Panduan Lengkap Doa Iftitah Sholat Dhuha
Memulai hari dengan sholat dhuha adalah gerbang keberkahan.
Sholat Dhuha adalah salah satu sholat sunnah yang memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Ia dikenal sebagai sholatnya orang-orang yang kembali kepada Allah (awwabin), sebuah amalan pembuka pintu rezeki, dan penghapus dosa. Saat kita berdiri untuk melaksanakan sholat yang mulia ini, momen pertama setelah takbiratul ihram adalah saat yang sangat berharga. Momen itu diisi dengan doa iftitah, sebuah untaian doa pembuka yang menjadi gerbang komunikasi kita dengan Sang Pencipta. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan doa iftitah sholat dhuha, mulai dari bacaannya, makna mendalam di baliknya, hingga keutamaan sholat dhuha itu sendiri.
Memahami Hakikat Doa Iftitah
Doa iftitah, secara harfiah berarti "doa pembuka". Ia dibaca setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca ta'awudz serta surat Al-Fatihah pada rakaat pertama. Fungsinya adalah sebagai pengantar, sebuah prolog agung yang mengkondisikan hati dan pikiran kita untuk sepenuhnya khusyuk dalam sholat. Dengan membaca doa iftitah, seorang hamba seolah-olah mengetuk pintu rahmat Allah, memuji-Nya dengan pujian yang paling agung, dan menyatakan penyerahan diri secara total sebelum memulai dialog inti melalui Al-Fatihah.
Doa ini merupakan sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Meskipun meninggalkannya tidak membatalkan sholat, membacanya akan menyempurnakan sholat kita dan menambah pundi-pundi pahala. Doa iftitah mengandung esensi tauhid, pengagungan, penyucian, dan pengakuan atas kelemahan diri di hadapan kebesaran Allah SWT. Ia adalah fondasi yang kita bangun di awal sholat, yang akan menopang kekhusyukan kita hingga salam.
Apakah Ada Doa Iftitah Khusus untuk Sholat Dhuha?
Ini adalah pertanyaan yang sering muncul. Penting untuk dipahami bahwa tidak ada doa iftitah yang dikhususkan hanya untuk sholat dhuha. Doa iftitah yang dibaca dalam sholat dhuha adalah doa iftitah yang sama dengan yang dibaca pada sholat fardhu (kecuali sholat jenazah yang tidak memiliki iftitah) dan sholat sunnah lainnya seperti tahajud, rawatib, dan lain-lain. Rasulullah SAW mengajarkan beberapa versi doa iftitah, dan kita dapat memilih salah satu di antaranya untuk diamalkan secara konsisten atau bergantian untuk menghayati makna yang berbeda-beda.
Kekhususan sholat dhuha terletak pada waktu pelaksanaannya, niatnya, serta doa khusus yang dibaca setelah selesai sholat, bukan pada doa iftitahnya. Oleh karena itu, seorang muslim memiliki keleluasaan untuk membaca variasi doa iftitah yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW saat melaksanakan sholat dhuha. Mari kita bedah beberapa bacaan doa iftitah yang paling populer dan kaya akan makna.
Ragam Bacaan Doa Iftitah dan Makna Mendalamnya
Berikut adalah beberapa versi doa iftitah yang shahih dari Rasulullah SAW, yang bisa kita baca saat memulai sholat dhuha. Memahami maknanya akan menambah kekhusyukan dan kedekatan kita kepada Allah.
1. Doa Iftitah Versi "Allahu Akbar Kabira"
Ini adalah salah satu doa iftitah yang paling umum diamalkan di Indonesia. Doa ini diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, yang menceritakan bahwa ketika mereka sholat bersama Nabi SAW, seorang pria membaca doa ini, dan Nabi SAW memujinya dengan mengatakan bahwa pintu-pintu langit dibukakan untuknya. (HR. Muslim).
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Allaahu akbar kabiirow, walhamdu lillaahi katsiirow, wa subhaanalloohi bukrotaw wa'ashiilaa.
Artinya: "Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang."
Tadabbur Makna:
- Allaahu akbar kabiirow (Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya): Kalimat ini bukan sekadar pengulangan dari takbiratul ihram. Ini adalah penegasan yang mendalam. Kata "kabiiraa" memberikan penekanan bahwa kebesaran Allah tidak terbatas, tidak terukur, dan melampaui segala sesuatu yang bisa dibayangkan oleh akal manusia. Saat mengucapkannya, kita menyingkirkan segala hal selain Allah dari pikiran kita. Masalah dunia, kekhawatiran, dan kebanggaan diri menjadi kecil dan tidak berarti di hadapan kebesaran-Nya.
- Walhamdu lillaahi katsiirow (Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak): Setelah mengakui kebesaran Allah, kita langsung memuji-Nya. Pujian ini tidak terhingga ("katsiiraa"). Kita memuji-Nya atas segala nikmat yang tak terhitung, dari napas yang kita hirup, kesehatan, hingga kesempatan untuk bisa berdiri sholat di waktu dhuha. Ini adalah ungkapan rasa syukur yang meluap-luap dari seorang hamba.
- Wa subhaanalloohi bukrotaw wa'ashiilaa (Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang): "Subhanallah" adalah tasbih, penyucian Allah dari segala sifat kekurangan, kelemahan, atau keserupaan dengan makhluk-Nya. Dengan menyebutkan "bukratan wa ashiilaa" (pagi dan petang), kita mengakui bahwa penyucian ini berlaku sepanjang waktu, tanpa henti. Ini sangat relevan dengan sholat dhuha yang dilaksanakan di waktu pagi, seolah kita bergabung dengan seluruh alam semesta yang bertasbih kepada-Nya di awal hari.
2. Doa Iftitah Versi "Wajjahtu Wajhiya"
Doa ini juga sangat populer dan memiliki kandungan makna tauhid yang sangat kuat. Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW membaca doa ini ketika memulai sholat.
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ.
Wajjahtu wajhiya lilladzii fathoros samaawaati wal ardho haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin. Inna sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil 'aalamiin. Laa syariika lahuu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.
Artinya: "Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus (hanif) dan berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)."
Tadabbur Makna:
- Wajjahtu wajhiya... (Aku hadapkan wajahku...): Ini adalah deklarasi totalitas. Wajah adalah bagian tubuh yang paling mulia dan menjadi representasi diri. Menghadapkan wajah berarti menghadapkan seluruh eksistensi, jiwa, dan raga, hanya kepada Allah, Sang Pencipta langit dan bumi.
- Haniifam muslimaa... (Dengan lurus dan berserah diri...): "Hanif" berarti lurus, condong dari kesesatan menuju kebenaran. Ini adalah ikrar untuk mengikuti ajaran tauhid murni, ajaran Nabi Ibrahim 'alaihissalam. "Muslim" adalah penegasan status sebagai orang yang tunduk dan patuh sepenuhnya kepada kehendak Allah. Kalimat "wa maa ana minal musyrikiin" (dan aku bukanlah orang musyrik) adalah penafian tegas terhadap segala bentuk syirik, baik yang besar maupun yang kecil.
- Inna sholaatii... (Sesungguhnya sholatku...): Bagian ini adalah puncak dari penyerahan diri, sebuah kutipan dari Al-Qur'an (QS. Al-An'am: 162-163). Kita menyatakan bahwa bukan hanya sholat ini saja, tetapi seluruh ibadah kita (nusuk), seluruh hidup kita (mahyaaya), bahkan cara kita mati (mamaatii), semuanya dipersembahkan hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada tujuan lain, tidak ada sesembahan lain. Ini adalah manifesto seorang hamba.
- Laa syariika lahuu... (Tiada sekutu bagi-Nya...): Penegasan ulang akan kemurnian tauhid. Dan diakhiri dengan "wa ana minal muslimiin" (dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri), sebuah pengakuan rendah hati atas identitas kita di hadapan Allah.
3. Doa Iftitah Versi "Subhanakallahumma"
Doa ini lebih singkat namun padat makna. Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri, Aisyah, dan sahabat lainnya bahwa Nabi SAW biasa memulai sholat dengan doa ini.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
Subhaanakallohumma wa bihamdika, wa tabaarokasmuka, wa ta'aalaa jadduka, wa laa ilaaha ghoiruk.
Artinya: "Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Maha Berkah nama-Mu, Maha Tinggi keagungan-Mu, dan tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau."
Tadabbur Makna:
- Subhaanakallohumma wa bihamdika (Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu): Menggabungkan tasbih (penyucian) dan tahmid (pujian). Kita menyucikan Allah dari segala kekurangan, dan pada saat yang sama mengakui bahwa segala pujian sempurna hanya milik-Nya. Kedua hal ini tidak terpisahkan.
- Wa tabaarokasmuka (Maha Berkah nama-Mu): "Tabaraka" berasal dari kata barakah, yang berarti kebaikan yang banyak dan langgeng. Menyebut nama Allah saja sudah mendatangkan keberkahan. Ini mengajarkan kita untuk mengagungkan nama-nama-Nya.
- Wa ta'aalaa jadduka (Maha Tinggi keagungan-Mu): "Jadduka" berarti keagungan, kemuliaan, dan kekayaan-Mu. Keagungan Allah adalah yang paling tinggi, melampaui segala keagungan raja atau penguasa di dunia.
- Wa laa ilaaha ghoiruk (Dan tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau): Ini adalah kalimat tauhid, inti dari ajaran Islam. Setelah semua pujian dan pengagungan, kita menutupnya dengan ikrar paling fundamental bahwa hanya Allah satu-satunya yang layak disembah.
Memilih salah satu dari doa-doa ini untuk dibaca dalam sholat dhuha akan memberikan warna spiritual yang berbeda. Cobalah untuk menghafal ketiganya dan membacanya secara bergantian agar hati kita senantiasa segar dalam merasakan keagungan Allah di setiap awal sholat.
Mengenal Sholat Dhuha Lebih Dalam
Setelah memahami doa iftitah yang bisa kita lantunkan, mari kita segarkan kembali ingatan kita tentang keagungan sholat dhuha itu sendiri. Memahami keutamaannya akan menjadi motivasi terbesar untuk menjaganya setiap hari.
Keutamaan Luar Biasa Sholat Dhuha
- Sebagai Sedekah bagi Seluruh Sendi Tubuh: Rasulullah SAW bersabda, "Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, dan melarang kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu dapat digantikan dengan dua rakaat sholat dhuha." (HR. Muslim). Bayangkan, dengan dua rakaat, kita telah menunaikan kewajiban sedekah untuk sekitar 360 sendi di tubuh kita.
- Kunci Pintu Rezeki: Sholat dhuha sangat erat kaitannya dengan rezeki. Dalam hadits qudsi, Allah SWT berfirman, "Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu." (HR. Ahmad). "Dicukupkan" di sini bisa berarti rezeki materi, ketenangan hati, kemudahan urusan, dan penjagaan dari segala keburukan.
- Penghapus Dosa: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menjaga sholat dhuha, maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan." (HR. Tirmidzi). Ini adalah kesempatan emas untuk membersihkan diri di awal hari.
- Dibangunkan Rumah di Surga: "Barangsiapa mengerjakan sholat dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah istana di surga." (HR. Tirmidzi). Ini adalah janji kemewahan abadi bagi mereka yang istiqamah.
- Disebut sebagai Awwabin (Orang yang Taat): "Tidaklah menjaga sholat dhuha kecuali orang yang kembali (bertaubat) kepada Allah (awwab)." (HR. Hakim). Melaksanakan dhuha adalah ciri orang-orang yang senantiasa mengingat dan kembali kepada Rabb-nya.
Waktu Pelaksanaan Sholat Dhuha
Waktu sholat dhuha dimulai sejak matahari terbit setinggi tombak (sekitar 15-20 menit setelah waktu syuruq/terbit) dan berakhir sesaat sebelum waktu istiwa' (ketika matahari tepat di atas kepala, menjelang waktu zuhur). Waktu terbaik untuk melaksanakannya adalah di akhir waktu, yaitu ketika matahari sudah terasa panas menyengat, karena ini adalah waktu sholatnya para awwabin.
Jumlah Rakaat Sholat Dhuha
Sholat dhuha bisa dilaksanakan minimal 2 rakaat. Tidak ada batasan maksimal yang pasti, namun yang paling umum diamalkan adalah hingga 8 rakaat, dan ada juga riwayat hingga 12 rakaat. Sholat ini dilakukan dengan salam pada setiap dua rakaat.
Tata Cara Pelaksanaan Sholat Dhuha
Secara umum, tata cara sholat dhuha sama seperti sholat sunnah lainnya. Berikut adalah urutannya secara ringkas:
- Niat: Berniat di dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah Ta'ala. Lafaz niat yang biasa diucapkan adalah:
Usholli sunnatadh dhuhaa rok'ataini lillaahi ta'aalaa. - Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan sejajar telinga atau bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar".
- Membaca Doa Iftitah: Pilih salah satu versi doa iftitah yang telah dibahas di atas dan bacalah dengan khusyuk. Inilah momen di mana kita mengaplikasikan pengetahuan tentang doa iftitah sholat dhuha.
- Membaca Surat Al-Fatihah: Membaca Al-Fatihah dengan tartil dan penghayatan.
- Membaca Surat Pendek: Dianjurkan untuk membaca surat Ad-Dhuha pada rakaat pertama dan surat Asy-Syams pada rakaat kedua. Namun, boleh juga membaca surat lain yang dihafal.
- Ruku': Ruku' dengan tuma'ninah sambil membaca doa ruku'.
- I'tidal: Bangkit dari ruku' dengan tuma'ninah sambil membaca doa i'tidal.
- Sujud: Sujud dengan tuma'ninah sambil membaca doa sujud.
- Duduk di Antara Dua Sujud: Duduk dengan tuma'ninah sambil membaca doanya.
- Sujud Kedua: Melakukan sujud kedua dengan tuma'ninah.
- Bangkit ke Rakaat Kedua: Berdiri untuk rakaat kedua dan melakukan gerakan yang sama mulai dari membaca Al-Fatihah hingga sujud kedua.
- Tasyahud Akhir: Duduk tasyahud akhir dan membaca doanya hingga selesai.
- Salam: Menutup sholat dengan mengucap salam ke kanan dan ke kiri.
Jika ingin melaksanakan lebih dari dua rakaat (misalnya 4, 6, atau 8), ulangi langkah-langkah di atas untuk setiap dua rakaatnya.
Doa Penutup Setelah Sholat Dhuha
Setelah menyelesaikan sholat dhuha, ada sebuah doa yang sangat dianjurkan untuk dibaca. Doa ini mengandung pengakuan total atas kekuasaan Allah dan permohonan rezeki yang penuh berkah.
اللَّهُمَّ إِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاؤُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاؤُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ، آتِنِي مَا آتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ.
Allahumma innad-duhaa'a duhaa'uka, wal bahaa'a bahaa'uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal 'ismata 'ismatuka. Allahumma in kaana rizqii fis-samaa'i fa anzilhu, wa in kaana fil ardhi fa akhrijhu, wa in kaana mu'assiran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu, wa in kaana ba'iidan fa qarribhu, bi haqqi duhaa'ika wa bahaa'ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa aataita 'ibaadakash-shalihin.
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, dan penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar maka mudahkanlah, apabila haram maka sucikanlah, apabila jauh maka dekatkanlah, dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih."
Doa ini adalah bentuk pengakuan bahwa semua sumber kebaikan berasal dari Allah. Kita bertawassul (menjadikan perantara) dengan sifat-sifat-Nya yang agung untuk memohon kelancaran rezeki. Ini mengajarkan kita untuk selalu bergantung hanya kepada-Nya, bukan kepada usaha kita semata.
Kesimpulan: Gerbang Pembuka Komunikasi dan Keberkahan
Sholat dhuha adalah ibadah yang lengkap. Ia dimulai dengan sebuah "ketukan" penuh adab melalui doa iftitah, yang berisi sanjungan dan pengagungan tertinggi kepada Allah. Memahami bahwa doa iftitah untuk sholat dhuha sama dengan sholat lainnya memberi kita keleluasaan untuk menghayati berbagai versi doa agung yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Setiap kalimat dalam doa iftitah, entah itu "Allahu Akbar Kabira", "Wajjahtu Wajhiya", atau "Subhanakallahumma", adalah kunci pembuka gerbang kekhusyukan. Dilanjutkan dengan rangkaian sholat yang penuh keutamaan dan ditutup dengan doa permohonan rezeki yang menyentuh, sholat dhuha menjadi paket ibadah komplit untuk memulai hari. Ia bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah investasi spiritual yang hasilnya akan kita tuai dalam bentuk ketenangan jiwa, kemudahan urusan, keberkahan rezeki, dan ampunan dosa. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk senantiasa istiqamah dalam mendirikan sholat dhuha dan menghayati setiap bacaannya. Aamiin.