Memaknai Bacaan Tasyahud Awal dan Akhir Menurut Muhammadiyah

Posisi Tangan Tasyahud Ilustrasi tangan kanan dalam posisi duduk tasyahud dengan jari telunjuk mengacung.

Ilustrasi posisi tangan saat tasyahud dalam shalat

Shalat merupakan tiang agama, sebuah rukun Islam yang menjadi pembeda utama antara seorang muslim dengan yang lainnya. Di dalam shalat, terdapat serangkaian gerakan dan bacaan yang telah diatur sedemikian rupa, masing-masing memiliki makna dan hikmah yang mendalam. Salah satu rukun qauli (ucapan) yang paling fundamental di dalam shalat adalah tasyahud, atau sering juga disebut tahiyat. Duduk tasyahud adalah momen hening di mana seorang hamba melakukan dialog agung, menyampaikan penghormatan tertinggi kepada Allah SWT, mengirimkan salam kepada Nabi Muhammad SAW, serta mendoakan keselamatan bagi diri sendiri dan seluruh hamba yang saleh.

Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki komitmen yang kuat untuk senantiasa mengamalkan ajaran Islam berdasarkan sumber yang paling otentik, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah Al-Maqbulah (sunnah yang diterima). Prinsip ini diwujudkan melalui lembaga Majelis Tarjih dan Tajdid, yang bertugas melakukan kajian mendalam terhadap dalil-dalil untuk menentukan amalan yang paling kuat (rajih). Oleh karena itu, memahami bacaan tasyahud awal dan akhir Muhammadiyah bukan sekadar menghafal lafal, melainkan juga menelusuri jejak-jejak dalil dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Artikel ini akan mengupas secara komprehensif bacaan tasyahud awal dan akhir yang dipedomani oleh warga Muhammadiyah, mulai dari lafal, makna, hingga dasar hukum yang melandasinya.

Prinsip Tarjih Muhammadiyah dalam Ibadah Shalat

Sebelum menyelami bacaan tasyahud secara spesifik, penting untuk memahami kerangka berpikir atau manhaj yang digunakan Muhammadiyah dalam menetapkan amalan ibadah. Manhaj ini dikenal dengan istilah "Tarjih". Secara harfiah, tarjih berarti menguatkan atau memberatkan salah satu dari beberapa pilihan. Dalam konteks fikih, tarjih adalah proses memilih pendapat atau dalil yang dianggap paling kuat (rajih) di antara berbagai dalil yang ada mengenai suatu masalah.

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja berdasarkan prinsip-prinsip yang ketat. Pertama, kembali kepada sumber primer, yaitu Al-Qur'an dan hadis-hadis sahih atau minimal hasan. Kedua, tidak terikat secara mutlak pada salah satu mazhab fikih (la madzhabiyyah dalam arti sempit), meskipun sangat menghormati dan merujuk pada ijtihad para ulama mazhab sebagai bahan perbandingan. Ketiga, menggunakan pendekatan bayani (analisis kebahasaan), tahlili (analisis konten), dan maudu'i (tematik) dalam memahami nas-nas syar'i. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap amalan yang diputuskan, termasuk tata cara shalat, memiliki landasan dalil yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah di hadapan Allah SWT.

Dalam hal bacaan shalat, Muhammadiyah merujuk pada Himpunan Putusan Tarjih (HPT) yang berisi kumpulan keputusan Majelis Tarjih. HPT menjadi pedoman utama bagi warga Persyarikatan dalam menjalankan ibadah mahdhah, termasuk bacaan tasyahud. Pilihan terhadap redaksi bacaan tertentu didasarkan pada riwayat hadis yang dinilai paling kuat sanad dan matannya, serta paling sesuai dengan praktik yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW.

Tasyahud Awal: Penghormatan dan Persaksian

Tasyahud awal dilakukan pada rakaat kedua dalam shalat yang memiliki lebih dari dua rakaat, seperti shalat Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya. Posisinya adalah duduk iftirasy, yaitu duduk di atas telapak kaki kiri, sementara telapak kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari menghadap kiblat. Bacaan yang dipedomani oleh Muhammadiyah berdasarkan hadis-hadis yang kuat adalah sebagai berikut:

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Attahiyyaatu lillaahi wash shalawaatu wath thayyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihin. Asyhadu al laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluh.

"Segala penghormatan, ibadah, dan kebaikan hanyalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya tercurah kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan tercurah atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."

Membedah Makna Bacaan Tasyahud Awal

Setiap frasa dalam bacaan tasyahud awal mengandung makna yang sangat dalam, yang jika direnungkan akan menambah kekhusyukan dalam shalat. Mari kita bedah satu per satu.

1. Attahiyyaatu lillaahi wash shalawaatu wath thayyibaat

Kalimat ini adalah pembuka dialog, sebuah deklarasi agung bahwa segala bentuk penghormatan dan pengagungan hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT.

2. Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh

Setelah mengagungkan Allah, bacaan beralih untuk menyampaikan salam kepada sosok sentral dalam risalah Islam, Nabi Muhammad SAW. Kalimat ini memiliki latar belakang sejarah yang menyentuh, konon merupakan bagian dari dialog antara Allah dan Rasulullah saat peristiwa Mi'raj. Ketika Rasulullah SAW menghaturkan "Attahiyyaatu...", Allah menjawabnya. Namun, dalam shalat, kita sebagai umatnya yang mengucapkan salam ini.

3. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihin

Dari salam khusus untuk Nabi, doa kemudian meluas menjadi doa universal yang penuh kepedulian sosial. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengajarkan egoisme, bahkan dalam ibadah personal sekalipun. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk tidak melupakan diri sendiri dan saudara-saudara seiman.

4. Asyhadu al laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluh

Ini adalah puncak dari tasyahud, yaitu kalimat syahadatain, fondasi akidah setiap muslim. Setelah memuji Allah dan berselawat, kita memperbarui persaksian iman kita.

Tasyahud Akhir: Penyempurna Doa dan Permohonan Perlindungan

Tasyahud akhir dilakukan pada rakaat terakhir setiap shalat. Posisinya adalah duduk tawarruk, yaitu posisi duduk dengan memasukkan kaki kiri ke bawah kaki kanan, dan telapak kaki kanan ditegakkan, sementara pantat duduk langsung di lantai. Cara duduk ini dibedakan dengan tasyahud awal untuk menandakan bahwa ini adalah duduk terakhir sebelum salam.

Bacaan tasyahud akhir dimulai dengan bacaan yang sama persis dengan tasyahud awal, kemudian dilanjutkan dengan bacaan shalawat Ibrahimiyah dan doa memohon perlindungan dari empat perkara. Rangkaian lengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Bacaan Tasyahud (Sama seperti Tasyahud Awal)

Dimulai dari "Attahiyyaatu lillaah..." hingga "...‘abduhuu wa rasuuluh."

2. Bacaan Shalawat Ibrahimiyah

Setelah selesai membaca syahadatain, dilanjutkan dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS, yang dikenal sebagai shalawat Ibrahimiyah. Redaksi ini dianggap sebagai redaksi shalawat yang paling afdal (utama) karena diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW ketika para sahabat bertanya tentang cara berselawat kepada beliau.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid. Allaahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa baarakta ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidum majiid.

"Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah berkah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

Makna Mendalam Shalawat Ibrahimiyah

3. Doa Memohon Perlindungan Sebelum Salam

Setelah menyelesaikan shalawat Ibrahimiyah, sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) untuk membaca doa memohon perlindungan dari empat perkara besar. Ini merupakan kesempatan emas bagi seorang hamba untuk memohon proteksi kepada Allah sebelum mengakhiri shalatnya. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah menegaskan pentingnya doa ini berdasarkan hadis-hadis yang sahih.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Allaahumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabi jahannam, wa min ‘adzaabil qobri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaati, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal.

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."

Empat Perlindungan Krusial

Doa ini mencakup permohonan perlindungan dari ujian terbesar yang akan dihadapi manusia, baik di dunia, di alam barzakh, maupun di akhirat.

  1. Min 'adzaabi jahannam (dari siksa neraka Jahannam): Ini adalah permohonan perlindungan dari puncak kengerian di akhirat. Memohon terhindar dari neraka adalah tujuan utama setiap mukmin.
  2. Wa min 'adzaabil qobri (dari siksa kubur): Permohonan perlindungan dari azab di alam barzakh, fase pertama setelah kematian sebelum hari kebangkitan. Ini menunjukkan bahwa keimanan mencakup keyakinan akan adanya kehidupan dan pertanggungjawaban setelah mati.
  3. Wa min fitnatil mahyaa wal mamaat (dari fitnah kehidupan dan kematian): Ini adalah permohonan yang sangat komprehensif.
    • Fitnah kehidupan (fitnatil mahya): Mencakup segala bentuk ujian, cobaan, syahwat, syubhat, dan godaan dunia yang dapat menyesatkan manusia dari jalan Allah.
    • Fitnah kematian (fitnatil mamat): Mencakup ujian berat saat sakaratul maut, seperti godaan setan di akhir hayat, dan pertanyaan malaikat di alam kubur.
  4. Wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal (dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal): Permohonan perlindungan dari fitnah terbesar dan terberat yang akan menimpa umat manusia di akhir zaman. Rasulullah SAW sangat sering memperingatkan umatnya tentang bahaya Dajjal, sehingga doa ini menjadi sangat vital untuk dipanjatkan di setiap shalat.

Kesimpulan: Tasyahud Sebagai Dialog Spiritual

Memahami bacaan tasyahud awal dan akhir Muhammadiyah bukanlah sebatas persoalan teknis ibadah, melainkan sebuah perjalanan untuk menyelami kedalaman makna shalat. Tasyahud adalah rangkuman dari esensi ajaran Islam. Ia dimulai dengan pengagungan total kepada Allah, dilanjutkan dengan pengiriman salam cinta kepada Nabi Muhammad SAW, disusul dengan doa universal untuk seluruh hamba saleh, dan dipuncaki dengan pembaruan ikrar syahadatain.

Pada tasyahud akhir, perjalanan spiritual ini disempurnakan dengan shalawat termulia kepada Rasulullah dan permohonan perlindungan dari empat fitnah terbesar. Rangkaian bacaan yang didasarkan pada Himpunan Putusan Tarjih ini merupakan hasil dari ijtihad yang teliti untuk mengikuti sunnah Nabi sedekat mungkin. Dengan merenungkan setiap kata yang kita ucapkan, duduk tasyahud tidak lagi menjadi jeda yang mekanis, tetapi berubah menjadi momen dialog yang khusyuk, agung, dan penuh makna dengan Sang Pencipta, sebelum akhirnya kita menutup shalat dengan menebarkan salam kedamaian ke kanan dan ke kiri.

🏠 Kembali ke Homepage