Panduan Lengkap Bacaan dan Tata Cara Sholat Qobliyah Subuh
Sholat Qobliyah Subuh, yang juga dikenal dengan nama Sholat Sunnah Fajar, merupakan salah satu amalan sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa. Sholat ini dilaksanakan sebanyak dua rakaat setelah adzan Subuh berkumandang dan sebelum pelaksanaan sholat fardhu Subuh. Meskipun hukumnya sunnah, Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkannya, bahkan saat dalam perjalanan sekalipun. Hal ini menunjukkan betapa besar nilai dan pahala yang terkandung di dalamnya, sebuah amalan ringan yang kebaikannya melebihi dunia dan seisinya.
Artikel ini akan mengupas secara mendalam dan terperinci mengenai segala hal yang berkaitan dengan Sholat Qobliyah Subuh, mulai dari niat yang menjadi pondasi ibadah, tata cara pelaksanaan yang runut, bacaan-bacaan yang dianjurkan khususnya surat-surat pendek, hingga doa dan dzikir setelahnya. Pemahaman yang komprehensif ini diharapkan dapat membantu kaum muslimin untuk dapat melaksanakan ibadah agung ini dengan khusyuk, benar, dan penuh penghayatan, sehingga dapat meraih keutamaan yang telah dijanjikan oleh Allah SWT.
Keutamaan Agung Sholat Qobliyah Subuh
Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam tata cara dan bacaan, penting untuk meresapi keutamaan Sholat Qobliyah Subuh. Memahami nilai sebuah amalan akan menumbuhkan semangat dan keikhlasan dalam menjalankannya. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha:
"Dua rakaat fajar (sholat sunnah qobliyah subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya." (HR. Muslim)
Hadits ini adalah penegasan yang sangat kuat. Bayangkan segala kemegahan, kekayaan, keindahan, dan kenikmatan yang ada di dunia ini, mulai dari gunung-gunung yang menjulang, lautan yang terhampar luas, hingga segala perhiasan yang ada di dalamnya. Dua rakaat ringan yang kita kerjakan di waktu fajar ternyata nilainya di sisi Allah jauh melampaui itu semua. Ini adalah sebuah penawaran agung dari Allah SWT yang selayaknya tidak dilewatkan oleh seorang mukmin yang mendambakan keridhaan-Nya.
Keutamaan lainnya adalah sholat ini merupakan salah satu amalan yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Aisyah radhiyallahu 'anha juga berkata:
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah menjaga sholat sunnah yang lebih beliau tekankan daripada dua rakaat fajar." (HR. Bukhari dan Muslim)
Konsistensi Rasulullah SAW dalam melaksanakan sholat ini menjadi teladan bagi kita semua. Ini bukan sekadar amalan biasa, melainkan sebuah manifestasi cinta dan ketaatan kepada Allah yang dilakukan di waktu yang sangat istimewa, yaitu di penghujung malam dan permulaan hari, saat banyak manusia masih terlelap dalam tidurnya.
Niat Sholat Qobliyah Subuh
Niat adalah rukun pertama dan paling fundamental dalam setiap ibadah. Niat membedakan satu ibadah dengan ibadah lainnya, serta membedakan antara kebiasaan dengan ibadah. Niat tempatnya di dalam hati, namun melafalkannya (talaffuzh) dianjurkan oleh sebagian ulama untuk membantu memantapkan hati. Berikut adalah lafadz niat sholat Qobliyah Subuh.
أُصَلِّى سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatash shubhi rak'ataini qabliyyatan lillaahi ta'aala.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah sebelum Subuh dua rakaat karena Allah Ta'ala."
Yang terpenting dari niat adalah kesadaran penuh di dalam hati bahwa kita sedang melaksanakan sholat sunnah dua rakaat sebelum sholat Subuh, semata-mata karena mengharap ridha Allah SWT, bukan karena tujuan duniawi atau karena ingin dilihat oleh orang lain. Keikhlasan dalam niat inilah yang akan menjadi penentu diterimanya amal ibadah kita.
Tata Cara Pelaksanaan Sholat Qobliyah Subuh
Tata cara pelaksanaan sholat Qobliyah Subuh sama seperti sholat sunnah dua rakaat pada umumnya. Perbedaannya terletak pada niat dan waktu pelaksanaannya. Berikut adalah urutan pelaksanaannya secara rinci dari awal hingga akhir.
1. Takbiratul Ihram
Berdiri tegak menghadap kiblat, kemudian mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga (bagi laki-laki) atau sejajar dengan bahu (bagi perempuan) sambil mengucap takbir:
اللهُ أَكْبَرُ
Allahu Akbar
Artinya: "Allah Maha Besar."
Saat mengucapkan takbir ini, hati kita sepenuhnya berniat untuk melaksanakan sholat. Dengan takbir ini, kita telah memasuki "keharaman" sholat, artinya kita dilarang untuk melakukan hal-hal di luar gerakan dan bacaan sholat, seperti berbicara atau makan. Ini adalah momen transisi dari urusan duniawi menuju penghadapan total kepada Sang Pencipta.
2. Membaca Doa Iftitah
Setelah takbiratul ihram dan bersedekap (meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di depan dada atau perut), disunnahkan untuk membaca doa iftitah. Ada beberapa versi doa iftitah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Salah satu yang paling umum adalah:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Allahu akbar kabiiro, walhamdulillahi katsiiro, wa subhanallahi bukrotaw wa'ashiila. Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fathoros samawaati wal ardho haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin. Inna sholaati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wabidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.
Artinya: "Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji yang sebanyak-banyaknya bagi Allah. Maha Suci Allah pada pagi dan petang hari. Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan berserah diri, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk golongan orang-orang muslim."
Doa ini adalah sebuah ikrar, penegasan kembali akan tauhid dan kepasrahan total seorang hamba kepada Rabb-nya sebelum memulai dialog melalui bacaan Al-Qur'an.
3. Membaca Surat Al-Fatihah
Membaca Surat Al-Fatihah adalah rukun qauli (ucapan) dalam sholat. Sholat tidak sah tanpanya. Al-Fatihah disebut juga sebagai Ummul Kitab (Induk Al-Qur'an) karena mencakup seluruh isi pokok ajaran Al-Qur'an. Bacalah dengan tartil, jelas, dan penuh penghayatan.
4. Membaca Surat Pendek (Bacaan Inti Sholat Qobliyah Subuh)
Setelah selesai membaca Al-Fatihah, disunnahkan untuk membaca surat pendek dari Al-Qur'an. Dalam pelaksanaan sholat Qobliyah Subuh, Rasulullah SAW seringkali membaca surat-surat tertentu yang memiliki makna sangat mendalam terkait keikhlasan dan tauhid. Amalan ini disebut sebagai ittiba', yaitu mengikuti jejak sunnah Nabi secara spesifik.
Berdasarkan hadits riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW pada rakaat pertama sholat sunnah fajar membaca Surat Al-Kafirun dan pada rakaat kedua membaca Surat Al-Ikhlas (HR. Muslim). Ini adalah pilihan terbaik dan paling utama untuk diamalkan.
Rakaat Pertama: Surat Al-Kafirun (Orang-Orang Kafir)
Surat ini merupakan deklarasi pemurnian ibadah dan penegasan batas yang jelas (bara'ah) antara tauhid dan syirik. Membacanya di awal hari adalah sebuah penegasan komitmen seorang muslim untuk hanya beribadah kepada Allah semata sepanjang hari itu.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ - ١
Qul yā ayyuhal-kāfirūn
Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang kafir!"
Penjelasan: Ayat ini adalah perintah langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan seruan yang tegas dan lugas. Panggilan "Wahai orang-orang kafir" bukanlah sebuah hinaan, melainkan sebuah identifikasi yang jelas terhadap mereka yang menolak kebenaran tauhid pada saat itu. Ini adalah awal dari sebuah deklarasi prinsip yang tidak bisa ditawar.
لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ - ٢
Lā a'budu mā ta'budūn
Artinya: aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Penjelasan: Ini adalah penegasan pertama yang fundamental. "Aku tidak akan menyembah" menunjukkan sebuah sikap penolakan yang aktif dan berkelanjutan. Objek yang ditolak adalah "apa yang kamu sembah", yaitu berhala-berhala, patung, dan segala bentuk sesembahan selain Allah. Ini adalah pemurnian ibadah (tauhidul uluhiyyah) dari sisi seorang muslim.
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُdُ - ٣
Wa lā antum 'ābidūna mā a'bud
Artinya: dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah.
Penjelasan: Ayat ini adalah cermin dari ayat sebelumnya. Jika ayat kedua adalah deklarasi dari pihak muslim, maka ayat ketiga adalah pengakuan realitas dari pihak kafir. Meskipun mereka mungkin mengklaim menyembah Tuhan, hakikat ibadah mereka telah tercampur dengan syirik, sehingga ibadah mereka tidak murni tertuju kepada Allah yang Esa, Dzat yang disembah oleh Nabi Muhammad SAW. Ini menegaskan bahwa cara beribadah dan objek yang disembah benar-benar berbeda.
وَلَآ اَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ - ٤
Wa lā ana 'ābidum mā 'abattum
Artinya: dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
Penjelasan: Ayat ini merupakan penegasan ulang dari ayat kedua dengan struktur kalimat yang berbeda untuk memperkuat makna. Jika ayat kedua menggunakan bentuk kata kerja (fi'il mudhari') yang bermakna masa kini dan akan datang, ayat ini menggunakan bentuk kata benda (isim fa'il) yang lebih kuat, menegaskan bahwa "aku bukanlah seorang penyembah" dari sesembahan kalian, baik di masa lalu, sekarang, maupun yang akan datang. Ini adalah penolakan total terhadap seluruh sejarah dan praktik kesyirikan.
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُdُ - ٥
Wa lā antum 'ābidūna mā a'bud
Artinya: dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
Penjelasan: Pengulangan ayat ketiga ini berfungsi untuk menguatkan penegasan bahwa selama mereka persisten dalam kekafiran dan kemusyrikan mereka, mereka tidak akan pernah berada di jalan ibadah yang benar, yaitu ibadah yang murni kepada Allah SWT.
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ - ٦
Lakum dīnukum wa liya dīn
Artinya: Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.
Penjelasan: Ini adalah puncak dari deklarasi. Ayat ini bukanlah sebuah pengakuan atas kebenaran agama lain atau seruan untuk pluralisme dalam arti teologis. Sebaliknya, ini adalah garis pemisah yang paling tegas. Artinya, kita memiliki jalan, keyakinan, dan cara ibadah yang sama sekali berbeda dan tidak akan pernah bisa disatukan atau dicampuradukkan. Ini adalah prinsip toleransi dalam arti tidak ada paksaan dalam beragama, namun bukan berarti mencampuradukkan akidah.
Rakaat Kedua: Surat Al-Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)
Setelah membaca Al-Fatihah di rakaat kedua, dilanjutkan dengan membaca Surat Al-Ikhlas. Jika Al-Kafirun adalah penegasan "apa yang bukan Tuhan", maka Al-Ikhlas adalah penegasan "siapakah Tuhan yang sesungguhnya". Surat ini adalah inti dari ajaran tauhid, setara dengan sepertiga Al-Qur'an karena kandungannya yang agung.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ - ١
Qul huwallāhu aḥad
Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa."
Penjelasan: Ayat ini adalah jawaban atas segala pertanyaan tentang hakikat Tuhan. "Ahad" (Maha Esa) berbeda dengan "Wahid" (satu). "Ahad" mengandung makna keesaan yang absolut, unik, tidak tersusun dari bagian-bagian, dan tidak ada duanya dalam segala sifat kesempurnaan-Nya. Ini adalah penolakan terhadap segala konsep trinitas, dualisme, atau panteisme.
اَللّٰهُ الصَّمَدُ - ٢
Allāhuṣ-ṣamad
Artinya: Allah tempat meminta segala sesuatu.
Penjelasan: "As-Shamad" adalah salah satu nama Allah yang memiliki makna yang sangat kaya. Ia berarti Dzat yang menjadi tujuan dan tumpuan seluruh makhluk dalam memenuhi hajat mereka. Ia tidak membutuhkan siapapun dan apapun, sementara segala sesuatu mutlak membutuhkan-Nya. Ia tidak makan, tidak minum, dan tidak memiliki rongga. Sifat ini menegaskan kemandirian absolut Allah dan kebergantungan total seluruh alam semesta kepada-Nya.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ - ٣
Lam yalid wa lam yūlad
Artinya: (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
Penjelasan: Ayat ini menolak secara tegas konsep ketuhanan yang antropomorfik atau menyerupai makhluk. Keyakinan bahwa Tuhan memiliki anak (seperti keyakinan sebagian Nasrani terhadap Isa atau Yahudi terhadap Uzair) atau bahwa Tuhan adalah anak dari tuhan lain (seperti dalam mitologi politeistik) adalah sebuah kesyirikan yang besar. Allah Maha Suci dari sifat-sifat biologis makhluk-Nya. Eksistensi-Nya azali, tidak berawal dan tidak berakhir.
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ - ٤
Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad
Artinya: Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.
Penjelasan: Ini adalah penutup yang menyempurnakan konsep keesaan Allah. "Kufuwan" berarti sebanding, setara, atau serupa. Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada satupun, baik dalam zat, sifat, maupun perbuatan-Nya, yang dapat menandingi atau bahkan sekadar menyerupai Allah SWT. Dia Maha Sempurna dan Maha Berbeda dari seluruh makhluk ciptaan-Nya. Ayat ini meruntuhkan segala bentuk penyekutuan terhadap Allah.
Kombinasi antara Surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas dalam sholat fajar ini sangatlah indah. Dimulai dengan pembersihan diri dari segala bentuk kemusyrikan, lalu dilanjutkan dengan pengisian hati dengan kemurnian tauhid kepada Allah Yang Maha Esa.
5. Ruku'
Setelah selesai membaca surat pendek, angkat kedua tangan seraya mengucap "Allahu Akbar", lalu membungkuk (ruku') hingga punggung lurus. Letakkan kedua telapak tangan di atas lutut, dan pandangan mata tertuju ke tempat sujud. Dalam posisi ini, bacalah tasbih ruku' sebanyak tiga kali atau lebih dalam hitungan ganjil.
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
Subhaana robbiyal 'adziimi wa bihamdih.
Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya."
6. I'tidal
Bangkit dari ruku' seraya mengangkat kedua tangan dan membaca:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami'allaahu liman hamidah.
Artinya: "Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya."
Setelah berdiri tegak (i'tidal), lanjutkan dengan membaca:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Robbanaa lakal hamdu mil'us samaawaati wa mil'ul ardhi wa mil'u maa syi'ta min syai'in ba'du.
Artinya: "Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu."
7. Sujud
Turun untuk sujud seraya mengucap "Allahu Akbar". Pastikan tujuh anggota sujud menempel di lantai, yaitu: dahi (bersama hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung jari kaki. Dalam posisi sujud, bacalah tasbih sujud sebanyak tiga kali atau lebih.
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
Subhaana robbiyal a'laa wa bihamdih.
Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya."
Sujud adalah posisi terdekat seorang hamba dengan Tuhannya, maka perbanyaklah doa di dalamnya setelah membaca tasbih.
8. Duduk di Antara Dua Sujud
Bangkit dari sujud seraya mengucap "Allahu Akbar" dan duduk iftirasy (menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan). Dalam posisi ini, bacalah doa:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ
Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii.
Artinya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."
9. Sujud Kedua
Lakukan sujud kedua dengan gerakan dan bacaan yang sama seperti sujud pertama.
10. Bangkit untuk Rakaat Kedua
Bangkit dari sujud kedua untuk memulai rakaat kedua seraya mengucap "Allahu Akbar". Lakukan rakaat kedua sama seperti rakaat pertama, mulai dari membaca Al-Fatihah, dilanjutkan dengan Surat Al-Ikhlas, kemudian ruku', i'tidal, dan dua kali sujud.
11. Tasyahud (Tahiyat) Akhir
Setelah sujud kedua di rakaat kedua, duduklah dengan posisi tawarruk (kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan, dan duduk di atas lantai). Letakkan kedua tangan di atas paha dan bacalah doa tasyahud akhir secara lengkap.
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ و بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
At-tahiyyaatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rosuulullaah. Allaahumma sholli 'alaa sayyidinaa muhammad, wa 'alaa aali sayyidinaa muhammad. Kamaa shollaita 'alaa sayyidinaa ibroohiim, wa 'alaa aali sayyidinaa ibroohiim. Wa baarik 'alaa sayyidinaa muhammad, wa 'alaa aali sayyidinaa muhammad. Kamaa baarokta 'alaa sayyidinaa ibroohiim, wa 'alaa aali sayyidinaa ibroohiim, fil 'aalamiina innaka hamiidum majiid.
Artinya: "Segala kehormatan, keberkahan, rahmat dan kebaikan adalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah-Nya tetap tercurahkan kepadamu, wahai Nabi. Semoga keselamatan tetap terlimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim. Limpahkanlah berkah kepada junjungan kami Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada junjungan kami Nabi Ibrahim dan keluarga junjungan kami Nabi Ibrahim. Di seluruh alam semesta, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung."
Setelah membaca shalawat ibrahimiyah, disunnahkan untuk membaca doa memohon perlindungan dari empat perkara sebelum salam.
12. Salam
Akhiri sholat dengan mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan, kemudian ke kiri.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
Assalaamu 'alaikum wa rohmatullaah.
Artinya: "Semoga keselamatan dan rahmat Allah terlimpah kepada kalian."
Dengan mengucapkan salam, maka selesailah rangkaian ibadah sholat sunnah Qobliyah Subuh.
Dzikir dan Doa Setelah Sholat Qobliyah Subuh
Setelah menyelesaikan sholat, dianjurkan untuk tidak langsung beranjak, melainkan meluangkan waktu sejenak untuk berdzikir dan berdoa. Rasulullah SAW mengajarkan beberapa amalan yang bisa dilakukan di antara sholat sunnah fajar dan sholat Subuh.
Salah satu amalan yang dianjurkan adalah berbaring sejenak pada sisi tubuh yang kanan. Hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
"Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah selesai dari sholat dua rakaat fajar, beliau berbaring pada sisi tubuhnya yang kanan." (HR. Bukhari)
Sambil menunggu iqamah, kita bisa memperbanyak istighfar, tasbih, dan membaca doa. Salah satu dzikir yang sangat dianjurkan untuk dibaca setelah sholat sunnah fajar adalah:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum, bi-rohmatika astaghiits, wa ash-lih lii sya'nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata 'ain.
Artinya: "Wahai Dzat Yang Maha Hidup, wahai Dzat Yang Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh urusanku dan janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri meskipun hanya sekejap mata."
Waktu antara adzan dan iqamah Subuh juga merupakan salah satu waktu mustajab untuk berdoa. Manfaatkan kesempatan emas ini untuk memohon segala hajat, baik urusan dunia maupun akhirat, kepada Allah SWT.
Beberapa Poin Penting Tambahan
- Waktu Pelaksanaan: Waktu terbaik adalah sesegera mungkin setelah adzan Subuh berkumandang dan sebelum iqamah untuk sholat fardhu.
- Bacaan yang Ringkas: Sholat ini dianjurkan untuk dilaksanakan dengan ringkas namun tetap tuma'ninah, tidak terburu-buru. Tujuannya agar tidak terlalu mepet dengan waktu sholat fardhu Subuh.
- Jika Tertinggal: Jika seseorang tidak sempat melaksanakan sholat Qobliyah Subuh sebelum sholat fardhu, para ulama berbeda pendapat. Pendapat yang kuat adalah ia boleh mengqadhanya setelah sholat Subuh usai, atau lebih utama lagi setelah matahari terbit.
- Hukum Melaksanakannya: Hukum sholat Qobliyah Subuh adalah Sunnah Mu'akkadah, yaitu sunnah yang sangat ditekankan dan hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Meninggalkannya tanpa udzur syar'i adalah sebuah kerugian yang besar.
Sholat Qobliyah Subuh adalah permata di waktu fajar. Sebuah amalan pembuka hari yang penuh berkah, yang nilainya melampaui segala yang ada di bumi. Dengan memahami bacaan, tata cara, serta meresapi setiap keutamaannya, semoga kita semua dapat istiqamah dalam mengamalkannya, menjadikan hari-hari kita lebih bermakna, lebih dekat dengan Allah, dan dipenuhi dengan cahaya petunjuk-Nya. Amin.