Daftar 114 Surah Al-Qur'an

Penjelasan Komprehensif Mengenai Makna, Tema, dan Klasifikasi Setiap Surah

Pengantar Memahami Struktur Al-Qur'an

Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, terdiri dari 114 bagian yang disebut surah. Setiap surah memiliki nama, jumlah ayat, dan konteks pewahyuan yang unik. Pemahaman terhadap struktur ini adalah kunci untuk menyelami kedalaman pesan ilahi yang terkandung di dalamnya.

Secara umum, surah-surah diklasifikasikan menjadi dua kategori utama berdasarkan tempat pewahyuannya:

Daftar 114 surah berikut disajikan secara berurutan sesuai mushaf standar, dilengkapi dengan ringkasan tematik untuk memberikan gambaran yang mendalam tentang isi utama Al-Qur'an dari awal hingga akhir.

Surah-Surah Awal (Thematik Fundamental)

1. Al-Fātiḥah (Pembukaan)

الفاتحة 7 Ayat | Makkiyah

Surah ini berfungsi sebagai pembuka dan fondasi seluruh Al-Qur'an. Ia dikenal sebagai Ummul Kitab (Induk Kitab) atau As-Sab'ul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang). Inti ajarannya adalah pujian kepada Allah, pengakuan terhadap kekuasaan-Nya di hari pembalasan, janji ibadah hanya kepada-Nya, dan permohonan agar dibimbing ke jalan yang lurus. Surah ini diwajibkan dibaca dalam setiap rakaat salat, menekankan pentingnya tauhid, tawakkal, dan istighfar (memohon ampunan) dalam kehidupan sehari-hari.

2. Al-Baqarah (Sapi Betina)

البقرة 286 Ayat | Madaniyah

Al-Baqarah adalah surah terpanjang dalam Al-Qur'an dan merupakan inti dari ajaran Madaniyah. Surah ini menetapkan dasar-dasar syariat Islam, termasuk hukum pernikahan, perceraian, warisan, puasa (Shaum), haji, zakat, dan larangan riba. Ayat-ayat awalnya mengelompokkan manusia menjadi tiga: orang beriman, kafir, dan munafik. Bagian penting lainnya adalah kisah Nabi Adam AS, Bani Israil (terutama kisah sapi betina yang memberi nama surah ini), dan perintah untuk beralih kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah di Mekah. Di dalamnya juga terdapat Ayat Kursi (ayat 255), yang merupakan ayat teragung, menekankan keesaan dan kekuasaan mutlak Allah.

Diskusi yang sangat mendalam diberikan mengenai pembentukan komunitas Muslim yang ideal (Ummah). Ini mencakup penekanan pada keadilan sosial, pengelolaan harta, dan pentingnya kesabaran dalam menghadapi cobaan. Akhir surah ini diakhiri dengan doa yang terkenal, memohon keringanan beban dan pertolongan Allah (Ayat 285-286).

3. Āli 'Imrān (Keluarga 'Imrān)

آل عمران 200 Ayat | Madaniyah

Surah ini berfokus pada tema keesaan Allah dan kritik terhadap keyakinan Trinitas Kristen, serta perdebatan mengenai kenabian Isa (Yesus). Bagian kunci surah ini adalah kisah keluarga 'Imrān (ayah Maryam/Maria), kisah kelahiran dan kehidupan Nabi Yahya (Yohanes), serta penegasan bahwa semua nabi membawa ajaran yang sama. Ayat-ayatnya juga membahas persiapan perang, terutama setelah kekalahan Muslim dalam Perang Uhud, menekankan pentingnya keteguhan, persatuan, dan menghindari perpecahan. Ayat 190-200 mendorong refleksi mendalam (Ulul Albab) terhadap ciptaan alam semesta sebagai bukti kekuasaan Allah.

4. An-Nisā’ (Wanita)

النساء 176 Ayat | Madaniyah

An-Nisā’ adalah sumber utama hukum keluarga dan sosial dalam Islam. Fokus utama adalah hak-hak wanita, anak yatim, dan masalah warisan (faraidh). Surah ini menetapkan aturan mengenai pernikahan, poligami (dengan syarat keadilan yang ketat), larangan perbuatan keji, dan perlindungan terhadap harta anak yatim. Selain itu, surah ini juga membahas masalah hipokrisi (kemunafikan), penegasan keadilan dalam kesaksian, dan hukum-hukum yang berkaitan dengan perang dan perdamaian, serta hubungan dengan Ahli Kitab. Ketentuan mengenai jihad dan salat saat bepergian (qasar) juga diuraikan secara rinci.

Penekanan berulang-ulang diberikan pada keadilan mutlak—bahwa umat Islam harus menegakkan keadilan bahkan jika itu merugikan diri sendiri atau kerabat dekat. Surah ini mengatur secara detail pembagian warisan yang sangat spesifik, menunjukkan perhatian Islam terhadap hak ekonomi individu dalam struktur keluarga.

5. Al-Mā’idah (Hidangan)

المآئدة 120 Ayat | Madaniyah

Surah ini diturunkan pada akhir masa kenabian dan sering dianggap sebagai salah satu surah terakhir yang mengatur hukum. Tema sentralnya adalah penyempurnaan hukum Islam, keharusan menepati janji, dan penetapan berbagai batasan halal dan haram, termasuk makanan (binatang buruan, sembelihan, arak). Hukum pidana seperti hukuman pencurian dan perzinahan (sebagian) ditetapkan di sini. Surah ini juga membahas secara mendalam sejarah Bani Israil, penyelewengan mereka, serta hubungan dengan kaum Nasrani dan Yahudi, mengkritik mereka yang menolak kenabian Muhammad. Ayat 3 berisi pernyataan penting tentang kesempurnaan agama Islam. Puncak tematik surah ini adalah mukjizat Nabi Isa yang menurunkan hidangan dari langit, sebagai permintaan para pengikutnya.

Surah-Surah Makkiyah Panjang: Penegasan Tauhid dan Kisah Para Rasul

6. Al-An‘ām (Binatang Ternak)

الأنعام 165 Ayat | Makkiyah

Seluruh surah ini diturunkan di Mekah, menekankan debat dan argumentasi melawan politeisme (syirik) kaum Quraisy. Fokus utama adalah tauhid, menolak penyembahan berhala, bintang, dan benda-benda alam. Surah ini menggunakan logika dan alam semesta sebagai bukti kekuasaan Allah yang tunggal. Disebutkan juga kisah Nabi Ibrahim AS yang mencari kebenaran, menolak matahari dan bulan, hingga akhirnya menyadari hanya Allah-lah Pencipta. Bagian akhir menetapkan 10 perintah moral utama yang harus diikuti umat Islam, yang berfungsi sebagai kode etik dasar, termasuk larangan membunuh anak, berbuat zina, dan mengurangi timbangan.

7. Al-A‘rāf (Tempat Tertinggi)

الأعراف 206 Ayat | Makkiyah

Al-A‘rāf adalah surah yang kaya akan kisah-kisah nabi dan rasul terdahulu. Nama surah ini merujuk pada "tempat tertinggi" antara Surga dan Neraka, tempat orang-orang yang timbangan kebaikan dan keburukannya sama akan menunggu keputusan. Surah ini merangkai kisah Nabi Adam dan Iblis (sebagai pelajaran tentang kesombongan), Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Saleh, Nabi Luth, dan terutama Nabi Musa AS dan Firaun. Tujuannya adalah menghibur Nabi Muhammad dan memperingatkan kaum Quraisy tentang konsekuensi menolak kebenaran. Penekanan kuat diberikan pada pertanggungjawaban individu dan pentingnya mengikuti rasul yang diutus.

8. Al-Anfāl (Rampasan Perang)

الأنفال 75 Ayat | Madaniyah

Diturunkan setelah Perang Badar, surah ini membahas hukum dan etika perang (jihad). Konten utamanya berkisar pada pembagian harta rampasan perang (Anfal), yang dikhususkan bagi Allah dan Rasul-Nya. Surah ini mengajarkan pentingnya ketaatan kepada Allah dan Rasul, serta persatuan dalam barisan kaum Muslimin. Ini juga memberikan analisis mendalam tentang strategi Badar, menegaskan bahwa kemenangan adalah pertolongan dari Allah, bukan semata kekuatan militer. Surah ini menetapkan prinsip-prinsip diplomasi dan perlakuan terhadap tawanan perang.

9. At-Taubah (Pengampunan) / Al-Barā’ah (Peletakan Tanggung Jawab)

التوبة 129 Ayat | Madaniyah

At-Taubah adalah satu-satunya surah yang tidak diawali dengan Basmalah (dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang). Ini karena surah ini dimulai dengan pernyataan keras pemutusan perjanjian dengan kaum musyrikin yang telah melanggar janji damai. Tema utamanya adalah kewajiban membersihkan masyarakat dari kemunafikan dan politeisme. Bagian ini membahas secara rinci Perang Tabuk, kritik terhadap orang-orang munafik yang menolak ikut serta dalam jihad, dan penetapan hukuman bagi mereka. Surah ini juga menggarisbawahi pentingnya membayar zakat dan menegaskan bahwa masjid harus didirikan atas dasar takwa (ketaatan).

Surah ini juga mengandung konsep tiga orang yang 'ditinggalkan' (tidak diajak bicara) karena kemalasannya ikut perang, yang kemudian diampuni setelah penyesalan mendalam, menunjukkan kasih sayang Allah bagi mereka yang bertaubat dengan sungguh-sungguh.

10. Yūnus (Nabi Yunus)

يونس 109 Ayat | Makkiyah

Yūnus berfokus pada kritik terhadap keraguan kaum kafir Mekah terhadap kenabian Muhammad dan kebenaran Al-Qur'an. Surah ini menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta yang mengatur alam semesta dan bahwa kebangkitan adalah pasti. Kisah Nabi Nuh dan banjir besar, serta kisah Musa dan Firaun, disajikan sebagai peringatan. Puncak surah ini adalah kisah Nabi Yunus AS, yang kaumnya bertobat secara kolektif setelah melihat tanda-tanda azab, sebuah pengecualian unik dalam sejarah para nabi. Surah ini menguatkan Nabi Muhammad agar bersabar dalam menghadapi penolakan.

11. Hūd (Nabi Hud)

هود 123 Ayat | Makkiyah

Surah Hūd mengulangi dan memperdalam tema yang ada di Surah Yunus, yaitu penolakan kaum-kaum terdahulu terhadap nabi mereka dan azab yang menimpa. Ini berfungsi sebagai pelajaran sejarah yang keras. Surah ini mencakup kisah Nabi Nuh (dengan detail lebih lanjut tentang pembuatan bahtera), Nabi Hud (kepada kaum 'Ad), Nabi Saleh (kepada kaum Tsamud), Nabi Luth (Sodom dan Gomora), dan Nabi Syu'aib (kepada penduduk Madyan). Kesimpulan utama surah ini adalah bahwa azab Allah akan datang bagi mereka yang berbuat zalim, dan Nabi Muhammad harus beristiqamah (teguh pendirian) bersama dengan orang-orang yang bertaubat.

12. Yūsuf (Nabi Yusuf)

يوسف 111 Ayat | Makkiyah

Surah Yūsuf unik karena hampir seluruh isinya menceritakan satu kisah secara kronologis dan detail: kisah Nabi Yusuf AS (putra Nabi Ya’qub/Ishak). Kisah ini disebut sebagai Aḥsan al-Qaṣaṣ (Kisah Terbaik). Cerita ini mengajarkan tentang kesabaran, ujian kenabian, iri hati saudara, fitnah, kekuasaan Allah dalam mengubah takdir, dan pentingnya memaafkan. Melalui kisah Yusuf, Allah memberikan penghiburan kepada Nabi Muhammad yang saat itu menghadapi kesulitan besar dari kaumnya di Mekah, menunjukkan bahwa akhir dari kesulitan adalah kemenangan dan penegasan janji ilahi.

Surah-Surah Tengah: Bukti Kebenaran, Kehidupan Akhirat, dan Kewajiban

13. Ar-Ra‘d (Guruh)

الرعد 43 Ayat | Madaniyah (Menurut Sebagian Ulama, Gabungan)

Surah ini menegaskan kekuatan dan keesaan Allah melalui fenomena alam, seperti guruh, kilat, dan air hujan (yang memberi kehidupan pada bumi yang mati). Inti dari Ar-Ra’d adalah penegasan kebenaran kenabian dan kepastian Hari Kebangkitan. Surah ini membandingkan orang yang beriman (yang jiwanya tenang seperti air yang mengalir) dengan orang kafir (yang jiwanya kosong). Penekanan diberikan pada konsep takdir (ketetapan) dan perubahan nasib suatu kaum, yang tidak akan terjadi kecuali mereka mengubah diri mereka sendiri (ayat 11).

14. Ibrāhīm (Nabi Ibrahim)

ابراهيم 52 Ayat | Makkiyah

Surah ini fokus pada peran para nabi sebagai pembawa cahaya (petunjuk) dan pentingnya bahasa dalam menyampaikan risalah. Ditekankan bahwa Allah mengutus rasul dengan bahasa kaumnya agar mudah dipahami. Kisah Nabi Ibrahim menjadi pusat, terutama doanya untuk Mekah dan anak cucunya (Ismail dan Ishak), dan permohonannya agar Mekah menjadi tempat yang aman dan sentral bagi ibadah tauhid. Surah ini memperingatkan orang-orang yang memilih kekafiran sebagai ganti keimanan, membandingkan amal mereka seperti abu yang tertiup angin kencang.

15. Al-Ḥijr (Al-Hijr/Kota Batu)

الحجر 99 Ayat | Makkiyah

Al-Ḥijr menanggapi ejekan kaum musyrikin terhadap Nabi Muhammad dan Al-Qur'an. Ini menegaskan bahwa Allah sendiri yang memelihara kemurnian Al-Qur'an. Surah ini menceritakan kembali kisah penciptaan Adam dan pembangkangan Iblis (yang berjanji untuk menyesatkan manusia), dan kisah kaum Luth. Nama surah ini diambil dari kisah kaum Tsamud yang hidup di daerah Hijr (Madain Saleh), yang dihancurkan karena menolak Nabi Saleh. Surah ini ditutup dengan nasihat kesabaran dan perintah untuk beribadah hingga ajal menjemput.

16. An-Naḥl (Lebah)

النحل 128 Ayat | Makkiyah

Surah An-Naḥl dijuluki sebagai "Surah Nikmat" karena mendaftarkan begitu banyak karunia dan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta (air hujan, tumbuhan, hewan ternak, bulan, bintang, dan gunung-gunung). Lebah disebutkan sebagai contoh makhluk kecil yang diilhami Allah untuk menghasilkan madu yang menyembuhkan. Surah ini menggunakan bukti-bukti ini untuk membantah penyembahan berhala. Bagian akhir surah ini membahas keindahan kesabaran dan memberikan nasihat hikmah kepada Nabi Muhammad, serta kisah Nabi Ibrahim sebagai teladan murni tauhid.

17. Al-Isrā’ (Perjalanan Malam) / Banī Isrā’īl (Bani Israil)

الإسراء 111 Ayat | Makkiyah

Surah ini dibuka dengan mukjizat Isra’ Mi’raj (perjalanan Nabi Muhammad dari Mekah ke Yerusalem, dan kemudian ke langit). Konten utama surah ini adalah serangkaian perintah moral dan etika sosial yang universal, sering disebut "Sepuluh Perintah" versi Islam (walaupun jumlahnya lebih dari sepuluh). Ini termasuk larangan syirik, kewajiban berbakti kepada orang tua, larangan membunuh anak, larangan mendekati zina, dan larangan bersikap sombong. Bagian akhir surah secara keras mengkritik Bani Israil karena kerusakan yang mereka timbulkan di muka bumi dan menekankan kebenaran Al-Qur'an.

18. Al-Kahf (Gua)

الكهف 110 Ayat | Makkiyah

Surah ini sangat penting, sering dianjurkan dibaca setiap hari Jumat. Al-Kahf berisi empat kisah utama yang menjadi perlindungan dari empat jenis fitnah (ujian) dalam hidup: fitnah agama (Ashabul Kahfi/Penghuni Gua), fitnah harta (Kisah dua pemilik kebun), fitnah ilmu (Kisah Nabi Musa dan Khidhir), dan fitnah kekuasaan (Kisah Dzulqarnain). Inti dari keempat kisah ini adalah kesabaran, tawakal, kerendahan hati, dan pengakuan bahwa semua kekuasaan dan ilmu adalah milik Allah semata.

19. Maryam (Maryam/Maria)

مريم 98 Ayat | Makkiyah

Surah yang sangat puitis ini dibuka dengan kisah Nabi Zakariya yang memohon anak di usia tua, dan kelahiran Nabi Yahya. Bagian sentralnya adalah kisah Maryam, ibu Nabi Isa, dan kelahiran Isa AS secara mukjizat, memurnikan Maryam dari tuduhan fitnah. Tujuannya adalah untuk membantah klaim bahwa Isa adalah putra Allah, dengan menekankan bahwa Allah mampu menciptakan tanpa ayah atau ibu. Surah ini juga mencakup kisah Nabi Ibrahim dan ayahnya yang penyembah berhala, serta kisah Nabi Musa dan Nabi Idris, semuanya menekankan pentingnya tauhid.

20. Ṭā Hā (Tā Hā)

طه 135 Ayat | Makkiyah

Dimulai dengan huruf-huruf misterius (Muqatta’at), surah ini berfungsi untuk meyakinkan Nabi Muhammad bahwa Al-Qur'an diturunkan bukan untuk menyusahkannya, melainkan sebagai peringatan bagi orang-orang yang takut kepada Allah. Sebagian besar surah didedikasikan untuk kisah Nabi Musa AS secara rinci, mulai dari penugasannya di Lembah Thuwa, perjalanannya ke Firaun, mukjizat tongkat, hingga kisah penyembahan patung anak sapi (samiri) setelah Bani Israil diselamatkan. Kisah ini berakhir dengan peringatan tentang Hari Kiamat dan azab yang menanti orang yang menolak petunjuk.

Surah-Surah Argumentatif dan Hukum Tambahan

21. Al-Anbiyā’ (Para Nabi)

الأنبياء 112 Ayat | Makkiyah

Fokus utama Al-Anbiyā’ adalah membuktikan bahwa semua nabi dan rasul terdahulu memiliki misi yang sama, yaitu tauhid. Surah ini menampilkan ringkasan cepat dari sekitar 16 kisah nabi (termasuk Ibrahim, Luth, Nuh, Ayyub, Yunus, Musa, Isa), menunjukkan bagaimana mereka diolok-olok, namun Allah selalu menyelamatkan mereka. Surah ini juga membahas dekatnya Hari Kiamat dan menegaskan bahwa Nabi Muhammad diutus sebagai rahmat (kasih sayang) bagi seluruh alam.

22. Al-Ḥajj (Haji)

الحج 78 Ayat | Madaniyah/Makkiyah (Surah Gabungan)

Salah satu surah dengan campuran Makkiyah dan Madaniyah yang paling jelas. Ayat-ayat awalnya memberikan gambaran yang menakutkan tentang goncangan Hari Kiamat. Bagian Madaniyah membahas hukum dan ritual ibadah Haji (Thawaf, Sa’i, sembelihan), dan ini adalah surah pertama yang secara eksplisit mengizinkan kaum Muslimin untuk berperang (jihad), karena mereka dizalimi. Surah ini menguatkan bahwa Allah akan membela orang-orang beriman dan menjelaskan pentingnya Ka'bah sebagai pusat ibadah.

23. Al-Mu’minūn (Orang-Orang Mukmin)

المؤمنون 118 Ayat | Makkiyah

Surah ini dibuka dengan karakteristik esensial dari orang-orang mukmin yang berhasil (yang akan mewarisi Firdaus), seperti khusyu’ dalam salat, menghindari perkataan sia-sia, menunaikan zakat, menjaga kesucian diri, dan menepati janji. Sisa surah ini memberikan bukti-bukti kenabian dan kebangkitan melalui kisah-kisah penciptaan manusia (embriologi) dan kisah para nabi terdahulu (Nuh, Musa). Tujuannya adalah menanamkan optimisme spiritual pada saat-saat penindasan di Mekah.

24. An-Nūr (Cahaya)

النور 64 Ayat | Madaniyah

Surah An-Nūr adalah inti dari hukum sosial dan etika dalam Islam Madinah. Fokus utamanya adalah menjaga kehormatan dan kesucian masyarakat. Ini menetapkan hukum rajam bagi pelaku zina (jilid), hukum qadzf (tuduhan zina tanpa bukti) dan mekanisme li’an (sumpah suami istri dalam kasus tuduhan). Ayat-ayat penting lainnya mengatur hijab (pakaian wanita), adab meminta izin masuk rumah, dan larangan menyebarkan fitnah (terutama setelah insiden fitnah terhadap istri Nabi, Aisyah). Nama surah ini diambil dari "Ayat Cahaya" (ayat 35), yang menggambarkan hakikat Allah sebagai Cahaya langit dan bumi.

25. Al-Furqān (Pembeda)

الفرقان 77 Ayat | Makkiyah

Al-Furqān adalah nama lain Al-Qur'an, yang berarti pembeda antara yang hak dan yang batil. Surah ini memberikan jawaban tajam terhadap keraguan kaum kafir mengenai Nabi Muhammad (mengapa ia makan dan berjalan di pasar) dan keraguan mereka terhadap Al-Qur'an (mengapa tidak diturunkan sekaligus). Bagian kedua surah ini memberikan deskripsi mendetail tentang "Ibādurrahman" (Hamba-hamba Yang Maha Pengasih), yaitu sifat-sifat mulia yang harus dimiliki oleh orang beriman, seperti berjalan dengan rendah hati, sabar, dan berdoa meminta keturunan yang menenangkan hati.

26. Asy-Syu‘arā’ (Para Penyair)

الشعرآء 227 Ayat | Makkiyah

Mengapa Surah ini dinamakan "Para Penyair"? Karena di akhir surah, Al-Qur'an membedakan dirinya dari karya sastra penyair, yang sering mengikuti hawa nafsu dan tidak berpegang pada kebenaran yang konsisten. Surah ini menekankan kebenaran risalah Muhammad. Isinya mengulang kisah-kisah para nabi—Musa, Ibrahim, Nuh, Hud, Saleh, Luth, dan Syu’aib—sebagai demonstrasi pola sejarah: rasul datang, kaumnya menolak, dan kaum tersebut dihancurkan. Pengulangan ini (dengan menggunakan kalimat tanya "Apakah kamu tidak bertakwa?") berfungsi sebagai alat retorika yang kuat.

27. An-Naml (Semut)

النمل 93 Ayat | Makkiyah

An-Naml berpusat pada kekuasaan Allah yang tiada banding dan pengetahuan-Nya yang sempurna. Surah ini terkenal dengan kisah Nabi Sulaiman (Salomo), yang memiliki kekuasaan atas jin, manusia, dan binatang (termasuk percakapan dengan semut dan hud-hud). Kisah yang sangat rinci adalah perjalanan Ratu Balqis dari Saba, yang akhirnya mengakui tauhid setelah melihat mukjizat Sulaiman. Kontras antara kerajaan Sulaiman yang megah dan kekuasaan absolut Allah digunakan untuk membuktikan kenabian Muhammad dan kepastian Hari Kiamat.

28. Al-Qaṣaṣ (Kisah-Kisah)

القصص 88 Ayat | Makkiyah

Surah ini berfokus pada kisah Nabi Musa secara lebih rinci dibandingkan surah-surah lain. Mulai dari masa kecilnya yang diselamatkan dari Firaun, masa dewasanya di Madyan, hingga penugasannya sebagai nabi. Tujuannya adalah menghibur Nabi Muhammad dan umat Islam awal, bahwa Allah akan menolong mereka dari penindasan di Mekah sebagaimana Dia menolong Musa dari Firaun. Surah ini diakhiri dengan kisah Qarun, seorang kaya yang sombong dan tamak, yang ditenggelamkan ke bumi bersama hartanya, sebagai peringatan tentang bahaya harta yang melalaikan.

29. Al-‘Ankabūt (Laba-Laba)

العنكبوت 69 Ayat | Makkiyah

Tema sentralnya adalah ujian dan cobaan (fitnah) yang harus dihadapi oleh orang beriman, serta pentingnya keteguhan dalam menghadapi penderitaan. Surah ini menegaskan bahwa iman harus diuji. Disebutkan juga kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Luth, dan Syu'aib sebagai contoh. Nama "Laba-Laba" merujuk pada kelemahan berhala yang disembah; perlindungan yang dicari oleh orang-orang kafir sama rapuhnya dengan rumah laba-laba. Surah ini juga menganjurkan diskusi terbaik (mujadalah) dengan Ahli Kitab dan penegasan janji Allah untuk membimbing orang yang berjihad di jalan-Nya.

Surah-Surah Filosofis dan Kenabian

30. Ar-Rūm (Bangsa Romawi)

الروم 60 Ayat | Makkiyah

Surah ini unik karena memuat prediksi sejarah. Diturunkan setelah kekalahan Kekaisaran Romawi oleh Persia, surah ini meramalkan bahwa Romawi akan kembali menang dalam beberapa tahun. Ini adalah bukti kenabian Muhammad. Tema utamanya adalah dualitas kekuasaan Allah: Dia mengatur urusan manusia dan Dia juga yang membangkitkan kehidupan setelah kematian (kebangkitan diibaratkan seperti bumi yang mati lalu dihidupkan dengan hujan). Surah ini juga menekankan fitrah (sifat asal) manusia yang cenderung kepada tauhid.

31. Luqmān (Lukman)

لقمان 34 Ayat | Makkiyah

Dinamai berdasarkan seorang pria bijak (bukan nabi) yang bernama Luqmān. Bagian sentral surah ini adalah nasihat-nasihat yang diberikan Luqmān kepada anaknya: larangan syirik (dosa terbesar), kewajiban berbakti kepada orang tua, pentingnya kesabaran, salat, dan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran). Ini memberikan panduan praktis tentang pendidikan karakter dalam Islam. Surah ini juga menekankan bahwa ilmu Allah meliputi segala sesuatu, termasuk apa yang ada di rahim ibu, yang hanya diketahui oleh-Nya.

32. As-Sajdah (Sujud)

السجدة 30 Ayat | Makkiyah

Surah ini menegaskan kebenaran Al-Qur'an dan Hari Kebangkitan. Ia membahas penciptaan manusia dari tanah dan tahapan perkembangannya, menekankan bahwa Allah-lah yang mengatur semua urusan dari langit ke bumi. Bagian kedua surah ini membandingkan orang yang beriman (yang sujud dan beramal saleh) dengan orang yang fasik (yang mengingkari). Surah ini mengandung satu ayat Sajadah, yang mengingatkan manusia akan keagungan Allah dan kewajiban tunduk kepada-Nya.

33. Al-Aḥzāb (Golongan-Golongan yang Bersekutu)

الأحزاب 73 Ayat | Madaniyah

Al-Aḥzāb diturunkan seputar peristiwa penting Perang Khandaq (Parit), di mana berbagai golongan musuh (Quraisy, Yahudi Bani Nadhir, dan kabilah-kabilah Arab) bersekutu melawan Muslimin di Madinah. Surah ini membahas pelajaran dari perang tersebut, mengkritik orang-orang munafik, dan memperkuat moral orang beriman. Hukum-hukum sosial penting ditetapkan di sini, termasuk etika berbicara dengan istri-istri Nabi, penghapusan adopsi (tabanni), dan kewajiban wanita Muslim untuk menutup aurat (jilbab). Ayat 56 mengandung perintah salawat (doa pujian) kepada Nabi Muhammad.

34. Sabā’ (Kaum Saba')

سبإ 54 Ayat | Makkiyah

Surah ini berfokus pada pembuktian Hari Kiamat dan pengetahuan Allah yang meliputi segala sesuatu. Kisah Nabi Daud dan Sulaiman disebutkan untuk menunjukkan bahwa kekuasaan duniawi diberikan oleh Allah sebagai nikmat, dan nikmat itu harus disyukuri. Kontras ditampilkan melalui kisah Kaum Saba’ (Yaman), yang diberi kemakmuran luar biasa (kebun yang melimpah) tetapi ingkar dan akhirnya dihancurkan oleh banjir besar (Sailul ‘Arim). Pelajaran: nikmat harus disyukuri agar tidak hilang.

35. Fāṭir (Pencipta)

فاطر 45 Ayat | Makkiyah

Fāṭir, yang berarti Pencipta atau Pemula, menekankan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta langit dan bumi, yang memiliki malaikat bersayap. Surah ini memberikan perbandingan antara orang yang beriman dan orang yang ingkar, serta perbandingan antara orang buta dan orang yang melihat. Peringatan keras diberikan tentang setan (Iblis), yang merupakan musuh yang nyata. Surah ini juga menekankan kelemahan manusia dan janji Allah akan penghapusan dosa bagi yang beriman. Salah satu tema mendasar adalah tidak ada jiwa yang dapat memikul beban dosa jiwa yang lain di hari perhitungan.

36. Yā Sīn (Yā Sīn)

يس 83 Ayat | Makkiyah

Yā Sīn dikenal sebagai 'Jantung Al-Qur'an' (Qalbul Qur’an). Meskipun dimulai dengan huruf Muqatta’at, isinya secara mendalam membahas lima tema utama: penegasan kenabian Muhammad, kisah Ashabul Qaryah (penduduk desa) yang menolak utusan, bukti-bukti keesaan Allah di alam semesta (bumi yang mati, siang dan malam, bahtera), kepastian Hari Kebangkitan (dengan contoh tulang belulang yang dihidupkan), dan diakhiri dengan penegasan bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu ("Kun Fayakun").

37. Aṣ-Ṣāffāt (Barisan-Barisan)

الصافات 182 Ayat | Makkiyah

Surah ini dibuka dengan sumpah atas malaikat yang berbaris dan bertugas, untuk membuktikan keesaan Allah dan kepastian Hari Kiamat. Surah ini fokus pada kisah-kisah para nabi—terutama kisah Nabi Ibrahim dan ujian yang sangat berat untuk menyembelih putranya, Ismail. Kisah ini digunakan untuk menunjukkan ketaatan total Ibrahim kepada Allah. Surah ini juga membantah klaim kaum musyrikin bahwa malaikat adalah anak-anak perempuan Allah, dan diakhiri dengan kemenangan bagi para rasul.

38. Ṣād (Ṣād)

ص 88 Ayat | Makkiyah

Ṣād adalah salah satu surah yang menantang kaum kafir Mekah yang menolak kebenaran dan sombong. Surah ini memberikan tiga kisah kenabian yang sangat mendalam: Nabi Daud (termasuk ujian dan penyesalannya), Nabi Sulaiman (dengan kekuasaannya), dan Nabi Ayyub (ujian kesabarannya). Bagian akhir surah ini kembali ke kisah penciptaan Adam dan pembangkangan Iblis, menekankan bahwa kesombongan (kibir) adalah dosa utama Iblis dan sumber segala penolakan terhadap kebenaran.

39. Az-Zumar (Rombongan-Rombongan)

الزمر 75 Ayat | Makkiyah

Az-Zumar menekankan keikhlasan dalam beribadah (tauhid murni). Surah ini memberikan perbandingan yang jelas antara orang yang beriman dan orang yang musyrik. Nama surah ini berasal dari deskripsi Hari Kiamat, di mana manusia akan digiring dalam rombongan-rombongan: rombongan orang kafir digiring ke neraka Jahannam, dan rombongan orang beriman digiring dengan hormat ke surga. Surah ini mengandung 'Ayat Harapan' (Ayat 53), yang menyeru manusia agar tidak berputus asa dari rahmat Allah, menekankan bahwa Dia mengampuni semua dosa bagi yang bertaubat.

40. Ghāfir (Yang Mengampuni) / Al-Mu’min (Orang yang Beriman)

غافر 85 Ayat | Makkiyah

Dinamakan Yang Mengampuni karena Allah disebut sebagai penerima taubat dan pengampun dosa. Fokus utama surah ini adalah perjuangan seorang mukmin yang menyembunyikan imannya di tengah kaum yang zalim (seorang mukmin dari keluarga Firaun) yang membela Nabi Musa. Kisah ini digunakan untuk menghibur Nabi Muhammad dan sahabatnya di Mekah. Surah ini juga menggambarkan kengerian Hari Kiamat dan pembalasan di Neraka, serta perdebatan antara penduduk Neraka yang saling menyalahkan pemimpin dan pengikut mereka.

Surah-Surah Ḥā Mīm: Wahyu dan Konsekuensi

Tujuh surah berikutnya (40-46) secara kolektif dikenal sebagai Ḥawāmīm atau Al-Mimāt, karena semuanya dimulai dengan huruf Muqatta’at Ḥā Mīm. Kelompok ini fokus pada kemukjizatan Al-Qur'an dan konsekuensi akhirat dari menerima atau menolaknya.

41. Fuṣṣilat (Dijelaskan secara Rinci) / Ḥā Mīm As-Sajdah

فصلت 54 Ayat | Makkiyah

Surah ini menegaskan keotentikan Al-Qur'an dan menantang orang-orang kafir yang menyumbat telinga mereka agar tidak mendengarkannya. Surah ini memberikan bukti-bukti penciptaan Allah (langit, bumi, gunung) dalam empat hari. Ia mendorong dakwah dengan cara terbaik: "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah..." Surah ini juga mengandung satu ayat sajadah, dan mengakhiri dengan janji bahwa Allah akan menunjukkan tanda-tanda-Nya di segenap penjuru alam dan dalam diri mereka sendiri.

42. Asy-Syūrā (Musyawarah)

الشورى 53 Ayat | Makkiyah

Asy-Syūrā membahas dua tema sentral: keuniversalan wahyu dan pentingnya musyawarah. Surah ini menegaskan bahwa wahyu yang diturunkan kepada Muhammad adalah sama dengan yang diturunkan kepada Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Inti ajaran surah ini adalah seruan bagi umat Islam untuk menyelesaikan masalah mereka melalui musyawarah (syūra). Surah ini juga menekankan bahwa Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki dan membatasi bagi siapa yang dikehendaki, sebagai penegasan bahwa rezeki berada di tangan-Nya, bukan berhala.

43. Az-Zukhruf (Perhiasan)

الزخرف 89 Ayat | Makkiyah

Az-Zukhruf mengkritik obsesi kaum musyrikin terhadap kemewahan duniawi (perhiasan emas). Mereka berpendapat bahwa jika Muhammad adalah rasul, seharusnya ia kaya dan didampingi malaikat. Surah ini menentang gagasan ini, menegaskan bahwa kekayaan duniawi tidak menentukan nilai di sisi Allah. Dibahas pula secara rinci kisah Nabi Musa dan Isa (sebagai hamba, bukan anak Allah), dan bagaimana Firaun menyombongkan kekayaannya hingga dihancurkan. Az-Zukhruf mengingatkan bahwa dunia hanyalah kesenangan yang menipu.

44. Ad-Dukhān (Kabut/Asap)

الدخان 59 Ayat | Makkiyah

Surah ini memperingatkan kaum kafir Mekah tentang azab yang akan datang, salah satunya adalah kekeringan dan kelaparan yang menyebabkan mereka melihat seperti ada kabut (asap). Surah ini juga menekankan kebenaran Al-Qur'an yang diturunkan pada malam yang diberkahi (Lailatul Qadar). Ad-Dukhān juga mengisahkan kehancuran Firaun dan kaumnya, sebagai perbandingan dengan nasib kaum Quraisy jika mereka terus menolak. Ini menekankan bahwa langit dan bumi diciptakan dengan tujuan, bukan main-main.

45. Al-Jāthiyah (Yang Berlutut)

الجاثية 37 Ayat | Makkiyah

Nama surah ini diambil dari gambaran Hari Kiamat, di mana semua umat akan berlutut di hadapan Allah. Surah ini memberikan bukti-bukti keberadaan Allah melalui tanda-tanda alam (pergantian malam dan siang, penciptaan binatang). Tema utamanya adalah bahwa hidup ini hanya sekali, dan penolakan terhadap Hari Akhir adalah kegilaan. Surah ini menyerukan kepada Nabi Muhammad untuk memaafkan orang-orang yang tidak percaya pada Hari Kiamat (sebelum hukum jihad turun), karena perhitungan akhir ada pada Allah.

46. Al-Aḥqāf (Bukit-Bukit Pasir)

الأحقاف 35 Ayat | Makkiyah

Al-Aḥqāf merujuk pada lembah berpasir tempat tinggal kaum ‘Ad (kaum Nabi Hud). Surah ini menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah kebenaran yang diturunkan dari Allah, yang membantah klaim bahwa itu adalah kebohongan yang dibuat-buat. Surah ini juga membahas pentingnya berbakti kepada orang tua dan mencakup kisah sekelompok jin yang mendengar bacaan Al-Qur'an dari Nabi Muhammad dan kemudian beriman. Ini digunakan untuk mempermalukan kaum musyrikin Mekah yang menolak, padahal jin saja mau mendengarkan.

47. Muḥammad (Nabi Muhammad)

محمد 38 Ayat | Madaniyah

Surah ini sangat fokus pada hukum jihad (perang suci) dan karakteristik orang munafik. Disebutkan perbedaan jelas antara orang beriman (yang diikuti oleh Allah) dan orang kafir (yang amalannya dihapus). Hukum perang ditetapkan di sini: jika bertemu musuh di medan perang, harus memenggal leher mereka, tetapi kemudian ditawan. Surah ini juga menekankan sifat-sifat Surga, yang digambarkan seperti taman dengan sungai-sungai air yang tidak berubah rasanya, sebagai hadiah bagi orang-orang yang berjihad dan bertakwa.

48. Al-Fatḥ (Kemenangan)

الفتح 29 Ayat | Madaniyah

Al-Fatḥ diturunkan setelah Perjanjian Hudaibiyah, yang secara lahiriah tampak sebagai kekalahan bagi Muslimin, tetapi Al-Qur'an menyebutnya sebagai "Kemenangan yang Nyata." Surah ini memuji Nabi Muhammad dan para sahabat yang setia, menjanjikan mereka ampunan dan kemenangan di masa depan (penaklukan Mekah). Ini juga secara tajam mengkritik orang-orang munafik yang tidak ingin ikut dalam perjalanan berbahaya ke Hudaibiyah tetapi ingin ikut serta jika ada keuntungan mudah.

Surah-Surah Pendek Hukum dan Adab

49. Al-Ḥujurāt (Kamar-Kamar)

الحجرات 18 Ayat | Madaniyah

Ini adalah salah satu surah utama yang mengatur etika dan perilaku sosial dalam masyarakat Muslim. Tema utamanya meliputi adab berinteraksi dengan Nabi (tidak berbicara keras di hadapannya), keharusan memverifikasi berita (tabayyun), larangan mengolok-olok, memfitnah (ghibah), berprasangka buruk, dan menguping. Surah ini menegaskan bahwa perbedaan suku dan bangsa diciptakan agar manusia saling mengenal, dan yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Surah ini juga mendefinisikan iman sejati, yang bukan hanya klaim lisan.

50. Qāf (Qāf)

ق 45 Ayat | Makkiyah

Surah Qāf fokus pada penegasan Hari Kebangkitan. Kaum kafir merasa heran bagaimana tulang-belulang yang telah hancur bisa dihidupkan kembali. Allah menjawab dengan membawa bukti penciptaan alam semesta, yang jauh lebih besar daripada penciptaan manusia. Surah ini juga membahas malaikat pencatat amal (Raqib dan Atid) dan gambaran kedahsyatan di hari perhitungan, di mana Neraka Jahannam akan berkata "Apakah masih ada lagi?" sebelum dipenuhi.

51. Adz-Dzāriyāt (Angin yang Menerbangkan)

الذاريات 60 Ayat | Makkiyah

Surah ini dibuka dengan sumpah-sumpah atas fenomena alam (angin, awan, perahu, malaikat) untuk menegaskan bahwa janji Allah (Hari Pembalasan) adalah benar. Tema penting lainnya adalah deskripsi sifat orang-orang bertakwa (Mukminin), yang di antaranya adalah jarang tidur di malam hari, beristighfar di waktu sahur, dan berbagi rezeki. Kisah Nabi Ibrahim yang kedatangan tamu malaikat yang kemudian diutus untuk menghancurkan kaum Luth juga disebutkan.

52. Aṭ-Ṭūr (Bukit)

الطور 49 Ayat | Makkiyah

Dibuka dengan sumpah atas Bukit Sinai (tempat Musa menerima wahyu), Surah ini menegaskan bahwa azab Allah akan benar-benar terjadi dan tidak ada yang dapat menolaknya. Surah ini menjawab pertanyaan kaum musyrikin yang menuduh Nabi Muhammad sebagai penyair atau orang gila. Surah ini memberikan deskripsi indah tentang kenikmatan Surga, di mana orang-orang beriman menikmati buah-buahan dan saling bertanya jawab dengan gembira, dan diakhiri dengan perintah untuk bersabar.

53. An-Najm (Bintang)

النجم 62 Ayat | Makkiyah

Ini adalah surah pertama di mana Nabi Muhammad sujud ketika membacanya di hadapan kaum musyrikin. An-Najm dibuka dengan sumpah atas bintang, menegaskan bahwa Nabi Muhammad tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, melainkan wahyu. Surah ini menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj (perjalanan ke langit) dan apa yang dilihat Nabi di Sidratul Muntaha. Secara tegas surah ini membantah penyembahan berhala-berhala wanita seperti Latta, Uzza, dan Manat, dan menekankan bahwa akhir segala sesuatu adalah kepada Tuhan.

54. Al-Qamar (Bulan)

القمر 55 Ayat | Makkiyah

Surah ini dimulai dengan salah satu mukjizat terbesar Nabi Muhammad: terbelahnya bulan. Al-Qamar menekankan dekatnya Hari Kiamat. Surah ini secara berulang kali menyajikan kisah Nabi Nuh, Ad, Tsamud, dan Luth, dengan pengulangan ayat: "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk menjadi pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" Ini berfungsi sebagai tantangan retoris bagi mereka yang menolak peringatan.

55. Ar-Raḥmān (Yang Maha Pemurah)

الرحمن 78 Ayat | Madaniyah (Menurut Sebagian Ulama, Makkiyah)

Ar-Raḥmān berfokus pada sifat kasih sayang dan rahmat Allah. Surah ini mendefinisikan kembali nikmat Allah melalui penciptaan alam semesta dan hukum-hukumnya. Ciri khas surah ini adalah pengulangan ayat: "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" yang ditujukan kepada manusia dan jin, menekankan bahwa semua kenikmatan berasal dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Surah ini memberikan deskripsi terperinci tentang kenikmatan Surga (Jannatain) yang dipersiapkan bagi orang bertakwa.

56. Al-Wāqi‘ah (Hari Kiamat)

الواقعة 96 Ayat | Makkiyah

Al-Wāqi‘ah menggambarkan detail Hari Kiamat yang pasti terjadi. Pada hari itu, manusia akan terbagi menjadi tiga golongan: Aṣḥāb al-Maymanah (Golongan Kanan/Orang Beruntung), Aṣḥāb al-Masymamah (Golongan Kiri/Orang Celaka), dan As-Sābiqūn al-Awwalūn (Orang-Orang yang Paling Dahulu Beriman). Sebagian besar surah didedikasikan untuk mendeskripsikan kenikmatan luar biasa yang menanti Golongan Kanan dan Orang-Orang Pertama, serta hukuman bagi Golongan Kiri, membuktikan keadilan Allah melalui balasan yang setimpal.

57. Al-Ḥadīd (Besi)

الحديد 29 Ayat | Madaniyah

Al-Ḥadīd adalah surah Madaniyah yang kuat, menekankan kewajiban menginfakkan harta di jalan Allah sebelum terlambat. Surah ini mengingatkan bahwa dunia hanyalah permainan dan kesenangan yang menipu. Nama "Besi" diambil dari penyebutan besi sebagai bahan yang memiliki kekuatan besar dan manfaat bagi manusia. Surah ini juga menekankan bahwa Allah Maha Mengetahui, dan mendorong umat Islam untuk tidak menjadi seperti kaum Ahli Kitab yang hatinya mengeras seiring berlalunya waktu.

Surah-Surah Hukum, Etika, dan Politik

58. Al-Mujādilah (Wanita yang Mengajukan Gugatan)

المجادلة 22 Ayat | Madaniyah

Surah ini mengatur hukum Zihar (perkataan suami yang menyamakan istrinya dengan punggung ibunya, yang dulu dianggap talak permanen). Surah ini diturunkan setelah seorang wanita bernama Khaulah binti Tsa'labah mengadu kepada Nabi. Allah membatalkan praktik zalim ini dan menetapkan denda (kafarat). Surah ini juga membahas etika majelis (perkumpulan), dan larangan berbisik-bisik untuk berbuat dosa. Inti surah ini adalah loyalitas: orang beriman tidak boleh loyal kepada orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, bahkan jika mereka adalah kerabat dekat.

59. Al-Ḥasyr (Pengusiran)

الحشر 24 Ayat | Madaniyah

Al-Ḥasyr diturunkan setelah pengusiran Bani Nadhir, suku Yahudi yang melanggar perjanjian dengan Muslimin Madinah. Surah ini membahas pembagian harta rampasan perang yang didapat tanpa pertempuran (fai'), memastikan harta tersebut didistribusikan secara adil dan tidak hanya beredar di kalangan orang kaya. Surah ini mengajarkan pentingnya berbagi harta dan pujian terhadap kaum Muhajirin dan Ansar. Bagian akhir surah ini terkenal karena mencantumkan beberapa nama dan sifat-sifat indah Allah (Asmaul Husna).

60. Al-Mumtaḥanah (Wanita yang Diuji)

الممتحنة 13 Ayat | Madaniyah

Surah ini memberikan pedoman penting mengenai hubungan diplomatik dengan non-Muslim. Ayat-ayatnya mengatur larangan menjadikan musuh Allah sebagai teman setia, tetapi juga menetapkan izin untuk berbuat baik kepada mereka yang tidak memerangi umat Islam karena agama. Surah ini juga menetapkan prosedur untuk menguji keimanan wanita-wanita yang berhijrah dari Mekah ke Madinah, memastikan mereka berhijrah murni karena iman, bukan alasan duniawi.

61. Aṣ-Ṣaff (Barisan)

الصف 14 Ayat | Madaniyah

Aṣ-Ṣaff menyeru orang-orang beriman untuk teguh dalam ucapan dan perbuatan. Allah sangat membenci orang yang mengatakan apa yang tidak mereka lakukan. Surah ini mendorong umat Islam untuk berjihad (berjuang) di jalan Allah dengan barisan yang kokoh, seolah-olah mereka adalah bangunan yang tersusun rapi. Surah ini juga mengisahkan Nabi Musa dan Isa, yang sama-sama dihadapkan pada penolakan kaumnya, tetapi menegaskan kabar gembira tentang kedatangan nabi terakhir (Ahmad, nama lain Muhammad).

62. Al-Jumu‘ah (Jumat)

الجمعة 11 Ayat | Madaniyah

Al-Jumu‘ah mengatur hukum dan adab salat Jumat. Ayat kuncinya memerintahkan umat Islam untuk meninggalkan segala transaksi dan kesibukan duniawi ketika panggilan salat Jumat dikumandangkan, dan kemudian kembali bertebaran di bumi setelah salat untuk mencari karunia Allah. Surah ini juga mengkritik Ahli Kitab (Yahudi) yang memegang Taurat tetapi tidak mengamalkannya, diibaratkan seperti keledai yang membawa kitab tebal, tetapi tidak mengerti isinya.

63. Al-Munāfiqūn (Orang-Orang Munafik)

المنافقون 11 Ayat | Madaniyah

Surah ini secara terang-terangan mengungkap sifat dan bahaya orang-orang munafik di Madinah. Mereka bersumpah dengan lisan bahwa mereka beriman, tetapi hati mereka ingkar. Surah ini menyebutkan pemimpin munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul, dan bagaimana mereka merencanakan pengusiran kaum Muhajirin. Peringatan keras diberikan agar harta dan anak-anak tidak melalaikan seseorang dari mengingat Allah.

64. At-Taghābun (Pengungkapan Kesalahan)

التغابن 18 Ayat | Madaniyah

Nama surah ini merujuk pada "Hari Pengungkapan Kesalahan" (Hari Kiamat), di mana jelas terlihat siapa yang rugi (kafir) dan siapa yang beruntung (mukmin). Surah ini membahas kekuasaan Allah yang meliputi segala sesuatu. Ia juga menekankan bahwa pasangan hidup dan anak-anak kadang bisa menjadi ujian (musuh) bagi seseorang dalam ketaatan. Oleh karena itu, dianjurkan bertakwa semaksimal mungkin dan berinfak, karena infak adalah kebaikan bagi diri sendiri.

65. Aṭ-Ṭalāq (Talak)

الطلاق 12 Ayat | Madaniyah

Aṭ-Ṭalāq menetapkan hukum-hukum rinci mengenai perceraian dan masa iddah (masa tunggu) wanita. Surah ini mengajarkan agar talak dilaksanakan dengan cara yang baik, tanpa menzalimi wanita. Fokus utama adalah pada menjaga batasan (hudud) Allah, menekankan bahwa siapa pun yang bertakwa, Allah akan memberinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

66. At-Taḥrīm (Mengharamkan)

التحريم 12 Ayat | Madaniyah

Surah ini diturunkan berkaitan dengan sebuah insiden di rumah tangga Nabi Muhammad, di mana Nabi mengharamkan sesuatu yang halal bagi dirinya sendiri demi menyenangkan salah satu istrinya. Surah ini mengajarkan prinsip bahwa Allah adalah pelindung Nabi. Bagian penting lainnya adalah perintah untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Diakhiri dengan contoh wanita beriman (istri Firaun, Maryam) dan wanita kafir (istri Nuh, istri Luth), sebagai pelajaran bahwa kedekatan dengan nabi tidak menjamin keselamatan jika hati tidak beriman.

Surah-Surah Juz 29 (At-Tabārak)

67. Al-Mulk (Kerajaan)

الملك 30 Ayat | Makkiyah

Al-Mulk menekankan bahwa kekuasaan dan kedaulatan mutlak hanya milik Allah. Surah ini mengajak manusia untuk merenungkan penciptaan langit yang berlapis-lapis dan burung yang terbang. Tema utamanya adalah Hari Kiamat dan pertanyaan yang diajukan kepada penduduk neraka. Al-Mulk dikenal sebagai surah pelindung dari siksa kubur.

68. Al-Qalam (Pena)

القلم 52 Ayat | Makkiyah

Dibuka dengan sumpah atas pena dan apa yang mereka tulis, surah ini menanggapi ejekan kaum Quraisy yang menuduh Nabi Muhammad gila. Allah menegaskan bahwa Muhammad memiliki akhlak yang agung. Surah ini juga mengisahkan 'Ashabul Jannah' (pemilik kebun) yang kikir dan dihancurkan, sebagai pelajaran bagi kaum Quraisy yang sombong dengan kekayaan mereka. Al-Qalam ditutup dengan peringatan bahwa Al-Qur'an adalah peringatan bagi seluruh alam.

69. Al-Ḥāqqah (Hari Kebenaran)

الحاقة 52 Ayat | Makkiyah

Al-Ḥāqqah, yang berarti 'Kebenaran yang Pasti', menggambarkan kedahsyatan Hari Kiamat. Surah ini menyebutkan kembali nasib buruk kaum Tsamud, Ad, dan Firaun. Surah ini memberikan gambaran spesifik tentang Malaikat pemikul Arsy pada hari itu, dan bagaimana setiap orang akan menerima kitab amalnya (dengan tangan kanan atau kiri), disertai deskripsi azab Neraka dan kenikmatan Surga.

70. Al-Ma‘ārij (Tempat-Tempat Naik)

المعارج 44 Ayat | Makkiyah

Surah ini membahas pertanyaan seorang penanya tentang azab yang pasti akan menimpa orang kafir. Nama surah ini merujuk pada "Tempat-Tempat Naik" yang dilewati malaikat ke hadirat Allah. Surah ini menekankan bahwa Hari Kiamat adalah hari yang sangat panjang. Ini juga mendeskripsikan sifat-sifat orang beriman yang menunaikan salat, membayar zakat, menjaga kemaluan, dan memelihara amanah, sebagai kontras terhadap kaum musyrikin yang tergesa-gesa.

71. Nūḥ (Nabi Nuh)

نوح 28 Ayat | Makkiyah

Seluruh surah ini didedikasikan untuk kisah Nabi Nuh AS dan seruannya yang tiada henti kepada kaumnya selama 950 tahun. Kisah ini diceritakan dari perspektif Nuh yang mengeluhkan pembangkangan kaumnya kepada Allah. Surah ini menegaskan bahwa penolakan risalah kenabian akan berakhir dengan kehancuran total. Nuh meminta Allah menghancurkan kaum kafir dan tidak meninggalkan satu pun di muka bumi.

72. Al-Jinn (Jin)

الجن 28 Ayat | Makkiyah

Surah ini diturunkan setelah sekelompok jin mendengarkan bacaan Al-Qur'an oleh Nabi Muhammad. Jin-jin tersebut kembali kepada kaumnya, menyatakan keimanan mereka terhadap Al-Qur'an dan menegaskan keesaan Allah. Surah ini memberikan wawasan tentang alam gaib, bahwa jin juga terbagi menjadi mukmin dan kafir, dan bahwa mereka juga tunduk pada hukum-hukum Allah dan akan dihisab.

73. Al-Muzammil (Orang yang Berselimut)

المزمل 20 Ayat | Makkiyah

Surah ini ditujukan secara langsung kepada Nabi Muhammad. Awalnya, surah ini memerintahkan Nabi untuk bangun di malam hari untuk beribadah (Qiyamul Lail), meskipun hanya sebagian kecil malam, dan membaca Al-Qur'an dengan tartil. Ini adalah perintah penting untuk membangun kekuatan spiritual. Ayat-ayat terakhir memberikan keringanan dalam salat malam dan menekankan pentingnya salat, zakat, dan pinjaman yang baik kepada Allah.

74. Al-Muddatstsir (Orang yang Berselimut)

المدثر 56 Ayat | Makkiyah (Diyakini sebagai salah satu wahyu pertama)

Surah ini juga ditujukan kepada Nabi Muhammad, menyuruhnya untuk bangkit dan memperingatkan umat manusia. Ini adalah perintah aktif untuk berdakwah: "Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah, lalu berilah peringatan!" Surah ini menggambarkan Neraka Saqar dan alasan mengapa orang-orang masuk ke dalamnya (tidak salat, tidak memberi makan fakir miskin, dan mendustakan hari pembalasan).

75. Al-Qiyāmah (Hari Kebangkitan)

القيامة 40 Ayat | Makkiyah

Surah ini dimulai dengan sumpah atas Hari Kiamat. Fokusnya adalah pada proses kebangkitan kembali manusia, bahkan sampai pada penyusunan kembali tulang belulang (jari-jemari). Surah ini juga memerintahkan Nabi Muhammad untuk tidak tergesa-gesa menggerakkan lidahnya untuk menghafal Al-Qur'an saat Jibril menyampaikan wahyu, karena Allah akan menjamin penghafalannya. Surah ini diakhiri dengan gambaran sekarat dan pembalasan.

76. Al-Insān (Manusia) / Ad-Dahr (Masa)

الإنسان 31 Ayat | Madaniyah

Surah ini membahas penciptaan manusia dari setetes air mani yang bercampur, menekankan tujuan hidup: diuji. Sebagian besar surah didedikasikan untuk mendeskripsikan amal dan pahala orang-orang yang berbuat baik di Surga: mereka memberi makan orang miskin, yatim, dan tawanan semata-mata karena mengharap wajah Allah. Ini memberikan deskripsi rinci tentang makanan, minuman, dan pakaian ahli Surga.

77. Al-Mursalāt (Malaikat-Malaikat yang Diutus)

المرسلات 50 Ayat | Makkiyah

Dibuka dengan sumpah atas malaikat yang diutus dengan berbagai tugas (angin, pemisah, pembawa wahyu). Surah ini menegaskan kepastian Hari Kiamat. Pengulangan ayat: "Celakalah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan!" berfungsi sebagai pukulan keras terhadap orang-orang kafir yang terus meragukan kebangkitan dan pembalasan. Surah ini ditutup dengan deskripsi singkat tentang azab dan penegasan bahwa mereka akan makan dan bersenang-senang sebentar sebelum azab datang.

Surah-Surah Juz 30 (Juz ‘Amma): Inti Peringatan

Juz 30 (Juz ‘Amma) terdiri dari surah-surah terpendek dan diturunkan di Mekah, dengan fokus yang kuat pada akidah, Hari Kiamat, dan keesaan Allah, menggunakan bahasa yang ringkas dan retoris.

78. An-Naba’ (Berita Besar)

النبإ 40 Ayat | Makkiyah

Menanyakan tentang berita besar (Hari Kiamat) yang diperselisihkan kaum kafir. Surah ini menggunakan bukti-bukti alam (bumi sebagai hamparan, gunung sebagai pasak, penciptaan pasangan, tidur sebagai istirahat, dan hujan) untuk membuktikan kekuasaan Allah untuk membangkitkan. Surah ini memberikan deskripsi keras tentang Neraka dan kontrasnya dengan kenikmatan Surga.

79. An-Nāzi‘āt (Malaikat yang Mencabut)

النازعات 46 Ayat | Makkiyah

Dibuka dengan sumpah atas malaikat yang mencabut nyawa. Surah ini merujuk pada gempa hebat yang akan terjadi pada Hari Kiamat. Untuk menguatkan kenabian, diceritakan kembali kisah Nabi Musa dan Firaun, yang menolak kebenaran dan akhirnya dibinasakan. Pelajaran utama adalah siapa yang takut kepada Allah dan menahan diri dari hawa nafsu, tempatnya adalah Surga.

80. ‘Abasa (Ia Bermuka Masam)

عبس 42 Ayat | Makkiyah

Surah ini menegur Nabi Muhammad karena ia bermuka masam dan berpaling dari seorang buta yang datang mencari petunjuk, sementara ia sibuk berdakwah kepada pembesar Quraisy yang sombong. Surah ini mengajarkan bahwa nilai seseorang ditentukan oleh ketakwaannya, bukan kekayaan atau status sosial. Surah ini juga menekankan keajaiban makanan yang disiapkan Allah untuk manusia dan pentingnya Hari Kebangkitan.

81. At-Takwīr (Menggulung)

التكوير 29 Ayat | Makkiyah

At-Takwīr menggambarkan secara dramatis sepuluh tanda alam yang akan terjadi saat Hari Kiamat dimulai, seperti matahari digulung, bintang-bintang berjatuhan, gunung-gunung dihancurkan, dan lautan meluap. Ini menekankan ketakutan hari itu. Surah ini juga menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah yang disampaikan oleh Jibril yang kuat dan terpercaya, menolak klaim bahwa Muhammad adalah orang gila.

82. Al-Infiṭār (Terbelah)

الإنفطار 19 Ayat | Makkiyah

Mirip dengan At-Takwīr, surah ini menggambarkan kehancuran kosmis di Hari Kiamat (langit terbelah, bintang bertebaran). Inti surah adalah pertanyaan retoris: "Wahai manusia, apakah yang memperdayakan kamu (sehingga durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah?" Surah ini juga menyebutkan malaikat pencatat yang mulia dan wajib dihormati.

83. Al-Muṭaffifīn (Orang-Orang yang Curang)

المطففين 36 Ayat | Makkiyah (Namun, ada yang mengklasifikasikannya sebagai Madaniyah)

Ini adalah surah yang mengutuk orang-orang yang curang dalam menimbang dan menakar. Kecurangan ini digunakan sebagai metafora untuk ketidakjujuran yang lebih besar. Surah ini memperingatkan mereka tentang Hari Kiamat dan mencantumkan daftar dosa yang membuat catatan amal (Sijjin) ditempatkan di tempat terendah. Sebaliknya, catatan orang beriman (Illiyyin) ditempatkan di tempat tertinggi.

84. Al-Insyiqāq (Terbelah)

الإنشقاق 25 Ayat | Makkiyah

Menggambarkan peristiwa di Hari Kiamat ketika langit terbelah dan taat kepada perintah Allah. Surah ini menekankan perjalanan manusia menuju Allah, yang harus dilalui dengan perjuangan. Surah ini membandingkan nasib orang yang menerima catatan amal dengan tangan kanan (masuk Surga) dengan orang yang menerima dari belakang (masuk Neraka).

85. Al-Burūj (Gugusan Bintang)

البروج 22 Ayat | Makkiyah

Dibuka dengan sumpah atas gugusan bintang. Surah ini menceritakan kisah Ashabul Ukhdud (Penduduk Parit), yaitu orang-orang beriman yang dibunuh secara kejam dengan dibakar dalam parit oleh raja zalim karena iman mereka. Kisah ini bertujuan menghibur Muslimin yang tertindas di Mekah bahwa siksaan di dunia fana tidak sebanding dengan janji Allah di Akhirat.

86. Aṭ-Ṭāriq (Yang Datang di Malam Hari)

الطارق 17 Ayat | Makkiyah

Aṭ-Ṭāriq (bintang) adalah yang datang di malam hari. Allah bersumpah dengan bintang yang memiliki cahaya tajam. Surah ini menekankan bahwa setiap manusia dijaga oleh malaikat pengawas. Surah ini juga membahas penciptaan manusia dari air mani yang memancar sebagai bukti bahwa Allah Maha Kuasa untuk membangkitkan manusia dari kematian.

87. Al-A‘lā (Yang Paling Tinggi)

الأعلى 19 Ayat | Makkiyah

Surah ini sering dibaca dalam salat witir dan salat hari raya. Dimulai dengan perintah untuk menyucikan dan mengagungkan nama Allah Yang Maha Tinggi. Surah ini menjanjikan Nabi Muhammad bahwa Allah akan memudahkan baginya jalan yang mudah (mengajarkan Al-Qur'an dan syariat). Inti ajaran surah ini adalah pentingnya tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dan mengingatkan bahwa kehidupan Akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan dunia.

88. Al-Ghāsyiyah (Hari Pembalasan)

الغاشية 26 Ayat | Makkiyah

Al-Ghāsyiyah (Peristiwa yang Meliputi) adalah nama lain Hari Kiamat. Surah ini membagi manusia menjadi dua kelompok di Hari Kiamat: wajah yang tertunduk dan menderita di Neraka, dan wajah yang berseri-seri dan gembira di Surga. Surah ini mengajak manusia untuk merenungkan ciptaan Allah: bagaimana unta diciptakan, langit ditinggikan, dan gunung dipancangkan, sebagai bukti kekuasaan-Nya.

89. Al-Fajr (Fajar)

الفجر 30 Ayat | Makkiyah

Dibuka dengan sumpah atas fajar dan malam. Surah ini mengkritik orang yang tamak akan harta dan tidak peduli terhadap anak yatim dan orang miskin. Kisah kehancuran kaum ‘Ad, Tsamud, dan Firaun diulang sebagai peringatan. Surah ini menggambarkan penyesalan manusia di Hari Kiamat: "Alangkah baiknya jika dahulu aku mengerjakan amal saleh untuk hidupku ini."

90. Al-Balad (Negeri)

البلد 20 Ayat | Makkiyah

Dibuka dengan sumpah atas negeri Mekah. Surah ini menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan susah payah (berjuang). Surah ini mengecam orang yang sombong dengan hartanya. Ini juga mendorong manusia untuk menempuh jalan yang mendaki (Al-'Aqabah), yaitu melakukan kebaikan sulit: membebaskan budak, memberi makan anak yatim, dan berpesan untuk saling mengasihi dan bersabar.

91. Asy-Syams (Matahari)

الشمس 15 Ayat | Makkiyah

Dibuka dengan sumpah atas matahari, bulan, siang, dan malam. Inti surah ini adalah konsep penyucian jiwa (tazkiyah). Allah bersumpah bahwa orang yang menyucikan jiwanya (dengan tauhid dan ketaatan) akan beruntung, sementara orang yang mengotori jiwanya (dengan dosa dan syirik) akan merugi. Surah ini ditutup dengan kisah Kaum Tsamud yang dibinasakan karena mendustakan Nabi Saleh.

92. Al-Lail (Malam)

الليل 21 Ayat | Makkiyah

Dibuka dengan sumpah atas malam, siang, dan penciptaan pria dan wanita. Surah ini menyajikan perbandingan antara dua jenis usaha manusia: satu yang memberi dan bertakwa, dan satu yang kikir dan merasa cukup. Allah menjanjikan kemudahan bagi yang memberi dan kesulitan bagi yang kikir. Ini merupakan dorongan kuat untuk berinfak dan menghindari kekikiran.

93. Aḍ-Ḍuḥā (Waktu Duha)

الضحى 11 Ayat | Makkiyah

Ditujukan untuk menghibur Nabi Muhammad pada masa awal wahyu ketika wahyu sempat terhenti. Allah bersumpah atas waktu duha dan malam, menegaskan bahwa Dia tidak meninggalkan Nabi dan tidak membencinya. Surah ini menjanjikan bahwa Akhirat akan lebih baik dari dunia, dan memerintahkan Nabi untuk tidak menindas anak yatim, tidak menghardik pengemis, dan menceritakan nikmat Tuhannya.

94. Al-Insyirāḥ (Melapangkan) / Al-Syarḥ (Lapang)

الإنشراح 8 Ayat | Makkiyah

Sebuah surah penghiburan bagi Nabi Muhammad. Allah bertanya secara retoris: "Bukankah Kami telah melapangkan dadamu?" Surah ini mengingatkan Nabi bahwa beban dakwahnya telah diringankan dan nama baiknya telah ditinggikan. Inti pesan surah ini adalah "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan," sebuah penegasan harapan yang diulang dua kali.

95. At-Tīn (Buah Tin)

التين 8 Ayat | Makkiyah

Dibuka dengan sumpah atas beberapa tempat suci (Buah Tin, Zaitun, Bukit Sinai, dan Kota Mekah yang aman). Sumpah ini mengarah pada pernyataan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang terbaik, tetapi kemudian dikembalikan ke tempat terendah, kecuali orang yang beriman dan beramal saleh. Ini adalah penegasan tentang keunggulan penciptaan manusia yang tunduk pada hukum-hukum Allah.

96. Al-‘Alaq (Segumpal Darah)

العلق 19 Ayat | Makkiyah (Ayat 1-5 adalah wahyu pertama)

Ayat-ayat awal adalah wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad di Gua Hira: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan." Surah ini menekankan pentingnya membaca, ilmu pengetahuan, dan bahwa manusia diciptakan dari segumpal darah. Bagian kedua surah mengkritik Abu Jahal, yang melarang Nabi Muhammad salat dan mengancamnya.

97. Al-Qadr (Kemuliaan)

القدر 5 Ayat | Makkiyah

Al-Qadr menjelaskan keagungan Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan) di bulan Ramadan, malam diturunkannya Al-Qur'an. Malam itu digambarkan lebih baik dari seribu bulan, di mana para malaikat dan Jibril turun untuk mengatur segala urusan dengan izin Allah, membawa kedamaian hingga terbit fajar.

98. Al-Bayyinah (Bukti Nyata)

البينة 8 Ayat | Madaniyah

Surah ini menyatakan bahwa Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang musyrik tidak akan meninggalkan kekafiran mereka sampai datang bukti nyata, yaitu Nabi Muhammad dan Al-Qur'an. Surah ini menjelaskan inti dari ajaran agama: ibadah harus ditujukan hanya kepada Allah (tauhid murni), mendirikan salat, menunaikan zakat, dan itulah agama yang lurus.

99. Az-Zalzalah (Goncangan)

الزلزلة 8 Ayat | Makkiyah

Az-Zalzalah menggambarkan goncangan dahsyat di Hari Kiamat ketika bumi mengeluarkan semua bebannya (rahasia, harta, dan mayat). Pada hari itu, bumi akan menceritakan beritanya. Surah ini diakhiri dengan prinsip fundamental: siapa yang berbuat kebaikan seberat biji atom akan melihatnya (balasannya), dan siapa yang berbuat keburukan seberat biji atom juga akan melihatnya.

100. Al-‘Ādiyāt (Kuda Perang yang Berlari Kencang)

العاديات 11 Ayat | Makkiyah

Dibuka dengan sumpah atas kuda perang yang berlari kencang. Surah ini mengkritik sifat buruk manusia: sangat ingkar dan kikir terhadap nikmat Tuhannya. Kritiknya difokuskan pada kecintaan berlebihan terhadap harta benda. Surah ini memperingatkan bahwa semua rahasia yang tersembunyi dalam dada akan diungkap pada Hari Kebangkitan.

101. Al-Qāri‘ah (Hari Menggemparkan)

القارعة 11 Ayat | Makkiyah

Al-Qāri‘ah (yang Menggemparkan) adalah nama lain Hari Kiamat. Surah ini menggambarkan hari itu sebagai hari di mana manusia seperti laron yang beterbangan dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Hasil akhir ditentukan oleh timbangan amal: siapa yang berat timbangannya akan mendapat kehidupan yang menyenangkan, dan siapa yang ringan timbangannya akan masuk Neraka Hawiyah.

102. At-Takātsur (Bermegah-Megahan)

التكاثر 8 Ayat | Makkiyah

Surah ini mengecam kebiasaan manusia untuk bermegah-megahan dan berlomba-lomba memperbanyak harta, jabatan, dan keturunan, hingga melalaikan mereka dari tujuan hidup. Peringatan keras diberikan bahwa manusia akan mengetahui kebenaran yang pasti dan akan ditanya tentang kenikmatan (yang diberikan Allah) pada Hari Kiamat.

103. Al-‘Aṣr (Masa/Waktu)

العصر 3 Ayat | Makkiyah

Salah satu surah terpendek namun paling komprehensif. Allah bersumpah atas waktu, menegaskan bahwa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali empat golongan yang memiliki sifat-sifat penyelamat: beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran (al-Haqq), dan saling menasihati dalam kesabaran (as-Shabr).

104. Al-Humazah (Pengumpat)

الهمزة 9 Ayat | Makkiyah

Surah ini mengancam keras orang-orang yang suka mencela, mengumpat (ghibah), dan mengumpulkan harta sembari menghitung-hitungnya. Mereka mengira harta mereka dapat mengekalkan mereka. Surah ini menjanjikan bahwa mereka akan dilemparkan ke dalam Neraka Hutamah, api yang membakar hingga ke hati.

105. Al-Fīl (Gajah)

الفيل 5 Ayat | Makkiyah

Al-Fīl menceritakan peristiwa sejarah penting, yaitu usaha Raja Abrahah dari Yaman yang ingin menghancurkan Ka'bah dengan pasukan bergajah, yang terjadi tepat di tahun kelahiran Nabi Muhammad. Allah menghancurkan pasukan tersebut dengan mengirimkan burung Ababil yang membawa batu-batu dari Sijjil (tanah yang dibakar). Ini adalah bukti perlindungan Allah terhadap Baitullah dan Mekah.

106. Quraisy (Suku Quraisy)

قريش 4 Ayat | Makkiyah

Surah ini merupakan kelanjutan tematik dari Al-Fil, mengingatkan Suku Quraisy tentang nikmat besar yang Allah berikan kepada mereka: keamanan dan kemakmuran dalam perjalanan dagang musim dingin dan musim panas. Sebagai balasan, mereka diperintahkan untuk menyembah Tuhan pemilik Ka'bah yang telah memberi mereka makan dari kelaparan dan mengamankan mereka dari ketakutan.

107. Al-Mā‘ūn (Barang-Barang yang Berguna)

الماعون 7 Ayat | Makkiyah

Surah ini menjelaskan karakteristik pendusta agama: mereka yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Kritik keras ditujukan kepada orang-orang yang salat, tetapi lalai (riya'/pamer), dan enggan memberikan pertolongan kecil (Ma'un) kepada sesama, menunjukkan kosongnya keimanan mereka.

108. Al-Kautsar (Nikmat yang Banyak)

الكوثر 3 Ayat | Makkiyah

Surah terpendek dalam Al-Qur'an. Allah memberikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad tentang Al-Kautsar (sungai di Surga dan nikmat yang sangat banyak). Sebagai balasannya, Nabi diperintahkan untuk mendirikan salat dan menyembelih kurban. Surah ini menjanjikan bahwa musuh Nabi-lah yang akan terputus keturunannya (atau terputus kebaikannya).

109. Al-Kāfirūn (Orang-Orang Kafir)

الكافرون 6 Ayat | Makkiyah

Surah ini berisi pernyataan tegas tentang pemisahan antara Islam dan kekafiran. Diturunkan sebagai respons terhadap tawaran kaum Quraisy untuk berkompromi dalam ibadah (mereka akan menyembah Tuhan Muhammad setahun, jika Muhammad menyembah tuhan mereka setahun). Nabi Muhammad menolaknya dengan tegas: "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku," menegaskan tidak ada kompromi dalam masalah tauhid dan ibadah.

110. An-Naṣr (Pertolongan)

النصر 3 Ayat | Madaniyah (Diyakini sebagai salah satu surah terakhir)

An-Naṣr diturunkan tak lama sebelum wafatnya Nabi Muhammad. Surah ini memberikan kabar gembira tentang kedatangan pertolongan Allah dan kemenangan (penaklukan Mekah), di mana manusia berbondong-bondong masuk Islam. Setelah kemenangan, Nabi diperintahkan untuk bertasbih (memuji) dan memohon ampunan (istighfar) kepada Allah, sebagai tanda penyelesaian misinya.

111. Al-Masad (Sabut) / Tabbat Yada (Binasalah Kedua Tangan)

المسد 5 Ayat | Makkiyah

Surah ini merupakan kutukan terhadap Abu Lahab, paman Nabi yang sangat memusuhi dakwah Islam, dan istrinya, Ummu Jamil. Surah ini dengan tegas menyatakan bahwa harta dan usahanya tidak akan menyelamatkan mereka dari azab Neraka. Nama surah diambil dari tali sabut (masad) yang akan melilit leher istri Abu Lahab di neraka.

112. Al-Ikhlāṣ (Memurnikan Keesaan Allah)

الإخلاص 4 Ayat | Makkiyah

Surah ini adalah definisi paling murni dan ringkas tentang konsep tauhid (keesaan Allah). Dikenal memiliki nilai setara sepertiga Al-Qur'an. Surah ini menyatakan empat prinsip: Allah itu Esa, Allah adalah tempat bergantung (As-Samad), Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada satu pun yang setara atau sebanding dengan-Nya.

113. Al-Falaq (Waktu Subuh)

الفلق 5 Ayat | Makkiyah

Surah ini, bersama An-Nas, dikenal sebagai Al-Mu’awwidzatain (Dua Surah Pelindung). Al-Falaq adalah doa permohonan perlindungan kepada Tuhan Penguasa subuh dari segala kejahatan yang diciptakan, kejahatan malam (kegelapan), kejahatan tukang sihir (wanita peniup buhul), dan kejahatan orang yang dengki (hasad).

114. An-Nās (Manusia)

الناس 6 Ayat | Makkiyah

Surah penutup Al-Qur'an. Ini adalah permohonan perlindungan kepada Tiga Sifat Allah (Rabb/Pemelihara, Malik/Raja, Ilah/Sembahan) dari kejahatan bisikan setan (khannas) yang bersembunyi. Bisikan ini datang dari kalangan jin dan manusia. An-Nās mengajarkan umat Islam untuk mencari perlindungan spiritual hanya kepada Allah, sebagai Raja dan Sembahan bagi seluruh umat manusia.

Penutup: Keagungan Susunan Al-Qur'an

Susunan 114 surah dalam Al-Qur'an, meskipun berbeda-beda panjang dan waktu pewahyuannya (Makkiyah dan Madaniyah), dirancang secara ilahiah untuk membentuk satu kesatuan yang kohesif. Dari penegasan tauhid universal di surah-surah awal yang panjang (Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa), hingga hukum-hukum terperinci yang mengatur masyarakat Muslim (Al-Ma’idah, An-Nur), dan kembali ke fokus intens pada Hari Akhir dan keesaan Allah di surah-surah pendek Juz ‘Amma, setiap surah memiliki peran vital.

Kisah para nabi diulang dengan variasi dan penekanan yang berbeda untuk menguatkan hati Nabi Muhammad dan menegakkan kebenaran bahwa risalah Islam bukanlah hal baru, melainkan penyempurnaan dari semua ajaran sebelumnya. Pemahaman terhadap konteks dan tema setiap surah memungkinkan pembaca untuk melihat pola besar dari pesan Al-Qur'an: menyeru manusia kepada ketaatan mutlak, keadilan sosial, dan kesadaran akan hari pertanggungjawaban.

Meskipun klasifikasi Makkiyah dan Madaniyah membantu dalam memahami perkembangan syariat, pesan spiritual dan moral dalam setiap surah tetap relevan bagi setiap individu, kapan pun dan di mana pun. Daftar ini diharapkan dapat menjadi panduan awal yang mendalam dalam menjelajahi lautan hikmah dari 114 Surah Al-Qur'an.

🏠 Kembali ke Homepage