Menyelami Samudra Makna dalam Bacaan Ruku dan Sujud

Ilustrasi Posisi Sujud dalam Shalat خشوع

Ilustrasi seseorang sedang dalam posisi sujud shalat.

Shalat adalah tiang agama, sebuah jembatan spiritual yang menghubungkan seorang hamba dengan Sang Pencipta. Setiap gerakan dan ucapan di dalamnya bukanlah sekadar ritual kosong, melainkan rangkaian simbol dan dzikir yang sarat akan makna. Di antara rukun-rukun shalat, ruku' dan sujud memegang posisi istimewa. Keduanya merupakan momen puncak ketundukan, kerendahan hati, dan pengagungan seorang hamba di hadapan Rabb-nya. Memahami secara mendalam bacaan yang kita lafalkan dalam dua posisi ini adalah kunci untuk membuka pintu kekhusyu'an dan merasakan manisnya ibadah.

Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai bacaan ruku' dan sujud yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita tidak hanya akan melihat lafaznya, tetapi juga menyelami lautan maknanya, menelusuri dalil-dalil shahih yang melandasinya, serta memahami bagaimana perenungan atas bacaan-bacaan ini dapat mengubah kualitas shalat kita dari sekadar kewajiban menjadi sebuah kebutuhan ruhani yang menenangkan jiwa.

Memaknai Ruku': Gerakan Penghormatan Tertinggi

Ruku' secara harfiah berarti membungkuk. Namun dalam terminologi shalat, ia adalah gerakan membungkukkan punggung hingga lurus, seraya meletakkan kedua telapak tangan di lutut. Gerakan ini adalah simbol pengagungan (ta'zhim) yang luar biasa. Saat kita meratakan punggung dan menundukkan kepala, kita seolah-olah sedang melepaskan segala bentuk kesombongan, keangkuhan, dan status duniawi. Kita mengakui bahwa hanya ada satu Dzat yang berhak diagungkan, yaitu Allah, Rabb semesta alam.

Ketika tubuh kita tunduk dalam posisi ruku', lisan kita pun turut serta mengagungkan-Nya. Inilah sinergi antara gerakan fisik dan ucapan lisan yang menjadikan shalat begitu istimewa. Bacaan yang diucapkan dalam ruku' berpusat pada penyucian dan pengagungan nama Allah Yang Maha Agung.

1. Bacaan Ruku' yang Paling Umum dan Populer

Bacaan ini adalah yang paling sering kita dengar dan amalkan, berdasarkan hadits-hadits yang kuat. Terdapat beberapa variasi kecil yang semuanya shahih.

Versi Pertama:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ

Subhaana Rabbiyal 'Adziim.

"Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung."

Bacaan ini dianjurkan dibaca minimal tiga kali. Dasar dari bacaan ini adalah hadits dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu yang menceritakan shalatnya bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

"...Kemudian beliau ruku', dan dalam ruku'nya beliau mengucapkan, 'Subhaana Rabbiyal 'Adziim'..." (HR. Muslim no. 772).

Mari kita bedah makna kalimat yang agung ini kata per kata:

Versi Kedua (dengan tambahan):

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ

Subhaana Rabbiyal 'Adziimi wa bihamdih.

"Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya."

Tambahan "wa bihamdih" (وَبِحَمْدِهِ) memiliki makna yang mendalam. "Bi" berarti "dengan" dan "hamdih" berarti "pujian-Nya". Ungkapan ini dapat diartikan: "Aku menyucikan-Nya seraya aku memuji-Nya". Ini menggabungkan antara penyucian (tasbih) dan pujian (tahmid). Seakan-akan kita berkata, "Penyucianku terhadap-Mu, ya Allah, adalah bentuk dari pujianku kepada-Mu, dan aku memuji-Mu atas taufik yang Engkau berikan sehingga aku bisa menyucikan-Mu." Ini adalah bentuk dzikir yang sangat lengkap, menggabungkan pengakuan atas kesempurnaan Allah dan rasa syukur atas karunia-Nya.

2. Variasi Bacaan Ruku' Lainnya yang Shahih

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang membaca doa-doa lain dalam ruku' beliau, terutama dalam shalat malam. Mengamalkan variasi bacaan ini dapat membantu kita terhindar dari rutinitas dan menambah kekhusyu'an.

Bacaan Kedua:

سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ، رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

Subbuuhun Qudduusun, Rabbul malaa-ikati war ruuh.

"Maha Suci, Maha Qudus, Rabb-nya para malaikat dan Ar-Ruh (Jibril)."

Bacaan ini diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membacanya dalam ruku' dan sujud beliau (HR. Muslim no. 487). Mari kita telaah maknanya:

Bacaan Ketiga (Doa yang Lebih Panjang):

Dalam riwayat lain, dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, disebutkan doa yang lebih panjang yang dibaca Nabi saat ruku'.

اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، خَشَعَ لَكَ سَمْعِي، وَبَصَرِي، وَمُخِّي، وَعَظْمِي، وَعَصَبِي

Allahumma laka raka'tu, wa bika aamantu, wa laka aslamtu, khasya'a laka sam'ii, wa basharii, wa mukh-khii, wa 'azhmii, wa 'ashabii.

"Ya Allah, hanya kepada-Mu aku ruku', hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku berserah diri. Tunduk kepada-Mu pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku, dan urat sarafku."

Doa ini adalah sebuah ikrar totalitas ketundukan. Setiap frasanya mengandung makna penyerahan diri yang paripurna:

Memaknai Sujud: Puncak Kerendahan dan Kedekatan

Jika ruku' adalah simbol pengagungan, maka sujud adalah puncak dari kerendahan (tadzallul) dan kehinaan diri di hadapan Allah. Sujud adalah saat di mana kita meletakkan bagian tubuh kita yang paling mulia, yaitu dahi, ke tempat yang paling rendah, yaitu tanah. Ini adalah sebuah deklarasi tanpa kata bahwa kita hanyalah hamba yang lemah, faqir, dan hina, yang tidak memiliki daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi.

Namun, justru di titik terendah inilah seorang hamba berada di posisi paling dekat dengan Rabb-nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah doa (di dalamnya)." (HR. Muslim no. 482).

Oleh karena itu, bacaan dalam sujud tidak hanya berisi tasbih, tetapi juga merupakan momen emas untuk memanjatkan doa. Bacaan utamanya berpusat pada penyucian Allah Yang Maha Tinggi.

1. Bacaan Sujud yang Paling Umum dan Populer

Serupa dengan ruku', bacaan ini adalah yang paling sering diamalkan dan memiliki landasan hadits yang sangat kuat.

Versi Pertama:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى

Subhaana Rabbiyal A'laa.

"Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi."

Bacaan ini dianjurkan dibaca minimal tiga kali. Dalilnya adalah hadits yang sama dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, yang menceritakan shalat Nabi:

"...Kemudian beliau sujud, dan dalam sujudnya beliau mengucapkan, 'Subhaana Rabbiyal A'laa'..." (HR. Muslim no. 772).

Makna kalimat ini sangat selaras dengan posisi sujud. Mari kita bedah lebih dalam:

Versi Kedua (dengan tambahan):

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

Subhaana Rabbiyal A'laa wa bihamdih.

"Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya."

Seperti pada ruku', tambahan "wa bihamdih" menyempurnakan dzikir ini dengan menggabungkan penyucian (tasbih) dan pujian (tahmid) dalam satu tarikan napas.

2. Variasi Bacaan Sujud Lainnya yang Shahih

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan berbagai doa lain untuk dibaca saat sujud, memanfaatkan momen kedekatan ini untuk memohon dan berdoa.

Bacaan Kedua:

Bacaan "Subbuuhun Qudduusun" yang telah dibahas pada bagian ruku' juga dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat sujud, sebagaimana disebutkan dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha (HR. Muslim no. 487).

سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ، رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

Subbuuhun Qudduusun, Rabbul malaa-ikati war ruuh.

"Maha Suci, Maha Qudus, Rabb-nya para malaikat dan Ar-Ruh (Jibril)."

Bacaan Ketiga (Doa Pengampunan Dosa):

Ini adalah doa yang sangat indah dan sarat makna, diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ، دِقَّهُ وَجِلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ

Allahummagh-firlii dzanbii kullahu, diqqahu wa jillahu, wa awwalahu wa aakhirahu, wa 'alaaniyatahu wa sirrahu.

"Ya Allah, ampunilah seluruh dosaku, yang kecil maupun yang besar, yang awal maupun yang akhir, yang terang-terangan maupun yang tersembunyi."

Doa ini menunjukkan pengakuan seorang hamba akan banyaknya dosa yang ia lakukan. Ia memohon ampunan secara total dan komprehensif:

Membaca doa ini dalam sujud adalah bentuk permohonan ampun yang paling tulus, dilakukan di posisi yang paling dekat dengan Sang Maha Pengampun.

Bacaan Keempat (Doa yang Lebih Panjang):

Seperti halnya ruku', ada juga doa sujud yang panjang yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

Allahumma laka sajadtu, wa bika aamantu, wa laka aslamtu, sajada wajhii lilladzii khalaqahu wa shawwarahu, wa syaqqa sam'ahu wa basharahu, tabaarakallaahu ahsanul khaaliqiin.

"Ya Allah, hanya kepada-Mu aku sujud, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Dzat yang menciptakannya dan membentuknya, serta membuka pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah, sebaik-baik Pencipta."

Doa ini adalah ekspresi syukur dan pengakuan yang luar biasa:

Hukum dan Adab dalam Ruku' dan Sujud

Untuk menyempurnakan ibadah kita, penting untuk mengetahui hukum dan adab yang berkaitan dengan bacaan-bacaan ini.

Hukum Membaca Tasbih: Mayoritas ulama (Jumhur) dari mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hanafi berpendapat bahwa membaca tasbih saat ruku' dan sujud hukumnya adalah sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan). Meninggalkannya tidak membatalkan shalat, namun mengurangi kesempurnaannya. Sementara itu, ulama dari mazhab Hanbali berpendapat hukumnya adalah wajib. Meninggalkannya secara sengaja dapat membatalkan shalat, dan jika lupa, disunnahkan untuk melakukan sujud sahwi. Pendapat yang lebih kuat dan lebih hati-hati adalah menganggapnya sebagai suatu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan.

Jumlah Bacaan: Batas minimal kesempurnaan adalah membacanya sebanyak tiga kali. Ini didasarkan pada beberapa riwayat, meskipun ada perbedaan pendapat mengenai kekuatannya. Namun, membaca lebih dari tiga kali, seperti lima, tujuh, atau lebih, dalam jumlah ganjil, adalah lebih utama, terutama saat shalat sendirian atau menjadi imam bagi makmum yang ridha dengan shalat yang panjang. Yang terpenting adalah tidak terburu-buru.

Pentingnya Thuma'ninah: Salah satu rukun shalat yang sering terabaikan adalah thuma'ninah, yaitu berhenti sejenak hingga seluruh anggota badan tenang dalam posisi ruku' dan sujud. Thuma'ninah ini harus cukup untuk membaca tasbih minimal satu kali dengan sempurna. Shalat yang dilakukan dengan terburu-buru seperti patukan ayam, tanpa thuma'ninah, dianggap tidak sah oleh mayoritas ulama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyuruh seseorang mengulang shalatnya karena tidak melakukan thuma'ninah.

Larangan Membaca Al-Qur'an: Terdapat larangan khusus dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membaca Al-Qur'an saat ruku' dan sujud. Beliau bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya aku dilarang membaca Al-Qur'an dalam keadaan ruku' atau sujud. Adapun ruku', maka agungkanlah Rabb padanya. Sedangkan sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, karena besar kemungkinan doamu akan dikabulkan." (HR. Muslim no. 479). Hikmahnya adalah karena Al-Qur'an adalah kalamullah yang paling mulia, sementara ruku' dan sujud adalah posisi merendahkan diri. Maka, saat merendah, yang lebih pantas diucapkan adalah dzikir pengagungan, penyucian, dan doa.

Kesimpulan: Menuju Shalat yang Lebih Bermakna

Ruku' dan sujud adalah dua permata dalam ibadah shalat. Keduanya adalah kesempatan emas untuk berdialog secara intim dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bacaan-bacaan yang kita lafalkan bukanlah sekadar mantra tanpa makna, melainkan kunci untuk membuka pintu penghayatan dan kekhusyu'an.

Dengan memahami bahwa "Subhaana Rabbiyal 'Adziim" adalah deklarasi kesempurnaan Allah saat kita membungkuk hormat, dan "Subhaana Rabbiyal A'laa" adalah pengakuan akan ketinggian-Nya saat kita berada di titik terendah, shalat kita akan terasa berbeda. Dengan merenungkan setiap kata dalam doa-doa variasi yang diajarkan Nabi, kita akan merasakan betapa kaya dan dalamnya ibadah ini.

Marilah kita bertekad untuk tidak lagi melewati ruku' dan sujud dengan tergesa-gesa. Luangkan waktu sejenak, tenangkan seluruh anggota badan, lafalkan bacaannya dengan tartil, dan hadirkan hati untuk meresapi maknanya. Semoga Allah menganugerahkan kita semua kenikmatan dalam shalat dan menjadikan setiap ruku' dan sujud kita sebagai sarana untuk semakin dekat dan dicintai oleh-Nya. Aamiin.

🏠 Kembali ke Homepage