Adzan, seruan indah yang berkumandang lima kali sehari, bukan sekadar penanda waktu sholat. Ia adalah undangan agung dari Allah SWT kepada hamba-Nya untuk meraih kemenangan dan kebahagiaan hakiki. Setiap kalimatnya mengandung makna tauhid yang mendalam, mengingatkan kita akan kebesaran Sang Pencipta dan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Namun, interaksi kita dengan adzan tidak berhenti saat muadzin mengakhirinya dengan lafaz "Laa ilaha illallah". Justru, momen setelah adzan selesai adalah waktu yang sangat istimewa, sebuah 'gerbang emas' untuk memanjatkan doa dan meraih berbagai keutamaan yang luar biasa.
Mengamalkan sunnah setelah adzan adalah cerminan dari kecintaan dan penghormatan kita terhadap panggilan suci ini. Ini adalah cara kita menyambut undangan ilahi dengan penuh adab dan kerinduan. Dengan memahami dan mengamalkan bacaan-bacaan setelah adzan, kita tidak hanya mengikuti jejak Rasulullah SAW, tetapi juga membuka pintu-pintu rahmat, ampunan, dan terkabulnya doa. Artikel ini akan mengupas tuntas segala hal yang berkaitan dengan amalan setelah adzan, mulai dari tata cara menjawab, bacaan doa, makna yang terkandung di dalamnya, hingga keutamaan-keutamaan agung yang telah dijanjikan.
Tahapan Amalan Saat dan Setelah Mendengar Adzan
Sebelum kita menyelami doa utama setelah adzan, penting untuk memahami rangkaian amalan yang dianjurkan sejak pertama kali kita mendengar kumandang adzan. Rangkaian ini merupakan satu kesatuan adab yang sempurna dalam menyambut panggilan sholat.
1. Mendengarkan dengan Khidmat dan Menjawab Seruan Adzan
Langkah pertama dan paling mendasar adalah berhenti dari segala aktivitas dan mendengarkan adzan dengan penuh perhatian. Ini adalah bentuk penghormatan tertinggi. Setelah mendengarkan, kita dianjurkan untuk menjawab atau menirukan apa yang diucapkan oleh muadzin. Hal ini didasarkan pada hadits dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muadzin." (HR. Bukhari dan Muslim)
Cara menjawabnya adalah dengan mengulang setiap lafaz yang diucapkan muadzin, kecuali pada dua kalimat berikut:
- Ketika muadzin mengucapkan: "Hayya 'alash sholaah" (Marilah kita sholat)
- Ketika muadzin mengucapkan: "Hayya 'alal falaah" (Marilah meraih kemenangan)
Pada kedua kalimat ini, kita dianjurkan untuk menjawab dengan:
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
Laa haula wa laa quwwata illa billah.
"Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah."
Jawaban ini mengandung makna filosofis yang sangat dalam. Saat kita dipanggil untuk sholat dan meraih kemenangan, kita mengakui kelemahan diri kita. Kita sadar bahwa tanpa kekuatan dan pertolongan dari Allah, kita tidak akan mampu untuk bangkit, berwudhu, dan mendirikan sholat. Ini adalah bentuk kerendahan hati dan pengakuan total akan kebergantungan kita kepada Allah SWT.
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW
Setelah adzan selesai dan kita telah selesai menjawabnya, amalan berikutnya adalah membaca shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Ini adalah langkah penting sebelum kita memanjatkan doa utama. Abdullah bin Amr bin Al-Ash meriwayatkan bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila kalian mendengar muadzin, maka ucapkanlah seperti yang ia ucapkan, kemudian bershalawatlah untukku. Karena barangsiapa yang bershalawat untukku sekali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Kemudian mintalah kepada Allah untukku Al-Wasilah, karena ia adalah sebuah kedudukan di surga yang tidak layak kecuali bagi seorang hamba dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap akulah hamba itu. Barangsiapa yang memintakan untukku Al-Wasilah, maka ia berhak mendapatkan syafaatku." (HR. Muslim)
Bacaan shalawat yang bisa dibaca sangat beragam, salah satu yang paling umum dan singkat adalah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad.
"Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad."
Bisa juga membaca shalawat Ibrahimiyyah yang lebih lengkap, seperti yang kita baca dalam tasyahud akhir saat sholat. Dengan bershalawat, kita menunjukkan cinta kita kepada Rasulullah SAW dan berharap mendapatkan balasan shalawat dari Allah serta syafaat dari beliau.
3. Membaca Doa Setelah Adzan
Inilah puncak dari rangkaian amalan setelah adzan. Setelah menjawab adzan dan bershalawat, kita dianjurkan untuk membaca doa khusus yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW. Doa inilah yang menjadi kunci untuk meraih keutamaan terbesar, yaitu syafaat Nabi Muhammad SAW di hari kiamat.
Bacaan Doa Setelah Adzan: Lafaz, Terjemahan, dan Makna Mendalam
Doa setelah adzan yang masyhur dan shahih berasal dari hadits riwayat Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang ketika mendengar adzan berdoa...", lalu beliau menyebutkan doa berikut ini.
اللّٰهُمَّ رَبَّ هٰذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ، وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ
Allahumma rabba hadzihid-da'watit-tammah, wash-sholatil-qo'imah, ati muhammadanil-wasilata wal-fadhilah, wab'atshu maqomam mahmudanil-ladzi wa'adtah.
"Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini (adzan) dan sholat yang didirikan. Berilah Muhammad Al-Wasilah (kedudukan yang tinggi) dan keutamaan, dan bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji (Maqam Mahmud) yang telah Engkau janjikan kepadanya." (HR. Bukhari)
Dalam beberapa riwayat lain, terdapat tambahan di akhir doa tersebut. Tambahan ini diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh sebagian ulama, sehingga boleh untuk diamalkan.
إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ
Innaka laa tukhliful-mi'aad.
"Sesungguhnya Engkau tidak pernah mengingkari janji."
Membedah Makna Setiap Kalimat dalam Doa
Untuk dapat meresapi doa ini dengan lebih khusyuk, mari kita bedah makna yang terkandung dalam setiap kalimatnya.
"Allahumma Rabba hadzihid-da'watit-tammah"
(Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna ini)
Kalimat ini adalah sebuah pengakuan agung. Kita mengakui bahwa adzan bukanlah sekadar panggilan biasa, melainkan "ad-da'wah at-tammah" atau panggilan yang sempurna. Mengapa sempurna? Karena kalimat-kalimat di dalamnya mengandung esensi ajaran Islam yang paling fundamental: Tauhid (mengesakan Allah), Risalah (mengakui kerasulan Muhammad), dan Falah (ajakan menuju kemenangan dunia dan akhirat). Panggilan ini sempurna karena ia bebas dari segala kekurangan dan kesyirikan, murni mengajak hanya kepada Allah. Dengan mengucapkan ini, kita menegaskan bahwa sumber panggilan ini adalah Allah, Sang Pemilik kesempurnaan.
"wash-sholatil-qo'imah"
(dan sholat yang didirikan)
Frasa ini merujuk pada sholat fardhu yang akan segera ditegakkan setelah adzan berkumandang. Kata "al-qo'imah" (yang didirikan/ditegakkan) memiliki makna lebih dari sekadar "dilakukan". Ia menyiratkan sebuah sholat yang akan terus-menerus ditegakkan hingga hari kiamat. Ini adalah penegasan bahwa sholat merupakan tiang agama yang akan senantiasa kokoh berdiri. Kita memohon kepada Allah, yang merupakan Tuhan dari panggilan sempurna dan sholat yang abadi ini.
"ati muhammadanil-wasilata wal-fadhilah"
(Berilah Muhammad Al-Wasilah dan keutamaan)
Di sinilah inti permohonan kita. Kita mendoakan sosok yang paling kita cintai, Nabi Muhammad SAW. Kita memohon dua hal untuk beliau:
- Al-Wasilah: Secara bahasa berarti 'perantara' atau 'sarana'. Namun, dalam konteks hadits ini, Rasulullah SAW sendiri menjelaskan bahwa Al-Wasilah adalah sebuah tingkatan atau kedudukan tertinggi di dalam surga yang hanya diperuntukkan bagi satu orang hamba saja, dan beliau berharap beliaulah orangnya. Dengan mendoakan ini, kita menunjukkan cinta kita dan berharap agar beliau menempati posisi paling mulia di sisi Allah.
- Al-Fadhilah: Berarti 'keutamaan' atau 'kelebihan'. Ini adalah permohonan agar Allah memberikan Nabi Muhammad SAW keutamaan di atas seluruh makhluk lainnya. Ini adalah pengakuan kita atas kemuliaan dan keagungan martabat beliau.
"wab'atshu maqomam mahmudanil-ladzi wa'adtah"
(dan bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya)
Ini adalah permohonan agung lainnya. "Maqam Mahmud" atau kedudukan yang terpuji adalah sebuah kedudukan istimewa yang Allah janjikan kepada Nabi Muhammad SAW di hari kiamat. Para ulama menafsirkan bahwa kedudukan ini adalah hak untuk memberikan syafa'at 'uzhma (intervensi agung). Pada hari kiamat, ketika seluruh manusia dilanda kebingungan dan penderitaan, mereka akan mendatangi para nabi untuk memohon pertolongan, namun semua nabi menolak. Hingga akhirnya mereka datang kepada Nabi Muhammad SAW, dan beliaulah yang akan bersujud di hadapan Allah dan memohon agar pengadilan segera dimulai. Seluruh makhluk, dari yang pertama hingga terakhir, akan memuji beliau atas perannya saat itu. Itulah Maqam Mahmud. Janji Allah ini termaktub dalam Al-Qur'an:
"Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra': 79)
Dengan membaca doa ini, kita seolah-olah berkata, "Ya Allah, tunaikanlah janji-Mu untuk memberikan kedudukan terpuji itu kepada Nabi kami, Muhammad SAW."
Keutamaan Agung Mengamalkan Doa Setelah Adzan
Mengamalkan rangkaian sunnah setelah adzan bukanlah amalan tanpa balasan. Allah dan Rasul-Nya telah menjanjikan berbagai keutamaan luar biasa bagi mereka yang istiqomah melakukannya. Inilah beberapa di antaranya:
1. Meraih Syafa'at Rasulullah SAW di Hari Kiamat
Ini adalah keutamaan terbesar dan paling utama. Seperti yang telah disebutkan dalam hadits Jabir bin Abdullah di atas, janji Rasulullah SAW sangatlah jelas. Di akhir hadits doa setelah adzan, beliau bersabda:
"...maka ia berhak mendapatkan syafaatku pada hari kiamat." (HR. Bukhari)
Syafa'at adalah pertolongan atau mediasi yang diberikan oleh seseorang yang diizinkan Allah di hari kiamat. Syafa'at Rasulullah SAW sangatlah kita butuhkan. Ia bisa berupa permohonan agar hisab dipercepat, agar timbangan kebaikan menjadi berat, agar diselamatkan dari api neraka, atau bahkan agar dimasukkan ke surga tanpa hisab. Dengan amalan yang begitu ringan—hanya beberapa detik setelah adzan—kita bisa mendapatkan kunci untuk meraih pertolongan terbesar di hari yang paling menentukan nasib kita. Sungguh sebuah karunia yang tak ternilai.
2. Diampuni Dosa-dosanya
Selain doa utama, ada bacaan lain yang juga dianjurkan setelah adzan yang memiliki keutamaan berupa ampunan dosa. Dari Sa'ad bin Abi Waqqash, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
"Barangsiapa yang ketika mendengar muadzin mengucapkan 'Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh', lalu ia berdoa: 'Wa ana asyhadu an laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, wa anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh. Radhitu billahi rabba, wa bi Muhammadin rasula, wa bil islami dina', maka dosanya akan diampuni." (HR. Muslim)
Lafaz doa tersebut adalah:
وَأَنَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلًا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا
Wa ana asyhadu an laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, wa anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh. Radhitu billahi rabba, wa bi Muhammadin rasula, wa bil islami dina.
"Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Muhammad sebagai Rasulku, dan Islam sebagai agamaku."
Ini menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah. Dengan meneguhkan kembali syahadat dan keridhaan kita terhadap pilar-pilar utama agama, Allah menjanjikan ampunan atas dosa-dosa kita.
3. Waktu Mustajab untuk Berdoa
Jeda waktu antara adzan dan iqamah adalah salah satu waktu terbaik untuk memanjatkan doa pribadi. Waktu ini sering disebut sebagai 'waktu emas' yang sayang untuk dilewatkan. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Doa yang dipanjatkan antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak." (HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad. Dishahihkan oleh Al-Albani)
Setelah selesai membaca shalawat dan doa setelah adzan, manfaatkanlah sisa waktu sebelum sholat dimulai untuk memohon segala hajat kita kepada Allah. Baik itu permohonan ampunan, permintaan rezeki, kesembuhan dari penyakit, hidayah untuk keluarga, maupun kebaikan dunia dan akhirat lainnya. Ini adalah kesempatan berharga yang Allah sediakan lima kali dalam sehari.
4. Meneladani Sunnah Nabi dan Menunjukkan Cinta
Setiap amalan sunnah yang kita kerjakan adalah bentuk konkret dari cinta kita kepada Rasulullah SAW. Dengan bersusah payah menghafal, memahami, dan mengamalkan doa ini, kita sedang membuktikan bahwa kita adalah pengikutnya yang setia. Mengikuti sunnah, sekecil apapun itu, akan mendatangkan keberkahan dalam hidup dan mendekatkan diri kita kepada beliau. Allah berfirman:
"Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Ali 'Imran: 31)
Mengamalkan doa setelah adzan adalah salah satu cara praktis untuk 'mengikuti' Rasulullah dan meraih cinta Allah.
Pertanyaan Umum Seputar Amalan Setelah Adzan
Apakah wanita juga dianjurkan menjawab adzan dan berdoa setelahnya?
Ya, tentu saja. Anjuran untuk menjawab adzan, bershalawat, dan berdoa setelahnya berlaku untuk semua muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Keutamaan-keutamaan yang dijanjikan juga berlaku untuk mereka. Meskipun wanita tidak diwajibkan sholat berjamaah di masjid, ketika mendengar adzan dari rumah atau tempat manapun, sangat dianjurkan untuk menghentikan aktivitas sejenak dan melakukan rangkaian amalan ini.
Bagaimana jika adzan berkumandang saat sedang di kamar mandi?
Adabnya, jika seseorang berada di tempat yang tidak layak untuk menyebut nama Allah (seperti kamar mandi atau toilet), maka ia tidak perlu menjawab adzan saat itu. Namun, setelah ia keluar, ia bisa segera menjawabnya (mengqadhanya) dan kemudian melanjutkan dengan shalawat serta doa setelah adzan. Para ulama menganalogikannya dengan orang yang sedang sholat ketika mendengar adzan, ia bisa menjawabnya setelah selesai sholat.
Bagaimana jika mendengar beberapa adzan dari masjid yang berbeda dalam waktu bersamaan?
Dalam situasi seperti ini, para ulama memberikan beberapa panduan. Pendapat yang paling umum adalah cukup menjawab adzan yang pertama kali didengar. Setelah selesai menjawab adzan pertama, ia bisa langsung bershalawat dan membaca doa. Tidak perlu menjawab semua adzan satu per satu. Fokus menjawab satu adzan dengan sempurna lebih utama.
Apakah doa ini juga dibaca setelah iqamah?
Hadits-hadits yang menyebutkan tentang doa ini secara spesifik mengikatnya dengan "adzan". Adapun iqamah, ia juga merupakan seruan untuk sholat, namun tidak ada dalil yang secara eksplisit dan kuat menganjurkan membaca doa yang sama persis setelah iqamah. Namun, karena waktu antara iqamah dan takbiratul ihram juga merupakan bagian dari waktu antara adzan dan iqamah, maka ia termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Seseorang bisa memanfaatkannya untuk berdoa apa saja, termasuk mengulang doa setelah adzan jika ia mau, dengan niat berdoa secara umum di waktu yang mustajab.
Kesimpulan: Jangan Sia-siakan Undangan Emas Ini
Adzan lebih dari sekadar alarm pengingat waktu sholat. Ia adalah melodi surgawi, undangan agung, dan pengingat konstan akan tujuan hidup kita. Merespon panggilan ini dengan adab yang diajarkan oleh Rasulullah SAW—mulai dari menjawab setiap lafaznya, mengakui kelemahan diri dengan "Laa haula wa laa quwwata illa billah", bershalawat kepada sang kekasih Allah, hingga memanjatkan doa agung setelahnya—adalah sebuah paket ibadah yang ringan di lisan namun sangat berat dalam timbangan amal.
Keutamaan meraih syafaat Nabi, ampunan dosa, dan terkabulnya doa adalah buah manis yang bisa kita petik lima kali setiap hari. Mari kita tanamkan kebiasaan mulia ini dalam diri kita dan ajarkan kepada keluarga serta generasi setelah kita. Jangan biarkan panggilan sempurna ini berlalu begitu saja tanpa kita sambut dengan penghormatan dan doa terbaik kita. Sebab dalam setiap jawaban dan doa yang kita panjatkan, ada harapan besar untuk sebuah pertolongan di hari di mana tiada pertolongan selain pertolongan dari Allah dan orang-orang yang diizinkan-Nya.