Memaknai Untaian Cinta dalam Bacaan Marhaban
Gema shalawat dan puji-pujian yang membumbung tinggi, menyentuh relung kalbu, dan membangkitkan kerinduan mendalam kepada sosok agung panutan umat. Inilah suasana yang tercipta setiap kali bacaan Marhaban dilantunkan. Di berbagai penjuru negeri, khususnya di Indonesia, tradisi pembacaan syair-syair pujian ini telah mengakar kuat, menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai perayaan keagamaan dan acara syukuran. Marhaban bukan sekadar rangkaian kata indah, melainkan sebuah ekspresi cinta, penghormatan, dan upaya untuk meneladani akhlak mulia Nabi Muhammad SAW.
Istilah "Marhaban" sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti "selamat datang". Dalam konteks ini, ia menjadi ucapan selamat datang yang ditujukan kepada kehadiran spiritual Baginda Nabi Muhammad SAW. Setiap bait yang diucapkan adalah untaian mutiara yang merangkai kisah hidup, sifat-sifat luhur, dan perjuangan beliau dalam menyebarkan risalah Islam. Melalui lantunan Marhaban, umat Islam diajak untuk kembali merenungkan dan menumbuhkan rasa cinta (mahabbah) kepada Rasulullah, sosok yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Sejarah dan Esensi Spiritual Bacaan Marhaban
Tradisi melantunkan syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW telah ada sejak masa awal Islam. Para sahabat, seperti Hassan bin Tsabit, dikenal sebagai penyair Rasulullah yang kerap menggubah syair-syair indah untuk memuji dan membela beliau. Seiring berjalannya waktu, kecintaan umat kepada Nabi SAW diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah penyusunan kitab-kitab yang berisi riwayat hidup dan puji-pujian kepada beliau. Kitab-kitab inilah yang kemudian menjadi sumber utama dari bacaan Marhaban yang kita kenal hari ini.
Penyusunan kitab-kitab Maulid, seperti Al-Barzanji, Ad-Diba'i, dan Simtud Duror, dilakukan oleh para ulama besar yang memiliki kecintaan luar biasa kepada Rasulullah. Tujuan mereka adalah untuk menyediakan sarana bagi umat Islam agar dapat mengenal lebih dekat sosok Nabi mereka, memahami perjuangannya, dan meneladani sifat-sifatnya yang agung. Kitab-kitab ini tidak hanya berisi narasi sejarah, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai sastra, balaghah (retorika), dan kedalaman spiritual yang mampu menggetarkan jiwa siapa saja yang membaca atau mendengarkannya.
Esensi spiritual dari Marhaban terletak pada proses internalisasi nilai-nilai kenabian. Ketika lisan melantunkan pujian, hati diajak untuk merenung. Setiap kisah tentang kelahiran, masa kecil, akhlak, hingga perjuangan dakwah beliau menjadi cermin bagi kehidupan kita. Ini adalah momen introspeksi, sebuah jeda dari kesibukan duniawi untuk kembali menyambungkan tali cinta dengan sang kekasih Allah. Dengan mengingat dan memuji Nabi, diharapkan akan tumbuh keinginan kuat untuk mengikuti sunnah-sunnahnya, baik dalam ibadah maupun dalam muamalah (interaksi sosial).
Kitab-Kitab Populer Sebagai Sumber Bacaan Marhaban
Di kalangan masyarakat Muslim, terutama di Asia Tenggara, terdapat beberapa kitab yang sangat populer dan sering digunakan sebagai referensi utama dalam majelis Marhaban. Masing-masing kitab memiliki gaya bahasa dan penekanan yang khas, namun semuanya bermuara pada satu tujuan: memuliakan Nabi Muhammad SAW.
1. Kitab Al-Barzanji (Maulid Al-Barzanji)
Ini adalah salah satu kitab Maulid paling masyhur di dunia Islam. Dikarang oleh seorang ulama besar dan ahli hadis, Sayyid Ja'far bin Hasan Al-Barzanji. Kitab ini memiliki nama asli 'Iqd al-Jawahir (Kalung Permata). Isinya menceritakan secara puitis dan detail mengenai silsilah, kelahiran, masa kanak-kanak, hingga diutusnya Nabi Muhammad SAW menjadi rasul. Kitab Al-Barzanji terbagi menjadi dua bagian: Natsar (prosa) dan Nazham (puisi). Gaya bahasanya sangat indah, sarat dengan majas dan metafora yang memukau, menjadikannya sebuah karya sastra tingkat tinggi sekaligus sumber pengetahuan sirah yang mendalam.
2. Kitab Ad-Diba'i (Maulid Ad-Diba'i)
Dikarang oleh Imam Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar ad-Diba'i asy-Syaibani, seorang ahli hadis terkemuka dari Yaman. Maulid Diba' lebih ringkas dibandingkan Al-Barzanji, namun keindahan bahasanya tidak kalah mempesona. Gaya bahasanya yang mengalir dan mudah diikuti membuatnya sangat populer di berbagai kalangan. Kitab ini memadukan riwayat dengan pujian yang menyentuh, seringkali menjadi pilihan utama untuk acara-acara seperti aqiqah, walimah, atau majelis rutin mingguan.
3. Kitab Simtud Duror (Maulid Habsyi)
Dikenal juga dengan sebutan Maulid Habsyi, kitab ini disusun oleh Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Simtud Duror berarti "Untaian Mutiara". Kitab ini memiliki ciri khas pada struktur dan rima yang sangat teratur, menjadikannya sangat merdu saat dilantunkan bersama-sama. Maulid Habsyi menonjolkan aspek mahabbah atau cinta yang mendalam kepada Rasulullah SAW, dengan untaian kata-kata yang menggambarkan kerinduan dan penghormatan yang luar biasa. Kitab ini sangat populer di kalangan Habaib dan para pengikutnya.
4. Qasidah Burdah
Meskipun bukan kitab Maulid dalam pengertian narasi kelahiran, Qasidah Burdah karya Imam Al-Bushiri sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dari majelis Marhaban. Burdah adalah syair pujian yang sangat agung, terdiri dari 160 bait yang mengupas tentang cinta kepada Nabi, peringatan terhadap hawa nafsu, mukjizat-mukjizat, dan tawassul (memohon melalui perantara) kepada beliau. Kekuatan spiritual dan keindahan sastranya membuat Burdah diyakini memiliki banyak keberkahan.
Struktur dan Teks Inti Bacaan Marhaban
Secara umum, sebuah majelis Marhaban memiliki urutan atau struktur yang khas, meskipun dapat bervariasi di setiap daerah. Inti dari acara ini adalah pembacaan kitab Maulid yang dipimpin oleh seorang qari' atau beberapa orang secara bergantian, dan diikuti oleh seluruh jamaah. Puncak dari acara ini adalah saat Mahallul Qiyam, di mana seluruh hadirin berdiri sebagai simbol penghormatan atas kehadiran spiritual Nabi Muhammad SAW.
Berikut adalah contoh beberapa bagian inti dari bacaan Marhaban yang diambil dari Maulid Ad-Diba'i, lengkap dengan teks Arab, transliterasi Latin, dan terjemahannya.
Pembukaan (Awal Rawi)
Bagian ini biasanya dimulai dengan pujian kepada Allah SWT dan permohonan rahmat untuk Nabi Muhammad SAW.
يَا رَبِّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدْ ، يَا رَبِّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْYaa Rabbi shalli 'alaa Muhammad, Yaa Rabbi shalli 'alayhi wa sallim.
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad. Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepadanya.
يَا رَبِّ بَلِّغْهُ الْوَسِيْلَةْ ، يَا رَبِّ خُصَّهُ بِالْفَضِيْلَةْYaa Rabbi balligh-hul wasiilah, Yaa Rabbi khush-shah bil-fadhiilah.
Wahai Tuhanku, sampaikanlah kepadanya wasilah (kedudukan yang tinggi). Wahai Tuhanku, khususkanlah ia dengan keutamaan.
يَا رَبِّ وَارْضَ عَنِ الصَّحَابَةْ ، يَا رَبِّ وَارْضَ عَنِ السُّلَالَةْYaa Rabbi wardha 'anish-shahaabah, Yaa Rabbi wardha 'anis-sulaalah.
Wahai Tuhanku, ridhailah para sahabatnya. Wahai Tuhanku, ridhailah para keturunannya.
يَا رَبِّ وَارْضَ عَنِ الْمَشَايِخْ ، يَا رَبِّ فَارْحَمْ وَالِدِيْنَاYaa Rabbi wardha 'anil-masyaayikh, Yaa Rabbi farham waalidiinaa.
Wahai Tuhanku, ridhailah para guru kami. Wahai Tuhanku, maka sayangilah kedua orang tua kami.
يَا رَبِّ وَارْحَمْنَا جَمِيْعًا ، يَا رَبِّ وَارْحَمْ كُلَّ مُسْلِمْYaa Rabbi warhamnaa jamii'an, Yaa Rabbi warham kulla muslim.
Wahai Tuhanku, sayangilah kami semua. Wahai Tuhanku, sayangilah setiap Muslim.
Kisah Awal Nur Muhammad
Bagian ini menceritakan tentang penciptaan Nur (cahaya) Nabi Muhammad yang telah ada sebelum segala sesuatu diciptakan.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الْقَوِيِّ سُلْطَانُهْ ، اَلْوَاضِحِ بُرْهَانُهْ ، اَلْمَبْسُوْطِ فِي الْوُجُوْدِ كَرَمُهُ وَإِحْسَانُهْAlhamdulillaahil qawiyyi sulthaanuh, al-waadhihi burhaanuh, al-mabsuuthi fil wujuudi karamuhu wa ihsaanuh.
Segala puji bagi Allah yang kekuasaan-Nya begitu kuat, yang bukti-bukti-Nya begitu jelas, yang kedermawanan dan kebaikan-Nya terhampar di seluruh alam wujud.
تَعَالَى مَجْدُهُ وَعَظُمَ شَانُهْ ، خَلَقَ الْخَلْقَ لِحِكْمَةْ ، وَطَوَى عَلَيْهَا عِلْمَهْTa'aalaa majduhu wa 'azhuma sya'nuh, khalaqal khalqa lihikmah, wa thawwa 'alayhaa 'ilmah.
Maha Tinggi kemuliaan-Nya dan Maha Agung urusan-Nya. Dia menciptakan makhluk dengan penuh hikmah, dan Dia liputi ciptaan itu dengan ilmu-Nya.
وَبَسَطَ لَهُمْ مِنْ فَائِضِ الْمِنَّةِ مَا جَرَتْ بِهِ فِي أَقْدَارِهِمُ الْقِسْمَةْ ، فَأَرْسَلَ إِلَيْهِمْ أَشْرَفَ خَلْقِهِ وَأَجَلَّ عَبِيْدِهِ رَحْمَةْWa basatha lahum min faa-idhil minnati maa jarat bihii fii aqdaarihimul qismah, fa-arsala ilayhim asyrafa khalqihi wa ajalla 'abiidihi rahmah.
Dan Dia hamparkan bagi mereka dari limpahan karunia-Nya apa yang telah berlaku dalam takdir mereka sebagai bagiannya. Maka Dia utus kepada mereka makhluk-Nya yang paling mulia dan hamba-Nya yang paling agung sebagai rahmat.
Mahallul Qiyam (Saat Berdiri)
Inilah puncak dari pembacaan Marhaban. Semua jamaah berdiri, seolah-olah menyambut kedatangan ruhaniah Rasulullah SAW. Suasana menjadi sangat khidmat, penuh dengan getaran cinta dan kerinduan.
يَا نَبِي سَلَامٌ عَلَيْكَ ، يَا رَسُوْل سَلَامٌ عَلَيْكَYaa Nabii salaam 'alayka, Yaa Rasuul salaam 'alayka.
Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu. Wahai Rasul, salam sejahtera untukmu.
يَا حَبِيْبْ سَلَامٌ عَلَيْكَ ، صَلَوَاتُ الله عَلَيْكَYaa Habiib salaam 'alayka, shalawaatullaah 'alayka.
Wahai Kekasih, salam sejahtera untukmu. Rahmat (shalawat) Allah tercurah untukmu.
أَشْرَقَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا ، فَاخْتَفَتْ مِنْهُ الْبُدُوْرُAsyraqal badru 'alaynaa, fakhtafat minhul buduuru.
Bulan purnama telah terbit menyinari kami, maka sirnalah semua purnama lainnya.
مِثْلَ حُسْنِكَ مَا رَأَيْنَا ، قَطُّ يَا وَجْهَ السُّرُوْرِMitsla husnika maa ra-aynaa, qaththu yaa wajhas-suruuri.
Keindahan sepertimu belum pernah kami lihat, wahai wajah yang penuh kegembiraan.
أَنْتَ شَمْسٌ أَنْتَ بَدْرٌ ، أَنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرِAnta syamsun anta badrun, anta nuurun fawqa nuuri.
Engkau adalah matahari, engkau adalah bulan purnama. Engkau adalah cahaya di atas segala cahaya.
أَنْتَ إِكْسِيْرٌ وَغَالِي ، أَنْتَ مِصْبَاحُ الصُّدُوْرِAnta iksiirun wa ghaalii, anta mishbaahush-shuduuri.
Engkau adalah eliksir (obat mujarab) yang sangat berharga. Engkau adalah pelita yang menerangi setiap dada.
يَا حَبِيْبِي يَا مُحَمَّدْ ، يَا عَرُوْسَ الْخَافِقَيْنِYaa habiibii yaa Muhammad, yaa 'aruusal-khaafiqayni.
Wahai kekasihku, wahai Muhammad. Wahai mempelai agung di Timur dan Barat.
يَا مُؤَيَّدْ يَا مُمَجَّدْ ، يَا إِمَامَ الْقِبْلَتَيْنِYaa mu-ayyad yaa mumajjad, yaa imaamal-qiblatayni.
Wahai yang dikuatkan (oleh Allah), wahai yang diagungkan. Wahai imam dua kiblat.
مَنْ رَأَى وَجْهَكَ يَسْعَدْ ، يَا كَرِيْمَ الْوَالِدَيْنِMan ra-aa wajhaka yas'ad, yaa kariimal-waalidayni.
Siapa pun yang memandang wajahmu pasti akan bahagia, wahai engkau yang mulia kedua orang tuanya.
حَوْضُكَ الصَّافِى الْمُبَرَّدْ ، وِرْدُنَا يَوْمَ النُّشُوْرِHawdhukash-shaafil-mubarrad, wirdunaa yawman-nusyuuri.
Telagamu yang jernih dan sejuk adalah tempat kami minum kelak di hari kebangkitan.
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدْ ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْShallallaahu 'alaa Muhammad, shallallaahu 'alayhi wa sallam.
Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Muhammad. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejahteraan kepadanya.
Doa Penutup
Setelah selesai melantunkan syair-syair pujian, majelis biasanya ditutup dengan doa bersama. Doa ini berisi permohonan ampunan, permintaan kebaikan di dunia dan akhirat, serta harapan untuk mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad SAW di yaumil qiyamah.
وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ شَهْرَانِ عَلَى أَقْوَالٍ لِأَرْبَابِ الرِّوَايَاتِ الْمَرْضِيَّةْ ، تُوُفِّيَ بِالْمَدِيْنَةِ الْمُنَوَّرَةِ أَبُوْهُ عَبْدُ اللهِ وَكَانَ قَدِ اجْتَازَ بِأَخْوَالِهِ بَنِيْ عَدِيٍّ مِنَ الطَّائِفَةِ النَّجَّارِيَّةْWa lammā tamma min hamlihī syahrāni ‘alā aqwālin li arbābir-riwāyātil-mardhiyyah, tuwuffiya bil-madīnatil-munawwarati abūhu ‘abdullāhi wa kāna qadijtāza bi akhwālihī banī ‘adiyyin minath-thā’ifatin-najjāriyyah.
Dan ketika genap dua bulan dari kandungannya menurut pendapat para ahli riwayat yang diridhai, wafatlah di kota Madinah Al-Munawwarah ayahandanya, Abdullah. Saat itu, ia sedang melewati paman-pamannya dari Bani 'Adi dari kabilah An-Najjar.
وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ عَلَى الرَّاجِحِ تِسْعَةُ أَشْهُرٍ قَمَرِيَّةْ ، وَآنَ لِلزَّمَانِ أَنْ يَنْجَلِيَ عَنْهُ صَدَاهْ ، حَضَرَ أُمَّهُ لَيْلَةَ مَوْلِدِهِ آسِيَةُ وَمَرْيَمُ فِي نِسْوَةٍ مِنَ الْحَظِيْرَةِ الْقُدْسِيَّةْWa lammā tamma min hamlihī ‘alar-rājihi tis‘atu asyhurin qamariyyah, wa āna liz-zamāni an yanjaliya ‘anhu shadāh, hadhara ummahū lailata maulidihī āsiyatu wa maryamu fī niswatin minal-hazhīratil-qudsiyyah.
Dan ketika kandungannya telah genap sembilan bulan qamariyah menurut pendapat yang paling kuat, dan telah tiba saatnya bagi zaman untuk menampakkan cahayanya, ibundanya didatangi pada malam kelahirannya oleh Sayyidah Asiyah dan Sayyidah Maryam bersama para wanita suci dari surga.
Marhaban dalam Konteks Budaya Indonesia
Di Indonesia, bacaan Marhaban atau yang sering disebut "marhabanan" telah menyatu dengan berbagai tradisi lokal. Ia tidak hanya terbatas pada peringatan Maulid Nabi, tetapi juga menjadi bagian penting dalam berbagai acara syukuran. Misalnya, pada acara aqiqah (syukuran kelahiran bayi), marhabanan digelar sebagai bentuk doa dan harapan agar sang anak kelak meneladani akhlak Rasulullah SAW. Prosesi mencukur rambut bayi seringkali dilakukan saat lantunan Mahallul Qiyam, diiringi taburan bunga dan wewangian, menciptakan suasana yang sakral dan penuh berkah.
Selain itu, marhabanan juga sering diadakan pada acara pernikahan, khitanan, menempati rumah baru, atau sekadar sebagai kegiatan rutin di masjid, mushala, dan majelis taklim. Tradisi ini memiliki fungsi sosial yang sangat kuat. Ia menjadi ajang silaturahmi, mempererat ikatan persaudaraan antarwarga, dan menumbuhkan rasa kebersamaan. Hidangan yang disajikan setelah acara selesai menjadi simbol kedermawanan dan rasa syukur, melengkapi kebahagiaan spiritual yang didapatkan dari lantunan pujian kepada Nabi.
Dengan demikian, bacaan Marhaban lebih dari sekadar ritual. Ia adalah jembatan yang menghubungkan hati umat dengan Nabinya, sebuah medium untuk mengekspresikan cinta, sarana untuk belajar sirah, dan pilar untuk memperkokoh ukhuwah islamiyah. Melalui untaian syair yang dilantunkan dari generasi ke generasi, api cinta kepada Rasulullah SAW akan terus menyala, menerangi jalan kehidupan umatnya hingga akhir zaman.