Memaknai Doa Setelah Sholat Tasbih

Sholat Tasbih adalah salah satu sholat sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa. Ia disebut "Tasbih" karena di dalamnya terdapat bacaan tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir sebanyak 300 kali yang diulang-ulang dalam setiap gerakan sholat. Keistimewaan sholat ini tidak hanya terletak pada tata caranya yang unik, tetapi juga pada doa yang dipanjatkan setelah menyelesaikannya. Doa setelah sholat tasbih merupakan inti dari permohonan, sebuah kulminasi dari harapan seorang hamba yang telah bersusah payah mengagungkan Rabb-nya melalui ratusan kalimat mulia.

Doa ini bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah dialog mendalam yang mencakup permohonan ampunan, permintaan petunjuk, serta pengakuan atas keagungan Allah SWT. Memahami setiap bait dalam doa ini akan membuka pintu kesadaran spiritual yang lebih dalam, mengubah sholat tasbih dari sekadar ritual menjadi sebuah perjalanan ruhani yang transformatif. Artikel ini akan mengupas tuntas bacaan doa setelah sholat tasbih, lengkap dengan tulisan Arab, transliterasi Latin, terjemahan, serta penjelasan mendalam tentang makna yang terkandung di dalamnya.

Bacaan Lengkap Doa Setelah Sholat Tasbih

Setelah menyelesaikan empat rakaat sholat tasbih, dianjurkan untuk tidak langsung beranjak pergi. Inilah momen emas untuk memanjatkan doa, saat hati masih lembut dan jiwa masih terhubung erat dengan Sang Pencipta. Berikut adalah bacaan doa yang masyhur dibaca setelah melaksanakan sholat tasbih.

اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ تَوْفِيْقَ أَهْلِ الْهُدَى، وَأَعْمَالَ أَهْلِ الْيَقِينِ، وَمُنَاصَحَةَ أَهْلِ التَّوْبَةِ، وَعَزْمَ أَهْلِ الصَّبْرِ، وَوَجَلَ أَهْلِ الْخَشْيَةِ، وَطَلَبَ أَهْلِ الرَّغْبَةِ، وَتَعَبُّدَ أَهْلِ الْوَرَعِ، وَعِرْفَانَ أَهْلِ الْعِلْمِ حَتَّى أَخَافَكَ. اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مَخَافَةً تَحْجُزُنِيْ عَنْ مَعَاصِيْكَ، حَتَّى أَعْمَلَ بِطَاعَتِكَ عَمَلاً أَسْتَحِقُّ بِهِ رِضَاكَ، وَحَتَّى أُنَاصِحَكَ بِالتَّوْبَةِ خَوْفًا مِنْكَ، وَحَتَّى أُخْلِصَ لَكَ النَّصِيحَةَ حُبًّا لَكَ، وَحَتَّى أَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا وَأُحْسِنَ الظَنَّ بِكَ، سُبْحَانَ خَالِقِ النُّورِ.

Allahumma inni as'aluka taufiiqa ahlil hudaa, wa a'maala ahlil yaqiin, wa munaashahata ahlit taubah, wa 'azma ahlis shabri, wa wajala ahlil khasy-yah, wa thalaba ahlir raghbah, wa ta'abbuda ahlil wara', wa 'irfaana ahlil 'ilmi hatta akhaafak. Allahumma inni as'aluka makhaafatan tahjuzunii 'an ma'aashiik, hatta a'mala bi thaa'atika 'amalan astahiqqu bihi ridhaak, wa hatta unaashihaka bit taubati khaufan minka, wa hatta ukhlisha lakan nashiihata hubban laka, wa hatta atawakkala 'alaika fil umuuri kullihaa wa uhsinaz zhanna bik. Subhaana khaaliqin nuur.

Artinya: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu taufik (pertolongan) orang-orang yang mendapatkan petunjuk, dan amalan orang-orang yang memiliki keyakinan, dan ketulusan orang-orang yang bertaubat, dan keteguhan hati orang-orang yang sabar, dan keseriusan orang-orang yang takut (kepada-Mu), dan permohonan orang-orang yang berharap, dan ibadahnya orang-orang yang wara' (menjaga diri dari syubhat), dan pengetahuan orang-orang yang berilmu, sehingga aku menjadi takut kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu rasa takut yang dapat menghalangiku dari maksiat kepada-Mu, sehingga aku dapat beramal dengan ketaatan kepada-Mu, amalan yang dengannya aku berhak mendapatkan ridha-Mu. Dan sehingga aku tulus kepada-Mu dalam bertaubat karena rasa takut kepada-Mu, dan sehingga aku mengikhlaskan nasihat untuk-Mu karena rasa cinta kepada-Mu, dan sehingga aku bertawakal kepada-Mu dalam segala urusan dan aku berbaik sangka kepada-Mu. Maha Suci Dzat Pencipta Cahaya."

Tafsir dan Penjelasan Mendalam Setiap Bait Doa

Doa ini bukanlah sekadar permintaan biasa. Setiap kalimatnya mengandung permohonan untuk dianugerahi sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh para kekasih Allah. Mari kita bedah satu per satu makna yang terkandung di dalamnya.

1. Permohonan Karakteristik Para Kekasih Allah

Bagian awal doa ini adalah permohonan untuk diberikan kualitas-kualitas terbaik yang dimiliki oleh golongan-golongan mulia di sisi Allah.

"Aku memohon kepada-Mu taufik (pertolongan) orang-orang yang mendapatkan petunjuk (ahlil huda)..."

Permohonan ini adalah yang paling fundamental. Taufik adalah kesesuaian antara kehendak hamba dengan kehendak Allah, yang terwujud dalam kemudahan untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Kita memohon taufik yang sama seperti yang Allah berikan kepada ahlul huda, yaitu mereka yang hatinya senantiasa dibimbing oleh cahaya petunjuk-Nya. Ini adalah pengakuan bahwa hidayah dan kemampuan untuk istiqamah di atasnya murni berasal dari Allah.

"...dan amalan orang-orang yang memiliki keyakinan (ahlil yaqin)..."

Yaqin (keyakinan) adalah tingkat keimanan tertinggi, di mana tidak ada lagi keraguan sedikit pun di dalam hati terhadap janji dan ancaman Allah. Amalan yang lahir dari keyakinan ini memiliki kualitas yang luar biasa. Ia dilakukan dengan penuh kesadaran, keikhlasan, dan pengharapan, bukan sekadar rutinitas. Kita memohon agar amal ibadah kita, baik sholat, dzikir, maupun sedekah, memiliki kualitas yang sama dengan amalan orang-orang yang imannya telah mencapai puncak keyakinan.

"...dan ketulusan orang-orang yang bertaubat (ahlit taubah)..."

Munashahah berarti ketulusan, kemurnian, dan kejujuran. Taubat yang tulus (taubatan nasuha) adalah taubat yang murni karena penyesalan atas dosa dan keinginan untuk kembali kepada Allah, bukan karena motif duniawi. Kita memohon agar taubat kita adalah taubat yang sejati, seperti taubatnya para pendosa yang diterima oleh Allah, yang membersihkan jiwa mereka hingga kembali suci.

"...dan keteguhan hati orang-orang yang sabar (ahlis shabr)..."

'Azm (keteguhan hati) adalah kekuatan dan tekad yang kokoh. Sabar membutuhkan keteguhan yang luar biasa, baik sabar dalam menjalankan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan, maupun sabar dalam menghadapi musibah. Kita memohon kekuatan mental dan spiritual seperti yang dimiliki oleh ahlus shabr, para nabi dan orang-orang saleh yang mampu melewati ujian terberat sekalipun dengan hati yang teguh dan ridha.

"...dan keseriusan orang-orang yang takut kepada-Mu (ahlil khasy-yah)..."

Wajal atau Jidd dalam riwayat lain berarti kesungguhan atau keseriusan yang lahir dari rasa takut. Khasy-yah adalah rasa takut yang didasari oleh pengetahuan akan keagungan Allah. Semakin seseorang mengenal Allah, semakin besar rasa takutnya. Ini bukan rasa takut yang membuat lari, melainkan rasa takut yang mendorong untuk semakin mendekat dan taat. Kita memohon agar dianugerahi rasa takut yang produktif, yang membuat kita serius dalam beribadah dan menjauhi larangan-Nya.

"...dan permohonan orang-orang yang berharap (ahlir raghbah)..."

Raghbah adalah harapan yang besar dan antusias terhadap rahmat dan karunia Allah. Seorang mukmin harus menyeimbangkan antara khauf (takut) dan raja' (harap). Setelah memohon rasa takut, kita memohon semangat pengharapan yang sama besarnya. Kita ingin menjadi seperti orang-orang yang doanya penuh harap, yang yakin bahwa Allah Maha Pemurah dan Maha Mengabulkan doa, sehingga tidak pernah berputus asa dari rahmat-Nya.

"...dan ibadahnya orang-orang yang wara' (ahlil wara')..."

Wara' adalah sikap kehati-hatian tingkat tinggi dalam menjaga diri dari hal-hal yang syubhat (samar hukumnya antara halal dan haram). Orang yang wara' tidak hanya meninggalkan yang haram, tetapi juga yang meragukan demi menjaga kesucian agamanya. Kita memohon agar ibadah kita tidak hanya sah secara fikih, tetapi juga bersih dari segala unsur yang dapat menodainya, seperti ibadahnya orang-orang yang sangat menjaga kesucian diri mereka.

"...dan pengetahuan orang-orang yang berilmu ('irfana ahlil 'ilmi) sehingga aku menjadi takut kepada-Mu."

'Irfan atau ma'rifat adalah pengetahuan yang mendalam tentang Allah, yang melahirkan pengagungan dan rasa takut. Ayat Al-Qur'an menyatakan, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang-orang yang berilmu)" (QS. Fatir: 28). Permohonan ini adalah puncak dari bagian pertama, yaitu memohon ilmu yang bermanfaat, ilmu yang tidak hanya berhenti di akal tetapi meresap ke dalam hati dan membuahkan rasa takut (khasy-yah) kepada Allah SWT.

2. Permohonan Rasa Takut yang Produktif

Bagian kedua dari doa ini lebih spesifik, memfokuskan pada satu kualitas utama yang menjadi benteng dari segala kemaksiatan: rasa takut kepada Allah.

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu rasa takut yang dapat menghalangiku dari maksiat kepada-Mu..."

Ini adalah permohonan untuk sebuah mekanisme pertahanan diri spiritual. Kita meminta rasa takut yang berfungsi sebagai hijab atau penghalang yang kokoh antara diri kita dan perbuatan dosa. Ketika godaan maksiat datang, rasa takut inilah yang akan mengingatkan kita akan pengawasan Allah, azab-Nya, dan keagungan-Nya, sehingga kita mampu menahan diri.

"...sehingga aku dapat beramal dengan ketaatan kepada-Mu, amalan yang dengannya aku berhak mendapatkan ridha-Mu."

Tujuan dari rasa takut tersebut bukan untuk membuat kita pasif dan putus asa, melainkan untuk menjadi pendorong agar kita aktif beramal saleh. Ketaatan yang lahir dari rasa takut dan harap inilah yang paling berkualitas. Kita memohon agar amalan tersebut bukan hanya diterima, tetapi juga menjadi sebab kita layak mendapatkan anugerah tertinggi, yaitu ridha Allah. Ridha Allah adalah tujuan akhir setiap mukmin, lebih berharga dari surga dan segala kenikmatannya.

3. Permohonan Kualitas Taubat, Nasihat, dan Tawakal

Bagian terakhir dari doa ini menyempurnakan permohonan dengan meminta kualitas spiritual dalam hubungan kita dengan Allah.

"...dan sehingga aku tulus kepada-Mu dalam bertaubat karena rasa takut kepada-Mu..."

Di sini kita memohon agar motivasi taubat kita murni. Bukan karena malu kepada manusia atau takut kehilangan dunia, melainkan murni karena rasa takut (khauf) akan murka Allah. Taubat yang didasari khauf ini akan menghasilkan penyesalan yang mendalam dan tekad yang kuat untuk tidak mengulangi dosa.

"...dan sehingga aku mengikhlaskan nasihat untuk-Mu karena rasa cinta kepada-Mu..."

Kalimat "mengikhlaskan nasihat untuk-Mu" (ukhlisa lakan nashihah) bisa diartikan sebagai memurnikan ketaatan dan amal. Motivasi tertinggi dalam beribadah adalah rasa cinta (hubb) kepada Allah. Jika sebelumnya kita beramal karena takut akan azab-Nya, di sini kita memohon untuk dinaikkan ke tingkat yang lebih tinggi: beramal karena cinta kepada-Nya, karena rindu akan perjumpaan dengan-Nya, dan karena ingin membalas limpahan kasih sayang-Nya.

"...dan sehingga aku bertawakal kepada-Mu dalam segala urusan dan aku berbaik sangka kepada-Mu."

Ini adalah permohonan untuk memiliki dua pilar ketenangan jiwa: tawakal dan husnuzhan. Tawakal adalah menyandarkan segala urusan sepenuhnya kepada Allah setelah berusaha maksimal. Husnuzhan (berbaik sangka) adalah keyakinan bahwa apa pun ketetapan Allah, itulah yang terbaik bagi kita. Kita memohon agar dalam setiap liku kehidupan, hati kita senantiasa pasrah, percaya, dan berbaik sangka kepada kebijaksanaan dan kasih sayang Allah.

4. Penutup yang Mengagungkan

"Maha Suci Dzat Pencipta Cahaya (Subhaana khaaliqin nuur)."

Doa ini ditutup dengan kalimat tasbih yang agung. "Pencipta Cahaya" (Khaaliqin Nuur) adalah salah satu sifat Allah yang indah. Cahaya (nur) di sini bisa berarti cahaya fisik seperti matahari dan bintang, maupun cahaya maknawi seperti cahaya hidayah, cahaya iman, cahaya Al-Qur'an, dan cahaya ilmu. Dengan mengagungkan Allah sebagai Pencipta segala cahaya, kita seolah-olah mengembalikan semua permohonan kita kepada Sumbernya. Kita memohon sifat-sifat mulia yang semuanya adalah pantulan dari cahaya ilahi-Nya.

Tata Cara Lengkap Pelaksanaan Sholat Tasbih

Memahami doa setelah sholat tasbih tidak akan lengkap tanpa mengetahui cara melaksanakan sholatnya itu sendiri. Sholat ini terdiri dari empat rakaat, dapat dilakukan dengan satu kali salam (jika dikerjakan malam hari) atau dua kali salam (jika dikerjakan siang hari). Keunikannya terletak pada penambahan bacaan tasbih sebanyak 75 kali di setiap rakaatnya.

Bacaan tasbih yang dimaksud adalah:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

Subhaanallaahi wal hamdu lillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar.

"Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar."

Langkah-langkah Pelaksanaan Sholat Tasbih

Berikut adalah rincian penempatan 75 bacaan tasbih dalam satu rakaat:

Rakaat Pertama

  1. Niat: Mengucapkan niat dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah Tasbih empat rakaat karena Allah Ta'ala. Contoh lafaz niat: "Ushalli sunnatat tasbiihi rak'ataini (jika 2 rakaat) / arba'a raka'aatin (jika 4 rakaat) lillaahi ta'aalaa."
  2. Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan seraya mengucapkan "Allahu Akbar".
  3. Membaca Doa Iftitah dan Surat Al-Fatihah.
  4. Membaca Surat Pendek dari Al-Qur'an.
  5. Setelah selesai membaca surat pendek (sebelum ruku'), membaca tasbih di atas sebanyak 15 kali.
  6. Ruku': Setelah membaca doa ruku' yang biasa, membaca tasbih sebanyak 10 kali.
  7. I'tidal (bangun dari ruku'): Setelah membaca doa i'tidal yang biasa, membaca tasbih sebanyak 10 kali.
  8. Sujud Pertama: Setelah membaca doa sujud yang biasa, membaca tasbih sebanyak 10 kali.
  9. Duduk di Antara Dua Sujud: Setelah membaca doa duduk di antara dua sujud, membaca tasbih sebanyak 10 kali.
  10. Sujud Kedua: Setelah membaca doa sujud yang biasa, membaca tasbih sebanyak 10 kali.
  11. Duduk Istirahat (sebelum berdiri ke rakaat kedua): Setelah sujud kedua, duduk sejenak seperti duduk tasyahud awal, lalu membaca tasbih sebanyak 10 kali.

Total bacaan tasbih pada rakaat pertama adalah 15 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 75 kali. Setelah itu, berdiri untuk melanjutkan rakaat kedua.

Rakaat Kedua, Ketiga, dan Keempat

Langkah-langkah pada rakaat kedua, ketiga, dan keempat sama persis dengan rakaat pertama. Perbedaannya hanya pada duduk tasyahud.

Dengan demikian, total bacaan tasbih dalam empat rakaat adalah 75 kali/rakaat x 4 rakaat = 300 kali.

Keutamaan Luar Biasa Sholat Tasbih

Dasar pelaksanaan sholat tasbih bersumber dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, di mana Rasulullah SAW mengajarkan sholat ini kepada pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib. Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):

"Wahai Abbas, pamanku, maukah engkau aku beri? Maukah engkau aku anugerahi? Maukah engkau aku kasih? Maukah engkau aku ajari sepuluh hal yang jika engkau melakukannya, maka Allah akan mengampuni dosamu: yang awal dan yang akhir, yang lama dan yang baru, yang tidak sengaja dan yang sengaja, yang kecil dan yang besar, yang tersembunyi dan yang terang-terangan..."

Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan tata cara sholat tasbih seperti yang telah dijelaskan di atas. Beliau juga memberikan anjuran mengenai waktu pelaksanaannya:

"Jika engkau mampu mengerjakannya setiap hari, maka lakukanlah. Jika tidak, maka setiap hari Jumat. Jika tidak, maka setiap bulan sekali. Jika tidak, maka setiap tahun sekali. Dan jika tidak mampu juga, maka (minimal) sekali seumur hidup." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Hadits ini menunjukkan betapa besar fadhilah atau keutamaan sholat tasbih. Janji pengampunan dosa yang begitu komprehensif, mencakup segala jenis dan waktu dosa, menjadikannya sebuah amalan pembersih jiwa yang sangat istimewa. Meskipun sebagian ulama hadits memperdebatkan status keshahihan hadits ini, banyak ulama terkemuka seperti Imam Tirmidzi, Ibnu Hajar Al-Asqalani, dan Imam As-Suyuthi yang menganggapnya dapat diamalkan, terutama dalam konteks fadhailul a'mal (amalan-amalan yang memiliki keutamaan).

Waktu Terbaik Mengerjakan Sholat Tasbih

Berdasarkan anjuran dalam hadits, sholat tasbih dapat dikerjakan kapan saja, selama tidak pada waktu-waktu yang dilarang untuk sholat. Waktu yang dilarang tersebut antara lain:

Meskipun demikian, banyak ulama yang menganjurkan untuk melaksanakannya pada malam hari, terutama di sepertiga malam terakhir. Waktu sahur adalah waktu yang mustajab untuk berdoa dan bermunajat, sehingga mengerjakan sholat tasbih pada waktu ini akan menambah kekhusyukan dan potensi diterimanya doa. Jika tidak memungkinkan, mengerjakannya di siang hari seperti pada waktu dhuha juga merupakan pilihan yang sangat baik.

Kesimpulan: Sebuah Peluang Emas Meraih Ampunan

Sholat Tasbih beserta doa yang menyertainya adalah sebuah paket ibadah yang lengkap. Ia adalah manifestasi dari pengagungan (dzikir) dan permohonan (doa). Melalui 300 untaian tasbih, kita mengakui kesucian, kebesaran, dan keesaan Allah. Melalui doa setelahnya, kita mengakui kelemahan diri dan kebutuhan kita yang mutlak akan pertolongan, petunjuk, dan ampunan-Nya.

Doa setelah sholat tasbih mengajarkan kita untuk memiliki cita-cita spiritual yang tinggi. Kita tidak hanya meminta surga atau dihindarkan dari neraka, tetapi kita memohon untuk dianugerahi karakter dan kualitas para kekasih Allah: keyakinan yang kokoh, taubat yang tulus, kesabaran yang membaja, rasa takut yang produktif, serta cinta dan tawakal yang total kepada-Nya. Ini adalah doa untuk transformasi diri menjadi hamba yang lebih baik.

Mengerjakan sholat tasbih, meskipun hanya sesekali dalam seumur hidup, adalah sebuah kesempatan emas yang sayang untuk dilewatkan. Ia adalah sarana untuk membersihkan catatan amal dari dosa-dosa yang mungkin telah kita lupakan, dan untuk memulai lembaran baru yang lebih bersih di hadapan Allah SWT. Semoga kita dimampukan untuk mengamalkannya dan meresapi setiap makna dalam doanya. Aamiin.

🏠 Kembali ke Homepage