Memahami Doa Nurbuat yang Pendek
Sebuah cahaya spiritual yang terpancar dari untaian kata penuh makna.
Di tengah lautan doa dan zikir yang begitu luas dalam khazanah Islam, terdapat sebuah doa yang dikenal memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu Doa Nurbuat. Nama "Nurbuat" sendiri sering diartikan sebagai "Cahaya Kenabian" (Nur an-Nubuwwah), menandakan betapa luhur dan dalamnya makna yang terkandung di dalamnya. Doa ini menjadi pegangan spiritual bagi banyak umat Muslim, diyakini sebagai wasilah untuk memohon perlindungan, keberkahan, dan berbagai hajat kepada Allah SWT. Meskipun terdapat versi yang panjang, banyak ulama dan ahli hikmah yang mengajarkan versi pendeknya agar lebih mudah dihafal, diresapi, dan diamalkan secara rutin dalam kehidupan sehari-hari.
Fokus pada versi yang lebih ringkas ini bukanlah untuk mengurangi keutamaannya, melainkan untuk membuka pintu bagi lebih banyak orang agar dapat merasakan getaran spiritualnya. Dalam kesibukan dunia modern yang seringkali menyita waktu dan perhatian, sebuah amalan yang padat makna namun ringkas dalam lafal menjadi sebuah anugerah. Doa Nurbuat yang pendek merangkum esensi dari permohonan dan pengagungan kepada Sang Pencipta, menjadikannya sebuah permata yang mudah digenggam dan dibawa ke mana pun kita pergi, baik dalam ingatan maupun dalam hati.
Bacaan Doa Nurbuat Pendek: Arab, Latin, dan Terjemahan
Berikut adalah bacaan Doa Nurbuat dalam versi yang paling umum dan dianggap lebih pendek, disajikan dalam tiga format untuk kemudahan pembacaan, penghafalan, dan pemahaman.
اَللّٰهُمَّ ذِى السُّلْطَانِ الْعَظِيْمِ وَذِى الْمَنِّ الْقَدِيْمِ وَذِى الْوَجْهِ الْكَرِيْمِ وَوَلِيِّ الْكَلِمَاتِ التَّامَّاتِ وَالدَّعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَاتِ عَافِنِيْ مِنْ اَنْفُسِ الْجِنِّ وَاَعْيُنِ الْاِنْسِ
"Allahumma dzis sulthaanil 'adziim, wa dzil mannil qadiim, wa dzil wajhil kariim, wa waliyyil kalimaatit taammaati wad da'awaatil mustajabaati, 'aafinii min anfusil jinni wa a'yunil insi."
Artinya: "Ya Allah, Zat yang memiliki kekuasaan yang agung, yang memiliki anugerah yang terdahulu, yang memiliki wajah yang mulia, penguasa kalimat-kalimat yang sempurna, dan doa-doa yang mustajab, sembuhkanlah aku dari kejahatan jiwa-jiwa jin dan dari pandangan mata manusia."
Tafsir Mendalam Setiap Kalimat dalam Doa Nurbuat Pendek
Untuk benar-benar merasakan kekuatan sebuah doa, kita perlu menyelami makna yang terkandung di dalamnya. Setiap frasa dalam Doa Nurbuat adalah sebuah pengakuan atas keagungan Allah dan sebuah permohonan yang spesifik. Mari kita bedah setiap bagiannya.
1. اَللّٰهُمَّ ذِى السُّلْطَانِ الْعَظِيْمِ (Allahumma dzis sulthaanil 'adziim)
"Ya Allah, Zat yang memiliki kekuasaan yang agung."
Kalimat pembuka ini adalah sebuah deklarasi tauhid yang fundamental. Kita memulai doa dengan mengakui bahwa segala kekuasaan, otoritas, dan kedaulatan yang mutlak dan agung hanya milik Allah SWT. Kata "Sulthan" berarti kekuasaan, kekuatan, dan pengaruh. Sementara "al-'Adziim" berarti Maha Agung, yang keagungannya tidak dapat diukur atau dibandingkan dengan apa pun. Ini adalah pengingat bagi diri kita sendiri bahwa di hadapan kekuasaan Allah, segala kekuatan duniawi—baik itu kekuasaan raja, presiden, atau kekuatan alam sekalipun—menjadi tidak berarti.
Dengan mengucapkan frasa ini, kita menempatkan diri kita pada posisi yang seharusnya: sebagai hamba yang lemah di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa. Ini menumbuhkan rasa tawakal (berserah diri) yang mendalam. Ketika kita menghadapi masalah, tantangan, atau ancaman, kita diingatkan bahwa ada kekuatan yang jauh lebih besar yang mampu mengatasi segalanya. Pengakuan ini melunturkan kesombongan dan membuka hati untuk menerima pertolongan Ilahi. Ini adalah fondasi dari seluruh doa; kita memohon kepada Zat yang memiliki kemampuan tak terbatas untuk mengabulkan permohonan kita.
2. وَذِى الْمَنِّ الْقَدِيْمِ (Wa dzil mannil qadiim)
"Dan yang memiliki anugerah yang terdahulu."
Setelah mengakui kekuasaan-Nya, kita beralih mengakui kasih sayang-Nya yang tak berkesudahan. Kata "al-Mann" merujuk pada anugerah, karunia, dan kebaikan yang diberikan tanpa mengharap balasan. Ini adalah anugerah murni yang datang dari kemurahan Allah. Kata "al-Qadiim" berarti terdahulu, abadi, atau azali. Ini menegaskan bahwa anugerah Allah bukanlah sesuatu yang baru; ia telah ada bahkan sebelum kita diciptakan.
Coba kita renungkan: nikmat oksigen yang kita hirup, detak jantung yang tak pernah kita perintahkan, matahari yang terbit setiap pagi, dan hidayah iman yang tertanam di hati. Semua itu adalah bagian dari "al-mannil qadiim", anugerah-Nya yang telah ada sejak azali dan terus mengalir hingga kini. Mengakui hal ini menumbuhkan rasa syukur yang luar biasa. Kita berdoa bukan kepada Zat yang pelit, melainkan kepada Zat yang Maha Pemurah, yang anugerah-Nya telah melimpahi kita jauh sebelum kita mampu memintanya. Ini memberikan keyakinan bahwa permohonan kita saat ini pun akan didengar oleh sumber kebaikan yang sama.
3. وَذِى الْوَجْهِ الْكَرِيْمِ (Wa dzil wajhil kariim)
"Dan yang memiliki wajah yang mulia."
"Wajh" secara harfiah berarti wajah, namun dalam konteks sifat Allah, para ulama menafsirkannya sebagai Zat atau Diri Allah yang Maha Mulia, sesuai dengan keagungan-Nya. Ini adalah ungkapan yang menunjukkan kemuliaan, kehormatan, dan keindahan Zat Allah yang tak terbayangkan oleh akal manusia. Kata "al-Kariim" berarti Maha Mulia, Maha Pemurah, dan Maha Dermawan.
Dengan menyebut "Wajah yang Mulia", kita memohon dengan bertawasul (menjadikan perantara) pada sifat kemuliaan-Nya. Seolah-olah kita berkata, "Ya Allah, demi kemuliaan Zat-Mu, kabulkanlah doaku." Ini adalah bentuk penghormatan tertinggi. Kita tidak hanya meminta, tetapi kita memuji dan mengagungkan sumber dari segala permintaan. Frasa ini mengajarkan adab berdoa, yaitu memulainya dengan sanjungan kepada Allah sebelum menyampaikan hajat kita. Mengingat kemuliaan Allah juga membantu membersihkan hati dari niat-niat yang tidak baik dan memfokuskan permohonan kita pada hal-hal yang diridhai-Nya.
4. وَوَلِيِّ الْكَلِمَاتِ التَّامَّاتِ (Wa waliyyil kalimaatit taammaati)
"Dan penguasa kalimat-kalimat yang sempurna."
Frasa ini memiliki makna yang sangat dalam. "Waliyy" berarti pelindung, penguasa, atau pemilik. "Al-Kalimaat at-Taammaat" merujuk pada kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Apa yang dimaksud dengan kalimat-kalimat ini? Para ahli tafsir memberikan beberapa penafsiran:
- Al-Qur'an: Kitab suci Al-Qur'an adalah firman Allah yang sempurna, tidak ada kekurangan atau kebatilan di dalamnya. Ia adalah petunjuk, penyembuh, dan rahmat.
- Takdir dan Ketetapan Allah (Kun Fayakun): Perintah Allah "Jadilah!" maka terjadilah. Kalimat-Nya adalah hukum alam semesta yang tidak bisa ditolak atau dihalangi.
- Nama-nama dan Sifat-sifat Allah (Asmaul Husna): Setiap nama dan sifat-Nya adalah sempurna dan mengandung kekuatan yang luar biasa.
Dengan mengakui Allah sebagai "Penguasa Kalimat-kalimat yang Sempurna", kita berlindung dengan kekuatan firman-Nya. Kita meyakini bahwa tidak ada sihir, mantra, atau kekuatan jahat apa pun yang dapat menandingi kekuatan kalimat-kalimat Allah. Ini adalah dasar dari ruqyah syar'iyyah, di mana perlindungan dicari melalui ayat-ayat Al-Qur'an. Kita memohon agar dilindungi oleh kekuatan yang sama, kekuatan yang menciptakan langit dan bumi, yang mengatur takdir, dan yang tertuang dalam Al-Qur'an.
5. وَالدَّعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَاتِ (Wad da'awaatil mustajabaati)
"Dan (pemilik) doa-doa yang mustajab."
Ini adalah kelanjutan dari poin sebelumnya. Allah tidak hanya memiliki kalimat-kalimat yang sempurna, tetapi Dia juga adalah Zat yang mengabulkan doa. "Ad-Da'awaat" adalah bentuk jamak dari doa atau permohonan. "Al-Mustajabaat" berarti yang terkabul, yang dijawab, yang diijabah. Pengakuan ini adalah puncak dari harapan seorang hamba.
Setelah memuji kekuasaan, anugerah, kemuliaan, dan firman-Nya, kita kini menegaskan keyakinan kita bahwa Dia adalah Al-Mujiib, Zat Yang Maha Mengabulkan Doa. Ini membangkitkan optimisme dan menyingkirkan keraguan. Ketika kita berdoa, kita tidak sedang berbicara ke ruang hampa. Kita sedang berkomunikasi dengan Zat yang berjanji dalam Al-Qur'an, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu" (QS. Ghafir: 60). Frasa ini memperkuat iman kita bahwa setiap untaian doa yang tulus pasti akan sampai dan mendapat respons dari-Nya, meskipun cara dan waktu pengabulannya adalah menurut kebijaksanaan-Nya yang Maha Agung.
6. عَافِنِيْ مِنْ اَنْفُسِ الْجِنِّ وَاَعْيُنِ الْاِنْسِ ('Aafinii min anfusil jinni wa a'yunil insi)
"Sembuhkanlah/selamatkanlah aku dari kejahatan jiwa-jiwa jin dan dari pandangan mata manusia."
Inilah inti dari permohonan dalam Doa Nurbuat versi pendek. Setelah rentetan pujian dan pengakuan yang agung, kita sampai pada hajat utama: memohon perlindungan dari dua sumber keburukan yang seringkali tidak terlihat dan sulit dideteksi.
- Min anfusil jinni (Dari kejahatan jiwa-jiwa jin): Kita mengakui adanya makhluk gaib ciptaan Allah, yaitu jin. Di antara mereka ada yang saleh dan ada pula yang jahat (setan). Permohonan ini adalah untuk perlindungan dari segala bentuk gangguan mereka, baik itu berupa godaan, was-was, penyakit yang ditimbulkan oleh mereka, maupun sihir dan santet yang menggunakan mereka sebagai perantara.
- Wa a'yunil insi (Dan dari pandangan mata manusia): Ini merujuk pada 'ain, yaitu penyakit atau musibah yang timbul akibat pandangan mata yang penuh dengan rasa dengki, iri, atau takjub yang berlebihan tanpa diiringi zikir kepada Allah. Konsep 'ain ini diakui dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam hadis. Pandangan mata yang hasad bisa membawa pengaruh buruk pada objek yang dipandang, baik itu manusia, hewan, atau harta benda.
Kata "'Aafinii" memiliki makna yang luas, mencakup penyembuhan dari penyakit yang sudah ada (kuratif) dan perlindungan agar terhindar dari penyakit tersebut (preventif). Jadi, doa ini adalah perisai lengkap. Kita memohon kepada Zat yang memiliki kekuasaan agung dan kalimat yang sempurna untuk melindungi kita dari marabahaya yang tampak maupun yang tidak tampak, yang datang dari dunia gaib maupun dari dunia nyata. Ini menunjukkan kesadaran penuh seorang hamba akan kelemahannya dan ketergantungannya yang total kepada Allah untuk keselamatan di dunia dan akhirat.
Keutamaan dan Manfaat Mengamalkan Doa Nurbuat
Meskipun dasar utama dari setiap amalan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, Doa Nurbuat secara khusus dipercaya oleh banyak orang memiliki berbagai fadhilah atau keutamaan. Keyakinan ini lahir dari makna-makna agung yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah beberapa keutamaan yang sering dikaitkan dengan pengamalan doa ini secara istiqamah:
1. Perlindungan Diri dari Segala Keburukan
Ini adalah manfaat yang paling eksplisit termaktub dalam doa itu sendiri. Dengan memohon perlindungan dari "jiwa-jiwa jin" dan "pandangan mata manusia", doa ini berfungsi sebagai benteng spiritual. Orang yang mengamalkannya dengan penuh keyakinan akan merasa lebih tenang dan aman dari gangguan gaib, sihir, santet, dan penyakit 'ain. Doa ini seolah-olah menciptakan aura pelindung di sekitar pengamalnya, atas izin Allah.
2. Sarana Penyembuhan (Syifa)
Kata "'Aafinii" yang berarti "sembuhkanlah" atau "selamatkanlah" menjadikan doa ini sebagai salah satu doa untuk memohon kesembuhan. Ia bisa dibacakan untuk diri sendiri yang sedang sakit atau dibacakan kepada orang lain dengan niat memohonkan kesembuhan bagi mereka. Keyakinan bahwa Allah adalah "Waliyyil kalimaatit taammaati" (Penguasa kalimat yang sempurna) memperkuat harapan bahwa firman-Nya memiliki kekuatan penyembuhan yang luar biasa.
3. Menumbuhkan Rasa Tawakal dan Keberanian
Dengan mengawali doa melalui pengakuan akan kekuasaan agung Allah ("dzis sulthaanil 'adziim"), seorang hamba secara otomatis merendahkan dirinya dan melepaskan ketergantungan pada selain Allah. Ini adalah latihan spiritual untuk menumbuhkan tawakal. Ketika hati telah sepenuhnya bersandar pada Yang Maha Kuasa, rasa takut terhadap makhluk, ancaman, dan ketidakpastian dunia akan berkurang. Ini melahirkan keberanian yang bersumber dari iman, bukan dari kesombongan diri.
4. Dicintai dan Dihormati oleh Makhluk
Beberapa riwayat hikmah menyebutkan bahwa orang yang rutin mengamalkan Doa Nurbuat akan diberikan kewibawaan dan dicintai oleh sesama makhluk. Hal ini bisa dipahami secara logis. Doa ini menyebut "dzil wajhil kariim" (pemilik wajah yang mulia). Dengan sering menyebut sifat kemuliaan Allah, seorang hamba seolah-olah memohon agar percikan kemuliaan itu terpancar pada dirinya dalam bentuk akhlak yang baik, tutur kata yang santun, dan aura yang menyenangkan, sehingga ia dihormati dan disukai oleh orang-orang di sekitarnya.
5. Membuka Pintu Rezeki dan Keberkahan
Saat seseorang merasa aman, tenang, dan terlindungi, ia akan lebih fokus dan produktif dalam berusaha. Doa Nurbuat, dengan menghilangkan rasa was-was dan ketakutan dari gangguan eksternal, membantu seseorang untuk bekerja dan berikhtiar dengan lebih optimal. Selain itu, pengakuan terhadap Allah sebagai "dzil mannil qadiim" (pemilik anugerah yang terdahulu) membuka kesadaran bahwa sumber rezeki adalah Allah. Keyakinan ini akan menarik lebih banyak keberkahan dalam setiap usaha yang dilakukan.
Waktu dan Cara Terbaik Mengamalkan Doa Nurbuat
Sebuah doa akan lebih bermakna dan berpotensi lebih besar untuk diijabah jika diamalkan dengan adab dan pada waktu-waktu yang mustajab. Meskipun Doa Nurbuat dapat dibaca kapan saja, ada beberapa panduan yang bisa diikuti untuk memaksimalkan manfaat spiritualnya:
Waktu-Waktu Utama:
- Setelah Shalat Fardhu: Menjadikan Doa Nurbuat sebagai bagian dari wirid harian setelah shalat lima waktu adalah cara terbaik untuk menjaga konsistensi (istiqamah).
- Pagi dan Petang: Membacanya di pagi hari sebagai permohonan perlindungan untuk aktivitas seharian, dan di petang hari sebagai benteng untuk malam hari. Ini sejalan dengan amalan zikir pagi dan petang.
- Ketika Merasa Takut atau Cemas: Saat hati dilanda kegelisahan, ketakutan, atau merasa ada ancaman, segeralah membaca doa ini untuk menenangkan hati dan memohon perlindungan instan.
- Sebelum Memulai Pekerjaan Penting: Untuk memohon kelancaran dan perlindungan dari hal-hal yang bisa menghalangi kesuksesan, seperti rasa iri dari rekan kerja.
Adab dalam Mengamalkan:
- Niat yang Tulus: Luruskan niat bahwa doa ini diamalkan semata-mata untuk beribadah, mengagungkan Allah, dan memohon pertolongan-Nya, bukan untuk tujuan yang menyimpang.
- Dalam Keadaan Suci: Usahakan untuk berwudhu terlebih dahulu sebelum berdoa, karena kesucian fisik membantu mencapai kesucian batin.
- Menghadap Kiblat: Jika memungkinkan, berdoalah sambil menghadap kiblat sebagai bentuk kepasrahan total kepada Allah.
- Penuh Keyakinan (Yakin): Berdoalah dengan keyakinan penuh bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Hilangkan segala keraguan dari dalam hati.
- Memahami Makna: Jangan hanya melafalkan di lisan, tetapi hadirkan hati dan resapi setiap makna dari kalimat yang diucapkan. Inilah kunci kekhusyukan.
- Konsisten (Istiqamah): Mengamalkan secara rutin, meskipun sedikit, lebih baik daripada banyak tetapi hanya sesekali. Konsistensi menunjukkan kesungguhan seorang hamba.
Kesimpulan: Cahaya Pelindung dalam Genggaman
Doa Nurbuat yang pendek adalah sebuah harta karun spiritual yang ringkas namun sangat padat makna. Ia bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah pernyataan iman yang komprehensif. Dimulai dengan pengagungan terhadap kekuasaan, anugerah, dan kemuliaan Allah, dilanjutkan dengan pengakuan atas kekuatan firman-Nya, dan diakhiri dengan permohonan perlindungan yang spesifik dari bahaya dunia nyata dan gaib.
Menjadikan doa ini sebagai bagian dari amalan harian adalah seperti menyalakan sebuah lentera di dalam hati. Lenteranya adalah iman, dan cahayanya adalah perlindungan serta ketenangan yang dipancarkan dari keyakinan penuh kepada Allah SWT. Di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan berbagai potensi keburukan, baik yang terlihat maupun tersembunyi, Doa Nurbuat hadir sebagai perisai, penenang, dan sumber kekuatan yang tak akan pernah lekang oleh waktu. Amalkan dengan istiqamah, resapi maknanya, dan biarkan cahayanya menerangi setiap langkah dalam kehidupan Anda.