Doa Sholat Istikharah dan Artinya: Panduan Lengkap Memohon Petunjuk Allah
Ilustrasi tangan menengadah berdoa memohon petunjuk
Dalam kehidupan, manusia sering kali dihadapkan pada persimpangan jalan. Pilihan-pilihan penting hadir dan menuntut sebuah keputusan, baik itu dalam urusan pekerjaan, pernikahan, pendidikan, maupun berbagai aspek kehidupan lainnya. Di saat keraguan melanda dan logika manusia terasa terbatas, Islam menyediakan sebuah sarana spiritual yang agung untuk berkomunikasi langsung dengan Sang Pencipta, memohon petunjuk-Nya. Sarana itu adalah Sholat Istikharah.
Sholat Istikharah bukanlah ritual untuk melihat masa depan, melainkan sebuah bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah SWT. Ini adalah wujud pengakuan atas keterbatasan ilmu dan kekuatan manusia, serta keyakinan penuh bahwa hanya Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Artikel ini akan mengupas secara mendalam segala hal yang berkaitan dengan sholat istikharah, mulai dari pengertian, dasar hukum, tata cara pelaksanaan, hingga makna mendalam dari setiap lafal doanya.
Memahami Makna dan Filosofi Istikharah
Secara bahasa, "Istikharah" (اِسْتِخَارَة) berasal dari bahasa Arab yang berarti "meminta pilihan yang baik" atau "memohon kebaikan". Ini adalah sebuah tindakan aktif seorang hamba untuk melibatkan Allah SWT dalam proses pengambilan keputusannya. Filosofi di baliknya sangatlah indah, yaitu menempatkan Allah sebagai konsultan utama dan penentu akhir dalam setiap urusan penting.
Ketika seorang Muslim melaksanakan sholat istikharah, ia sedang menyatakan: "Ya Allah, aku tidak tahu mana yang terbaik, sedangkan Engkau Maha Tahu. Aku tidak memiliki kekuatan untuk memilih dan menjalankan yang terbaik, sedangkan Engkau Maha Kuasa. Aku memohon dari karunia-Mu yang agung, tunjukkanlah aku pada jalan yang Engkau ridhai."
Tindakan ini mengajarkan beberapa nilai luhur:
- Kerendahan Hati: Mengakui bahwa sehebat apa pun analisis dan pertimbangan manusia, ilmunya tetaplah terbatas. Ada banyak variabel tak terlihat dan konsekuensi jangka panjang yang hanya diketahui oleh Allah.
- Tawakal (Berserah Diri): Setelah berusaha secara maksimal dengan akal (berpikir dan berkonsultasi), seorang hamba menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah. Ini menghilangkan beban kecemasan dan ketakutan akan salah pilih.
- Keyakinan (Yaqin): Menumbuhkan keyakinan bahwa apa pun hasil yang Allah tetapkan setelah istikharah adalah yang terbaik, meskipun pada awalnya mungkin tidak sesuai dengan keinginan pribadi.
- Ketenangan Jiwa: Proses istikharah memberikan kedamaian batin. Beban untuk membuat keputusan yang "sempurna" terangkat dari pundak, karena tanggung jawab itu telah diserahkan kepada Yang Maha Sempurna.
Jadi, istikharah bukan sekadar sholat dua rakaat. Ia adalah sebuah proses spiritual yang mendidik jiwa untuk senantiasa bergantung dan berharap hanya kepada Allah SWT dalam segala keadaan.
Dasar Hukum Pelaksanaan Sholat Istikharah
Anjuran untuk melaksanakan sholat istikharah memiliki landasan yang sangat kuat dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Hadits yang paling utama diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, yang menunjukkan betapa pentingnya amalan ini di mata Rasulullah.
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari kami shalat istikharah dalam setiap urusan yang kami hadapi, sebagaimana beliau mengajarkan kami sebuah surat dari Al-Qur'an. Beliau bersabda, 'Jika salah seorang di antara kalian berniat dalam suatu urusan, maka lakukanlah shalat dua rakaat yang bukan shalat wajib, kemudian berdoalah…'" (HR. Al-Bukhari no. 1162).
Perhatikan frasa "dalam setiap urusan" (فِي الأُمُورِ كُلِّهَا). Ini menunjukkan universalitas dan cakupan istikharah yang sangat luas. Rasulullah tidak membatasinya hanya untuk urusan besar seperti pernikahan atau bisnis, tetapi untuk segala hal yang membuat seseorang ragu dan butuh petunjuk.
Analogi "sebagaimana beliau mengajarkan kami sebuah surat dari Al-Qur'an" juga memberikan penekanan yang luar biasa. Ini mengisyaratkan bahwa doa dan tata cara istikharah diajarkan dengan keseriusan dan perhatian yang sama seperti wahyu Al-Qur'an, menandakan betapa vitalnya amalan ini dalam kehidupan seorang mukmin. Hadits ini menjadi pilar utama yang melegitimasi dan mendorong umat Islam untuk tidak pernah ragu melibatkan Allah dalam setiap dilema kehidupan.
Kapan Sebaiknya Melakukan Sholat Istikharah?
Sholat istikharah dianjurkan ketika seseorang dihadapkan pada sebuah pilihan penting yang bersifat mubah (diperbolehkan) dan ia merasa ragu untuk menentukannya. Penting untuk dicatat, istikharah tidak dilakukan untuk hal-hal yang sudah jelas hukumnya wajib (seperti apakah harus sholat fardhu atau tidak) atau haram (seperti apakah boleh mencuri atau tidak).
Istikharah relevan untuk area abu-abu di mana akal dan hati belum menemukan kemantapan. Beberapa contoh konkret situasi di mana sholat istikharah sangat dianjurkan adalah:
- Memilih Jodoh: Ketika ada lebih dari satu calon potensial, atau ketika ada satu calon namun hati masih ragu apakah ia adalah pilihan yang terbaik untuk dunia dan akhirat.
- Keputusan Karir dan Pekerjaan: Saat mendapat tawaran pekerjaan di dua tempat berbeda, memutuskan untuk menerima promosi yang menuntut pindah kota, atau bimbang antara menjadi karyawan dan memulai usaha sendiri.
- Pilihan Pendidikan: Memilih antara beberapa jurusan kuliah, memutuskan untuk melanjutkan studi S2 atau mulai bekerja, atau memilih lembaga pendidikan untuk anak.
- Urusan Bisnis dan Investasi: Ketika akan memulai kemitraan bisnis dengan seseorang, memutuskan untuk mengambil proyek besar, atau memilih instrumen investasi yang dianggap paling berkah.
- Keputusan Besar Lainnya: Seperti membeli rumah, memilih tempat tinggal, merencanakan perjalanan jauh, atau keputusan medis yang memiliki beberapa opsi pengobatan.
Pada dasarnya, setiap kali muncul pertanyaan "Apa yang harus aku lakukan?" atau "Manakah jalan yang lebih baik?" di dalam hati, saat itulah pintu untuk melaksanakan sholat istikharah terbuka lebar.
Tata Cara Lengkap Sholat Istikharah
Pelaksanaan sholat istikharah pada dasarnya sama seperti sholat sunnah lainnya, terdiri dari dua rakaat. Perbedaannya terletak pada niat dan doa khusus yang dibaca setelahnya. Berikut adalah langkah-langkah detailnya.
1. Niat Sholat Istikharah
Niat adalah fondasi dari setiap ibadah. Niat dilakukan di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram. Meskipun tidak wajib dilafalkan, mengucapkan niat dapat membantu memantapkan hati. Lafal niatnya adalah:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الاِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatal istikhaarati rak'ataini lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku berniat sholat sunnah Istikharah dua rakaat karena Allah Ta'ala."
2. Pelaksanaan Sholat Dua Rakaat
Sholat ini dilaksanakan sebanyak dua rakaat dengan gerakan dan bacaan yang sama seperti sholat pada umumnya.
- Rakaat Pertama: Setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah, bacalah Surat Al-Fatihah. Setelah itu, dianjurkan untuk membaca Surat Al-Kafirun (QS. 109). Namun, membaca surat lain dari Al-Qur'an juga diperbolehkan.
- Rakaat Kedua: Setelah bangkit dari sujud, bacalah Surat Al-Fatihah. Setelah itu, dianjurkan untuk membaca Surat Al-Ikhlas (QS. 112). Sama seperti rakaat pertama, membaca surat lain pun tetap sah.
- Selesaikan sholat dua rakaat tersebut hingga salam, sebagaimana sholat sunnah lainnya.
3. Membaca Doa Istikharah
Inilah inti dari sholat istikharah. Setelah selesai salam, angkatlah kedua tangan dengan penuh kerendahan hati dan bacalah doa istikharah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Bacalah dengan khusyuk, pahami maknanya, dan serahkan seluruh urusan kepada Allah.
Bacaan Doa Sholat Istikharah, Latin, dan Terjemahannya
Berikut adalah bacaan doa istikharah yang lengkap, beserta tulisan latin untuk membantu pelafalan dan terjemahan agar kita dapat meresapi setiap maknanya.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ -وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ
وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي بِهِ
Allaahumma innii astakhiiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika al-‘azhiim. Fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyuub.
Allaahumma in kunta ta’lamu anna haadzal amra (sebutkan urusan yang dimaksud) khairun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, faqdurhu lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi.
Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, fashrifhu ‘annii, washrifnii ‘anhu, waqdur liyal khaira haitsu kaana, tsumma ardhinii bihi.
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu, dan aku memohon kekuatan kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu, dan aku memohon kepada-Mu dari karunia-Mu yang agung. Karena sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sedangkan aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, dan Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang gaib."
"Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini (sebutkan urusan yang dimaksud) baik untukku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku, maka takdirkanlah ia untukku, mudahkanlah ia bagiku, kemudian berkahilah aku di dalamnya."
"Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku, maka jauhkanlah ia dariku, dan jauhkanlah aku darinya. Takdirkanlah untukku kebaikan di mana pun ia berada, kemudian jadikanlah aku ridha dengannya."
Membedah Makna Mendalam Doa Istikharah
Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, tetapi sebuah dialog penuh adab dan penyerahan diri kepada Allah. Mari kita bedah setiap kalimatnya.
Bagian Pertama: Pengakuan Keagungan Allah
"Allaahumma innii astakhiiruka bi ‘ilmika..." (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu). Kalimat pembuka ini adalah fondasi. Kita tidak meminta petunjuk berdasarkan firasat atau logika kita, tetapi kita meminta agar pilihan kita didasarkan pada Ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu, yang mengetahui awal dan akhir setiap perkara.
"...wa astaqdiruka bi qudratika..." (dan aku memohon kekuatan kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu). Setelah memohon petunjuk, kita memohon kekuatan. Sebab, mengetahui yang baik saja tidak cukup. Kita butuh kekuatan dari Allah untuk bisa menjalankannya, menghadapi rintangannya, dan meraih keberhasilannya. Ini adalah pengakuan bahwa daya dan upaya kita nol tanpa pertolongan-Nya.
"...wa as-aluka min fadhlika al-‘azhiim..." (dan aku memohon kepada-Mu dari karunia-Mu yang agung). Ini adalah puncak kerendahan hati. Kita memohon bukan karena kita merasa layak, tetapi semata-mata karena mengharap belas kasih dan karunia Allah yang tidak terbatas.
"...Fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyuub." (Karena sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sedangkan aku tidak kuasa, Engkau Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, dan Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang gaib). Kalimat ini adalah justifikasi dan penegasan atas permohonan kita. Kita datang kepada-Nya karena kita mengakui superioritas mutlak Allah dalam segala hal: kekuasaan, pengetahuan, dan penguasaan atas hal gaib.
Bagian Kedua: Permohonan Spesifik
"Allaahumma in kunta ta’lamu anna haadzal amra (sebutkan urusan) khairun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii..." (Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik untukku...). Di sini, kita menyerahkan penilaian "baik" dan "buruk" sepenuhnya kepada Allah. Standar kebaikan yang kita minta pun sangat komprehensif, mencakup tiga dimensi:
- Fii Diinii (Dalam Agamaku): Ini adalah prioritas utama. Kita memohon agar pilihan tersebut membawa kebaikan bagi akidah, ibadah, dan akhlak kita, serta tidak menjauhkan kita dari Allah.
- Wa Ma’aasyii (Dalam Kehidupanku): Mencakup segala aspek duniawi, seperti rezeki, kesehatan, keluarga, dan ketenangan hidup.
- Wa ‘Aaqibati Amrii (Dalam Akhir Urusanku): Memohon kebaikan tidak hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk konsekuensi jangka panjang di dunia dan, yang terpenting, di akhirat kelak.
"...faqdurhu lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi." (...maka takdirkanlah ia untukku, mudahkanlah ia bagiku, kemudian berkahilah aku di dalamnya). Jika pilihan itu baik, kita meminta tiga hal: takdirkan (jadikan itu bagian dari nasibku), mudahkan (hilangkan rintangan dalam prosesnya), dan berkahi (tambahkan kebaikan dan manfaat di dalamnya).
Bagian Ketiga: Permohonan Perlindungan
"Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amra syarrun lii..." (Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku...). Bagian ini sama pentingnya. Kita memohon perlindungan dari pilihan yang salah, dengan standar keburukan yang sama (untuk agama, kehidupan, dan akhir urusan).
"...fashrifhu ‘annii, washrifnii ‘anhu..." (...maka jauhkanlah ia dariku, dan jauhkanlah aku darinya). Permintaan ini sangat cerdas. Kita tidak hanya meminta agar urusan buruk itu dijauhkan, tetapi kita juga meminta agar hati kita dijauhkan darinya. Terkadang, sebuah pilihan buruk sudah menjauh, tetapi hati kita masih terpaut padanya, menyebabkan kesedihan dan penyesalan. Doa ini memohon perlindungan dari keduanya.
"...waqdur liyal khaira haitsu kaana, tsumma ardhinii bihi." (...Takdirkanlah untukku kebaikan di mana pun ia berada, kemudian jadikanlah aku ridha dengannya). Ini adalah penutup yang sempurna. Setelah memohon dijauhkan dari yang buruk, kita tidak membiarkan diri dalam kekosongan. Kita memohon agar Allah menggantinya dengan kebaikan lain yang mungkin tidak pernah kita pertimbangkan sebelumnya. Dan yang terpenting, kita memohon "keridhaan" (ridha). Kita meminta agar hati kita dilapangkan untuk menerima apa pun takdir Allah, sehingga tidak ada lagi rasa kecewa atau penyesalan. Ini adalah puncak tawakal.
Bagaimana Memahami Jawaban dari Istikharah?
Ini adalah bagian yang paling sering disalahpahami. Banyak orang mengira bahwa jawaban istikharah harus datang melalui mimpi yang jelas. Meskipun mimpi bisa menjadi salah satu cara Allah memberikan petunjuk, ini bukanlah satu-satunya atau bahkan cara yang paling umum. Memaksakan diri untuk menunggu mimpi justru dapat menimbulkan kebingungan baru.
Jawaban istikharah umumnya datang dalam bentuk yang lebih subtil dan realistis. Setelah melaksanakan sholat dan berdoa dengan tulus, perhatikan tanda-tanda berikut:
1. Kemantapan atau Kecenderungan Hati (Insyirah as-Sadr)
Tanda yang paling umum adalah munculnya perasaan lapang, tenang, dan mantap terhadap salah satu pilihan. Sebaliknya, bisa juga muncul perasaan tidak enak, ragu, atau berat hati terhadap pilihan yang lain. Perasaan ini datang setelah penyerahan diri total, bukan dari bisikan hawa nafsu. Bedakan antara kemantapan hati yang tenang dengan keinginan menggebu-gebu yang didasari ambisi. Kemantapan hasil istikharah biasanya terasa damai.
2. Dimudahkannya Jalan
Perhatikan proses setelah sholat istikharah. Jika salah satu jalan tiba-tiba menjadi lebih mudah, lancar, dan seolah semua pintu terbuka untuknya, ini bisa menjadi pertanda kuat bahwa itulah jalan yang Allah ridhai. Sebaliknya, jika jalan yang lain terus menerus menemukan halangan, rintangan yang tidak terduga, dan kesulitan, ini bisa menjadi isyarat agar kita menjauh dari pilihan tersebut. Allah seolah-olah "menutup" jalan itu untuk kita sebagai bentuk kasih sayang-Nya.
3. Nasihat atau Pandangan dari Orang Lain
Terkadang, petunjuk datang melalui lisan orang lain. Setelah istikharah, bisa jadi Anda mendengar nasihat yang mencerahkan dari orang tua, teman yang shalih, atau seorang ahli yang tiba-tiba memberikan perspektif baru yang menguatkan salah satu pilihan. Ini adalah cara Allah menggunakan perantara untuk menunjukkan jalan-Nya.
Apa yang Harus Dilakukan Setelah Istikharah?
Setelah melaksanakan istikharah, jangan berdiam diri. Lanjutkan ikhtiar (usaha) Anda. Ambillah langkah menuju pilihan yang hati Anda paling condong kepadanya atau yang jalannya paling dimudahkan. Jika Anda masih bingung, sholat istikharah boleh diulang beberapa kali di malam-malam berikutnya.
Yang terpenting adalah miliki keyakinan penuh (tawakal) bahwa apa pun hasilnya nanti, itulah yang terbaik menurut Ilmu Allah. Jika pilihan itu berhasil, bersyukurlah. Jika ternyata pilihan itu pada akhirnya terasa sulit atau gagal, tetaplah berprasangka baik. Mungkin Allah sedang melindungi Anda dari keburukan yang lebih besar yang tidak Anda ketahui. Keindahan istikharah terletak pada ketenangan setelah keputusan diambil, karena kita tahu kita tidak memutuskannya sendirian.
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
- 1. Bolehkah wanita yang sedang haid melakukan istikharah?
-
Wanita yang sedang haid atau nifas tidak boleh melaksanakan sholat. Namun, ia tetap sangat dianjurkan untuk membaca doa istikharah saja. Ia bisa berwudhu (untuk menjaga kesucian), lalu menghadap kiblat dan memanjatkan doa istikharah dengan penuh kekhusyukan kapan pun ia merasa butuh petunjuk, terutama di waktu-waktu mustajab.
- 2. Berapa kali sholat istikharah boleh dilakukan?
-
Tidak ada batasan pasti. Jika setelah sholat pertama hati masih merasa sangat ragu dan belum ada tanda-tanda kejelasan, para ulama memperbolehkan untuk mengulanginya pada hari-hari berikutnya hingga hati merasa mantap. Yang terpenting adalah menjaga keikhlasan dan kesungguhan dalam setiap pengulangan.
- 3. Apakah boleh orang lain melakukan istikharah untuk kita?
-
Pada dasarnya, istikharah adalah ibadah personal. Rasulullah mengajarkannya kepada para sahabat untuk mereka lakukan sendiri ("Jika salah seorang di antara kalian..."). Oleh karena itu, yang paling utama adalah melakukannya sendiri karena Andalah yang paling mengetahui persoalan dan memiliki kepentingan langsung. Namun, tidak ada larangan untuk meminta orang shalih mendoakan Anda agar diberi petunjuk, sebagai bentuk ikhtiar tambahan.
- 4. Apa yang harus dilakukan jika setelah istikharah tetap bingung?
-
Jika kebingungan masih melanda, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Pertama, ulangi sholat istikharah. Kedua, perbanyak istighfar, karena boleh jadi dosa menghalangi datangnya petunjuk. Ketiga, lakukan musyawarah (istikharah dengan lisan). Bertanyalah kepada orang yang Anda percayai keilmuan dan keshalihannya. Gabungkan petunjuk dari langit (istikharah) dengan masukan dari bumi (musyawarah). Setelah itu, mantapkan hati dan ambillah keputusan sambil bertawakal.
- 5. Apakah istikharah hanya untuk dua pilihan? Bagaimana jika pilihannya lebih dari dua?
-
Istikharah sangat bisa dilakukan untuk pilihan yang lebih dari dua. Anda bisa melakukan istikharah untuk setiap pilihan secara terpisah (misal: "Ya Allah, jika pekerjaan A baik untukku...") atau berdoa secara umum ("Ya Allah, tunjukkanlah mana yang terbaik dari pilihan-pilihan ini..."). Kuncinya adalah menyerahkan semua opsi kepada Allah dan memohon agar hati dicondongkan pada yang paling berkah.
Penutup: Istikharah Sebagai Gaya Hidup
Sholat istikharah adalah hadiah yang tak ternilai dari Allah SWT kepada hamba-Nya. Ia adalah kompas spiritual yang memastikan setiap langkah kita selalu berada dalam bimbingan-Nya. Membiasakan diri untuk istikharah dalam urusan-urusan penting akan menumbuhkan hubungan yang lebih erat dengan Allah, melatih jiwa untuk bergantung hanya kepada-Nya, dan membebaskan kita dari kecemasan serta penyesalan dalam mengambil keputusan.
Jangan pernah meremehkan kekuatan dua rakaat dan sebuah doa yang tulus. Di saat akal tak mampu menjangkau dan hati diliputi bimbang, sujudlah, adukan segalanya kepada Yang Maha Mengetahui, dan biarkan Dia yang menuntun langkah Anda menuju kebaikan yang hakiki di dunia dan akhirat.