Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, banyak jiwa yang mencari ketenangan, solusi atas permasalahan, dan jalan keluar dari kesempitan. Salah satu amalan yang kembali populer dan menjadi pegangan banyak orang adalah sholawat. Secara khusus, amalan Sholawat Ujang Bustomi menjadi perbincangan hangat, dikenal sebagai wasilah atau perantara untuk membuka pintu-pintu kebaikan, terutama rezeki dan perlindungan diri. Ini bukan tentang sholawat baru yang diciptakan, melainkan tentang penekanan dan pemasyarakatan sholawat-sholawat agung yang diajarkan oleh para ulama terdahulu, yang kembali digemakan dengan semangat baru.
Sholawat pada hakikatnya adalah doa, pujian, dan permohonan rahmat kepada Allah SWT untuk dilimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Perintah untuk bersholawat datang langsung dari Allah SWT dalam Al-Qur'an, menunjukkan betapa mulianya amalan ini. Ketika seorang hamba bersholawat, ia tidak hanya sedang memuliakan Nabinya, tetapi juga sedang mengetuk pintu rahmat Allah yang seluas-luasnya. Semangat inilah yang digaungkan dalam setiap dakwah yang menekankan pentingnya Sholawat Ujang Bustomi, mengajak umat untuk kembali kepada amalan yang sederhana namun memiliki dampak luar biasa dalam kehidupan spiritual dan duniawi.
Istilah "Sholawat Ujang Bustomi" merujuk pada beberapa jenis sholawat yang sering diijazahkan atau dipopulerkan oleh Kang Ujang Bustomi, seorang praktisi spiritual yang dikenal luas melalui media sosial. Beliau menekankan pentingnya bersholawat dengan istiqomah sebagai benteng ghaib dan kunci pembuka berbagai kesulitan. Dua di antara sholawat yang paling identik dengan ajarannya adalah Sholawat Jibril dan Sholawat Adrikni. Keduanya memiliki fadhilah atau keutamaan yang dahsyat, dan ketika diamalkan dengan keyakinan penuh, dapat memberikan perubahan signifikan bagi pengamalnya.
Fenomena ini menunjukkan kerinduan umat pada amalan yang praktis, mudah diucapkan, namun memiliki sandaran yang kuat. Di tengah kompleksitas masalah hidup—mulai dari kesulitan ekonomi, masalah keluarga, hingga gangguan non-fisik—sholawat hadir sebagai oase yang menyejukkan. Ia menjadi pengingat bahwa sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, pertolongan Allah jauh lebih besar. Dan jalan tercepat untuk menggapai pertolongan tersebut adalah melalui pintu kecintaan kepada Rasulullah SAW, yang diekspresikan lewat untaian sholawat.
Sholawat Jibril adalah salah satu sholawat yang paling sering diasosiasikan dengan amalan Sholawat Ujang Bustomi. Bacaannya yang sangat singkat membuatnya mudah dihafal dan diamalkan kapan saja dan di mana saja. Meskipun pendek, kekuatan spiritual yang terkandung di dalamnya sangat luar biasa. Dinamakan Sholawat Jibril karena konon sholawat inilah yang diajarkan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Adam AS sebagai mahar untuk mempersunting Siti Hawa.
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد
"Shallallahu ‘ala Muhammad"
"Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada (Nabi) Muhammad."
Betapa indahnya kalimat ini. Sebuah pengakuan, doa, dan harapan yang terangkum dalam beberapa kata. Kalimat ini ringan di lisan, namun berat di timbangan amal. Mengamalkannya secara rutin diyakini menjadi magnet penarik rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Keutamaan mengamalkan Sholawat Jibril, sebagaimana yang sering ditekankan dalam ajaran Sholawat Ujang Bustomi, sangatlah luas. Berikut adalah penjabaran mendalam mengenai beberapa fadhilah utamanya:
Tidak ada aturan yang kaku dalam mengamalkan Sholawat Jibril. Ia bisa dibaca kapan saja, di mana saja, dan dalam kondisi apa saja (selama di tempat yang pantas). Namun, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, para ulama dan praktisi spiritual sering memberikan panduan sebagai berikut:
Selain Sholawat Jibril, amalan Sholawat Ujang Bustomi juga sangat identik dengan Sholawat Adrikni. Sholawat ini memiliki energi spiritual yang disebut-sebut sangat kuat untuk pertolongan darurat. Kata "Adrikni" sendiri berarti "tolonglah aku" atau "gapailah aku". Sholawat ini diajarkan oleh Rasulullah SAW sendiri melalui mimpi kepada seorang mufti Syam bernama Syaikh Hamid Affandi Al-Imadi.
Dalam mimpi tersebut, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membaca sholawat ini, maka ia telah memanggilku, dan aku akan datang menolongnya pada saat itu juga." Karena kekuatan inilah, Sholawat Adrikni sering disebut sebagai sholawat "hajat darurat" atau "pertolongan kilat" bagi mereka yang sedang berada dalam puncak kesulitan.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ حِيْلَتِيْ أَدْرِكْنِيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ
"Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammadin qod dhoqot hiilatii adriknii yaa Rasulallah."
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, sungguh telah sempit dayaku, maka tolonglah aku, wahai Rasulullah."
Kalimat dalam sholawat ini mengandung kepasrahan total seorang hamba. Ia mengakui kelemahannya ("sungguh telah sempit dayaku") dan memohon pertolongan langsung melalui wasilah Rasulullah SAW ("tolonglah aku, wahai Rasulullah"). Ini adalah bentuk tawasul yang diajarkan, memohon kepada Allah dengan perantara kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
Sholawat Adrikni adalah senjata spiritual bagi mereka yang merasa jalannya sudah buntu. Keutamaannya terfokus pada pertolongan dan jalan keluar dari masalah yang mendesak.
Karena sifatnya yang lebih spesifik, ada beberapa panduan dalam mengamalkan Sholawat Adrikni untuk mendapatkan fadhilahnya secara maksimal:
Baik Sholawat Jibril maupun Sholawat Adrikni, atau sholawat lainnya, kuncinya terletak pada satu kata: istiqomah. Istiqomah berarti konsisten, terus-menerus, dan tidak putus asa dalam beramal. Sebuah amalan kecil yang dilakukan secara istiqomah jauh lebih dicintai Allah daripada amalan besar yang hanya dilakukan sesekali. Inilah ruh dari ajaran Sholawat Ujang Bustomi, yaitu menjadikan sholawat sebagai nafas kehidupan, bukan sekadar amalan musiman.
Mengapa istiqomah begitu penting? Pertama, istiqomah menunjukkan kesungguhan dan ketulusan seorang hamba. Ia tidak beramal karena mengharap hasil instan, tetapi karena cinta dan ketaatan. Kedua, istiqomah akan menumbuhkan "malakah" atau kebiasaan spiritual. Seperti air yang menetes terus-menerus di atas batu, lambat laun batu itu akan berlubang. Begitu pula sholawat yang diucapkan terus-menerus, ia akan menembus hijab-hijab spiritual, membersihkan hati, dan membuka saluran koneksi yang kuat dengan Allah dan Rasul-Nya.
Jangan pernah meremehkan jumlah sholawat yang sedikit jika dilakukan setiap hari. Membaca 100 kali sholawat setiap hari berarti 3000 kali dalam sebulan dan 36.000 kali dalam setahun. Bayangkan berapa banyak rahmat, ampunan, dan keberkahan yang terkumpul dari amalan yang terlihat sepele ini. Oleh karena itu, mulailah dari jumlah yang sanggup untuk diistiqomahkan, lalu tingkatkan secara bertahap. Konsistensi adalah jembatan yang akan mengantarkan kita pada keajaiban sholawat.
Pada akhirnya, pesan utama dari gerakan Sholawat Ujang Bustomi adalah mengajak kita untuk tidak hanya mengamalkan sholawat sebagai ritual, tetapi menjadikannya sebagai gaya hidup. Basahi lisan kita dengan sholawat di setiap kesempatan: saat terjebak macet, saat menunggu antrian, saat memasak, saat bekerja. Jadikan sholawat sebagai musik latar dalam setiap aktivitas kita.
Dengan cara ini, kita tidak akan pernah merasa sendiri. Kita akan selalu merasa terhubung dengan sumber kekuatan yang tak terbatas. Masalah mungkin akan tetap datang silih berganti sebagai ujian, tetapi dengan sholawat, kita memiliki senjata untuk menghadapinya. Kesulitan ekonomi akan terasa lebih ringan, penyakit akan lebih mudah dijalani, dan hati akan selalu dipenuhi dengan optimisme dan cahaya harapan.
Mari kita hidupkan kembali sunnah bersholawat ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulailah hari dengan sholawat, jalani aktivitas dengan sholawat, dan tutup malam dengan sholawat. Insya Allah, dengan wasilah kemuliaan Baginda Nabi Muhammad SAW, kehidupan kita akan dipenuhi dengan keberkahan, kemudahan, dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amalan yang sederhana ini adalah kunci emas untuk membuka semua pintu kebaikan yang kita dambakan.