Panduan Terlengkap Bacaan Sholat Sunnah Sebelum Subuh

Ilustrasi masjid saat fajar menyingsing

Di antara hamparan waktu yang penuh berkah, ada satu momen singkat sebelum mentari menampakkan sinarnya yang menyimpan keutamaan luar biasa. Momen itu adalah waktu pelaksanaan sholat sunnah dua rakaat sebelum sholat Subuh. Sholat ini, meskipun ringan dan singkat, memiliki ganjaran yang nilainya melebihi dunia dan seisinya. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan sholat sunnah sebelum Subuh, mulai dari keutamaannya, niat, tata cara, hingga bacaan-bacaan yang dianjurkan, agar kita dapat melaksanakannya dengan pemahaman yang mendalam dan kekhusyukan yang sempurna.

Sholat ini dikenal dengan beberapa nama, di antaranya adalah Sholat Sunnah Fajar, Sholat Qabliyah Subuh, atau bagian dari Sholat Sunnah Rawatib. Semua nama ini merujuk pada amalan yang sama: sholat sunnah dua rakaat yang dikerjakan setelah adzan Subuh berkumandang dan sebelum pelaksanaan sholat fardhu Subuh. Memahami ragam penamaan ini penting agar tidak terjadi kebingungan saat membaca berbagai literatur fiqih atau mendengarkan ceramah dari para ulama.

Keutamaan yang Melebihi Dunia dan Seisinya

Salah satu motivasi terbesar bagi seorang muslim untuk menjaga amalan ini adalah keutamaannya yang tak ternilai. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menekankan pentingnya sholat ini, bahkan beliau tidak pernah meninggalkannya baik saat sedang di rumah (muqim) maupun dalam perjalanan (safar). Hal ini menunjukkan betapa istimewanya kedudukan sholat sunnah fajar.

Dalil paling masyhur yang menggambarkan keagungan sholat ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

"Rak'atal fajri khairun minad-dunya wa ma fiha."

"Dua rakaat fajar (sholat sunnah sebelum subuh) lebih baik daripada dunia dan semua isinya." (HR. Muslim no. 725)

Mari kita renungkan sejenak makna hadits ini. Dunia, dengan segala kemegahannya, kekayaannya, jabatannya, keindahannya, dan semua kenikmatan fana yang ada di dalamnya, ternyata nilainya tidak sebanding dengan dua rakaat ringan yang kita kerjakan di waktu fajar. Jika seluruh emas di bumi, semua properti mewah, semua kendaraan canggih, dan semua kekuasaan dikumpulkan, pahala dari sholat sunnah fajar ini masih jauh lebih unggul. Ini adalah sebuah penawaran agung dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang seharusnya membuat setiap muslim bersemangat untuk meraihnya setiap hari tanpa terlewat.

Dalam riwayat lain, Aisyah radhiyallahu ‘anha juga berkata:

"Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah melakukan satu sholat sunnah pun yang lebih beliau jaga dalam melaksanakannya melebihi dua rakaat sholat sunnah sebelum Subuh." (HR. Bukhari no. 1169 dan Muslim no. 724)

Konsistensi Rasulullah dalam menjaga amalan ini menjadi bukti nyata betapa pentingnya sholat sunnah fajar. Ini bukan sekadar amalan tambahan biasa, melainkan sebuah sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat ditekankan) yang selayaknya menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas harian seorang mukmin.

Waktu Pelaksanaan yang Tepat

Memahami waktu pelaksanaan yang benar adalah kunci sahnya sebuah ibadah. Sholat sunnah fajar dikerjakan pada rentang waktu yang spesifik, yaitu:

Waktu terbaik untuk melaksanakannya adalah segera setelah adzan Subuh dan setelah menjawab adzan serta berdoa setelahnya. Tujuannya adalah agar ada jeda antara sholat sunnah ini dengan sholat fardhu Subuh. Namun, perlu diingat bahwa sholat ini dianjurkan untuk dilakukan dengan ringkas, agar tidak terlewat sholat Subuh berjamaah di masjid.

Jika seseorang tiba di masjid dan imam sudah akan memulai sholat fardhu Subuh (iqamah sudah dikumandangkan), maka ia tidak boleh mengerjakan sholat sunnah fajar terlebih dahulu. Ia harus langsung bergabung dengan sholat berjamaah. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

"Jika iqamah sholat telah dikumandangkan, maka tidak ada sholat (sunnah) selain sholat wajib." (HR. Muslim no. 710)

Bagi yang terlewat, para ulama berbeda pendapat apakah sholat ini bisa diqadha (diganti). Pendapat yang lebih kuat, berdasarkan beberapa riwayat, adalah boleh mengqadhanya setelah sholat Subuh selesai atau setelah matahari terbit.

Niat Sholat Sunnah Sebelum Subuh

Niat adalah rukun pertama dan terpenting dalam setiap ibadah. Niat tempatnya di dalam hati. Melafalkan niat bukanlah suatu keharusan, namun sebagian ulama memperbolehkannya untuk membantu memantapkan hati. Yang terpenting adalah kesadaran dan kehendak di dalam hati untuk melaksanakan sholat sunnah dua rakaat sebelum Subuh karena Allah Ta'ala.

Jika ingin melafalkannya, berikut adalah contoh lafadz niatnya:

أُصَلِّى سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَةً لِلهِ تَعَالَى

"Ushalli sunnatas shubhi rak'ataini qabliyatan lillahi ta'ala."

"Aku niat sholat sunnah sebelum Subuh dua rakaat karena Allah Ta'ala."

Atau bisa juga dengan niat Sholat Fajar:

أُصَلِّى سُنَّةَ الْفَجْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

"Ushalli sunnatal fajri rak'ataini lillahi ta'ala."

"Aku niat sholat sunnah Fajar dua rakaat karena Allah Ta'ala."

Sekali lagi, yang menjadi patokan utama adalah niat di dalam hati. Lafadz di atas hanyalah alat bantu. Tanpa melafalkannya pun, jika hati sudah berniat, maka sholatnya tetap sah.

Tata Cara dan Bacaan Sholat Lengkap

Sholat sunnah fajar dilaksanakan sebanyak dua rakaat. Salah satu ciri khas sholat ini adalah pelaksanaannya yang dianjurkan untuk diringankan atau tidak dipanjangkan, selama rukun dan wajibnya tetap terpenuhi dengan sempurna. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meringankan dua rakaat sholat sunnah sebelum Subuh hingga Aisyah bertanya, "Apakah beliau membaca Ummul Kitab (Al-Fatihah)?" (HR. Bukhari dan Muslim).

Berikut adalah rincian tata cara dan bacaan dari rakaat pertama hingga salam.

Rakaat Pertama

  1. Takbiratul Ihram

    Berdiri tegak menghadap kiblat, kemudian mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga atau bahu sambil mengucapkan takbir:

    اللهُ أَكْبَرُ

    "Allahu Akbar"

    "Allah Maha Besar"

    Setelah itu, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dada.

  2. Membaca Doa Iftitah (Sunnah)

    Membaca doa iftitah hukumnya sunnah. Boleh dibaca, boleh juga tidak, terutama jika waktu sangat sempit. Salah satu doa iftitah yang ringkas adalah:

    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

    "Subhanakallahumma wa bihamdika wa tabarakasmuka wa ta'ala jadduka wa laa ilaha ghairuk."

    "Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, nama-Mu penuh berkah, keagungan-Mu Maha Tinggi, dan tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau."

  3. Membaca Surat Al-Fatihah (Wajib)

    Membaca surat Al-Fatihah adalah rukun sholat yang wajib dibaca di setiap rakaat. Dimulai dengan ta'awudz dan basmalah.

    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ.

    "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."

    Setelah selesai membaca Al-Fatihah, ucapkan "Aamiin".

  4. Membaca Surat Pendek (Sunnah yang Dianjurkan)

    Setelah Al-Fatihah, disunnahkan membaca surat pendek. Berdasarkan hadits, ada beberapa bacaan yang secara khusus dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk sholat sunnah fajar ini.

    Pada rakaat pertama, sangat dianjurkan untuk membaca Surat Al-Kafirun.

    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ. لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ. وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ. وَلَآ اَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ. وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ. لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ.

    "Qul yaa ayyuhal-kaafiruun. Laa a'budu maa ta'buduun. Wa laa antum 'aabiduuna maa a'bud. Wa laa ana 'aabidum maa 'abattum. Wa laa antum 'aabiduuna maa a'bud. Lakum diinukum wa liya diin."

    "Katakanlah (Muhammad), 'Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.'"

    Hikmah Membaca Surat Al-Kafirun: Surat ini mengandung pernyataan pemurnian tauhid dan pemutusan total dari segala bentuk kesyirikan (bara'ah minasy syirk). Membacanya di awal hari seolah menjadi deklarasi seorang hamba bahwa ia memulai harinya dengan tauhid yang murni, hanya beribadah kepada Allah semata dan berlepas diri dari segala sesembahan selain-Nya. Ini adalah pondasi keimanan yang paling utama.

  5. Ruku'

    Mengangkat tangan setinggi telinga atau bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar", lalu membungkuk dengan punggung lurus (ruku'). Saat ruku', membaca tasbih minimal tiga kali:

    سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ

    "Subhaana robbiyal 'adziimi wa bihamdih."

    "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya."

  6. I'tidal

    Bangkit dari ruku' sambil mengangkat kedua tangan dan mengucapkan:

    سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

    "Sami'allaahu liman hamidah."

    "Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya."

    Setelah berdiri tegak, membaca:

    رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

    "Robbanaa wa lakal hamd."

    "Ya Tuhan kami, dan bagi-Mu segala puji."

  7. Sujud Pertama

    Turun untuk sujud sambil mengucapkan "Allahu Akbar". Sujud dilakukan dengan tujuh anggota badan menyentuh lantai: dahi (bersama hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Saat sujud, membaca tasbih minimal tiga kali:

    سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

    "Subhaana robbiyal a'laa wa bihamdih."

    "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya."

  8. Duduk di Antara Dua Sujud

    Bangkit dari sujud sambil mengucapkan "Allahu Akbar" dan duduk iftirasy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan). Saat duduk, membaca doa:

    رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي وَاعْفُ عَنِّي

    "Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii."

    "Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."

  9. Sujud Kedua

    Sujud kembali seperti sujud pertama, dengan bacaan yang sama.

Rakaat Kedua

  1. Berdiri untuk Rakaat Kedua

    Bangkit dari sujud kedua untuk memulai rakaat kedua sambil mengucapkan "Allahu Akbar".

  2. Membaca Surat Al-Fatihah

    Membaca kembali Surat Al-Fatihah secara lengkap seperti pada rakaat pertama.

  3. Membaca Surat Pendek (Sunnah yang Dianjurkan)

    Pada rakaat kedua, sunnah yang paling utama adalah membaca Surat Al-Ikhlas.

    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ. اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ. وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ.

    "Qul huwallaahu ahad. Allahus-samad. Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad."

    "Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.'"

    Hikmah Membaca Surat Al-Ikhlas: Surat ini adalah intisari dari ajaran tauhid. Membaca Surat Al-Kafirun di rakaat pertama (penolakan syirik) dan Surat Al-Ikhlas di rakaat kedua (penetapan keesaan Allah) adalah kombinasi sempurna untuk memulai hari. Ini adalah penegasan kembali ikrar seorang hamba akan keesaan Allah yang mutlak, bahwa hanya Dia yang layak disembah dan menjadi tempat bergantung. Kombinasi dua surat ini disebut juga "Surat al-Ikhlasain" (dua surat keikhlasan).

    Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Al-Kafirun dan surat Al-Ikhlas dalam dua rakaat sholat sunnah fajar (HR. Muslim no. 726).

  4. Melakukan Ruku', I'tidal, Sujud, dan Duduk di Antara Dua Sujud

    Gerakan dan bacaan pada tahap ini sama persis dengan yang dilakukan pada rakaat pertama.

  5. Tasyahud Akhir

    Setelah sujud kedua di rakaat kedua, duduk tawarruk (kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, dan duduk di atas lantai). Kemudian membaca doa tasyahud akhir:

    التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ.

    "At-tahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rosuulullaah."

    "Segala penghormatan, keberkahan, shalawat dan kebaikan hanya milik Allah. Semoga keselamatan tercurah kepadamu wahai Nabi, beserta rahmat dan berkah-Nya. Semoga keselamatan tercurah atas kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."

    Dilanjutkan dengan membaca shalawat Ibrahimiyah:

    اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

    "Allaahumma sholli 'alaa muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa shollaita 'alaa ibroohiima wa 'alaa aali ibroohim, innaka hamiidum majiid. Allaahumma baarik 'alaa muhammadin wa 'alaa aali muhammad, kamaa baarokta 'alaa ibroohiima wa 'alaa aali ibroohim, innaka hamiidum majiid."

    "Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."

    Setelah itu, disunnahkan untuk membaca doa memohon perlindungan dari empat perkara sebelum salam.

  6. Salam

    Menoleh ke kanan sambil mengucapkan:

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

    "Assalaamu 'alaikum wa rohmatullaah."

    "Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah atas kalian."

    Kemudian menoleh ke kiri dengan mengucapkan salam yang sama.

Doa dan Dzikir Setelah Sholat Sunnah Fajar

Setelah menyelesaikan sholat sunnah fajar, ada amalan lain yang juga dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu berbaring sejenak di atas sisi kanan tubuh sambil menunggu iqamah sholat Subuh. Ini disebutkan dalam hadits Aisyah:

"Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah selesai dari sholat dua rakaat fajar, beliau berbaring di atas sisi kanannya." (HR. Bukhari no. 1160)

Amalan ini bersifat sunnah dan memiliki hikmah untuk mengistirahatkan tubuh sejenak setelah bangun malam dan sebelum menunaikan sholat fardhu. Selain itu, ada beberapa doa dan dzikir yang dianjurkan untuk dibaca setelah sholat sunnah fajar.

Salah satu dzikir yang dianjurkan adalah membaca:

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

"Ya Hayyu Ya Qayyum, bi-rahmatika astaghits, wa ashlih li sya’ni kullahu wa la takilni ila nafsi thorfata ‘ain."

"Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri meskipun hanya sekejap mata."

Juga dianjurkan untuk memperbanyak istighfar dan dzikir lainnya sambil menunggu pelaksanaan sholat Subuh. Waktu antara sholat sunnah fajar dan sholat fardhu Subuh adalah salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Manfaatkanlah momen berharga ini untuk memohon ampunan, rahmat, dan segala hajat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kesimpulan: Meraih Harta Karun di Waktu Fajar

Sholat sunnah sebelum Subuh adalah amalan yang ringan, singkat, namun sarat dengan keutamaan yang luar biasa. Ganjaran yang lebih baik dari dunia dan seisinya adalah janji pasti dari Allah bagi siapa saja yang konsisten menjalankannya. Dengan memahami niat yang benar, tata cara yang sesuai sunnah, dan bacaan-bacaan yang dianjurkan seperti Surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas, kita tidak hanya menjalankan ibadah secara ritual, tetapi juga meresapi makna tauhid yang mendalam di awal hari kita.

Menjadikan sholat sunnah fajar sebagai kebiasaan yang tak terpisahkan adalah investasi akhirat terbaik yang bisa kita lakukan setiap hari. Ia adalah perisai spiritual, pembuka pintu rezeki, dan penanda dimulainya hari dengan ketaatan kepada Sang Pencipta. Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan keistiqomahan untuk senantiasa menjaga harta karun berharga di waktu fajar ini.

🏠 Kembali ke Homepage