Bagi setiap Muslim, Al-Quran adalah kitab suci yang menjadi pedoman hidup. Membacanya adalah sebuah ibadah yang mendatangkan pahala dan ketenangan jiwa. Namun, membaca Al-Quran tidak sekadar melafalkan huruf-huruf Arab yang terangkai. Ada sebuah ilmu khusus yang mengatur tata cara membacanya dengan benar dan indah, yang dikenal dengan nama Ilmu Tajwid. Pertanyaan mendasar yang sering muncul adalah, tajwid artinya apa? Mengapa ilmu ini begitu penting hingga menjadi syarat kesempurnaan dalam tilawah Al-Quran?
Artikel ini akan mengupas tuntas makna, tujuan, hukum, serta pilar-pilar utama dalam Ilmu Tajwid. Pemahaman yang komprehensif ini akan membuka wawasan kita tentang betapa agungnya perhatian Islam terhadap kemurnian lafal kitab sucinya, serta menumbuhkan semangat untuk senantiasa memperbaiki kualitas bacaan Al-Quran kita.
Pengertian Tajwid Secara Bahasa dan Istilah
Untuk memahami esensi dari sebuah ilmu, kita perlu meninjaunya dari dua sisi: etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah). Demikian pula dengan Ilmu Tajwid.
1. Tajwid Menurut Bahasa (Lughat)
Secara bahasa, kata "Tajwid" ( تجويد ) berasal dari akar kata dalam bahasa Arab, yaitu Jawwada - Yujawwidu - Tajwidan ( جوّد - يجوّد - تجويدا ). Akar kata ini memiliki arti memperbagus, membuat jadi baik, atau melakukan sesuatu dengan elok. Dalam konteks ini, tajwid adalah usaha untuk memperindah dan menyempurnakan sesuatu.
Konsep ini tidak hanya terbatas pada bacaan Al-Quran. Ketika seseorang melakukan pekerjaannya dengan sangat baik dan teliti, orang Arab akan mengatakan bahwa ia telah "mentajwidkan" pekerjaannya. Jadi, secara harfiah, tajwid adalah tentang kualitas, presisi, dan keindahan.
2. Tajwid Menurut Istilah (Ishthilahan)
Adapun secara istilah, para ulama ahli qira'at mendefinisikan tajwid dengan berbagai redaksi yang intinya serupa. Salah satu definisi yang paling populer adalah:
"Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya (makhraj) dengan memberikan hak-haknya dan mustahaknya."
Definisi ini mengandung dua komponen utama yang menjadi fondasi Ilmu Tajwid:
- Memberikan Hak Huruf ( إعطاء كل حرف حقه ): Hak huruf adalah sifat-sifat asli yang melekat pada huruf tersebut dan tidak pernah terpisah darinya. Sifat ini disebut juga sifat lazimah. Contohnya adalah sifat jahr (jelas), syiddah (kuat), isti'la (terangkat), qalqalah (memantul), dan lain sebagainya. Setiap huruf memiliki karakteristik bawaan yang harus selalu dipenuhi saat diucapkan, baik dalam keadaan berharakat maupun sukun. Misalnya, huruf 'Ain ( ع ) memiliki hak untuk diucapkan dari tengah tenggorokan (sifat jahr dan tawassuth). Mengucapkannya seperti hamzah ( ء ) berarti tidak memberikan haknya.
- Memberikan Mustahak Huruf ( ومستحقه ): Mustahak huruf adalah sifat-sifat yang muncul karena kondisi tertentu, atau ketika sebuah huruf bertemu dengan huruf lain. Sifat ini disebut juga sifat 'aridhah (sifat yang datang sewaktu-waktu). Ini mencakup hukum-hukum bacaan seperti idzhar (jelas), idgham (melebur), ikhfa' (samar), iqlab (mengubah), serta hukum mad (panjang), tafkhim (tebal), dan tarqiq (tipis). Contohnya, huruf Nun sukun ( نْ ) pada dasarnya dibaca jelas. Namun, ketika ia bertemu huruf Ba ( ب ), mustahaknya adalah ia harus diubah menjadi suara Mim (hukum Iqlab).
Jadi, tajwid artinya adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari cara melafalkan huruf-huruf Al-Quran dengan presisi tinggi, sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan, yang bersumber langsung dari cara Rasulullah ﷺ membacanya dan mengajarkannya kepada para sahabat.
Tujuan dan Faedah Mempelajari Ilmu Tajwid
Mempelajari Ilmu Tajwid bukanlah sekadar untuk membuat suara menjadi merdu, meskipun itu adalah salah satu buahnya. Tujuan utamanya jauh lebih fundamental dan agung.
- Menjaga Lidah dari Kesalahan (Lahn) dalam Membaca Al-Quran. Ini adalah tujuan paling utama. Kesalahan dalam membaca Al-Quran dapat mengubah arti, bahkan makna yang sangat krusial. Para ulama membagi kesalahan ini menjadi dua jenis:
- Lahn Jaliy ( لحن جلي ): Kesalahan yang jelas dan fatal, yang dapat mengubah makna dan menyalahi kaidah bahasa Arab. Contohnya, mengubah harakat (misalnya membaca an'amta menjadi an'amtu), atau mengganti huruf (misalnya membaca qul menjadi kul). Kesalahan jenis ini hukumnya haram secara mutlak.
- Lahn Khafiy ( لحن خفي ): Kesalahan yang tersembunyi dan tidak sampai mengubah makna, namun mengurangi kesempurnaan bacaan. Contohnya, tidak menyempurnakan dengung (ghunnah), atau kurang panjang dalam membaca mad. Meskipun tidak sefatal Lahn Jaliy, seorang qari' (pembaca Al-Quran) harus berusaha menghindarinya untuk mencapai tingkatan bacaan yang terbaik.
- Mencapai Tingkat Bacaan Tartil. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Muzzammil ayat 4:
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
Artinya: "Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil)."
Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, ketika ditanya tentang makna tartil, beliau menjawab: "Tartil adalah mentajwidkan huruf-hurufnya dan mengetahui tempat-tempat berhentinya (waqaf)." Jawaban ini secara eksplisit menghubungkan perintah Allah untuk membaca secara tartil dengan pengamalan Ilmu Tajwid.
- Meneladani Bacaan Rasulullah ﷺ. Cara kita membaca Al-Quran adalah bagian dari upaya meneladani (ittiba') sunnah Rasulullah ﷺ. Beliau menerima wahyu Al-Quran dari Malaikat Jibril dengan lafal dan cara baca yang sempurna, lalu mengajarkannya kepada para sahabat persis seperti itu. Rantai sanad (transmisi) bacaan ini terus bersambung dari generasi ke generasi hingga sampai kepada kita. Mempelajari tajwid adalah cara kita menyambungkan diri ke dalam rantai emas tersebut.
- Meraih Ridha Allah SWT. Usaha dan kesungguhan seorang hamba dalam memperbaiki bacaan kitab suci-Nya adalah sebuah bentuk pengagungan terhadap kalamullah. Ini adalah ibadah yang sangat dicintai oleh Allah, karena menunjukkan betapa besar perhatian dan rasa hormat kita terhadap firman-firman-Nya.
Hukum Mempelajari dan Mengamalkan Ilmu Tajwid
Dalam fiqih, hukum mempelajari dan mengamalkan Ilmu Tajwid dibedakan menjadi dua:
- Hukum Mempelajari Teorinya: Hukum mempelajari teori-teori Ilmu Tajwid (seperti mengenal nama-nama hukum, definisi, dan syarat-syaratnya) adalah Fardhu Kifayah. Artinya, jika dalam suatu komunitas atau wilayah sudah ada sebagian orang yang mempelajarinya hingga menjadi ahli, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Namun, jika tidak ada satu pun yang mempelajarinya, maka seluruh komunitas tersebut berdosa.
- Hukum Mengamalkan dalam Bacaan: Hukum mengamalkan tajwid ketika membaca Al-Quran adalah Fardhu 'Ain bagi setiap Muslim yang mukallaf (telah baligh dan berakal). Artinya, setiap individu wajib membaca Al-Quran dengan tajwid yang benar, sesuai kemampuannya, terutama dalam bacaan shalat yang merupakan rukun.
Dalil kewajiban ini sangat kuat, di antaranya adalah firman Allah tentang tartil yang telah disebutkan di atas, serta ijma' (konsensus) para ulama dari zaman sahabat hingga kini. Imam Ibnul Jazari, seorang ulama besar dalam bidang qira'at, menegaskan dalam matan (syair) populernya, Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah:
"Membaca (Al-Quran) dengan tajwid adalah sebuah keharusan yang pasti. Siapa yang tidak mentajwidkan Al-Quran, maka ia berdosa. Karena dengan tajwidlah Allah menurunkannya, dan demikianlah (bacaan itu) dari-Nya sampai kepada kita."
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa tajwid bukanlah ilmu yang dibuat-buat, melainkan bagian tak terpisahkan dari wahyu Al-Quran itu sendiri.
Dua Pilar Utama Ilmu Tajwid
Seperti yang tersirat dalam definisinya, seluruh pembahasan Ilmu Tajwid berporos pada dua pilar utama: Makharijul Huruf dan Sifatul Huruf. Menguasai keduanya adalah kunci untuk bisa melafalkan Al-Quran dengan benar.
BAGIAN I: Makharijul Huruf (Tempat-Tempat Keluarnya Huruf)
Makharijul Huruf ( مخارج الحروف ) adalah ilmu yang mempelajari titik-titik artikulasi atau tempat spesifik di dalam sistem organ bicara manusia di mana suara sebuah huruf hijaiyah diproduksi. Mengetahui makhraj setiap huruf adalah langkah pertama dan paling fundamental dalam tajwid. Jika makhrajnya salah, maka huruf yang dihasilkan pun akan salah.
Secara garis besar, para ulama membagi makhraj menjadi 5 tempat utama (Makhraj 'Amm), yang kemudian terbagi lagi menjadi 17 titik spesifik (Makhraj Khash).
1. Al-Jauf (الجوف) - Rongga
Al-Jauf adalah ruang kosong yang membentang dari rongga tenggorokan hingga rongga mulut. Ini adalah makhraj untuk huruf-huruf Mad (huruf yang dipanjangkan), yaitu:
- Alif ( ا ) yang didahului harakat Fathah. Contoh: قَالَ
- Wawu sukun ( وْ ) yang didahului harakat Dhammah. Contoh: يَقُوْلُ
- Ya' sukun ( يْ ) yang didahului harakat Kasrah. Contoh: قِيْلَ
Karena makhrajnya berupa rongga, suara huruf mad ini mengalir bebas tanpa hambatan pada titik tertentu.
2. Al-Halq (الحلق) - Tenggorokan
Tenggorokan terbagi menjadi tiga bagian, yang masing-masing menjadi makhraj bagi dua huruf:
- Aqshal Halq (أقصى الحلق) - Pangkal Tenggorokan (Paling Dalam): Ini adalah tempat keluarnya huruf Hamzah ( ء ) dan Ha' ( ه ).
- Wasathul Halq (وسط الحلق) - Tengah Tenggorokan: Tempat keluarnya huruf 'Ain ( ع ) dan Ha ( ح ).
- Adnal Halq (أدنى الحلق) - Ujung Tenggorokan (Paling Dekat Mulut): Tempat keluarnya huruf Ghain ( غ ) dan Kha' ( خ ).
3. Al-Lisan (اللسان) - Lidah
Lidah adalah organ yang paling banyak memiliki titik makhraj. Terdapat 10 makhraj spesifik untuk 18 huruf di lidah.
- Pangkal Lidah (أقصى اللسان):
- Pangkal lidah paling belakang menempel ke langit-langit lunak: Huruf Qaf ( ق ).
- Pangkal lidah sedikit ke depan dari makhraj Qaf: Huruf Kaf ( ك ).
- Tengah Lidah (وسط اللسان):
- Tengah lidah menempel ke langit-langit di atasnya: Huruf Jim ( ج ), Syin ( ش ), dan Ya' ( ي ) (Ya' yang tidak mad).
- Sisi Lidah (حافة اللسان):
- Salah satu atau kedua sisi lidah menempel pada gigi geraham atas: Huruf Dhad ( ض ). Ini adalah huruf paling sulit dalam bahasa Arab.
- Sisi lidah bagian depan hingga ujung menempel pada gusi gigi seri atas: Huruf Lam ( ل ).
- Ujung Lidah (طرف اللسان):
- Ujung lidah menempel pada gusi gigi seri atas, sedikit di bawah makhraj Lam: Huruf Nun ( ن ).
- Ujung lidah menempel pada gusi gigi seri atas, dengan sedikit getaran: Huruf Ra' ( ر ).
- Ujung lidah menempel pada pangkal gigi seri atas: Huruf Tha' ( ط ), Dal ( د ), dan Ta' ( ت ).
- Ujung lidah berada di antara gigi seri atas dan bawah (dengan sedikit celah): Huruf Shad ( ص ), Sin ( س ), dan Zay ( ز ). Huruf-huruf ini dikenal juga dengan huruf Shafir (desis).
- Ujung lidah menyentuh ujung gigi seri atas: Huruf Zha' ( ظ ), Dzal ( ذ ), dan Tsa' ( ث ).
4. Asy-Syafatain (الشفتان) - Dua Bibir
Ada dua makhraj spesifik pada bibir untuk 4 huruf:
- Bibir bawah bagian dalam menyentuh ujung gigi seri atas: Huruf Fa' ( ف ).
- Kedua bibir merapat: Huruf Ba' ( ب ) dan Mim ( م ).
- Kedua bibir dimonyongkan ke depan (membentuk bulatan): Huruf Wawu ( و ) (Wawu yang tidak mad).
5. Al-Khaisyum (الخيشوم) - Rongga Hidung
Al-Khaisyum adalah pangkal hidung bagian dalam. Ini bukanlah makhraj untuk huruf, melainkan untuk sebuah sifat yang disebut Ghunnah (dengung). Ghunnah selalu menyertai huruf Nun ( ن ) dan Mim ( م ) dalam semua keadaan, terutama saat keduanya bertasydid ( نّ / مّ ).
BAGIAN II: Sifatul Huruf (Sifat-sifat Huruf)
Jika makhraj adalah "tempat lahir" sebuah huruf, maka Sifatul Huruf ( صفات الحروف ) adalah "karakter" atau "kepribadian" huruf tersebut. Sifat inilah yang membedakan antara huruf-huruf yang keluar dari makhraj yang sama atau berdekatan. Misalnya, huruf Tha' ( ط ), Dal ( د ), dan Ta' ( ت ) sama-sama keluar dari ujung lidah yang menempel pada pangkal gigi seri atas. Namun, kita bisa membedakannya karena sifat-sifatnya yang berbeda.
Sifatul Huruf terbagi menjadi dua kategori utama:
A. Sifat yang Memiliki Lawan Kata
Setiap huruf pasti memiliki salah satu dari setiap pasangan sifat berikut ini.
1. Al-Hams (الهمس) vs Al-Jahr (الجهر)
- Al-Hams (Berdesis/Nafas Mengalir): Pengucapan huruf disertai dengan mengalirnya nafas. Huruf-hurufnya terkumpul dalam kalimat: فَحَثَّهُ شَخْصٌ سَكَتَ (Fa, Ha, Tsa, Ha, Syin, Kha, Shad, Sin, Kaf, Ta).
- Al-Jahr (Jelas/Nafas Tertahan): Pengucapan huruf dengan menahan aliran nafas, sehingga getaran pita suara lebih kuat. Huruf-hurufnya adalah sisa dari huruf Hams.
2. Asy-Syiddah (الشدة) vs At-Tawassuth (التوسط) vs Ar-Rakhawah (الرخاوة)
Sifat ini berkaitan dengan durasi aliran suara saat huruf diucapkan.
- Asy-Syiddah (Kuat/Suara Tertahan): Suara tertahan sepenuhnya saat huruf diucapkan. Huruf-hurufnya: أَجِدْ قَطٍ بَكَتْ (Hamzah, Jim, Dal, Qaf, Tha, Ba, Kaf, Ta).
- Ar-Rakhawah (Lunak/Suara Mengalir): Suara mengalir bebas saat huruf diucapkan. Hurufnya adalah sisa dari Syiddah dan Tawassuth.
- At-Tawassuth (Pertengahan): Suara tidak tertahan sepenuhnya dan tidak juga mengalir sepenuhnya (mengalir sesaat lalu tertahan). Hurufnya: لِنْ عُمَرْ (Lam, Nun, 'Ain, Mim, Ra).
3. Al-Isti'la (الإستعلاء) vs Al-Istifal (الإستفال)
Sifat ini berkaitan dengan posisi pangkal lidah saat mengucapkan huruf.
- Al-Isti'la (Terangkat): Pangkal lidah terangkat ke langit-langit saat mengucapkan huruf, menghasilkan suara yang tebal (tafkhim). Huruf-hurufnya: خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ (Kha, Shad, Dhad, Ghain, Tha, Qaf, Zha).
- Al-Istifal (Menurun): Pangkal lidah tetap di bawah (tidak terangkat) saat mengucapkan huruf, menghasilkan suara yang tipis (tarqiq). Hurufnya adalah sisa dari huruf Isti'la.
4. Al-Ithbaq (الإطباق) vs Al-Infitah (الانفتاح)
Sifat ini adalah tingkatan lebih lanjut dari Isti'la dan Istifal, berkaitan dengan seberapa banyak lidah menempel ke langit-langit.
- Al-Ithbaq (Tertutup/Menempel): Sebagian besar permukaan lidah menempel atau mendekat ke langit-langit, sehingga suara terkurung dan menjadi sangat tebal. Ini adalah level tafkhim tertinggi. Hurufnya: Shad ( ص ), Dhad ( ض ), Tha' ( ط ), Zha' ( ظ ).
- Al-Infitah (Terbuka): Terdapat rongga atau jarak antara lidah dan langit-langit, sehingga suara keluar dengan lebih leluasa. Hurufnya adalah sisa dari huruf Ithbaq.
5. Al-Idzlaq (الإذلاق) vs Al-Ishmat (الإصمات)
Sifat ini berkaitan dengan kemudahan atau kecepatan mengucapkan huruf karena makhrajnya berada di ujung lidah atau bibir.
- Al-Idzlaq (Lancar): Huruf-huruf yang mudah dan cepat diucapkan. Terkumpul dalam kalimat: فِرَّ مِنْ لُبٍّ (Fa, Ra, Mim, Nun, Lam, Ba).
- Al-Ishmat (Tertahan): Huruf-huruf yang pengucapannya cenderung lebih berat dan tidak secepat huruf Idzlaq. Hurufnya adalah sisa dari huruf Idzlaq.
B. Sifat yang Tidak Memiliki Lawan Kata
Sifat-sifat ini hanya dimiliki oleh huruf-huruf tertentu dan tidak memiliki kebalikannya.
- Ash-Shafir (الصفير) - Desis: Adanya suara tambahan seperti desisan yang keluar dari sela-sela gigi. Hurufnya ada 3: Shad ( ص ), Sin ( س ), Zay ( ز ).
- Al-Qalqalah (القلقلة) - Pantulan: Getaran atau pantulan suara yang kuat pada makhraj huruf ketika huruf tersebut dalam keadaan sukun. Hurufnya ada 5, terkumpul dalam kalimat: قُطْبُ جَدٍّ (Qaf, Tha, Ba, Jim, Dal).
- Al-Lin (اللين) - Lunak: Mengucapkan huruf dengan mudah dan lembut. Sifat ini hanya ada pada huruf Wawu sukun ( وْ ) dan Ya' sukun ( يْ ) yang didahului harakat Fathah. Contoh: خَوْفٌ, بَيْتٌ.
- Al-Inhiraf (الانحراف) - Melenceng/Berpaling: Suara huruf sedikit melenceng dari makhraj aslinya ke makhraj lain saat diucapkan. Hurufnya ada 2: Lam ( ل ) dan Ra' ( ر ).
- At-Takrir (التكرير) - Bergetar: Ujung lidah bergetar saat mengucapkan huruf. Sifat ini khusus untuk huruf Ra' ( ر ). Namun, sifat ini disebutkan agar pembaca berhati-hati untuk tidak mengucapkannya secara berlebihan. Getaran yang dibolehkan hanya satu kali getaran ringan.
- At-Tafasysyi (التفشي) - Menyebar: Menyebarnya udara di dalam mulut saat mengucapkan huruf. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf Syin ( ش ).
- Al-Istithalah (الإستطالة) - Memanjang: Makhraj huruf ini memanjang di sepanjang sisi lidah hingga bertemu makhraj Lam. Sifat ini khusus untuk huruf Dhad ( ض ).
BAGIAN III: Hukum-Hukum Bacaan Tajwid (Ahkam At-Tajwid)
Setelah memahami makhraj dan sifat, kita masuk ke dalam penerapan praktisnya, yaitu hukum-hukum bacaan yang muncul ketika satu huruf bertemu dengan huruf lainnya. Ini adalah bagian yang disebut sebagai mustahak huruf.
Hukum Nun Sukun (نْ) dan Tanwin (ــًــٍــٌ)
Ini adalah hukum yang paling sering ditemui dalam Al-Quran. Ketika Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari 28 huruf hijaiyah, akan timbul 4 hukum bacaan:
1. Idzhar Halqi (إظهار حلقي) - Jelas
Artinya: Membaca Nun sukun atau Tanwin dengan jelas tanpa dengung.
Kapan terjadi: Jika Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari 6 huruf tenggorokan (huruf halqi).
Huruf-hurufnya: Hamzah ( ء ), Ha' ( ه ), 'Ain ( ع ), Ha ( ح ), Ghain ( غ ), Kha' ( خ ).
Contoh: مِنْهُمْ (minhum), عَذَابٌ أَلِيمٌ (‘adzābun alīm).
2. Idgham (إدغام) - Melebur/Memasukkan
Artinya: Meleburkan suara Nun sukun atau Tanwin ke dalam huruf berikutnya. Idgham terbagi dua:
- Idgham Bi Ghunnah (dengan Dengung): Terjadi jika bertemu dengan 4 huruf: Ya' ( ي ), Nun ( ن ), Mim ( م ), Wawu ( و ). Suara dileburkan sambil didengungkan selama 2 harakat. Contoh: مِنْ وَلِيٍّ (miw waliyy), بَرْقٌ يَجْعَلُونَ (barquy yaj'alūn).
- Idgham Bila Ghunnah (tanpa Dengung): Terjadi jika bertemu dengan 2 huruf: Lam ( ل ) dan Ra' ( ر ). Suara dileburkan sepenuhnya tanpa ada dengung. Contoh: مِنْ رَبِّهِمْ (mir rabbihim), هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (hudal lilmuttaqīn).
3. Iqlab (إقلاب) - Mengubah
Artinya: Mengubah suara Nun sukun atau Tanwin menjadi suara Mim ( م ) disertai dengung.
Kapan terjadi: Hanya jika bertemu dengan satu huruf, yaitu Ba' ( ب ).
Tanda di mushaf: Biasanya ada tanda huruf mim kecil ( م ) di atas Nun sukun.
Contoh: مِنْ بَعْدِ (mim ba'di), سَمِيعٌ بَصِيرٌ (samī'um bashīr).
4. Ikhfa' Haqiqi (إخفاء حقيقي) - Samar
Artinya: Menyamarkan suara Nun sukun atau Tanwin, yaitu antara Idzhar (jelas) dan Idgham (lebur), disertai dengung yang siap menuju makhraj huruf berikutnya.
Kapan terjadi: Jika bertemu dengan 15 huruf sisa selain huruf Idzhar, Idgham, dan Iqlab.
Huruf-hurufnya: Ta ( ت ), Tsa ( ث ), Jim ( ج ), Dal ( د ), Dzal ( ذ ), Zay ( ز ), Sin ( س ), Syin ( ش ), Shad ( ص ), Dhad ( ض ), Tha ( ط ), Zha ( ظ ), Fa ( ف ), Qaf ( ق ), Kaf ( ك ).
Contoh: مِنْ قَبْلُ (min qablu), رَجُلًا سَلَمًا (rajulan salamā).
Hukum Mim Sukun (مْ)
Ketika Mim sukun bertemu dengan huruf hijaiyah, ada 3 hukum yang berlaku:
1. Ikhfa' Syafawi (إخفاء شفوي) - Samar di Bibir
Artinya: Menyamarkan suara Mim sukun disertai dengung.
Kapan terjadi: Jika Mim sukun bertemu dengan huruf Ba' ( ب ).
Contoh: تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ (tarmīhim bihijārah).
2. Idgham Mitslain (إدغام مثلين) - Melebur Dua yang Sama
Artinya: Meleburkan Mim sukun ke huruf Mim berikutnya disertai dengung.
Kapan terjadi: Jika Mim sukun bertemu dengan huruf Mim ( م ).
Contoh: لَكُمْ مَا (lakum mā).
3. Idzhar Syafawi (إظهار شفوي) - Jelas di Bibir
Artinya: Membaca Mim sukun dengan jelas tanpa dengung.
Kapan terjadi: Jika Mim sukun bertemu dengan semua huruf hijaiyah selain Mim ( م ) dan Ba' ( ب ).
Contoh: لَمْ يَلِدْ (lam yalid), عَلَيْهِمْ وَلَا ('alaihim wa lā).
Hukum Mad (المد) - Panjang
Mad secara bahasa artinya tambahan atau panjang. Secara istilah, mad adalah memanjangkan suara pada huruf-huruf mad. Secara umum, Mad terbagi menjadi dua:
1. Mad Ashli / Mad Thabi'i (مد أصلي / طبيعي)
Mad asli adalah mad dasar yang tidak memerlukan sebab khusus seperti hamzah atau sukun. Panjangnya adalah 2 harakat. Mad ini terjadi jika:
- Fathah diikuti Alif ( ـَ ا ).
- Dhammah diikuti Wawu sukun ( ـُ وْ ).
- Kasrah diikuti Ya' sukun ( ـِ يْ ).
Contoh: نُوحِيهَا (Nū-hī-hā).
2. Mad Far'i (مد فرعي)
Mad Far'i adalah mad cabang yang terjadi karena ada sebab tertentu (hamzah atau sukun) setelah huruf mad. Panjangnya bervariasi.
Beberapa jenis Mad Far'i yang populer:
- Mad Wajib Muttashil: Huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata. Panjangnya 4 atau 5 harakat. Contoh: جَاءَ, السَّمَاءِ.
- Mad Jaiz Munfashil: Huruf mad bertemu hamzah di lain kata. Panjangnya boleh 2, 4, atau 5 harakat. Contoh: يَا أَيُّهَا.
- Mad 'Aridh Lis Sukun: Huruf mad bertemu dengan huruf yang disukunkan karena waqaf (berhenti). Panjangnya boleh 2, 4, atau 6 harakat. Contoh: الْعَالَمِينَ (dibaca 'ālamīn).
- Mad Lazim: Huruf mad bertemu dengan sukun asli (bukan karena waqaf). Ini adalah mad terpanjang, wajib dibaca 6 harakat. Mad Lazim memiliki beberapa turunan, seperti Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal (contoh: الطَّامَّةُ) dan Mad Lazim Harfi Mukhaffaf (terdapat pada beberapa pembuka surah seperti صٓ).
- Mad Badal: Setiap hamzah yang dibaca panjang. Panjangnya 2 harakat. Contoh: آمَنُوا (asalnya أأمنوا).
Kesimpulan: Tajwid Adalah Kunci Memuliakan Al-Quran
Dari pembahasan yang panjang ini, kita dapat menyimpulkan bahwa tajwid artinya jauh lebih dalam dari sekadar melagukan bacaan. Tajwid adalah disiplin ilmu yang menjaga otentisitas lafal Al-Quran, sebuah upaya untuk membaca firman Allah persis seperti yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Ia adalah manifestasi dari adab dan penghormatan kita terhadap Kalamullah.
Mempelajari tajwid adalah perjalanan seumur hidup. Ia menuntut kesabaran, ketekunan, dan bimbingan dari seorang guru yang mumpuni (talaqqi). Namun, setiap usaha yang kita curahkan untuk memperbaiki bacaan Al-Quran akan menjadi investasi pahala yang tak ternilai, mendekatkan kita kepada Al-Quran, dan yang terpenting, mendekatkan kita kepada Sang Pemilik Kalam, Allah Subhanahu wa Ta'ala.