Menggapai Puncak Malam: Panduan Doa Sholat Witir

Ilustrasi lentera yang bersinar, melambangkan cahaya petunjuk dan doa di kegelapan malam.

Sholat Witir adalah ibadah penutup malam yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Ia laksana mahkota yang menyempurnakan rangkaian ibadah malam seorang hamba, mulai dari sholat tahajud, tarawih di bulan Ramadhan, hingga ibadah-ibadah sunnah lainnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya, baik saat mukim maupun dalam perjalanan. Ini menunjukkan betapa penting dan agungnya sholat ini. Puncak dari kekhusyukan sholat witir seringkali dirasakan saat memanjatkan doa setelahnya, sebuah momen intim di mana seorang hamba menumpahkan segala harap dan pintanya kepada Sang Pencipta.

Doa setelah sholat witir bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah dialog mendalam yang merangkum esensi dari penghambaan. Di dalamnya terkandung permohonan akan iman yang kokoh, hati yang tunduk, ilmu yang membawa maslahat, hingga perlindungan paripurna dari segala keburukan. Memahami setiap lafaz dan makna yang terkandung di dalamnya akan meningkatkan kualitas ibadah kita, mengubahnya dari sekadar ritual menjadi sebuah pengalaman spiritual yang transformatif. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal tentang doa sholat witir, mulai dari bacaannya yang shahih, makna mendalam di baliknya, hingga keutamaan dan adab dalam memanjatkannya.

Memahami Hakikat Sholat Witir

Sebelum menyelami kedalaman doa setelahnya, penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu apa itu Sholat Witir. Secara bahasa, kata "witir" (الوِتْرُ) berarti ganjil. Dinamakan demikian karena jumlah rakaatnya selalu ganjil, seperti satu, tiga, lima, dan seterusnya. Sholat ini menjadi penutup bagi sholat-sholat sunnah yang dikerjakan pada malam hari.

Hukum dan Waktu Pelaksanaan

Jumhur (mayoritas) ulama dari mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hambali berpendapat bahwa hukum Sholat Witir adalah sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir mendekati wajib. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah itu ganjil dan menyukai yang ganjil, maka lakukanlah sholat witir, wahai ahli Al-Qur'an." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Waktu pelaksanaan Sholat Witir terbentang luas, dimulai setelah selesai menunaikan sholat Isya hingga terbit fajar (masuk waktu Subuh). Waktu yang paling utama (afdhal) untuk melaksanakannya adalah di sepertiga malam terakhir, karena pada waktu tersebut doa-doa lebih mustajab. Namun, bagi siapa saja yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, lebih baik mengerjakannya sebelum tidur. Sebagaimana nasihat Rasulullah SAW kepada Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, "Kekasihku (Rasulullah) mewasiatkan kepadaku tiga hal: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat Dhuha, dan sholat Witir sebelum tidur." (HR. Bukhari dan Muslim).

Jumlah Rakaat dan Tata Cara

Jumlah rakaat Sholat Witir sangat fleksibel, minimal satu rakaat dan maksimal sebelas rakaat. Cara yang paling umum dilakukan di Indonesia adalah tiga rakaat. Pelaksanaan tiga rakaat ini pun dapat dilakukan dengan dua cara:

Dalam pelaksanaannya, dianjurkan untuk membaca surah-surah tertentu setelah Al-Fatihah. Berdasarkan hadits, pada sholat witir tiga rakaat, disunnahkan membaca Surah Al-A'la pada rakaat pertama, Surah Al-Kafirun pada rakaat kedua, dan Surah Al-Ikhlas (ditambah Al-Falaq dan An-Nas) pada rakaat terakhir.

Fokus Utama: Dzikir dan Doa Setelah Sholat Witir

Setelah menyelesaikan salam pada sholat witir, seorang hamba tidak langsung beranjak. Terdapat amalan dzikir dan doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang menjadi penyempurna ibadah agung ini. Momen ini adalah waktu emas untuk berkomunikasi dengan Allah SWT.

1. Bacaan Dzikir Penuh Kemuliaan

Dzikir pertama yang sangat dianjurkan untuk dibaca adalah tasbih yang mengagungkan kesucian dan kekuasaan Allah. Dzikir ini dibaca sebanyak tiga kali.

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Subhaanal malikil qudduus.

Artinya: "Maha Suci Engkau, Raja Yang Maha Suci."

Dzikir ini didasarkan pada hadits dari Ubay bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jika telah salam dari sholat witir, beliau mengucapkan: 'Subhaanal malikil qudduus' (tiga kali), dan beliau memanjangkan suaranya pada ucapan yang ketiga." (HR. An-Nasa'i dan Ahmad).

Makna Mendalam "Al-Malik Al-Quddus"

Mengucapkan dzikir ini bukan sekadar menggerakkan lisan, tetapi sebuah pengakuan total dari seorang hamba. Al-Malik berarti Raja atau Penguasa Absolut. Kita mengakui bahwa segala kekuasaan, kerajaan, dan pengaturan di langit dan di bumi adalah mutlak milik Allah. Tidak ada penguasa lain selain Dia. Pengakuan ini menumbuhkan rasa tawakal dan kepasrahan, bahwa nasib kita berada di tangan Raja Yang Maha Bijaksana.

Al-Quddus berarti Yang Maha Suci. Kesucian Allah adalah kesucian yang paripurna, bebas dari segala bentuk aib, kekurangan, kelemahan, dan penyerupaan dengan makhluk-Nya. Ia suci dalam Dzat, Sifat, dan Perbuatan-Nya. Dengan menggabungkan kedua nama ini, kita menyatakan, "Wahai Allah, Engkau adalah Raja Yang Sempurna, yang kekuasaan-Nya bersih dari segala bentuk kezaliman, dan yang Dzat-Nya suci dari segala kekurangan." Ini adalah pujian tertinggi yang menenangkan hati setelah beribadah.

2. Doa Agung Permohonan Komprehensif

Setelah berdzikir, dilanjutkan dengan memanjatkan doa yang sangat indah dan lengkap. Doa ini mencakup permohonan untuk kebaikan dunia dan akhirat. Meskipun terdapat beberapa versi, doa berikut ini adalah yang paling populer dan sering diamalkan oleh kaum muslimin di berbagai belahan dunia.

اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنٰى عَنِ النَّاسِ.

Allahumma innaa nas'aluka iimaanan daa'iman, wa nas'aluka qalban khaasyi'an, wa nas'aluka 'ilman naafi'an, wa nas'aluka yaqiinan shaadiqan, wa nas'aluka 'amalan shaalihan, wa nas'aluka diinan qayyiman, wa nas'aluka khairan katsiiran, wa nas'alukal 'afwa wal 'aafiyah, wa nas'aluka tamaamal 'aafiyah, wa nas'alukasy syukra 'alal 'aafiyah, wa nas'alukal ghinaa 'anin naas.

Artinya: "Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang saleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat, kami memohon kepada-Mu kesempurnaan afiat, kami memohon kepada-Mu syukur atas afiat, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia."

Menyelami Makna Setiap Permohonan

Doa ini adalah sebuah mahakarya permohonan. Mari kita bedah satu per satu untuk meresapi kedalaman maknanya:

  1. "Iman yang langgeng" (إِيْمَانًا دَائِمًا): Ini adalah permohonan paling fundamental. Kita tidak hanya meminta iman, tetapi iman yang da'iman, yang langgeng, terus-menerus, dan kokoh hingga akhir hayat. Kita memohon agar dijauhkan dari fluktuasi iman yang drastis, dari keraguan, dan dari fitnah yang dapat menggoyahkan akidah. Ini adalah permintaan agar kita wafat dalam keadaan husnul khatimah di atas kalimat tauhid.
  2. "Hati yang khusyuk" (قَلْبًا خَاشِعًا): Hati adalah raja bagi seluruh anggota tubuh. Hati yang khusyuk adalah hati yang tunduk, patuh, dan takut kepada Allah. Hati inilah yang dapat merasakan manisnya ibadah, menangis karena dosa, dan tenang saat berdzikir. Tanpa hati yang khusyuk, ibadah akan terasa hampa dan kosong. Ini adalah permohonan untuk memiliki kualitas spiritual yang tinggi.
  3. "Ilmu yang bermanfaat" (عِلْمًا نَافِعًا): Tidak semua ilmu itu baik. Ada ilmu yang tidak bermanfaat, bahkan membawa mudharat. Permohonan ini sangat spesifik, kita meminta ilmu yang nafi'an, yang bermanfaat. Bermanfaat bagi diri sendiri untuk semakin dekat kepada Allah, bermanfaat bagi keluarga, dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membuahkan amal saleh dan rasa takut kepada Allah.
  4. "Keyakinan yang benar" (يَقِيْنًا صَادِقًا): Yakin adalah level tertinggi dari iman. Keyakinan yang benar (shaadiq) adalah keyakinan yang tidak tercampuri keraguan sedikit pun terhadap janji dan ancaman Allah, terhadap kebenaran risalah-Nya, dan terhadap hari akhir. Dengan keyakinan ini, seseorang akan tegar menghadapi ujian dan tidak akan tergiur oleh gemerlap dunia yang fana.
  5. "Amal yang saleh" (عَمَلاً صَالِحًا): Iman, ilmu, dan keyakinan harus berbuah menjadi amal. Amal saleh adalah setiap perbuatan yang dilandasi niat ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan syariat. Kita memohon agar diberi taufik untuk senantiasa melakukan amal-amal yang diterima dan diridhai oleh Allah SWT.
  6. "Agama yang lurus" (دِيْنًا قَيِّمًا): Agama yang lurus (qayyim) adalah agama Islam yang murni, sebagaimana yang dibawa oleh Rasulullah SAW, jauh dari penyimpangan, bid'ah, dan pemahaman yang sesat. Ini adalah permohonan untuk istiqamah di atas jalan yang benar, jalan yang lurus yang kita minta setiap hari dalam Surah Al-Fatihah.
  7. "Kebaikan yang banyak" (خَيْرًا كَثِيْرًا): Sebuah permohonan yang cakupannya sangat luas. Kita meminta segala jenis kebaikan, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui, kebaikan dunia (kesehatan, rezeki halal, keluarga sakinah) dan kebaikan akhirat (ampunan, rahmat, surga). Lafaz "yang banyak" menunjukkan pengakuan kita akan kemurahan Allah Yang Maha Pemberi.
  8. "Ampunan dan afiat" (الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ): Dua permintaan yang sangat berharga. Al-'Afwu adalah ampunan Allah atas dosa-dosa kita, di mana Allah menghapusnya seolah-olah dosa itu tidak pernah ada. Al-'Afiyah adalah keselamatan dan kesejahteraan. Ini bukan hanya kesehatan fisik, tapi mencakup keselamatan dari segala penyakit (fisik dan hati), dari segala musibah, dari segala fitnah, dan dari siksa di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada karunia yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang setelah keyakinan (iman) selain 'afiyah." (HR. Tirmidzi).
  9. "Kesempurnaan afiat" (تَمَامَ الْعَافِيَةِ): Tidak cukup meminta afiat, kita meminta kesempurnaannya. Afiat yang sempurna adalah afiat yang berkelanjutan di dunia hingga ke akhirat, mencakup perlindungan total dari segala hal yang tidak kita sukai, baik dalam urusan agama, dunia, keluarga, maupun harta.
  10. "Syukur atas afiat" (الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ): Ini adalah puncak dari adab seorang hamba. Setelah meminta nikmat, ia meminta kemampuan untuk mensyukuri nikmat tersebut. Banyak orang diberi afiat, namun lalai untuk bersyukur. Dengan bersyukur, nikmat akan ditambah dan menjadi berkah. Syukur diwujudkan dengan hati yang mengakui, lisan yang memuji, dan anggota tubuh yang menggunakan nikmat tersebut dalam ketaatan.
  11. "Kecukupan dari manusia" (الْغِنٰى عَنِ النَّاسِ): Ini adalah permohonan untuk kemuliaan dan kehormatan diri. Al-Ghina 'anin naas berarti merasa cukup dengan pemberian Allah sehingga tidak bergantung, berharap, atau meminta-minta kepada manusia. Ketergantungan hanya disandarkan kepada Allah semata. Ini adalah sumber ketenangan jiwa dan kemerdekaan sejati, karena berharap kepada manusia seringkali berujung pada kekecewaan.

3. Doa Penutup dan Penyerahan Diri

Sebagai pelengkap, doa di atas seringkali ditutup dengan permohonan agar segala amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT.

اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَا اَللهُ يَا اَللهُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa qiyaamanaa wa takhasysyu'anaa wa tadharru'anaa wa ta'abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa Allah yaa Allah yaa Allah yaa arhamar raahimiin. Wa shallallaahu 'alaa khairi khalqihi sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihi ajma'iin, wal hamdu lillaahi rabbil 'aalamiin.

Artinya: "Ya Allah, Tuhan kami, terimalah sholat kami, puasa kami, sholat malam kami, kekhusyukan kami, kerendahan hati kami, dan ibadah kami. Sempurnakanlah kekurangan kami, ya Allah, ya Allah, ya Allah, wahai Yang Maha Paling Penyayang di antara para penyayang. Semoga shalawat Allah tercurahkan kepada makhluk-Nya yang terbaik, junjungan kami Muhammad, kepada keluarga dan seluruh sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

Doa penutup ini adalah wujud kerendahan hati kita. Setelah berusaha semaksimal mungkin dalam beribadah, kita sadar bahwa ibadah tersebut pasti penuh dengan kekurangan. Maka, kita serahkan sepenuhnya kepada Allah untuk menerima dan menyempurnakannya dengan rahmat-Nya. Kita memanggil nama-Nya berulang kali, "Yaa Allah, yaa Allah, yaa Allah," sebagai tanda betapa besar harapan dan kebutuhan kita akan pertolongan-Nya. Ditutup dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan pujian kepada Allah, sebagai adab terbaik dalam berdoa.

Pertanyaan yang Sering Diajukan Seputar Sholat Witir

Bolehkah Sholat Tahajud Setelah Mengerjakan Sholat Witir?

Pertanyaan ini sering muncul karena adanya hadits, "Jadikanlah akhir sholat malam kalian adalah sholat witir." (HR. Bukhari dan Muslim). Sebagian orang memahaminya sebagai larangan mutlak untuk sholat setelah witir. Namun, pemahaman yang lebih tepat dari para ulama adalah hadits ini bersifat anjuran, bukan kewajiban. Artinya, yang paling utama adalah menjadikan witir sebagai penutup.

Akan tetapi, jika seseorang telah mengerjakan witir di awal malam (misalnya setelah tarawih atau sebelum tidur) kemudian ia terbangun di sepertiga malam terakhir dan ingin sholat tahajud, maka hal itu diperbolehkan. Ia boleh sholat tahajud sebanyak yang ia inginkan, namun ia tidak perlu mengulang sholat witir lagi. Hal ini didasarkan pada hadits lain: "Tidak ada dua witir dalam satu malam." (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan An-Nasa'i). Jadi, cukup satu witir saja dalam semalam.

Bagaimana Jika Tertidur dan Terlewat Sholat Witir?

Sholat Witir memiliki waktu yang panjang, namun jika seseorang karena udzur syar'i seperti tertidur atau lupa hingga masuk waktu subuh, maka ia dianjurkan untuk meng-qadha-nya. Waktu terbaik untuk meng-qadha witir adalah pada waktu Dhuha (setelah matahari terbit hingga sebelum masuk waktu Dzuhur).

Cara meng-qadha-nya adalah dengan menggenapkan jumlah rakaatnya. Misalnya, jika ia biasa sholat witir 3 rakaat, maka ia meng-qadha-nya sebanyak 4 rakaat. Jika biasa 1 rakaat, di-qadha 2 rakaat. Hal ini berdasarkan perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana yang diriwayatkan Aisyah radhiyallahu 'anha, "Apabila Nabi tertidur atau sakit sehingga tidak bisa melakukan sholat malam, maka beliau sholat di siang harinya sebanyak dua belas rakaat." (HR. Muslim). Karena kebiasaan beliau adalah sholat malam 11 rakaat (termasuk witir), maka beliau menggenapkannya menjadi 12 rakaat saat meng-qadha di siang hari.

Apakah Doa Witir Harus Dibaca Dalam Bahasa Arab?

Doa adalah inti dari ibadah. Berdoa dengan lafaz-lafaz yang ma'tsur (berasal dari Al-Qur'an dan Sunnah) dalam bahasa Arab tentu adalah yang paling utama, karena lafaz tersebut penuh berkah dan dipilih langsung oleh Allah dan Rasul-Nya. Namun, Islam adalah agama yang mudah. Jika seseorang belum hafal doa tersebut dalam bahasa Arab, ia sangat dianjurkan untuk berdoa menggunakan bahasa yang ia pahami, termasuk bahasa Indonesia.

Allah Maha Mengetahui isi hati dan memahami semua bahasa. Berdoa dengan bahasa yang kita mengerti akan membuat doa lebih khusyuk dan meresap ke dalam hati. Sambil terus berusaha menghafal lafaz Arabnya, jangan pernah meninggalkan doa hanya karena belum hafal. Inti dari doa adalah komunikasi yang tulus dari hati seorang hamba kepada Rabb-nya.

Penutup: Jadikan Witir dan Doanya Sebagai Kebiasaan

Sholat witir beserta dzikir dan doanya adalah paket ibadah malam yang komplit. Ia adalah penutup hari yang sempurna, momen di mana kita menyerahkan segala urusan kita kepada Allah setelah seharian beraktivitas. Ia adalah kesempatan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa yang mungkin kita lakukan di siang hari, dan untuk memohon kekuatan serta petunjuk untuk hari esok.

Jangan pernah meremehkan amalan ini. Jadikan ia sebagai kebiasaan yang tak terpisahkan dari rutinitas harian kita. Resapi setiap kata dalam doanya, biarkan maknanya mengalir dalam sanubari, dan yakinlah bahwa Allah, Sang Raja Yang Maha Suci, senantiasa mendengar setiap bisikan doa hamba-Nya di keheningan malam. Semoga kita semua tergolong sebagai ahli witir yang istiqamah hingga akhir hayat.

🏠 Kembali ke Homepage