Doa Sesudah Sholat Witir: Panduan Lengkap Bacaan dan Penghayatan Makna
Sebuah representasi visual dari kekhusyukan berdoa di keheningan malam.
Sholat Witir memegang posisi yang sangat istimewa dalam rangkaian ibadah seorang Muslim. Ia adalah penutup, mahkota dari segala sholat sunnah yang dikerjakan pada malam hari. Pelaksanaannya yang berjumlah ganjil menjadi simbol keesaan Allah SWT. Namun, keistimewaan Witir tidak berhenti pada gerakan dan bacaan di dalam sholat itu sendiri. Momen setelah mengucapkan salam adalah waktu yang mustajab, sebuah kesempatan emas untuk memanjatkan munajat, dzikir, dan doa sesudah sholat witir.
Doa yang dipanjatkan setelah sholat Witir bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah pengakuan tulus akan keagungan Allah, permohonan ampunan, serta harapan akan rahmat dan perlindungan-Nya. Mengamalkan doa ini secara rutin adalah wujud kesempurnaan dalam menghidupkan malam, menyambungkan ibadah wajib dan sunnah dengan untaian dzikir yang menenangkan jiwa dan menguatkan iman.
Bacaan Utama Doa Sesudah Sholat Witir
Terdapat bacaan dzikir yang sangat dianjurkan dan secara konsisten diamalkan oleh Rasulullah SAW setelah menyelesaikan sholat Witir. Bacaan ini singkat, namun sarat dengan makna tauhid dan pengagungan yang luar biasa kepada Allah SWT.
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
Subhaanal malikil qudduus.
"Maha Suci Engkau, Raja Yang Maha Suci."
Dzikir ini dibaca sebanyak tiga kali. Pada bacaan yang ketiga, dianjurkan untuk memanjangkan dan mengeraskan suara sedikit, sebagai bentuk penekanan dan pengagungan yang lebih dalam. Setelah itu, dilanjutkan dengan bacaan berikut:
رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
Rabbil malaa-ikati warruuh.
"Tuhan para malaikat dan Ruh (Jibril)."
Menyelami Makna di Balik Bacaan Utama
Meskipun terlihat pendek, dua frasa ini mengandung lautan makna yang patut kita renungi untuk menambah kekhusyukan.
1. Makna "Subhaanal Malikil Qudduus"
Kalimat ini adalah bentuk tasbih, yaitu penyucian Allah dari segala bentuk kekurangan, kelemahan, dan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Mari kita bedah kata per kata:
- Subhaan (سُبْحَانَ): Berarti Maha Suci. Ini adalah deklarasi absolut bahwa Allah terbebas dari segala cela. Saat kita mengucapkan "Subhanallah", kita sedang menyatakan, "Ya Allah, Engkau jauh dari apa yang mereka sifatkan, Engkau sempurna tanpa sedikit pun aib." Ini adalah bentuk pengakuan atas kesempurnaan mutlak milik Allah.
- Al-Malik (الْمَلِكِ): Berarti Sang Raja atau Penguasa. Nama ini menegaskan bahwa Allah adalah pemilik dan penguasa absolut atas segala sesuatu di alam semesta. Kekuasaan-Nya tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Tidak ada raja di dunia yang kekuasaannya sebanding dengan kekuasaan-Nya. Dia mengatur, memerintah, dan memutuskan segala urusan tanpa butuh bantuan siapa pun.
- Al-Qudduus (الْقُدُّوسِ): Berarti Yang Maha Suci. Kata ini memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar 'suci'. Ia berarti suci dari segala bentuk kekurangan, baik di masa lalu, sekarang, maupun masa depan. Kesucian-Nya adalah kesucian yang paripurna. Dia suci dalam Dzat-Nya, Sifat-Nya, dan perbuatan-Nya. Tidak ada satu pun dari perbuatan-Nya yang mengandung kezaliman atau kesia-siaan.
Ketika kita menggabungkan ketiga kata ini, "Subhaanal Malikil Qudduus", kita sedang membuat sebuah pengakuan iman yang dahsyat. Kita mengakui bahwa Raja kita, Penguasa alam semesta, adalah Dzat yang Maha Sempurna dan Maha Suci. Ini adalah kontras yang indah: kita sebagai hamba yang penuh dengan dosa dan kekurangan, baru saja menyelesaikan ibadah di hadapan Raja Yang Maha Suci. Doa ini menjadi penutup yang sempurna, mengakui keagungan-Nya setelah kita berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.
2. Makna "Rabbil Malaa-ikati war Ruuh"
Setelah mengagungkan Allah dengan sifat-sifat-Nya, kita melanjutkan dengan menyebut ciptaan-Nya yang paling mulia:
- Rabb (رَبِّ): Berarti Tuhan, Pemelihara, Pencipta, dan Pengatur. Kata 'Rabb' mencakup makna penciptaan, kepemilikan, dan pengaturan. Dia bukan hanya menciptakan, tapi juga terus-menerus memelihara dan mengatur urusan seluruh makhluk-Nya.
- Al-Malaa-ikah (الْمَلَائِكَةِ): Berarti para malaikat. Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya, senantiasa taat, dan tidak pernah sekalipun durhaka kepada-Nya. Dengan menyebut "Tuhan para malaikat", kita mengakui bahwa bahkan makhluk yang paling taat dan suci sekalipun berada di bawah kekuasaan dan pemeliharaan Allah.
- Ar-Ruuh (الرُّوحِ): Menurut mayoritas ulama tafsir, yang dimaksud dengan 'Ar-Ruuh' di sini adalah Malaikat Jibril 'alaihissalam. Jibril disebut secara khusus setelah penyebutan umum para malaikat untuk menunjukkan kedudukannya yang sangat agung dan mulia. Dialah perantara wahyu antara Allah dan para nabi-Nya.
Dengan mengucapkan "Rabbil malaa-ikati warruuh", kita seolah-olah mengatakan, "Ya Allah, Engkau bukan hanya Tuhanku, manusia yang lemah ini. Engkau juga adalah Tuhan bagi makhluk-makhluk-Mu yang paling mulia dan paling taat, yaitu seluruh malaikat dan pemimpin mereka, Jibril." Pengakuan ini semakin menanamkan rasa rendah diri dan pengagungan yang mendalam di hati kita, menyadari betapa Agungnya Dzat yang sedang kita hadapi.
Doa Tambahan yang Dianjurkan Setelah Witir
Selain bacaan utama di atas, terdapat beberapa doa lain yang juga diajarkan dan dianjurkan untuk dibaca setelah sholat Witir. Doa-doa ini melengkapi munajat kita, berisi permohonan perlindungan, ampunan, dan berbagai kebaikan dunia dan akhirat.
Doa Memohon Perlindungan
Doa ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah SAW membacanya di akhir sholat Witir beliau. Doa ini berisi permohonan perlindungan yang sangat komprehensif.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Allahumma innii a'uudzu biridhooka min sakhotik, wa bimu'aafaatika min 'uquubatik, wa a'uudzu bika minka, laa uhshii tsanaa-an 'alaik, anta kamaa atsnaita 'alaa nafsik.
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari (azab)-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."
Penjabaran Makna Doa Perlindungan:
Doa ini adalah puncak dari adab seorang hamba kepada Tuhannya. Setiap kalimatnya mengandung kerendahan hati yang luar biasa.
- "Aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu": Ini adalah pengakuan bahwa satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita dari murka Allah adalah ridha-Nya. Kita tidak mengandalkan amal kita, tetapi kita memohon belas kasihan-Nya. Kita menjadikan sifat kasih sayang-Nya sebagai perisai dari sifat kemurkaan-Nya.
- "Dan dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu": Kita sadar bahwa dosa-dosa kita layak mendapatkan hukuman. Namun, kita tidak memohon untuk dibebaskan karena kita merasa pantas, melainkan kita berlindung di balik sifat pemaaf (Al-'Afuww) dan pengampun (Al-Ghafur) Allah.
- "Dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu": Kalimat ini adalah puncak tauhid dan kepasrahan. Artinya, tidak ada tempat berlari dari Allah kecuali kembali kepada-Nya. Jika Allah menimpakan sebuah takdir, tidak ada yang bisa menghalau takdir itu kecuali Allah sendiri. Ini adalah pengakuan total bahwa segala daya dan kekuatan hanya milik Allah.
- "Aku tidak mampu menghitung pujian untuk-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri": Ini adalah pengakuan atas keterbatasan kita sebagai manusia. Sebanyak apa pun kita memuji Allah, pujian kita tidak akan pernah bisa setara dengan keagungan-Nya yang sesungguhnya. Maka, kita kembalikan pujian itu kepada-Nya, dengan mengatakan bahwa pujian terbaik adalah pujian yang Allah berikan untuk diri-Nya sendiri di dalam Al-Qur'an dan melalui lisan Rasul-Nya.
Doa Komprehensif Memohon Kebaikan
Terdapat juga doa yang lebih panjang dan sering dibaca, terutama pada bulan Ramadhan setelah sholat Tarawih dan Witir berjamaah. Doa ini sangat lengkap, mencakup permohonan kebaikan iman, rezeki, kesehatan, hingga keselamatan di dunia dan akhirat.
اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ. اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Allahumma innaa nas'aluka iimaanan daa'iman, wa nas'aluka qalban khaasyi'an, wa nas'aluka 'ilman naafi'an, wa nas'aluka yaqiinan shaadiqan, wa nas'aluka 'amalan shaalihan, wa nas'aluka diinan qayyiman, wa nas'aluka khairan katsiiran, wa nas'alukal 'afwa wal 'aafiyah, wa nas'aluka tamaamal 'aafiyah, wa nas'alukasy syukra 'alal 'aafiyah, wa nas'alukal ghinaa 'anin naas. Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa qiyaamanaa wa takhasysyu'anaa wa tadharru'anaa wa ta'abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa Allah yaa arhamar raahimiin. Wa shallallaahu 'alaa khairi khalqihi sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihii ajma'iin, wal hamdulillaahi rabbil 'aalamiin.
"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang saleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak. Kami memohon kepada-Mu ampunan dan afiat. Kami memohon kepada-Mu kesempurnaan afiat. Kami memohon kepada-Mu syukur atas afiat itu, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari manusia. Ya Allah, Tuhan kami, terimalah dari kami sholat kami, puasa kami, sholat malam kami, kekhusyukan kami, kerendahan hati kami, ibadah kami, dan sempurnakanlah kekurangan kami, ya Allah, wahai Dzat Yang Paling Penyayang di antara para penyayang. Semoga rahmat Allah tercurah atas sebaik-baik makhluk-Nya, junjungan kami Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Memahami Permohonan dalam Doa Komprehensif:
Doa ini adalah sebuah daftar keinginan seorang hamba yang mencakup seluruh aspek kehidupannya, baik spiritual maupun material. Setiap permohonan memiliki urgensi dan keindahan tersendiri:
- Iman yang langgeng (إِيْمَانًا دَائِمًا): Ini adalah permohonan paling mendasar. Kita meminta agar iman kita tidak naik-turun, melainkan terus kokoh hingga akhir hayat.
- Hati yang khusyuk (قَلْبًا خَاشِعًا): Hati adalah pusat kendali. Hati yang khusyuk adalah hati yang tunduk, takut, dan penuh pengagungan kepada Allah, yang akan tercermin dalam setiap perbuatan.
- Ilmu yang bermanfaat (عِلْمًا نَافِعًا): Kita tidak hanya meminta ilmu, tetapi ilmu yang membawa manfaat, yaitu ilmu yang mendekatkan kita kepada Allah dan berguna bagi sesama.
- Keyakinan yang benar (يَقِيْنًا صَادِقًا): Keyakinan yang kokoh tanpa keraguan sedikit pun terhadap janji dan kuasa Allah.
- Amal yang saleh (عَمَلاً صَالِحًا): Permohonan agar kita diberi taufik untuk dapat menerjemahkan iman dan ilmu menjadi perbuatan nyata yang diterima di sisi-Nya.
- Agama yang lurus (دِيْنًا قَيِّمًا): Meminta bimbingan untuk senantiasa berada di atas jalan Islam yang lurus, sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah.
- Kebaikan yang banyak (خَيْرًا كَثِيْرًا): Sebuah permohonan yang cakupannya sangat luas, meliputi segala bentuk kebaikan di dunia dan akhirat.
- Ampunan dan Afiat (الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ): 'Afwu (ampunan) adalah penghapusan dosa, sedangkan 'Aafiyah (afiat) adalah keselamatan dari segala musibah, penyakit, dan keburukan, baik yang menimpa agama, dunia, maupun akhirat. Ini adalah salah satu permohonan terbaik yang bisa dipanjatkan seorang hamba.
- Kecukupan dari manusia (الْغِنَى عَنِ النَّاسِ): Ini bukan sekadar meminta kekayaan materi, tetapi lebih kepada kemuliaan jiwa. Meminta agar Allah mencukupi kebutuhan kita sehingga kita tidak perlu bergantung, meminta-minta, atau merendahkan diri di hadapan manusia lain. Ketergantungan kita hanyalah kepada Allah semata.
Bagian akhir dari doa ini adalah permohonan agar seluruh ibadah yang baru saja kita lakukan—sholat, puasa (jika di bulan Ramadhan), qiyamullail—diterima oleh Allah SWT. Kita juga mengakui segala kekurangan dalam ibadah kita dan memohon agar Allah menyempurnakannya dengan rahmat-Nya.
Adab dan Waktu Terbaik Membaca Doa
Untuk memaksimalkan potensi diterimanya doa, penting bagi kita untuk memperhatikan adab-adabnya. Doa sesudah sholat witir sebaiknya dibaca segera setelah selesai mengucapkan salam penutup sholat.
Beberapa adab yang perlu diperhatikan antara lain:
- Ikhlas: Niatkan doa semata-mata karena Allah, bukan untuk tujuan duniawi atau riya' (pamer).
- Menghadirkan Hati: Usahakan untuk fokus dan memahami makna dari setiap kalimat yang diucapkan. Jangan biarkan lisan bergerak tanpa diikuti oleh perenungan hati.
- Merendahkan Diri: Tanamkan perasaan butuh, hina, dan fakir di hadapan Allah Yang Maha Kaya dan Maha Agung.
- Keyakinan Penuh: Yakinlah seyakin-yakinnya bahwa Allah mendengar doa Anda dan akan mengabulkannya dengan cara yang terbaik menurut ilmu-Nya.
- Mengangkat Tangan: Mengangkat kedua tangan saat berdoa adalah salah satu adab yang dianjurkan dan menjadi sebab terkabulnya doa.
Momen setelah sholat Witir adalah waktu yang sangat berharga. Malam baru saja diisi dengan ibadah, hati sedang dalam kondisi lembut, dan pintu-pintu langit terbuka. Memanfaatkan waktu ini untuk berdzikir dan berdoa adalah sebuah kecerdasan spiritual. Ini adalah cara kita menyempurnakan ibadah malam kita, menutupnya dengan permohonan dan pengagungan yang tulus, seraya berharap agar seluruh amal kita diterima dan kita bangun di pagi hari dalam keadaan diampuni dan dirahmati oleh-Nya.
Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan amalan doa sesudah sholat witir. Jadikanlah ia sebagai kebiasaan yang tak terpisahkan dari sholat malam Anda. Hayati setiap katanya, resapi setiap maknanya, dan biarkan doa itu menjadi jembatan yang menghubungkan hati Anda langsung dengan Arsy-Nya. Karena pada akhirnya, doa adalah senjata orang beriman, inti dari ibadah, dan bukti paling nyata dari ketergantungan kita kepada Allah, Sang Raja Yang Maha Suci.