Mengenal Bacaan Doa Sholat Witir 3 Rakaat: Panduan Lengkap dan Mendalam

Sholat Witir merupakan salah satu ibadah sunnah yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Ia dikenal sebagai sholat penutup malam, sebuah mahkota yang menyempurnakan ibadah-ibadah sunnah yang telah dikerjakan sepanjang malam, seperti sholat tahajud atau tarawih. Hukumnya adalah sunnah mu'akkadah, artinya sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah ﷺ. Keistimewaan sholat ini tidak hanya terletak pada pelaksanaannya, tetapi juga pada dzikir dan doa yang dipanjatkan setelahnya. Artikel ini akan mengupas secara tuntas dan mendalam mengenai sholat witir, khususnya tata cara 3 rakaat beserta doa-doa yang menyertainya, agar kita dapat melaksanakannya dengan pemahaman yang lebih baik dan kekhusyukan yang lebih mendalam.

Ilustrasi tangan menengadah berdoa Sebuah ikon yang menggambarkan dua telapak tangan terbuka dan menengadah ke atas, simbol dari doa dan permohonan dalam Islam.

Doa adalah inti dari ibadah, jembatan antara hamba dan Penciptanya.

Makna dan Keutamaan Agung Sholat Witir

Secara etimologi, kata "witir" (الوِتْرُ) dalam bahasa Arab berarti ganjil atau tunggal. Penamaan ini merujuk pada jumlah rakaatnya yang selalu ganjil, seperti satu, tiga, lima, dan seterusnya. Ini bukan sekadar angka, melainkan sebuah simbol yang sarat makna. Allah SWT itu Maha Esa, Maha Tunggal, dan Dia menyukai hal-hal yang ganjil. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ

"Inna Allāha witrun yuhibbul witr."

Artinya: "Sesungguhnya Allah itu ganjil (Maha Esa) dan Dia mencintai yang ganjil." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menggarisbawahi betapa sholat witir selaras dengan sifat Allah, menjadikannya sebuah amalan yang sangat dicintai-Nya. Melaksanakan sholat witir adalah bentuk pengakuan kita akan keesaan-Nya dan upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui amalan yang Dia cintai.

Keutamaan sholat witir tidak berhenti di situ. Sholat ini memiliki banyak fadhilah yang menjadikannya lebih berharga dari sekadar sholat sunnah biasa. Di antara keutamaannya adalah:

Waktu Terbaik Pelaksanaan Sholat Witir

Waktu pelaksanaan sholat witir terbentang cukup panjang, yaitu dimulai setelah selesai menunaikan sholat Isya hingga sebelum masuk waktu sholat Subuh (terbit fajar shadiq). Fleksibilitas waktu ini merupakan rahmat dari Allah agar setiap Muslim dapat melaksanakannya sesuai dengan kemampuannya. Namun, dalam rentang waktu yang panjang ini, terdapat waktu-waktu yang lebih utama (afdal) untuk melaksanakannya.

Secara umum, para ulama membagi waktu utama ini berdasarkan kondisi setiap individu:

  1. Di Akhir Malam (Sepertiga Malam Terakhir): Ini adalah waktu yang paling utama bagi seseorang yang yakin dan memiliki kebiasaan kuat untuk bangun di akhir malam. Melaksanakan witir setelah sholat tahajud adalah praktik terbaik karena menjadikan witir benar-benar sebagai penutup seluruh ibadah malam. Waktu ini adalah saat yang paling mustajab untuk berdoa, di mana Allah SWT turun ke langit dunia dan menawarkan ampunan serta pengabulan doa bagi hamba-Nya.
  2. Sebelum Tidur: Bagi seseorang yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam atau tidak memiliki kebiasaan qiyamul lail, maka waktu yang lebih utama baginya adalah melaksanakan sholat witir sebelum ia tidur. Ini adalah bentuk kehati-hatian agar tidak terlewatkan keutamaan sholat witir sama sekali. Hal ini didasarkan pada wasiat Rasulullah ﷺ kepada Abu Hurairah, "Kekasihku (Rasulullah ﷺ) mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat sholat dhuha, dan sholat witir sebelum aku tidur." (HR. Bukhari dan Muslim).

Intinya, pemilihan waktu ini bersifat personal. Seseorang harus mengukur kemampuannya sendiri. Jika ia adalah orang yang disiplin dalam bangun malam, maka menundanya hingga akhir malam adalah pilihan terbaik. Namun, jika ada sedikit pun keraguan akan terbangun, maka menyegerakannya setelah sholat Isya dan sholat sunnah rawatib ba'diyah Isya adalah langkah yang lebih bijaksana.

Panduan Tata Cara Sholat Witir 3 Rakaat

Sholat witir dapat dilaksanakan dengan beberapa jumlah rakaat ganjil, namun yang paling umum dan sering dipraktikkan adalah 3 rakaat. Terdapat dua cara utama dalam melaksanakan sholat witir 3 rakaat, keduanya sahih dan didasarkan pada contoh dari Rasulullah ﷺ.

Cara Pertama: Dua Rakaat Salam, Dilanjutkan Satu Rakaat Salam (2+1)

Ini adalah cara yang paling sering dipraktikkan oleh banyak kaum Muslimin, terutama dalam mazhab Syafi'i. Caranya adalah dengan memisahkan sholat menjadi dua bagian: dua rakaat terlebih dahulu, kemudian salam, lalu berdiri lagi untuk mengerjakan satu rakaat terakhir.

Langkah-langkah Pelaksanaan (2 Rakaat Pertama):

  1. Niat: Berdiri menghadap kiblat dan berniat dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah witir dua rakaat. Lafal niat yang bisa diucapkan untuk memantapkan hati adalah:
    "Ushalli sunnatal witri rak'ataini lillāhi ta'ālā."

    Artinya: "Aku niat sholat sunnah witir dua rakaat karena Allah Ta'ala."

  2. Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan sejajar telinga (untuk laki-laki) atau dada (untuk perempuan) sambil mengucapkan "Allāhu Akbar".
  3. Membaca Doa Iftitah.
  4. Rakaat Pertama: Membaca Surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat pendek. Sangat dianjurkan (sunnah) untuk membaca Surat Al-A'la (Sabbihisma rabbikal a'lā).
  5. Ruku', I'tidal, Sujud, Duduk di antara Dua Sujud, dan Sujud Kedua: Melakukan gerakan-gerakan ini dengan tuma'ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa).
  6. Rakaat Kedua: Berdiri dari sujud, lalu membaca Surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat pendek. Dianjurkan untuk membaca Surat Al-Kafirun (Qul yā ayyuhal kāfirūn).
  7. Tasyahud Akhir: Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, duduk tasyahud akhir dan membaca bacaan tasyahud hingga selesai (sampai shalawat ibrahimiyah).
  8. Salam: Menoleh ke kanan dan ke kiri sambil mengucapkan salam.

Langkah-langkah Pelaksanaan (1 Rakaat Terakhir):

  1. Niat: Setelah salam dari dua rakaat tadi, langsung berdiri kembali dan berniat untuk sholat sunnah witir satu rakaat. Lafal niatnya:
    "Ushalli sunnatal witri rak'atan lillāhi ta'ālā."

    Artinya: "Aku niat sholat sunnah witir satu rakaat karena Allah Ta'ala."

  2. Takbiratul Ihram.
  3. Membaca Al-Fatihah dan Surat Pendek: Setelah Al-Fatihah, sangat dianjurkan untuk membaca tiga surat sekaligus, yaitu Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
  4. Ruku', I'tidal, Sujud: Melakukan gerakan sholat seperti biasa dengan tuma'ninah. Pada rakaat inilah, jika ingin membaca Doa Qunut Witir, letaknya adalah setelah bangkit dari ruku' (saat i'tidal).
  5. Tasyahud Akhir dan Salam: Melakukan duduk tasyahud akhir, membaca bacaannya, dan diakhiri dengan salam.

Cara Kedua: Tiga Rakaat Langsung dengan Satu Tasyahud di Akhir

Cara ini juga sahih, yaitu mengerjakan tiga rakaat sekaligus tanpa dipisahkan oleh salam dan hanya melakukan satu kali tasyahud, yaitu di rakaat terakhir. Cara ini dilakukan untuk membedakannya dengan sholat Maghrib yang memiliki dua tasyahud. Ini penting untuk ditegaskan, sholat witir tidak boleh diserupakan dengan sholat Maghrib.

Langkah-langkah Pelaksanaan:

  1. Niat: Berniat dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah witir tiga rakaat. Lafal niatnya:
    "Ushalli sunnatal witri tsalātsa raka'ātin lillāhi ta'ālā."

    Artinya: "Aku niat sholat sunnah witir tiga rakaat karena Allah Ta'ala."

  2. Takbiratul Ihram.
  3. Rakaat Pertama: Membaca Al-Fatihah diikuti Surat Al-A'la.
  4. Rakaat Kedua: Setelah sujud kedua di rakaat pertama, langsung berdiri untuk rakaat kedua (tanpa duduk tasyahud awal). Membaca Al-Fatihah diikuti Surat Al-Kafirun.
  5. Rakaat Ketiga: Setelah sujud kedua di rakaat kedua, langsung berdiri untuk rakaat ketiga. Membaca Al-Fatihah diikuti Surat Al-Ikhlas (atau Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas). Di rakaat ini pula tempatnya membaca Doa Qunut Witir jika dikehendaki.
  6. Tasyahud Akhir dan Salam: Setelah sujud kedua di rakaat ketiga, barulah melakukan duduk tasyahud akhir, membaca bacaannya hingga selesai, lalu diakhiri dengan salam.

Bacaan Dzikir dan Doa Setelah Sholat Witir

Bagian yang tidak kalah penting dari sholat witir adalah rangkaian dzikir dan doa yang dibaca setelah salam. Ini adalah momen emas untuk memuji keagungan Allah dan memohon segala kebaikan kepada-Nya. Doa-doa ini diajarkan langsung oleh Rasulullah ﷺ.

Dzikir Pengagungan: Subhānal Malikil Quddūs

Dzikir pertama yang dianjurkan untuk dibaca sebanyak tiga kali adalah tasbih yang mengagungkan kesucian dan kekuasaan Allah. Dari Ubay bin Ka'ab, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ setelah salam dari sholat witir, beliau membaca:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Subhānal malikil quddūs.

Artinya: "Maha Suci Engkau, Raja Yang Maha Suci."

Dzikir ini dibaca sebanyak tiga kali. Pada bacaan yang ketiga, dianjurkan untuk memanjangkan dan mengeraskan suara sedikit, sebagaimana yang dicontohkan dalam beberapa riwayat. Mari kita bedah makna agung di balik kalimat singkat ini:

Dengan mengucapkan "Subhanal Malikil Quddus", kita sedang melakukan deklarasi tauhid yang mendalam: kita menyucikan Raja kita Yang Maha Suci dari segala bentuk sekutu dan kekurangan, serta menegaskan kesempurnaan-Nya yang mutlak.

Doa Perlindungan yang Lengkap dan Mendalam

Setelah membaca dzikir di atas, Rasulullah ﷺ kemudian melanjutkan dengan sebuah doa yang sangat indah dan sarat makna. Doa ini adalah puncak dari permohonan seorang hamba yang menyadari kelemahannya dan begitu bergantung pada Tuhannya.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Allāhumma innī a'ūdzu biridhāka min sakhathik, wa bimu'āfātika min 'uqūbatik, wa a'ūdzu bika minka, lā uhshī tsanā'an 'alaik, anta kamā atsnaita 'alā nafsik.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu. Dan aku berlindung dengan-Mu dari (siksa)-Mu. Aku tidak dapat menghitung pujian untuk-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."

Doa ini memiliki kedalaman makna yang luar biasa. Mari kita telaah setiap kalimatnya:

1. "Aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu."

Ini adalah permohonan perlindungan yang paling mendasar. Seorang hamba memohon untuk dilindungi dari murka (sakhath) Allah dengan cara berlindung pada sifat Allah yang berlawanan, yaitu ridha (ridhā) Nya. Ini adalah sebuah pengakuan bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan kita dari murka Allah kecuali rahmat dan ridha-Nya. Kita memohon agar Allah menjadikan amal kita sebagai sebab datangnya ridha-Nya, sehingga kita terhindar dari segala hal yang dapat memancing kemurkaan-Nya.

2. "Dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu."

Kalimat ini melanjutkan pola sebelumnya. Kita berlindung dari hukuman ('uqūbah) Allah dengan memohon ampunan (mu'āfāh) Nya. 'Afw atau Mu'afah memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar maghfirah (ampunan). 'Afw berarti penghapusan total, seolah-olah dosa itu tidak pernah ada. Kita memohon agar dosa-dosa kita tidak hanya ditutupi, tetapi dihapuskan seluruhnya sehingga kita terbebas dari segala konsekuensi dan hukuman yang pantas kita terima akibat dosa tersebut.

3. "Dan aku berlindung dengan-Mu dari-Mu." (Wa a'ūdzu bika minka)

Ini adalah puncak dari tauhid dan kepasrahan. Kalimat ini mengandung makna bahwa tidak ada tempat lari dari Allah kecuali kembali kepada Allah. Jika Allah menimpakan sebuah azab atau ujian, tidak ada satu makhluk pun yang bisa menolong atau menjadi tempat berlindung. Satu-satunya tempat berlindung dari takdir-Nya yang terasa berat adalah berlindung kepada rahmat-Nya. Ini adalah pengakuan total akan kekuasaan absolut Allah dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya.

4. "Aku tidak dapat menghitung pujian untuk-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."

Ini adalah penutup doa yang menunjukkan adab tertinggi seorang hamba kepada Rabb-nya. Setelah memohon, hamba tersebut mengakui kelemahannya. Sebanyak apa pun pujian, sanjungan, dan pengagungan yang kita ucapkan kepada Allah, itu semua tidak akan pernah bisa setara dengan keagungan-Nya yang sesungguhnya. Lisan dan akal manusia terbatas, tidak akan mampu menjangkau dan mengungkapkan kesempurnaan Allah. Maka, kita kembalikan pujian itu kepada-Nya, dengan mengatakan bahwa pujian terbaik adalah pujian yang Allah berikan untuk diri-Nya sendiri di dalam Al-Qur'an dan melalui lisan para Nabi-Nya.

Doa Qunut dalam Sholat Witir

Selain doa setelah sholat, ada juga doa yang bisa dibaca di dalam sholat witir itu sendiri, yang dikenal sebagai Doa Qunut Witir. Qunut secara bahasa berarti berdiri lama, taat, atau diam. Dalam istilah syar'i, qunut adalah doa yang dibaca dalam sholat pada posisi tertentu. Qunut Witir disunnahkan untuk dibaca pada rakaat terakhir sholat witir, setelah bangkit dari ruku' (saat i'tidal).

Mengenai praktiknya, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian berpendapat qunut witir hanya disunnahkan pada separuh terakhir bulan Ramadan. Pendapat lain menyatakan boleh dilakukan kapan saja sepanjang tahun. Mengamalkan salah satunya adalah baik, namun yang paling masyhur dipraktikkan adalah pada pertengahan hingga akhir Ramadan.

Berikut adalah lafal Doa Qunut yang diajarkan Rasulullah ﷺ kepada cucunya, Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma:

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Allahummahdinī fī man hadait, wa 'āfinī fī man 'āfait, wa tawallanī fī man tawallait, wa bārik lī fī mā a'thait, wa qinī syarra mā qadhait, fa innaka taqdhī wa lā yuqdhā 'alaik, wa innahū lā yażillu man wālait, wa lā ya'izzu man 'ādait, tabārakta rabbanā wa ta'ālait.

Artinya: "Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Berilah aku 'afiyah (keselamatan dan kesehatan) di antara orang-orang yang Engkau beri 'afiyah. Uruslah aku di antara orang-orang yang Engkau urus. Berkahilah untukku apa yang Engkau berikan. Lindungilah aku dari keburukan apa yang Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan dan tidak ada yang menetapkan atas-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau bela. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi."

Doa ini mencakup permohonan-permohonan paling esensial yang dibutuhkan seorang hamba dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Setiap kalimatnya mengandung makna yang sangat dalam:

Beberapa Persoalan Fikih Seputar Sholat Witir

Dalam praktik sehari-hari, seringkali muncul beberapa pertanyaan terkait pelaksanaan sholat witir. Berikut adalah jawaban ringkas untuk beberapa persoalan umum:

Bagaimana jika terlewat atau ketiduran dan belum sholat witir?

Sholat witir boleh di-qadha' (diganti). Jika seseorang terlewat sholat witir karena tertidur atau lupa, dianjurkan untuk menggantinya di waktu pagi (setelah matahari terbit hingga sebelum waktu zuhur). Namun, karena di waktu siang tidak ada sholat ganjil, maka ia mengerjakannya dengan jumlah rakaat genap. Misalnya, jika ia biasa witir 3 rakaat, maka ia meng-qadha'-nya dengan sholat 4 rakaat. Jika biasa 1 rakaat, di-qadha' 2 rakaat (seperti sholat Dhuha).

Sudah sholat witir bersama imam saat tarawih, bolehkah sholat tahajud lagi?

Ini adalah persoalan yang sering dihadapi selama bulan Ramadan. Terdapat dua pandangan utama di kalangan ulama:

  1. Tetap sholat tahajud setelahnya, dan tidak perlu mengulang witir. Witir yang sudah dilakukan bersama imam sudah cukup. Ini didasarkan pada hadis, "Tidak ada dua witir dalam satu malam." Ini adalah pendapat yang lebih kuat dan lebih mudah untuk diamalkan.
  2. Jika ingin menjadikan witir sebagai penutup sholat malam, maka saat sholat witir bersama imam, ketika imam salam, ia tidak ikut salam. Ia langsung berdiri menambah satu rakaat lagi sehingga sholatnya menjadi genap. Kemudian, setelah ia sholat tahajud di akhir malam, barulah ia menutupnya dengan sholat witir satu rakaat.

Pendapat pertama lebih dianjurkan untuk menghindari kerumitan, terutama bagi masyarakat awam.

Apakah harus membaca surat Al-A'la, Al-Kafirun, dan Al-Ikhlas?

Membaca surat-surat tersebut dalam sholat witir 3 rakaat adalah sunnah, mengikuti contoh dari Nabi ﷺ. Jika seseorang membacanya, ia mendapatkan pahala sunnah. Namun, jika ia membaca surat-surat lain dari Al-Qur'an, sholat witirnya tetap sah. Yang menjadi rukun adalah membaca Surat Al-Fatihah.

Penutup: Jadikan Witir Mahkota Malammu

Sholat Witir adalah hadiah istimewa dari Allah SWT. Ia bukan sekadar rutinitas penutup malam, melainkan sebuah kesempatan berharga untuk berdialog dengan Sang Pencipta, memuji keagungan-Nya, dan memohon segala hajat kita. Doa-doa yang terkandung di dalamnya, baik doa setelah sholat maupun doa qunut, adalah untaian permohonan terbaik yang mencakup seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat.

Dengan memahami makna di balik setiap gerakan dan bacaan, semoga kita dapat melaksanakan sholat witir dengan lebih khusyuk dan penuh penghayatan. Mari kita bertekad untuk tidak pernah meninggalkannya, menjadikannya sebagai segel emas yang memahkotai ibadah malam kita. Semoga Allah menerima setiap rakaat, setiap tasbih, dan setiap doa yang kita panjatkan, serta memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang Dia cintai. Aamiin.

🏠 Kembali ke Homepage