalam, karena Allah SWT itu Maha Esa (ganjil) dan menyukai hal-hal yang ganjil.
Sholat Witir berfungsi sebagai mahkota bagi ibadah malam. Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya, baik saat beliau sedang di rumah (mukim) maupun dalam perjalanan (safar). Ini menunjukkan betapa penting dan utamanya kedudukan sholat ini. Ia menjadi segel bagi amal harian, sebuah harapan agar seluruh ibadah diterima, dan sebuah permohonan agar malam yang akan dilalui penuh dengan penjagaan dan rahmat dari-Nya. Melaksanakan Sholat Witir adalah cara kita meneladani sunnah Nabi, sekaligus mengunci hari kita dengan dzikir dan doa, mempersiapkan jiwa untuk menyambut fajar dengan hati yang lebih bersih dan semangat yang terbarukan.
Hukum dan Waktu Terbaik Pelaksanaan Sholat Witir
Mayoritas ulama (jumhur ulama) dari mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum Sholat Witir adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir mendekati wajib. Kekuatan anjuran ini didasarkan pada konsistensi Rasulullah SAW dalam melaksanakannya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda:
"Witir adalah sebuah kebenaran (hak), maka barangsiapa yang tidak berwitir, ia bukan termasuk golonganku."
Hadis ini, meskipun redaksinya kuat, dipahami oleh jumhur ulama sebagai penekanan akan pentingnya Sholat Witir, bukan sebagai sebuah kewajiban yang berdosa jika ditinggalkan. Sementara itu, mazhab Hanafi memiliki pandangan yang sedikit berbeda, menganggapnya sebagai wajib, yang kedudukannya berada di antara fardhu dan sunnah.
Waktu Pelaksanaan yang Luas dan Penuh Berkah
Salah satu kemudahan dalam syariat Islam adalah fleksibilitas waktu untuk Sholat Witir. Waktunya terbentang luas, dimulai setelah selesai melaksanakan Sholat Isya hingga terbitnya fajar shadiq (masuknya waktu Subuh). Rentang waktu yang panjang ini memberikan kemudahan bagi setiap muslim untuk melaksanakannya sesuai dengan kemampuannya.
Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang dianggap lebih utama (afdhal) untuk melaksanakannya:
- Di Awal Malam: Bagi seseorang yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, lebih baik ia melaksanakan Sholat Witir di awal malam, yaitu setelah Sholat Isya dan sholat sunnah ba'diyah Isya. Ini adalah bentuk kehati-hatian agar tidak terlewat sama sekali.
- Di Akhir Malam: Bagi mereka yang yakin atau memiliki kebiasaan kuat untuk bangun di sepertiga malam terakhir, maka waktu inilah yang paling utama. Melaksanakan Sholat Witir setelah Sholat Tahajud adalah puncak dari ibadah malam. Waktu ini adalah waktu yang mustajab, saat Allah SWT turun ke langit dunia, dan para malaikat ikut menyaksikan. Rasulullah SAW bersabda, "Jadikanlah akhir sholat kalian di malam hari adalah Sholat Witir." (HR. Bukhari dan Muslim).
Jumlah Rakaat dan Tata Cara Pelaksanaan Sholat Witir
Sholat Witir memiliki jumlah rakaat yang ganjil, paling sedikit satu rakaat dan paling banyak sebelas rakaat. Keragaman ini menunjukkan fleksibilitas syariat, memungkinkan setiap individu untuk beribadah sesuai dengan kelapangan waktu dan tenaganya.
Rincian Jumlah Rakaat:
- Satu Rakaat: Ini adalah jumlah minimal dan sah untuk disebut sebagai Sholat Witir.
- Tiga Rakaat: Ini adalah bentuk yang paling umum dan sering dipraktikkan. Cara melaksanakannya ada dua:
- Dua rakaat lalu salam, kemudian ditambah satu rakaat. Ini adalah cara yang paling utama menurut mazhab Syafi'i.
- Tiga rakaat langsung dengan satu tasyahud akhir, tanpa tasyahud awal. Cara ini dilakukan untuk membedakannya dengan Sholat Maghrib.
- Lima, Tujuh, Sembilan, atau Sebelas Rakaat: Semuanya dilakukan dengan satu tasyahud di rakaat terakhir, atau bisa juga dengan tasyahud pada rakaat kedua terakhir dan rakaat terakhir.
Niat Sholat Witir
Niat adalah rukun hati yang membedakan satu ibadah dengan ibadah lainnya. Berikut adalah lafaz niat yang bisa diucapkan untuk memantapkan hati.
Niat Sholat Witir 1 Rakaat (Sendiri)
أُصَلِّيْ سُنَّةً مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatan minal witri rak'atan lillâhi ta'âlâ. Artinya: "Aku niat sholat sunnah witir satu rakaat karena Allah ta'ala."Niat Sholat Witir 2 Rakaat (Sebagai Bagian dari 3 Rakaat)
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatal witri rak'ataini lillâhi ta'âlâ. Artinya: "Aku niat sholat sunnah witir dua rakaat karena Allah ta'ala."Bacaan Surat yang Dianjurkan
Dalam pelaksanaan Sholat Witir tiga rakaat, disunnahkan untuk membaca surat-surat tertentu setelah Al-Fatihah, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW:
- Rakaat Pertama: Membaca Surat Al-A'la (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى).
- Rakaat Kedua: Membaca Surat Al-Kafirun (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ).
- Rakaat Ketiga (Rakaat Terakhir): Membaca Surat Al-Ikhlas (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ), Al-Falaq (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ), dan An-Nas (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ).
Doa Qunut Witir: Permohonan Penuh Harap di Rakaat Terakhir
Salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan dalam Sholat Witir, khususnya pada pertengahan hingga akhir bulan Ramadhan (menurut mazhab Syafi'i), atau bisa juga dilakukan di luar Ramadhan, adalah membaca Doa Qunut. Doa ini dibaca pada rakaat terakhir setelah bangkit dari ruku' (i'tidal). Doa Qunut adalah untaian permohonan yang komprehensif, mencakup permintaan petunjuk, kesehatan, keberkahan, dan perlindungan.
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِنَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Allahummahdinî fî man hadait, wa 'âfinî fî man 'âfait, wa tawallanî fî man tawallait, wa bâriklî fî mâ a'thait, wa qinî syarra mâ qadhait, fa innaka taqdhî wa lâ yuqdhâ 'alaik, wa innahû lâ yazillu man wâlait, wa lâ ya'izzu man 'âdait, tabârakta rabbanâ wa ta'âlait, fa lakal hamdu a'lâ mâ qadhait, wa astagfiruka wa atûbu ilaik, wa shallallâhu 'alâ sayyidinâ muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alâ âlihi wa shahbihi wa sallam. Artinya: "Ya Allah, berikanlah aku petunjuk sebagaimana Engkau memberikan petunjuk (kepada selainku), berikanlah aku kesehatan sebagaimana Engkau memberikan kesehatan (kepada selainku), berilah aku pertolongan sebagaimana Engkau memberikan pertolongan (kepada selainku), berikanlah keberkahan kepadaku pada semua pemberian-Mu, lindungilah aku dari kejelekan takdir-Mu, sesungguhnya Engkau-lah yang menetapkan takdir dan bukan Engkau yang ditakdirkan, tidak akan hina orang yang Engkau bela, dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau. Bagi-Mu segala puji atas apa yang telah Engkau takdirkan. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu. Semoga Allah memberikan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya."Puncak Munajat: Doa Lengkap Setelah Sholat Witir
Setelah menyelesaikan salam pada Sholat Witir, momen munajat belum berakhir. Justru, inilah saatnya untuk menyempurnakannya dengan wirid dan doa khusus yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Doa setelah Sholat Witir adalah ungkapan syukur, pengagungan, dan permohonan yang melengkapi ibadah penutup malam ini.
Wirid Singkat Penuh Pengagungan
Dianjurkan untuk memulai dengan membaca dzikir singkat namun penuh makna ini sebanyak tiga kali, dengan mengeraskan dan memanjangkan suara pada bacaan ketiga.
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Subhaanal malikil qudduus. Artinya: "Maha Suci Engkau, Raja yang Maha Suci." (Dibaca 3x)Setelah itu, dilanjutkan dengan bacaan:
رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Rabbil malaa-ikati warruuh. Artinya: "Tuhan para malaikat dan Ruh (Jibril)."Doa Panjang Setelah Sholat Witir yang Sarat Makna
Inilah doa utama yang menjadi inti dari permohonan setelah Sholat Witir. Doa ini sangat komprehensif, mencakup permohonan fundamental seorang hamba kepada Tuhannya. Mari kita resapi setiap baitnya.
اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ. اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَااَللهُ يَااَللهُ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Allâhumma innâ nas'aluka îmânan dâ'iman, wa nas'aluka qalban khâsyi'an, wa nas'aluka 'ilman nâfi'an, wa nas'aluka yaqînan shâdiqan, wa nas'aluka 'amalan shâlihan, wa nas'aluka dînan qayyiman, wa nas'aluka khairan katsîran, wa nas'alukal 'afwa wal 'âfiyah, wa nas'aluka tamâmal 'âfiyah, wa nas'alukasy syukra 'alal 'âfiyah, wa nas'alukal ghinâ 'anin nâs. Allâhumma rabbanâ taqabbal minnâ shalâtanâ wa shiyâmanâ wa qiyâmanâ wa takhasysyu'anâ wa tadharru'anâ wa ta'abbudanâ wa tammim taqshîranâ yâ Allâh, yâ Allâh, yâ Allâh, yâ arhamar râhimîn. Wa shallallâhu 'alâ khairi khalqihi muhammadin wa 'alâ âlihi wa shahbihi ajma'în, wal hamdu lillâhi rabbil 'âlamîn.Tadabbur Makna Doa Setelah Witir: Permintaan Seorang Hamba
Mari kita bedah dan renungkan makna mendalam dari setiap penggalan doa agung ini:
- "Kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng": Ini adalah permohonan paling dasar dan utama. Iman adalah fondasi segalanya. Kita memohon agar iman ini tidak goyah, tidak luntur oleh godaan dunia, dan tetap kokoh hingga akhir hayat.
- "Hati yang khusyuk": Hati adalah raja bagi seluruh anggota tubuh. Hati yang khusyuk adalah hati yang tunduk, takut, dan penuh pengagungan kepada Allah. Dengan hati yang khusyuk, ibadah akan terasa nikmat dan hidup akan lebih tenang.
- "Ilmu yang bermanfaat": Ilmu bukan sekadar pengetahuan, tetapi cahaya yang membimbing kepada kebenaran. Kita memohon ilmu yang tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah dan membawa maslahat bagi diri sendiri dan orang lain.
- "Keyakinan yang benar": Keyakinan (yakin) adalah tingkat iman yang tertinggi. Kita memohon keyakinan yang tulus dan mantap terhadap janji-janji Allah, tanpa ada sedikit pun keraguan.
- "Amal yang saleh": Iman dan ilmu harus berbuah amal. Kita memohon agar diberi taufik untuk senantiasa melakukan perbuatan baik yang diterima di sisi-Nya.
- "Agama yang lurus": Kita memohon agar senantiasa berada di atas jalan Islam yang lurus (diinan qayyiman), tidak menyimpang ke dalam kesesatan atau bid'ah.
- "Kebaikan yang banyak": Sebuah permohonan atas segala bentuk kebaikan, baik yang kita ketahui maupun tidak, di dunia dan di akhirat.
- "Ampunan dan kesehatan": 'Afwu (ampunan atas dosa) dan 'afiyah (kesehatan dan keselamatan dari segala musibah) adalah dua nikmat terbesar setelah iman. Kita memohon keduanya sebagai bekal hidup.
- "Kesempurnaan kesehatan": Tidak hanya sehat, tapi kita memohon kesehatan yang sempurna, yang menunjang kita untuk beribadah dan beraktivitas dengan maksimal.
- "Rasa syukur atas kesehatan": Nikmat seringkali baru terasa saat hilang. Kita memohon agar diberi kemampuan untuk selalu mensyukuri nikmat sehat yang diberikan.
- "Kecukupan dari selain manusia": Ini adalah doa untuk kemandirian dan martabat. Kita memohon agar Allah mencukupi segala kebutuhan kita sehingga tidak perlu bergantung dan berharap kepada makhluk.
- "Ya Allah, Tuhan kami, terimalah...": Bagian ini adalah puncak penyerahan diri. Setelah berusaha, kita memohon agar seluruh ibadah kita—sholat, puasa, qiyamullail, kekhusyukan, dan ketundukan—diterima oleh Allah, dan segala kekurangan di dalamnya disempurnakan.
- Penutup dengan shalawat dan hamdalah: Doa ditutup dengan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, makhluk terbaik, serta keluarganya dan para sahabatnya. Dan diakhiri dengan pujian tertinggi bagi Allah, Tuhan semesta alam, sebagai pengakuan bahwa segala kebaikan dan kekuatan hanyalah milik-Nya.
Keutamaan Agung di Balik Sholat Witir
Melaksanakan Sholat Witir secara rutin bukan hanya sekadar menjalankan sunnah, tetapi juga membuka pintu-pintu keutamaan yang luar biasa. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Dicintai oleh Allah SWT: Keutamaan terbesar adalah mendapatkan cinta dari Sang Pencipta. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah itu ganjil (witir) dan Dia mencintai yang ganjil (witir)." (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan melaksanakan sholat yang sifatnya ganjil, kita sedang melakukan sesuatu yang dicintai oleh-Nya.
- Lebih Baik dari Unta Merah: Di zaman Nabi, unta merah adalah simbol kekayaan yang paling berharga. Sholat Witir nilainya melebihi harta dunia yang paling mewah sekalipun. Dari Kharijah bin Hudzafah, ia berkata, Rasulullah SAW keluar menemui kami dan bersabda, "Sesungguhnya Allah telah membekali kalian dengan satu sholat yang ia lebih baik bagi kalian daripada unta merah, yaitu sholat witir." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
- Penyempurna Ibadah Malam: Sholat Witir adalah penutup yang sempurna bagi rangkaian ibadah malam. Ia mengunci semua amal baik yang dilakukan, dari sholat fardhu, sholat sunnah, hingga tahajud, dengan sebuah munajat yang indah.
- Disaksikan oleh Para Malaikat: Sholat yang dilakukan di akhir malam, termasuk Witir, akan disaksikan oleh para malaikat rahmat. Ini disebutkan dalam hadis, "Sholat di akhir malam itu disaksikan (dihadiri oleh para malaikat)." (HR. Muslim). Kesaksian mereka menjadi nilai tambah di hadapan Allah SWT.
- Menjaga dari Kelalaian: Rutin bangun untuk Sholat Witir, terutama di akhir malam, akan menjauhkan seseorang dari sifat lalai dan tercatat sebagai orang-orang yang taat (al-qanitin).
Pertanyaan Umum Seputar Sholat Witir
Ada beberapa pertanyaan yang sering muncul terkait pelaksanaan Sholat Witir. Berikut adalah beberapa di antaranya beserta penjelasannya.
Bagaimana jika sudah Witir tapi ingin Sholat Tahajud lagi?
Ini adalah situasi yang sering dihadapi. Para ulama memberikan beberapa solusi. Pendapat yang kuat menyebutkan bahwa tidak ada dua witir dalam satu malam. Jika seseorang telah melaksanakan Witir di awal malam lalu terbangun dan ingin sholat lagi, ia boleh melaksanakan sholat sunnah (tahajud) sebanyak yang ia mau dengan rakaat genap, dan tidak perlu mengulang Witir-nya. Witir yang pertama sudah sah sebagai penutup.
Apakah boleh meng-qadha' Sholat Witir jika terlewat?
Ya, Sholat Witir boleh di-qadha' (diganti) jika terlewat karena tertidur atau lupa. Waktu terbaik untuk meng-qadha'nya adalah pada waktu Dhuha. Namun, cara meng-qadha'nya adalah dengan jumlah rakaat genap. Jadi, jika biasanya Witir tiga rakaat, maka diqadha' menjadi empat rakaat. Jika biasa satu rakaat, diqadha' menjadi dua rakaat. Hal ini berdasarkan hadis Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Rasulullah SAW jika terlewat sholat malam karena sakit atau tertidur, beliau sholat di siang harinya dua belas rakaat.
Apakah Doa Qunut Wajib dalam Sholat Witir?
Tidak, membaca Doa Qunut dalam Sholat Witir hukumnya sunnah, bukan wajib. Jika seseorang tidak membacanya, sholatnya tetap sah. Namun, sangat dianjurkan untuk membacanya karena kandungan doanya yang luar biasa.
Sebagai penutup, marilah kita memandang Sholat Witir bukan sebagai beban, melainkan sebagai sebuah hadiah. Hadiah berupa kesempatan untuk berbisik kepada Allah di keheningan malam, menutup hari dengan permohonan ampun dan harapan, serta meneladani kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua dimampukan untuk istiqamah dalam menghidupkan malam-malam kita dengan Sholat Witir dan doa-doanya yang agung.