Memaknai Doa Setelah Sholat Tarawih Sesuai Sunnah
Bulan suci Ramadan adalah anugerah terindah bagi umat Islam di seluruh dunia. Bulan yang di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan para setan dibelenggu. Salah satu ibadah paling ikonik yang menghiasi malam-malam Ramadan adalah sholat Tarawih. Sholat sunnah muakkadah ini menjadi kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampunan, dan menabung pahala sebanyak-banyaknya.
Setelah rangkaian rakaat sholat Tarawih dan ditutup dengan sholat Witir, terdapat sebuah momen yang sangat berharga, yaitu momen berdoa. Di saat inilah, setelah jiwa dan raga lelah berdiri, rukuk, dan sujud karena-Nya, seorang hamba menengadahkan tangan, merendahkan hati, dan memanjatkan segala harapan kepada Rabb-nya. Doa setelah sholat Tarawih menjadi penutup yang sempurna, sebuah kulminasi dari ibadah malam yang telah ditunaikan.
Memahami Konsep "Sesuai Sunnah" dalam Berdoa
Ketika kita berbicara tentang "doa setelah sholat Tarawih sesuai sunnah", penting untuk memahami maknanya secara luas. Sunnah Nabi Muhammad ﷺ dalam berdoa mencakup beberapa aspek fundamental: adab, waktu, dan substansi. Tidak ada satu riwayat hadits shahih yang secara spesifik mengkhususkan satu redaksi doa panjang tertentu untuk dibaca setelah sholat Tarawih. Namun, sunnah Rasulullah ﷺ adalah beliau senantiasa berdzikir dan berdoa setelah menunaikan sholat fardhu maupun sunnah.
Dengan demikian, "sesuai sunnah" dalam konteks ini berarti:
- Mengamalkan adab berdoa: Memulai dengan pujian kepada Allah, bershalawat kepada Nabi, mengangkat kedua tangan, berdoa dengan suara lirih, penuh harap dan kerendahan hati.
- Memilih waktu mustajab: Waktu setelah menunaikan sholat adalah salah satu waktu yang dianjurkan untuk berdoa.
- Isi doa yang baik: Memohon kebaikan dunia dan akhirat, ampunan dosa, rahmat, dan perlindungan Allah. Doa bisa menggunakan redaksi dari Al-Qur'an, hadits, atau doa yang disusun oleh para ulama saleh selama isinya tidak bertentangan dengan syariat, atau bahkan dengan bahasa kita sendiri yang tulus dari hati.
Salah satu doa yang sangat populer dan jamak diamalkan oleh kaum muslimin di berbagai belahan dunia setelah sholat Tarawih adalah "Doa Kamilin". Doa ini disebut demikian karena di awalannya terdapat permohonan untuk dijadikan orang yang sempurna (kamil) imannya. Meskipun doa ini tidak diriwayatkan secara langsung dari Nabi ﷺ, isi dan kandungannya sangatlah baik, mencakup permohonan komprehensif yang sejalan dengan ruh Al-Qur'an dan Sunnah. Mari kita bedah dan hayati bersama makna mendalam dari doa yang indah ini.
Bacaan Lengkap Doa Kamilin dan Penjelasannya
Berikut adalah bacaan lengkap doa kamilin yang biasa dibaca oleh imam atau oleh kita secara pribadi setelah menyelesaikan rangkaian sholat Tarawih dan Witir.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّድٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَاِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَاِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولٰئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُบَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allahummaj'alnā bil īmāni kāmiliin. Wa lil farāidli muaddin. Wa lish-shalāti hāfidzīn. Wa liz-zakāti fā'iliin. Wa limā 'indaka thālibiin. Wa li 'afwika rājiin. Wa bil-hudā mutamassikiin. Wa 'anil laghwi mu'ridliin. Wa fid-dunyā zāhidiin. Wa fil 'ākhirati rāghibiin. Wa bil-qadlā'i rādliin. Wa lin na'mā'i syākiriin. Wa 'alal balā'i shābiriin. Wa tahta liwā'i sayyidinā muhammadin shallallāhu 'alaihi wa sallama yaumal qiyāmah sā'iriin. Wa ilal haudli wāridiin. Wa ilal jannati dākhiliin. Wa minan nāri nājiin. Wa 'alā sariiril karāmati qā'idiin. Wa bi hūrin 'īnim mutazawwijiin. Wa min sundusin wa istabraqin wa dībājin mutalabbisiin. Wa min tha'āmil jannati ākiliin. Wa min labanin wa 'asalim mushaffan syāribiin. Bi akwābin wa abārīqa wa ka'sim mim ma'īn. Ma'al ladzīna an'amta 'alaihim minan nabiyyīna wash shiddīqīna wasy syuhadā'i wash shālihīna wa hasuna ulā'ika rafīqā. Dzalikal fadl-lu minallāhi wa kafā billāhi 'alīmā. Allahummaj'alnā fī hādzihil lailatisy syahrisy syarīfail mubārakah minas su'adā'il maqbūliin. Wa lā taj'alnā minal asyqiyā'il mardūdiin. Wa shallallāhu 'alā sayyidinā muhammadin wa ālihī wa shahbihī ajma'īn. Birahmatika yā arhamar rāhimīn. Wal hamdu lillāhi rabbil 'ālamīn.
“Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang menunaikan kewajiban-kewajiban, yang memelihara sholat, yang menunaikan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk-Mu, yang berpaling dari hal-hal yang sia-sia, yang zuhud terhadap dunia, yang berhasrat terhadap akhirat, yang ridha terhadap ketetapan-Mu, yang mensyukuri nikmat-nikmat-Mu, yang sabar atas cobaan-cobaan, dan yang berjalan di bawah panji junjungan kami, Nabi Muhammad ﷺ, pada hari kiamat. Jadikanlah kami orang yang sampai ke telaga (Kautsar), yang masuk ke dalam surga, yang diselamatkan dari api neraka, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah dengan bidadari-bidadari, yang mengenakan pakaian dari sutra halus dan tebal, yang memakan makanan surga, yang meminum dari susu dan madu yang murni dengan gelas, cerek, dan piala dari sumber yang mengalir. Bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam bulan yang mulia dan penuh berkah ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima (amalannya), dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang celaka dan ditolak (amalannya). Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan sahabatnya. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
Tadabbur Mendalam: Membedah Setiap Bait Permohonan
Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah peta jalan spiritual seorang mukmin. Setiap kalimatnya mengandung permohonan yang begitu fundamental dan esensial. Mari kita selami makna di balik setiap frasanya.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ (Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya)
Ini adalah permohonan pembuka yang menjadi pondasi dari segalanya. Iman yang kamil (sempurna) adalah iman yang tidak hanya terucap di lisan, tetapi meresap kuat dalam hati dan terwujud dalam perbuatan. Iman yang sempurna adalah iman yang tidak goyah oleh badai cobaan, tidak tergiur oleh gemerlap dunia, dan tidak luntur oleh berjalannya waktu. Ini adalah iman yang melahirkan keyakinan total (yaqin) kepada Allah, kepada janji-janji-Nya dan ancaman-Nya. Di bulan Ramadan, saat kita melatih diri menahan hawa nafsu, kita memohon agar latihan ini berbuah pada penyempurnaan iman kita.
وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ (dan yang menunaikan kewajiban-kewajiban)
Setelah iman, pilar selanjutnya adalah amal. Permohonan ini adalah pengakuan bahwa iman tanpa amal adalah hampa. "Faraidh" adalah segala sesuatu yang Allah wajibkan, mulai dari sholat lima waktu, puasa Ramadan, zakat, hingga berbakti kepada orang tua. Menjadi seorang "mu'addi" berarti kita tidak hanya sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi melaksanakannya dengan sebaik-baiknya, tepat waktu, dan dengan segenap keikhlasan. Ini adalah komitmen untuk menjadi hamba yang taat dan patuh tanpa kompromi.
وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ (dan yang memelihara sholat)
Sholat disebut secara khusus setelah kewajiban secara umum, menunjukkan betapa sentralnya posisi sholat dalam Islam. "Hafidzin" (para pemelihara) memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar "mushallin" (orang yang sholat). Memelihara sholat berarti menjaganya dari segala hal yang dapat merusaknya; menjaga waktunya, menjaga kekhusyukannya, menjaga rukun dan syaratnya, serta menjaga dampaknya dalam kehidupan sehari-hari. Sholat yang terpelihara akan menjadi benteng yang kokoh dari perbuatan keji dan munkar.
وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ (dan yang menunaikan zakat)
Zakat adalah pilar sosial dalam Islam. Permohonan ini adalah ekspresi keinginan untuk menjadi pribadi yang peduli, yang tidak egois, dan yang memahami bahwa di dalam harta kita ada hak orang lain. Menjadi "fa'ilin" (para pelaku) zakat berarti kita aktif membersihkan harta dan jiwa kita, membangun jembatan kasih sayang dengan sesama, dan berkontribusi pada kesejahteraan umat. Ini adalah doa agar kita dijauhkan dari sifat kikir dan cinta dunia yang berlebihan.
وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ (dan yang mencari apa yang ada di sisi-Mu)
Ini adalah doa untuk meluruskan niat dan orientasi hidup. Seorang mukmin sejati tidak menjadikan dunia sebagai tujuan akhir. Tujuan utamanya adalah ridha Allah, pahala di sisi-Nya, dan surga-Nya. Menjadi "thalibin" (para pencari) atas apa yang ada di sisi Allah berarti setiap langkah, setiap pekerjaan, dan setiap pengorbanan kita tujukan untuk meraih ganjaran akhirat. Dunia hanyalah sarana, bukan tujuan.
وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ (dan yang mengharapkan ampunan-Mu)
Sebuah pengakuan atas kelemahan dan keterbatasan diri. Sebanyak apapun amal yang kita lakukan, pasti ada cacat dan kekurangannya. Kita tidak bisa hanya mengandalkan amal kita untuk masuk surga. Kita sangat bergantung pada ampunan ('afwa) dan rahmat Allah. Menjadi "rajin" (orang yang berharap) menunjukkan sikap optimis kepada Allah, penuh harap bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa kita yang begitu banyak, terutama di bulan ampunan ini.
وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ (dan yang berpegang teguh pada petunjuk-Mu)
"Al-Huda" (petunjuk) adalah Al-Qur'an dan Sunnah. Di tengah derasnya arus informasi dan ideologi yang membingungkan, permohonan ini sangatlah relevan. Kita memohon kekuatan kepada Allah agar senantiasa mampu berpegang teguh pada tali agama-Nya yang lurus, tidak terombang-ambing oleh keraguan, dan tidak tersesat oleh pemikiran-pemikiran yang menyimpang. "Mutamassikin" berarti menggenggamnya dengan erat, menjadikannya sebagai satu-satunya kompas dalam mengarungi kehidupan.
وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ (dan yang berpaling dari hal-hal yang sia-sia)
"Al-Laghwu" adalah segala perkataan, perbuatan, dan pikiran yang tidak bermanfaat, baik untuk dunia maupun akhirat. Ini mencakup gosip, perdebatan kusir, hiburan yang melalaikan, dan menghabiskan waktu untuk hal yang tak berguna. Menjadi "mu'ridhin" (orang yang berpaling) adalah ciri orang beriman yang sukses, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Mu'minun. Ini adalah doa agar kita diberi kemampuan untuk menghargai waktu dan mengisinya hanya dengan hal-hal yang mendatangkan kebaikan.
وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ (yang zuhud terhadap dunia, yang berhasrat terhadap akhirat)
Ini adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia atau hidup dalam kemiskinan. Zuhud adalah kondisi hati di mana dunia berada di tangan, bukan di dalam hati. Kita boleh memiliki dunia, tetapi jangan sampai dunia yang memiliki kita. Hasrat terbesar ("raghibin") seorang yang zuhud adalah akhirat. Fokusnya, ambisinya, dan kerinduannya tertuju pada kehidupan abadi di sisi Allah.
وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ (dan yang ridha terhadap ketetapan-Mu)
Ini adalah puncak dari ketenangan jiwa. Ridha terhadap qadha' dan qadar Allah, baik yang terasa manis maupun pahit. Ini adalah keyakinan penuh bahwa apapun yang Allah tetapkan bagi kita adalah yang terbaik, meskipun akal kita yang terbatas kadang tak mampu memahaminya. Ridha melahirkan ketabahan saat ditimpa musibah dan menjauhkan diri dari keluh kesah serta prasangka buruk kepada Allah.
وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ (yang mensyukuri nikmat-nikmat-Mu, yang sabar atas cobaan-cobaan)
Dua pilar utama seorang mukmin. Syukur saat lapang, dan sabar saat sempit. Menjadi "syakirin" (orang yang bersyukur) berarti menggunakan setiap nikmat (kesehatan, harta, waktu) untuk ketaatan kepada Allah. Menjadi "shabirin" (orang yang bersabar) berarti menahan diri dari amarah dan keluhan saat diuji, serta tetap berbaik sangka dan taat kepada-Nya. Dengan dua sayap ini, seorang mukmin akan terbang tinggi menuju ridha Tuhannya.
وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّድٍ ... سَائِرِيْنَ (dan yang berjalan di bawah panji junjungan kami, Nabi Muhammad ﷺ, pada hari kiamat)
Sebuah permohonan yang menunjukkan kecintaan dan kerinduan kepada Rasulullah ﷺ. Di padang Mahsyar yang begitu panas dan mencekam, kaum muslimin akan bernaung di bawah panji (liwa') Rasulullah ﷺ. Berjalan di bawah panjinya adalah sebuah kehormatan, tanda bahwa kita diakui sebagai umatnya yang setia mengikuti jejak sunnahnya selama di dunia. Ini adalah doa agar kita tidak terpisah dari rombongan mulia beliau.
وَاِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ (dan yang sampai ke telaga (Kautsar))
Telaga Al-Kautsar adalah hadiah istimewa dari Allah untuk Nabi Muhammad ﷺ. Siapa pun yang meminum airnya seteguk saja, tidak akan pernah merasakan haus selamanya. Doa ini adalah permohonan agar kita termasuk orang yang beruntung, yang disambut oleh Rasulullah di telaganya dan diberi minum langsung dari tangan beliau yang mulia.
Rangkaian Kenikmatan Surga
Setelah permohonan-permohonan fundamental di atas, doa ini dilanjutkan dengan deskripsi kenikmatan surga yang sangat indah. Ini bukan sekadar angan-angan, melainkan sebuah cara untuk memotivasi diri, untuk membangkitkan kerinduan ("raghbah") terhadap akhirat yang telah disebutkan sebelumnya. Permohonan ini mencakup:
- وَاِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ (yang masuk ke dalam surga): Tujuan akhir dari setiap mukmin.
- وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ (yang diselamatkan dari api neraka): Kesuksesan sejati adalah ketika seseorang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga.
- وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ (yang duduk di atas dipan kemuliaan): Menggambarkan posisi terhormat dan santai di surga.
- وَبِحُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ (yang menikah dengan bidadari-bidadari): Salah satu balasan bagi kaum pria yang beriman.
- وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ ... مُتَلَبِّسِيْنَ (yang mengenakan pakaian dari sutra...): Deskripsi pakaian ahli surga yang mewah dan indah.
- وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ... (yang memakan makanan surga, yang meminum dari susu dan madu...): Menggambarkan kelezatan hidangan di surga yang tiada tara.
مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ... (Bersama orang-orang yang telah Engkau beri nikmat...)
Ini adalah permohonan puncak, yaitu kebersamaan. Seindah apapun surga, ia tidak akan lengkap tanpa teman-teman yang baik. Doa ini memohon agar kita dikumpulkan bersama golongan terbaik: para Nabi, para Shiddiqin (orang-orang yang sangat jujur dan benar imannya), para Syuhada (orang yang mati syahid), dan para Shalihin (orang-orang saleh). Mereka adalah sebaik-baik teman, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an surah An-Nisa ayat 69.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ اللَّيْلَةِ ... مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ (Ya Allah, jadikanlah kami pada malam ini... termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalannya)
Setelah memohon berbagai kebaikan, kita kembali ke konteks saat ini. Kita memohon secara spesifik agar ibadah kita pada malam Ramadan yang penuh berkah ini diterima oleh Allah. Diterimanya amal adalah kunci kebahagiaan ("su'ada"). Sebaliknya, kita berlindung dari menjadi "asyqiya'il mardudin", yaitu orang-orang celaka yang amalnya ditolak. Na'udzubillah min dzalik.
Penutup Doa yang Sempurna
Doa ini ditutup dengan shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, dan sahabatnya. Ini adalah adab yang mulia, karena doa yang diapit oleh shalawat lebih besar kemungkinannya untuk dikabulkan. Kemudian diakhiri dengan menyebut Asma Allah "Ya Arhamar Rahimin" (Wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang), sebuah pengakuan bahwa semua harapan kita bergantung pada luasnya rahmat-Nya. Dan pamungkasnya adalah "Walhamdulillahi Rabbil 'alamin", mengembalikan segala puji hanya kepada Allah, Tuhan semesta alam, sebagai bentuk syukur dan pengagungan.
Membaca dan merenungi doa ini setelah sholat Tarawih bukan hanya sekadar ritual. Ia adalah sesi evaluasi diri, penetapan resolusi spiritual, dan penyerahan diri secara total kepada Allah SWT. Semoga dengan memahaminya, doa kita menjadi lebih khusyuk, lebih bermakna, dan lebih pantas untuk diijabah oleh-Nya. Aamiin.