Panduan Lengkap Doa Sholat Gerhana Bulan (Sholat Khusuf)

Ilustrasi gerhana bulan dan doa Siluet seseorang berdoa Allahu Akbar Ilustrasi seseorang dalam pose berdoa di bawah langit malam saat terjadi gerhana bulan sebagian, sebagai simbol ibadah sholat gerhana.

Ilustrasi seseorang berdoa saat terjadi gerhana bulan sebagai tanda kebesaran Allah.

Fenomena gerhana bulan, atau dalam istilah syar'i disebut khusuf al-qamar, adalah salah satu tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ketika cahaya bulan yang indah perlahan meredup dan tertutup oleh bayangan bumi, seorang mukmin tidak melihatnya sebagai pertanda buruk atau mitos, melainkan sebagai momen untuk introspeksi, berzikir, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Islam mengajarkan sebuah amalan mulia saat peristiwa ini terjadi, yaitu Sholat Gerhana Bulan atau Sholat Khusuf. Sholat ini bukan sekadar ritual, tetapi sebuah bentuk pengakuan atas kekuasaan mutlak Allah dan permohonan ampun serta rahmat-Nya. Di dalam dan setelah sholat ini, terdapat doa-doa khusus yang sarat makna, menjadi inti dari penghambaan kita.

Memahami Makna Gerhana dalam Perspektif Islam

Sebelum menyelami tata cara dan doa sholat gerhana bulan, penting bagi kita untuk memahami filosofi di baliknya. Pada zaman jahiliyah, masyarakat Arab seringkali mengaitkan gerhana dengan peristiwa besar di bumi, seperti kelahiran atau kematian seorang tokoh penting. Kepercayaan takhayul ini diluruskan secara tegas oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Diriwayatkan dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, "Terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bertepatan dengan hari wafatnya Ibrahim (putra Nabi). Maka orang-orang pun berkata, 'Terjadinya gerhana matahari ini adalah karena wafatnya Ibrahim.' Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang atau karena kelahirannya. Maka apabila kalian melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, laksanakanlah sholat, dan bersedekahlah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini merupakan fondasi utama dalam memandang gerhana. Ia mengubah paradigma dari ketakutan mistis menjadi kesadaran spiritual. Gerhana adalah ayat kauniyah, yakni tanda-tanda kekuasaan Allah yang terhampar di alam semesta. Peristiwa ini berfungsi sebagai pengingat (tazkirah) bagi manusia akan kelemahan dirinya dan keagungan Penciptanya. Ketika sumber cahaya langit yang begitu besar dan teratur dapat "padam" sejenak atas kehendak-Nya, apalah arti kekuatan manusia. Momen ini adalah kesempatan emas untuk merenung, bertafakur, dan kembali kepada Allah dengan penuh ketundukan.

Hukum dan Keutamaan Sholat Gerhana Bulan

Berdasarkan hadis-hadis yang sahih dan praktik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mayoritas ulama (jumhur ulama) dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali bersepakat bahwa hukum melaksanakan sholat gerhana bulan adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir mendekati wajib. Penekanan ini menunjukkan betapa pentingnya amalan ini untuk tidak ditinggalkan oleh seorang muslim yang mengetahui terjadinya gerhana.

Keutamaannya pun sangat besar. Sholat gerhana adalah wujud ketaatan langsung atas perintah Nabi. Ia menjadi sarana untuk:

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Gerhana Bulan (Khusuf)

Sholat gerhana memiliki tata cara yang unik dan berbeda dari sholat fardhu atau sholat sunnah lainnya. Ciri khas utamanya adalah adanya dua kali berdiri, dua kali membaca surat, dua kali rukuk, dan dua kali sujud dalam setiap rakaatnya. Sholat ini dilaksanakan sebanyak dua rakaat.

Berikut adalah panduan langkah demi langkah yang terperinci:

1. Niat

Seperti ibadah lainnya, sholat gerhana harus diawali dengan niat di dalam hati. Lafaz niat ini berfungsi untuk memantapkan hati, bukan syarat wajib yang harus diucapkan.

Niat sebagai Imam:

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatal khusûfi rak‘ataini imâman lillâhi ta‘âlâ.

"Aku niat sholat sunnah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam karena Allah Ta'ala."

Niat sebagai Makmum:

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُومًا لِلَّهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatal khusûfi rak‘ataini ma’mûman lillâhi ta‘âlâ.

"Aku niat sholat sunnah gerhana bulan dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta'ala."

2. Pelaksanaan Rakaat Pertama

  1. Takbiratul Ihram: Mengucapkan "Allahu Akbar" sambil mengangkat kedua tangan, sebagaimana sholat biasa.
  2. Membaca Doa Iftitah dan Surat Al-Fatihah.
  3. Membaca Surat Panjang: Setelah Al-Fatihah, disunnahkan membaca surat yang sangat panjang. Para ulama mencontohkan seperti membaca Surah Al-Baqarah atau yang setara panjangnya. Ini menunjukkan kesungguhan dan pemanfaatan waktu gerhana untuk beribadah.
  4. Rukuk Pertama: Melakukan rukuk sambil memanjangkannya, dengan membaca tasbih rukuk berulang kali. Durasinya dianjurkan sekitar lamanya membaca seratus ayat.
  5. I'tidal Pertama: Bangkit dari rukuk (i'tidal) sambil membaca "Sami'allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamd."
  6. Berdiri Lagi dan Membaca Al-Fatihah: Setelah i'tidal, tidak langsung sujud. Berdiri tegak kembali, lalu membaca Surat Al-Fatihah untuk kedua kalinya dalam rakaat ini.
  7. Membaca Surat Panjang Kedua: Setelah Al-Fatihah kedua, membaca lagi surat Al-Qur'an. Sunnahnya, surat yang dibaca lebih pendek dari yang pertama, misalnya seperti Surah Ali 'Imran atau yang setara.
  8. Rukuk Kedua: Melakukan rukuk lagi. Rukuk kedua ini juga dipanjangkan, namun durasinya lebih singkat daripada rukuk yang pertama.
  9. I'tidal Kedua: Bangkit dari rukuk kedua sambil membaca kalimat i'tidal.
  10. Sujud: Turun untuk sujud. Sujud ini juga disunnahkan untuk dipanjangkan, lamanya setara dengan rukuk kedua.
  11. Duduk di Antara Dua Sujud.
  12. Sujud Kedua: Melakukan sujud kedua yang juga dipanjangkan, sama seperti sujud pertama.

Dengan selesainya sujud kedua, maka rakaat pertama telah selesai.

3. Pelaksanaan Rakaat Kedua

Bangkit berdiri untuk rakaat kedua, dan melakukan hal yang sama persis seperti pada rakaat pertama (dua kali berdiri, dua kali membaca surat, dua kali rukuk, dan dua kali sujud). Namun, setiap bacaan dan gerakan disunnahkan untuk lebih singkat daripada yang sebelumnya di rakaat pertama.

  1. Berdiri dan Membaca Al-Fatihah serta Surat: Surat yang dibaca lebih pendek dari surat kedua di rakaat pertama (misalnya Surah An-Nisa').
  2. Rukuk Pertama: Rukuk yang lebih singkat dari rukuk kedua di rakaat pertama.
  3. I'tidal Pertama.
  4. Berdiri dan Membaca Al-Fatihah serta Surat: Surat yang dibaca lebih pendek lagi dari sebelumnya (misalnya Surah Al-Maidah).
  5. Rukuk Kedua: Rukuk yang lebih singkat dari rukuk sebelumnya.
  6. I'tidal Kedua.
  7. Sujud Pertama dan Kedua: Melakukan dua kali sujud yang durasinya lebih singkat dari sujud pada rakaat pertama.
  8. Tasyahud Akhir: Setelah sujud kedua, duduk untuk tasyahud akhir.
  9. Salam: Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri untuk mengakhiri sholat.

4. Khutbah Setelah Sholat

Setelah selesai sholat, disunnahkan bagi imam untuk menyampaikan dua khutbah singkat, seperti khutbah Idul Fitri atau Idul Adha. Isi khutbah hendaknya mengingatkan jamaah akan tanda-tanda kebesaran Allah, mengajak untuk bertaubat, beristighfar, memperbanyak sedekah, dan amalan-amalan kebaikan lainnya. Ini adalah momen untuk menguatkan kembali ikatan spiritual jamaah dengan Allah melalui nasihat dan pengingat.

Kumpulan Doa Sholat Gerhana Bulan dan Amalan Pendukung

Inti dari sholat gerhana adalah komunikasi intensif dengan Allah. Doa tidak hanya dipanjatkan setelah sholat, tetapi juga tersirat dalam setiap gerakan yang dipanjangkan. Memperlama rukuk dan sujud adalah kesempatan untuk memperbanyak tasbih dan doa.

Doa Saat Rukuk dan Sujud

Selain bacaan tasbih standar "Subhaana robbiyal 'adziimi" (saat rukuk) dan "Subhaana robbiyal a'laa" (saat sujud), kita bisa menambahkan zikir dan doa lainnya yang ma'tsur (berasal dari Nabi). Perbanyaklah memuji Allah dan memohon ampunan-Nya dalam sujud, karena saat itulah posisi terdekat seorang hamba dengan Tuhannya.

Doa Utama Setelah Sholat Gerhana Bulan

Setelah salam dan mendengarkan khutbah (jika ada), inilah saatnya untuk memanjatkan doa-doa dengan penuh kekhusyukan. Tidak ada doa spesifik dengan redaksi yang baku dari hadis, namun para ulama telah menyusun doa-doa yang mencakup permohonan ampun, rahmat, dan perlindungan, yang sangat relevan untuk dipanjatkan pada momen ini. Berikut adalah salah satu contoh doa yang komprehensif:

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا دَائِمًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا. يَا رَبَّنَا، لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا. رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا. رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ. وَاعْفُ عَنَّا، وَاغْفِرْ لَنَا، وَارْحَمْنَا، أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Alhamdulillāhi rabbil 'ālamīn, hamdan dā'iman thayyiban mubārakan fīhi kamā yuhibbu rabbunā wa yardhā. Allāhumma shalli wa sallim 'alā sayyidinā Muhammadin wa 'alā ālihī wa shahbihī ajma'īn.

Allāhumma innā nas'alukal hudā wat tuqā wal 'afāfa wal ghinā. Allāhummaghfir lanā wa liwālidīnā warhamhum kamā rabbaynā shighārā. Rabbanaghfir lanā dzunūbanā wa isrāfanā fī amrinā wa tsabbit aqdāmanā wanshurnā 'alal qaumil kāfirīn.

Allāhumma innaka 'afuwwun karīmun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annā. Yā rabbanā, lā tu'ākhidznā in nasīnā au akhtha'nā. Rabbanā wa lā tahmil 'alainā ishran kamā hamaltahū 'alalladzīna min qablinā. Rabbanā wa lā tuhammilnā mā lā thāqata lanā bih. Wa'fu 'annā, waghfir lanā, warhamnā, anta maulānā fanshurnā 'alal qaumil kāfirīn.

Allāhumma innā na'ūdzubika min 'adzābil qabri, wa min 'adzābi jahannam, wa min fitnatil mahyā wal mamāt, wa min syarri fitnatil masīhid dajjāl. Allāhummadfa' 'annal ghalā'a wal balā'a wal wabā'a wal fakhsyā'a wal munkara was suyūfal mukhtalifata wasy syadā'ida wal mihan, mā zhahara minhā wa mā bathana, min baladinā hādzā khāshshatan wa min buldānil muslimīna 'āmmatan, innaka 'alā kulli syai'in qadīr.

Rabbanā ātinā fid dun-yā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā 'adzāban nār. Wa shallallāhu 'alā sayyidinā Muhammadin wa 'alā ālihī wa shahbihī wa sallam, walhamdu lillāhi rabbil 'ālamīn.

"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, pujian yang abadi, baik, dan diberkahi di dalamnya sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Tuhan kami. Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri, dan kecukupan. Ya Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka telah mendidik kami di waktu kecil. Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau menyukai pemaafan, maka maafkanlah kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa neraka Jahannam, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Ya Allah, hindarkanlah kami dari kenaikan harga, malapetaka, wabah penyakit, perbuatan keji, kemungkaran, perselisihan, kesulitan, dan berbagai cobaan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dari negeri kami ini khususnya dan dari negeri-negeri kaum muslimin pada umumnya. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

Amalan-Amalan Lain yang Dianjurkan

Selain sholat dan doa, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan beberapa amalan lain selama periode gerhana berlangsung. Amalan-amalan ini melengkapi ibadah sholat dan memperkuat koneksi kita kepada Allah.

Hikmah di Balik Syariat Sholat Gerhana

Setiap perintah dalam syariat Islam pasti mengandung hikmah yang mendalam. Sholat gerhana bukan hanya sekadar respons terhadap fenomena alam, tetapi juga sarat dengan pelajaran berharga bagi kehidupan seorang muslim.

  1. Pendidikan Tauhid: Sholat gerhana menanamkan keyakinan bahwa segala sesuatu di alam semesta, termasuk benda-benda langit yang raksasa, berada dalam genggaman dan kendali Allah. Tidak ada kekuatan lain yang mengatur alam selain Dia.
  2. Pengingat Hari Kiamat: Meredupnya cahaya bulan atau matahari memberikan gambaran kecil tentang dahsyatnya hari kiamat, di mana matahari akan digulung dan bintang-bintang berjatuhan. Ini mendorong kita untuk mempersiapkan diri menghadapi hari akhir.
  3. Sarana Introspeksi (Muhasabah): Ketika alam "berubah" dari kebiasaannya, kita diajak untuk melihat ke dalam diri. Sudahkah kita istiqamah dalam ketaatan? Seberapa banyak dosa yang telah kita perbuat? Momen ini adalah momentum untuk bertaubat.
  4. Wujud Syukur: Hilangnya cahaya bulan untuk sementara waktu menyadarkan kita akan nikmat cahaya yang sering kita lupakan. Kita menjadi lebih bersyukur atas keteraturan alam semesta yang Allah ciptakan.
  5. Kekuatan Komunitas Muslim: Pelaksanaan sholat gerhana secara berjamaah di masjid mempererat tali ukhuwah Islamiyah. Umat muslim berkumpul untuk tujuan yang sama: mengagungkan Allah dan memohon rahmat-Nya.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)

Bolehkah wanita ikut melaksanakan sholat gerhana di masjid?

Ya, sangat dianjurkan. Dalam hadis dari Asma’ binti Abi Bakar, disebutkan bahwa beliau ikut serta dalam sholat gerhana bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wanita boleh melaksanakannya di masjid selama menjaga adab-adabnya, atau boleh juga melaksanakannya di rumah.

Bagaimana jika gerhana hanya terlihat sebagian (parsial)?

Sholat gerhana tetap disunnahkan untuk dilaksanakan, baik gerhana tersebut total maupun hanya sebagian. Selama fenomena gerhana terjadi dan dapat dilihat, maka syariat sholatnya tetap berlaku.

Apa yang harus dilakukan jika cuaca mendung dan gerhana tidak terlihat?

Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Pendapat yang lebih kuat menyatakan bahwa jika keberadaan gerhana telah dipastikan melalui perhitungan astronomi (hisab) yang akurat, maka sholat gerhana tetap dilaksanakan meskipun terhalang awan. Karena yang menjadi patokan adalah terjadinya peristiwa gerhana itu sendiri.

Bolehkah sholat gerhana dilakukan sendirian (munfarid)?

Boleh. Meskipun yang lebih utama (afdhal) adalah melaksanakannya secara berjamaah di masjid, namun jika ada udzur atau tidak memungkinkan, sholat gerhana sah dilakukan secara sendirian di rumah.

Berapa lama waktu pelaksanaan sholat gerhana?

Waktu pelaksanaannya dimulai sejak awal terjadinya gerhana hingga gerhana tersebut berakhir (bulan kembali normal). Oleh karena itu, disunnahkan untuk memanjangkan sholat agar mencakup sebagian besar durasi gerhana.

Jika tertinggal sholat gerhana, apakah perlu diqadha?

Tidak. Sholat gerhana adalah sholat sunnah yang terikat dengan waktu tertentu (dzawatul asbab). Jika waktunya telah habis (gerhana telah usai), maka kesunnahan untuk melaksanakannya pun telah berakhir dan tidak perlu diqadha.

Kesimpulannya, gerhana bulan bukanlah peristiwa yang harus ditakuti dengan cara-cara yang salah, melainkan sebuah undangan spiritual dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Undangan untuk kembali mengingat-Nya, mengagungkan-Nya, serta memohon ampunan dan kasih sayang-Nya melalui sholat, doa, zikir, dan sedekah. Semoga kita senantiasa diberi taufik untuk dapat menghidupkan sunnah yang mulia ini setiap kali Allah menampakkan tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta.

🏠 Kembali ke Homepage